Anda di halaman 1dari 14

DASAR – DASAR ILMU PENDIDIKAN

UPAYA PEMBAHARUAN MASALAH PENDIDIKAN

NAMA : IRWANDI
NIM : 19065009

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
A. Pengertian Pembaharuan Pendidikan
Pembaharuan (inovasi) pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan
dari waktu ke waktu dan tak pernah henti. Inovasi pendidikan menjadi topik yang
selalu hangat dibicarakan dari masa ke masa.
Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan), pembaharuan berasal dari
istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-
benar baru artinya hasil karya manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu
(benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya). Dengan demikian, inovasi dapat
diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan
(usaha) invention dan discovery. Dalam hal ini, Ibrahim (1989) dalam Noor
(2001) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu
ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari
invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk
memecahkan masalah (Noor, 2001).
Sedangkan Putra (2006) menyatakan bahwa pengertian pembaharuan pendidikan
sebagai berikut:
Pengertian Inovasi (Pembaharuan)
1.Inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang
buatan manusia yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).
2.Adanya inovasi tidak terlepas dengan adanya teknologi dan modernisasi.
Teknologi mewujudkan terciptanya inovasi melalui penerapan ilmu pengetahuan
dan modernisasi yang merupakan wujud penerapan hasil teknologi dan inovasi
tersebut.
3.Karakteristik inovasi menurut Rogers meliputi: keuntungan relatif, kompatibel,
kompleksitas, trialibilitas dan dapat diamati.
4.Inovasi penemuan diadakan untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan
tertentu.
5. Kaitan antara inovasi, teknologi, dan modernisasi ialah diterapkannya inovasi
di dalam masyarakat pemakai.
Pengertian Inovasi Pendidikan
1.Inovasi pendidikan digunakan untuk memecahkan masalah pendidikan atau
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2.Inovasi pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari empat aspek, yaitu inovasi
terhadap tujuan pendidikan, struktur pendidikan dan pengajaran, isi kurikulum
pengajaran serta perubahan terhadap aspek-aspek pendidikan dan proses.
3.Beberapa inovasi pendidikan pada tingkat sekolah dasar salah satunya yaitu
adanya SD Pamong untuk anak terlantar dan putus sekolah.
Perkembangan Inovasi Pendidikan
1.Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau
organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi sampai pada menerapkan.
2.Model-model proses inovasi yang berorientasi pada individu dikemukakan oleh
beberapa ahli, yaitu Lavidge dan Stainter, Collay, Roger, Robertson, Shoemaker,
Klunglan, Zaltman, dan Brooker.
3.Model-model proses inovasi pada organisasi dikemukakan oleh Milo, Sherpad,
Hage, dan Aiken, Wilson, Zaltman, Duncan, dan Holbek.
4.Model proses inovasi dalam organisasi menurut Zaltman, Duncan, Holbek
meliputi dua tahap, yaitu tahap permulaan dan tahap penerapan (implementasi).
5.Tahap permulaan terdiri dari dua langkah, yaitu pengetahuan, dan kesadaran;
langkah pembentukan sikap terhadap inovasi dan langkah pengambilan keputusan.
6.Tahap penerapan (implementasi) meliputi langkah awal mencoba menerapkan
sebagian inovasi dan langkah kelanjutan pembinaan dan penerapan inovasi.
Komponen Dasar Pembaharuan (Inovasi)
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Inovasi harus disebarluaskan. Salah satu bekal yang berguna bagi
usaha memasyarakatkan inovasi adalah memahami karakteristik inovasi dan
faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses penyebaran inovasi ke
dalam satu sistem sosial.
Karakteristik inovasi menurut Rogers yang dapat mempengaruhi cepat
atau lambatnya penerimaan inovasi adalah keuntungan relatif, kompatibel,
kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas (dapat diamati).
Sedangkan atribut inovasi menurut Zaltman adalah pembiayaan, balik
modal, efisiensi, risiko dan ketidakpastian, mudah dikomunikasikan,
kompatibilitas, kompleksitas, status ilmiah, kadar keaslian, dapat dilihat
kemanfaatannya, dapat dilihat batas sebelumnya, keterlibatan, hubungan
interpersonal, kepentingan umum atau pribadi, dan penyuluh inovasi.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-
hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan. Contoh-contoh
inovasi dalam komponen pendidikan antara lain pembinaan personalia, banyaknya
personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan,
prosedur, peran yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar-
bagian, hubungan dengan sistem yang lain, strategi, bahan belajar, dan model
pembelajaran seperti quantum teaching, pembelajaran dengan menggunakan
internet seperti WEB-CT.
B. Faktor yang Mempengaruhi Pembaharuan (Inovasi) Pendidikan
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dapat diciptakan inovasi-inovasi
baru. Inovasi ini harus disebarkan agar terjadi perubahan sosial. Usaha
penyebaran inovasi ini bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan.
Oleh karena itu keberhasilan suatu inovasi ditentukan oleh banyak faktor
seperti yang dikemukakan Ibrahim, yaitu estimasi tidak tepat terhadap inovasi,
adanya konflik dan kurangnya motivasi, inovasi yang tidak berkembang karena
lambatnya material yang diterima dan sebab lain, adanya masalah keuangan,
adanya penolakan inovasi dari kelompok tertentu, dan kurang adanya hubungan
sosial.
Selain faktor-faktor utama penghambat inovasi tersebut di atas, ada faktor
lain yang menghambat inovasi dalam bidang pendidikan, yaitu faktor kegiatan
belajar-mengajar seperti pribadi guru dan siswa yang tidak bisa menerima
perubahan, faktor internal dan eksternal, serta sistem pendidikan yang berlaku.
Dari hasil penelitian dari beberapa ahli ditemukan beberapa hambatan
dalam penyebaran inovasi antara lain, hambatan geografi, hambatan sejarah,
hambatan ekonomi, hambatan prosedur, hambatan personal, hambatan sosial
budaya, dan hambatan politik.
Fullan mengkategorikan 3 faktor kunci yang mempengaruhi proses
penerapan inovasi dalam bidang pendidikan yakni karakteristik perubahan,
karakteristik lokal dan faktor eksternal.
Selain hal-hal tersebut di atas, faktor yang mempengaruhi inovasi dalam
bidang pendidikan tentu saja adalah kecepatan adopsi inovasi. Kecepatan adopsi
ini dipengaruhi oleh atribut/karakteristik inovasi, tipe keputusan inovasi, sifat
saluran komunikasi yang digunakan, ciri-ciri sistem sosial, dan promosi dari agen
pembaharu (Putra, 2006).
C. Tujuan Pembaharuan Pendidikan
Pembaharuan pendidikan dilaksanakan agar Pendidikan Nasional dapat
berjalan sesuai dengan fungsinya. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
D. Jenis Upaya Pembaharuan Pendidikan
Sistem pendidikan selalu menghadapi tantangan baru seiring dengan
timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru dan untuk menghadapinya diperlukan
pembaharuan terhadap pendidikan dengan jalan menyempurnakan sistemnya.
Pembaharuan yang terjadi meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat
penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga pendidikan.
1. Pembaharuan Landasan Yuridis
Pembaharuan pendidikan yang sangat mendasar ialah pembaharuan yang
tertuju pada landasan yuridisnya karena landasan yuridis berhubungan langsung
dengan hal-hal yang bersifat mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan
dan mengenai hal-hal yang penting seperti struktur pendidikan, kurikulum,
pegelolaan, pengawasan, dan ketenagakerjaan.
Undang-undang 1945 sebagai landasan yuridis merupakan hukum
tertinggi dari organisasi kenegaraan yang memuat garis besar, dasar dan tujuan
negara. Sifatnya lestari dalam arti menjadi petunjuk untuk hidup bangsa dalam
jangka waktu relatif panjang dan bahkan jika memungkinkan selama negara
berdiri. Dalam penyelenggaraan segala sesuatu yang ditetapkan dalam UUD 1945
diperlukan ketetapan-ketetapan yang lebih rendah yaitu yang tertuang dalam UU
organik. UU organik adalah peraturan-peraturan untuk menyelenggarakan aturan
dasar yang tercantum dalam UUD sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan
Negara (Tirtaraharja, 2005:294).
UUD 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketagawaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak yang mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-
undang. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
Dikarenakan UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
tidak memadai lagi serta perlu diganti dan disempurnakan agar sesuai dengan
amanat perubahan UUD 1945 maka pemerintah membentk UU baru yaitu UU
Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
ditandatangani oleh Presiden Megawati pada 8 Juni 2003.
2. Pembaharuan Kurikulum
Berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua faktor pengendali yang menentukan arah pembaharuan
kurikulum, yaitu yang sifatnya mempertahankan dan yang bersifat mengubah.
Termasuk yang mempertahankan ialah landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa
Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945 dan landasan historis (mencakup unsur-
unsur yang dari dulu hingga sekarang menguasai hajat hidup orang banyak).
Sedangkan faktor pengendali yang bersifat mengubah ialah landasan sosial
(berupa kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat) dan landasan psikologis (cara
peserta di dalam belajar mengenai hal ini banyak penemuan-penemuan baru yang
menopangnya).
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
1) Peningkatan iman dan tagwa,
2) Peningkatan akhlak mulia.,
3) Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik,
4) Keragaman potensi daerah dan lingkungan,
5) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
6) Tuntutan dunia kerja,
7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
8) Agama,
9) Dinamika perkembangan global, dan
10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi
logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat (http://www.e-
smartschool.com, diakses 15 November 2008 ).
Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Adapun perkembangan
kurikulum pendidikan Indonesia, adalah sebagai berikut:
a) Kurikulum 1968 dan sebelumnya
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana
Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh
dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan
maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional dan ciri dari kurikulum 1952 bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat.
b) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-
pendekatan di antaranya sebagai berikut:
Berorientasi pada tujuan,
Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang
lebih integrative,
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu,
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah
kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku siswa,
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratkan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah
menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
c) Kurikulum 1984
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya
adalah sebagai berikut:
· Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke
dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah,
· Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengan kemampuan anak didik,
· Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di
sekolah,
· Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap
jenjang,
· Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah
menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah,
· Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara
kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan teknologi terhadap
pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu
diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau
revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
· Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa,
· Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor,
· Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan,
· Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru
kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat
peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajarinya,
· Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan
penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,
semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif
dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari
sederhana menuju ke kompleks,
· Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan pelajaran.
d) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, di antaranya sebagai berikut:
· Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan,
· Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajarann atau isi),
· Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar,
· Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang
mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari
satu jawaban), dan penyelidikan,
· Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep atau pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga
diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada
pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah,
· Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman siswa,
· Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
e) Kurikulum 2004 (KBK)
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan
pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa
dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan
siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga
unsur pokok, yaitu:
1) Pengembangan sistem pembelajaran,
2) Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi,
3) Pemilihan kompetensi yang sesuai.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif,
2) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal,
3) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman,
4) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
f) Kurikulum 2006 (KTSP)
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1) standar isi, (2)
standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan (7) standar penilaian pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No.
19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih
bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi yaitu:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman,
b. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi,
c. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif,
d. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Terdapat perbedaan mendasar KTSP dibandingkan dengan KBK, bahwa
sekolah diberi kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya dengan
mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi dan
misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga
pengembangan silabusnya.
3. Pembaharuan Pola Masa Studi
Pembaharuan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi
pembaruan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu
satuan pendidikan. Pembaruan pola masa studi sebagai suatu pertanda adanya
pembaruan pendidikan berupa penambahan (perpanjangan masa studi) atau pun
pengurangan (perpendekan masa studi). Perubahan pola tersebut dilakukan
dengan tujuan dan alasan-alasan tertentu.
4. Pembaharuan Tenaga Pendidikan
Menurut UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003, tenaga kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Dan pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai;
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual; dan
e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis;
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan
dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu, wajib membina dan mengembangkan
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya, dan wajib
membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan
pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat.
E. Kesimpulan
1.Pembaharuan pendidikan adalah pembaharuan yang digunakan untuk
memecahkan masalah pendidikan atau untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2.Keberhasilan suatu inovasi ditentukan oleh banyak faktor, yaitu estimasi tidak
tepat terhadap inovasi, adanya konflik dan kurangnya motivasi, inovasi yang tidak
berkembang karena lambatnya material yang diterima dan sebab lain, adanya
masalah keuangan, adanya penolakan inovasi dari kelompok tertentu, dan kurang
adanya hubungan sosial.
3.Pembaharuan pendidikan dilaksanakan agar Pendidikan Nasional dapat berjalan
sesuai dengan fungsinya.
4.Pembaharuan Pendidikan dilaksanakan melalui beberapa cara yaitu
pembaharuan yuridis, pembaharuan kurikulum, pembaharuan pola masa studi dan
pembaharuan tenaga pendidikan.
5. Adapun perkembangan kurikulum pendidikan Indonesia, yaitu:
a) Kurikulum 1968 dan sebelumnya
b) Kurikulum 1975
c) Kurikulum 1984
d) Kurikulum 1994
e) Kurikulum 2004 (KBK)
f) Kurikulum 2006 (KTSP)
6.Pembaharuan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi pembaruan
jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan
pendidikan.
7.Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai