Anda di halaman 1dari 9

DASAR – DASAR ILMU PENDIDIKAN

TOKOH PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH DI


INDONESIA

NAMA : IRWANDI
NIM : 19065009

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
A. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh Dari Luar Negeri

1. Tokoh Pestalozzi ( 1746-1827 )

Pestalozzi adalah tokoh pertama yang dipengaruhi oleh Rousseau yang


mencoba, ia katakana sendiri, mempsikologikan pendidikan (to psychologize
education).

Ia dilahirkan di Zurich. Ayahnya seorang dokter, dan meninggal pada


waktu ia masih berusia lima tahun. Kasih saying ibunya sangat berkesan dan
mempengaruhi pemikirannya tentang pendidikan. Ia mendapatkan pendidikan
disekolah dasar, sekolah latin, serta Colegium Humanitatis dan collegiums
Carolinum.

Ia mendirikan pertanian di Neuhop (1774-1780), dalam rangka


mewujudkan anjuran Rousseau untuk hidup mendekati alam. Anak – anak yang
terlantar di bawah asuhannya dalam percobaan pertanian di Neuhop mendapat
pelajaran membaca, menulis dan berhitung, serta berada dalam susasana religious
dan kasih sayang. Karena kegagalannya dalam percobaan Neuhop, ia meyerahkan
kegiatannya dalam menulis buku-buku tentang pendidikan dan reformasi social
(1780-1798) . Ia menulis “Leonard und Gestrude”, sebuah tulisan berbentuk
roman seperti Emile, yang berisi gagasan tentang pembaharuan pendididkan dan
social; dan Die Abenstrundeeines Eiensiedlers (saat – saat malam hari dari
seseorang pertapa), yang berisi cita-cita membangun masyarakat.

Percobaan dan metode dilaksanakan di Stanz,Burgdorf, dan Yverdun. Ia


mencobakan sekolah dasar yang menekankan pada pekerjaan tangan yang
ditambah dengan pengajaran formal. Namun percobaan itu gagal karna ada
serangan dari tentara prancis.

2. Tokoh Maria Montessori ( 1870-1952 )

Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak,


berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang
pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan
terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya
sampai jenjang pendidikan menengah.

Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada
anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau
"pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan
belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam
menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya
penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai
konsep.

Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama


"Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak
dihubungkan dengan organisasi tertentu saja.

B. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh Di Indonesia

1. Tokoh Ki Hajar Dewantara (1889-1959)

Pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara


keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan,
status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-
nilai kemerdekaan yang asasi.

Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya


yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing
madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing
ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).

2. Mohammad Syafei

Pemikiran Syafei diatas menyarankan kesempurnaan lahir dan batin yang


harus selalu diperbaharui.Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz seperti
yang dikutip oleh Syafei :bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut
zamannya,seandainya orang masih beranggapan,bahwa susunan pendidikan dan
pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya dan tidak akan berubah lagi,maka
orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah jauh
menyimpang dari kebenaran. Demikianlah,tujuan pendidikan berupa
kesempurnaan lahir dan batin,harus selalu terus disempurnakan sesuai dengan
tuntutan perubahan zaman.Dan kesempurnaan yang cocok untuk bangsa Indonesia
? Syafei mengajukan pemikiran yang masih relevan untuk zaman kita ini.

Manusia yang sempurna lahir dan batin atau aktif kreatif itu,apa saja
unsur-unsur atau aspek-aspeknya? Ia menyatakan bahwa yaitu jiwa dan hati yang
terlatih dan otak yang berisi pengetahuan (Thalib Ibarahim,1978:20 ). Orang yang
jiwa dan hatinya terlatih itu tekun, teliti, rajin, giat, berperhatian, dan apik dalam
segala bidang perbuatan. Pelatihan jiwa dan hati ini diperoleh melalui pelatihan
bebuat atau bekerja mengerjakan pekerjaan sehari-hari atau bahkan pekerjaan
tangan. Bahkan untuk pengisian otakpun, pelajaran pekerjan tangan dapat turut
dimanfaatkan.

3. Kiyai H. Ahmad Dahlan

Ahmad Dahlan adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas.


Meskipun usianya baru dua puluh tahun, ia mulai merintis jalan pembaruan di
kalangan umat Islam. Misalnya, membetulkan arah kiblat shalat pada masjid yang
dipandang tidak tepat arahnya yang sesuai dengan perhitungan menurut ilmu
falakiyah yang dikuasainya. Usaha ini sempat menimbulkan insiden yang
membuat diri dan istrinya hampir saja meninggalkan Kauman Yogyakarta
selamanya. Kemudian memberikan pelajaran agama di sekolah negeri yang saat
itu tidak pernah dilakukan oleh kyai lainnya.

Ahmad Dahlan juga sangat memperhatikan kaum dhuafa, anak yatim, dan
fakir miskin agar selalu diperhatikan dan diayomi. Hal ini selalu ia ingatkan
kepada murid-muridnya agar selalu memperhatikan dan menolong kaum dhuafa
tersebut. Pernah suatu ketika beliau memberikan pelajaran kepada murid-
muridnya tentang surat Al-Ma’un. Namun, surat Al-Ma’un ini selalu beliau ulang-
ulang dalam setiap pertemuan pengajian sehingga menimbulkan protes dari
murid-muridnya. Setelah dijelaskan lalu setelah pengajian selesai dan murid-
muridnya masing-masing membawa anak yatim dan disantuni secukupnya

4. Rahmah El Yunusiah

Bentuk realisasi dari pemikiran pendidikan Rahmah el-Yunusiyah adalah


berupa pendirian sekolah–sekolah bagi perempuan. Hal ini merupakan tanggapan
dari situasi pada masa itu dan sejalan pula dengan teorinya Arnold J. Toynbee
yaitu : “Challenge and Respons”. Sedangkan tujuan pendidikannya untuk
mencerdaskan kaum perempuan agar pendidikan pada masa itu tidak berpusat
pada laki–laki, dengan demikian hal ini sejalan dengan teori Feminisme, yaitu
teori poststrukturalis dan postmodernisme.

Beberapa hambatan pada kaum perempuan Indonesia. Pendidikan yang


belum berpihak pada kaum perempuan dapat pula ditemui dalam bidang lain.
Misalnya dalam bidang kesehatan dan pekerjaan. Perusahaan masih banyak yang
belum memberi lapangan kerja pada perempuan. Angka perempuan menganggur
lebih tinggi dapat ditemui dimana-mana dibanding laki-laki. Kalaupun perempuan
banyak ditemui bekerja disektor informal (pabrik) itu bukan berarti hilangnya
diskriminasi. Angka kaum perempuan upahnya tidak dibayar oleh perusahaan
mencapai 41,3% lebih tinggi dibanding laki-laki yang hanya 10% menjadi bukti
beban yang diterima perempuan diluar rumah.

C. Pengaruh Tokoh – Tokoh Pendidikan Terhadap Perkembangan


Pendidikan Di Indonesia

1. Ki Hajar Dewantara

Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual


belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata
pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya
cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika
berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Ki Hadjar Dewantara membedakan antara sistem “Pengajaran” dan
“Pendidikan”. Menurutnya pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari
aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih
memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil
keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Dalam arti luas maksud pendidikan
dan pengajaran adalah bagaimana memerdekakan manusia sebagai anggota dari
sebuah persatuan rakyat.

Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang


berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan
terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya
dihormati; pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka
dan independen secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak
hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang
kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan
antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan
hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan hara diri; setiap orang
harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-
kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.

Peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian


merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang
berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang
lain. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among
yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan
asuh (care and dedication based on love). Oleh karena itu bagi Ki Hajar
Dewantara pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the
hand”.

Kalau selama ini pendidikan hanya dimengerti sebatas pembentukan


intektual, sementara pembentukan budi pekerti hanya sebatas kata-kata belaka.
Maka perlulah kita kembali melihat tujuan pendidikan yang sebenarnya. Menurut
Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah “penguasaan diri” sebab di sinilah
pendidikan memanusiawikan manusia atau menjadikan manusia/peserta didik kian
beradab dan memiliki keadaban (humanisasi). saat ini pendidikan hanya
dimengerti sebagai pengajaran sebagaimana telah terjadi selama ini, maka kita
juga tidak akan pernah berubah. Akibatnya kita akan selalu menjadi produk masa
lalu yang tidak beruntung.

Pendidikan menjadi tempat manusia untuk mengungkapkan dirinya secara


lahir dan batin. Proses pendidikan ini akan memperbaharui diri manusia untuk
mencapai nilai-nilai luhur yang ada dalam dirinya, dan menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur pendidikan serta peradaban dunia. Mendidik menurut Ki Hajar
Dewantara selalu berada dalam konteks mendidik rakyat. Artinya mendidik
rakyat adalah mendidik anak. Maka keadaan yang kita alami sekarang ini adalah
hasil dari pendidikan zaman dulu. Kalau di zaman lampau orang tua mendidik
anaknya dengan baik dan menanamkan nilai-nilai moral, maka kita sekarang akan
menikmati dan memetik hasilnya, tapi kalau terjadi sebaliknya maka kita juga
yang akan menanggung akibatnya. Dengan demikian dapat diartikan pendidikan
adalah usaha membawa manusia keluar dari kebodohan, dengan membuka tabir
aktual-transenden dari sifat alami manusia (humannes).

Jadi, Pemikiran dari tokoh pendidikan sudah tercantum di dalam


kurikulum 2013 pada saat ini yang menitik beratkan kepada tiga ranah pendidikan
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor tidak hanya kepada intelektual siswa.

2. Mohammad Syafei

Mohammad Syafei mengenyam pendidikan di Belanda. Pada tahun 1925 beliau


kembali ke indonesia untuk mengabdikan ilmunya. Cita-cita tersebut di wujudkan
dengan mengelola sebuah sekolah yang kemudian dikenal Sekolah INS
Kayutanam. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab
sekolah ini didirikan di Kayutanam. Akibat kemampuan Syafei mengelola sekolah
ini kemudian tersohor dengan nama Ruang pendidikan Indonesische
Nederlandsche School (RP INS) Kayutanam. Tujuan utama syafei mendirikan
INS adalah untuk mendidik agar anak-anak dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri
dengan jiwa yang merdeka. Dengan berdirnya sekolah ini, berarti ia menetang
sekolah-sekolah hindia belanda yang hanya menyiapkan anak-anak untuk menjadi
pegawai-pegawai mereka saja.

Dengan pecahnya perang dunia ke II, INS diduduki secara paksa oleh
belanda dan proses pembelajaran terhenti. Setelah Jepang menang tahun 1942
RPINS berubah terjemahannya menjadi Indonesiche Nippon School. Dijaman ini
pembelajaran merosot tajam yang disebabkan oleh sulitnya memperoleh alat-alat
pelajaran dan digunakan untuk bekerja serta berlatih demi kepentingan perang
Jepang.

Jadi, berdasarkan pemikiran mohammad syafei tentang pembelajaran di


tekankan kepada siswa, sudah tercantum pada kurikulum 2013 pada saat ini.

3. Tokoh Kiyai H. Ahmad Dahlan

Metode pembelajaran yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan bercorak


kontekstual yaitu melalui proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika Beliau
menjelaskan surat al-Ma’un kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai
santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan
dan menolong fakir-miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri
itu mengamalkan perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada semangat yang
musti dikembangkan oleh pendidik Muhammadiyah, yaitu bagaimana
merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma’un sebagaimana dipraktekan K.H.
Ahmad Dahlan .

Menurut Kyai Haji Ahmad Dahlan bahwa, sistem pendidikan dan


pengajaran agama Islam di Indonesia yang paling baik adalah sistem pendidikan
yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan
suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem
madrasah/sekolah. Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah
Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan salah satunya model
sekolah full day school .
Tujuan akhir pendidikan yang dikemukakan oleh Kyai Haji Ahmad
Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai ulama-
intelek atau intelek-ulama yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman
dan ilmu yang luas kuat jasmani dan rohani.

Jika dikaitkan dengan latar belakang timbulnya pemikiran pendidikan


Islam Kyai Haji Ahmad Dahlan antara lain disebabkan oleh rasa tidak puas
terhadap sistem pendidikan yang ada dan hanya mengembangkan salah satu
bidang pengetahuan saja, dan ini dibuktikan dengan pandangannnya mengenai
tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas
pandangan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.

Dengan mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh


lembaga pendidikan Belanda, Kyai Haji Ahmad Dahlan mampu menyerap untuk
kemudian dengan gagasan dan praktek pendidikannya dapat menerapkan metode
pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah-sekolah yang
didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkannya
adalah perpaduan antara metode pendidikan modern dengan metode pendidikan
tradisional.

Pendidikan yang dikembangkan persyarikatan Muhammadiyah bersifat


kreatif dalam mengintregasikan tuntutan idealisme, korektif dan modernis. Aspek
idealisme merupakan substansi dari pendidikan persyarikatan Muhammadiyah,
sedangkan aspek korektif, inovatif dan modernis merupakan instrumennya. Aspek
korektif dan inovatif terlihat pada adanya usaha-usaha mengembangkan pondok
pesantren dan dalam memenuhi tuntutan modernisasi, dengan mencangkok sistem
pendidikan yang bersifat sekuler dalam bentuk persekolahan.

Anda mungkin juga menyukai