Anda di halaman 1dari 15

PEMIKIRAN TOKOH TOKOH PENDIDIKAN JHON PESTALOZZI,

MARIA MENTESSORI, DAN JHON DEWEY

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas terstruktur


Mata Kuliah Model model pendidikan Alternatiff
Dosen Pengampu Nurfuadi, M.Pd.I

Disusun oleh
Kelompok 6

Laela Isro’ Indah Sari (1522402234)


Rahayu (1522402242)
Sri Munawaroh (1522402248)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia
yang  berfikir, bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan
hidup. Dengan kata lain, pendidikan itu sangat penting bagi manusia. Pentingnya
pendidikan ini telah di teliti oleh beberapa tokoh dan para pemikir tentang  pendidikan.
Sebagai generasi penerus, kita perlu mengetahui sejarah mengenai tokoh pendidikan
tersebut. Begitu banyak ide yang telah mereka gagaskan untuk mengungkapkan
pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Tokoh-tokoh tersebut tidak hanya dari dalam
negeri saja namun juga ada tokoh-tokoh dari luar negeri.  Negara Indonesia merupakan
Negara yang berkembang begitu juga pendidikannya. Jadi kita harus tahu bagaimana
pengaruh tokoh pendidikan terhadap pengembangan pendidikan yang ada di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah
dalam makalah ini seperti:
1. Siapakah tokoh pendidikan yang berpengaruh dari luar negeri?
2. Bagaimana Pemikiran para tokoh tentang pendidikan ?
3.Bagaimana pengaruh tokoh-tokoh pendidikan terhadap pengembangan  pendidikan.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tokoh pendidikan yang berpengaruh dari luar negeri.
2. Untuk mengetahui Pemikiran para tokoh tentang pendidikan ?
3. Untuk pengaruh tokoh-tokoh pendidikan terhadap pengembangan  pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASANA

A. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Luar Negeri


1. Johan Henrich Pestalozzi
Lahir di Swiss pada tahun 1746 ,dari seorang ayah ahli bedah terkemuka
berbangsa Italia yang beragama Protestan , namun beliau meninggal ketika Johan
berusia lima tahun. Dengan demikian Johan tumbuh dan besar di bawah asuhan
seorang janda dan pembantunya yang setia.
Pendidikan dan karir Pendidikan yang ditempuh johann Heinrich Pestalozzi
dimulai dengan memasuki Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, kemudian memasuki
Collegium Carollinum yaitu sebuah sekolah lanjutan yang didirikan ada abad 8
kemudian dibangkitkan kembali pada abad 17 Sebagai sekolah Humanist oleh
seorang tokoh pembaharu agama yang liberal dan Sarjana Klasik yaitu Ulrich
Zwingli. Di Akademi Pestalozzi belajar Bahasa dan Sastra Yunani,Yahudi ,Sejarah,
Retorika serta Filsafat dibawah bimbingan professor yang berpikiran progresif beliau
terus mendorong dan mendukung idealism dan minat Pestalozzi terhadap reformasi
social. Dia membaca karya-karya Rosseau dan secara periodik Menulis essay tentang
politik dan masalah-maslah social yang disponsori oleh anggota fakultasnya,berkat
tulisannya itu beliau dijuluki seorang radikal oleh kalangan penguasa pemerintah
konservatif. Karena pengaruh tulisan Rosseau yang melukiskan pengacara sebagai
pemungut bayaran, dan bertani sebagai pekerjaan alami yang ideal beliau
menghentikan rencananya berkarir dalam bidang hukum dan memutuskan menjadi
seorang petani. Setelah selama setahun mendapat pelatihan mengenai pertanian di
Canton Of Berne Swiss bagian Barat . Tahun 1768 dia mampu membeli tanah dan
mulai melakukan percobaan pengolahan tanah dengan metoda yang telah
dikembangkan. Tetapi karena kegagalan dalam pengelolaan keuangannya pertanian
ini ditutup pada tahun 1774.Beliau mengubah pertanian yang telah diberi nama
Neuhoff (New Farm) menjadi sekolah dasar bagi anak-anak terlantar dari petani-
petani miskin. Pada awalnya sekolah ini memiliki 20 orang siswa kemudian
bertambah menjadi 50 orang anak laki-laki dan anak perempuan.Pola belajar yang

3
diterapkan merupakan perpaduan berkebun, memasak, menjahit,dan kelompok
diskusi dengan belajar Three Rs(menulis,membaca,dan berhitung) juga kajian Injil.
Tahun 1780 sekolah ini ditutup karena kekurangan dana padahal anak-anak telah
mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang menakjubkan,cukup makanan dan
pakaian,pengetahuan keterampilan kesehatn dan karakternya yang terus berkembang.
Dalam petualangan cinta sesama ini Pestalozzi telah kehilangan semua asset dan
warisan isterinya hanya dengan bantuan sisa teman-temannya beliau dapat
mempertahankan kepemilikan rumah keluarganya. Untuk menopang hidupnya
Pestalozzi menjadikan menulis sebagai karir.Tahun 1780 ia menulis artikel pada
sebuah jurnal The Evening Hours Of A Hermit yang isinya memerinci prinsip-prinsip
pandangan pedegogik dalam bentuk aporisma.
2. Maria Montessori
Maria Montessori lahir di Italia pada tahun 1870 di Chiaravalle, sebuah
propinsi kecil di Ancona. Maria mempunyai minat dan bakat yang besar terhadap
matematika, sehingga orangtuanya mengirimnya ke Roma agar mendapat pendidikan
yang lebih baik. Ia mulai menekuni bidang mesin, kemudian biologi dan akhirnya
bidang kedokteran. Pada tahun 1896, ia menjadi wanita pertama di Italia yang
mendapatkan gelar Doctor of Medicine. Setelah lulus, Maria bekerja di klinik
psikiater Universitas Roma, dan pekerjaannya yang berhubungan dengan masalah
cacat mental ini sangat membantunya dalam menuangkan gagasan-gagasan
pendidikan di masa yang akan datang. Maria yakin bahwa kecacatan mental lebih
merupakan masalah pendidikan daripada gangguan medis dan merasa bahwa dengan
latihan pendidikan khusus orang-orang cacat ini akan dapat dibantu. Pendidikan dan
pemahamannya terbukti memberikan kontribusi sangat besar dalam pengembangan
kemampuan anak yang menderita cacat mental. Casa dei Bambini atau “children’s
house” didirikan didaerah kumuh di Roma pada tahun 1907. Lingkungan yang
dipersiapkan bagi anak-anak cacat mental yang berumur di bawah lima tahun. Dr.
Montessori menggunakan materi-materi yang sebelumnya digunakan untuk mendidik
anak cacat mental yang lebih tua, yang sebelumnya merupakan sarana ilmiah utama
untuk mengukur akurasi diskriminasi-diskriminasisensoris. Pada tahun 1909, Maria
Montessori menerbitkan “Scientific Pedagogy as Applied to Child Edication in the
Children Houses”. Karyanya mendapat perhatian masyarakat terlebih masyarakat
Amerika. Awalnya Teori Montessori mendapat kritik karena banyak yang
beranggapan bahwa latihan-latihan ekstensif untuk perkembangan anak lebih lanjut

4
tidak perlu untuk anak usia pra sekolah. Diantara pengkritik ini adalah pengikut
Darwinisme konservatif yang sangat percaya pada faktor keturunan sebagai satu-
satunya penentu perkembangan anak. Teori Freud (psico-analitis) yang mendapat
perhatian diawal tahun 1900-an juga cenderung merendahkan arti pentingnya revelasi
Montessori di mana materi-materi pendidikannya membangkitkan minat spontanitas
anak dalam belajar. Secara perlahan gerakan Montessori berkembang di Eropa dan
belahan dunia lainnya. Pada tahun 1915, Maria secara antusias disambut di Amerika.
Dia, memberi kuliah dan membuka kursus bagi para guru di California. Sebuah kelas
Montessori di dirikan di San Fransisco World Exhibition pada tahun 1915. setelah
kembali ke Eropa, dia memberikan kuliah dibeberapa negara dan terus mengadakan
penelitian, banyak penghargaan diterimanya. Selama masa Perang Dunia I, ia
mendirikan gerakan Montessori di India, hingga saa tini. Semasa hidupnya Maria
Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir, bahkan tahun-tahun
awal kehidupannya meupakan masa-masa formatif yang paling penting baik fisik
maupun mental anak. Seorang bayi mempunyai fikiran yang aktif, tidak hanya secara
pasif menunggu instruksi dari orang dewasa, dan bisa menjadi apatis bila selalu
ditinggal sendiri. Melalui proses belajar yang normal dan secara bertahap, pola-pola
perilaku ditetapkan dan kekuatan-kekuatan pikiran orang dewasa mulai ditumbuhkan.
Metode pembelajaran yang sesuai dalam tahun-tahun kelahiran sampai usia 6 tahun
biasanya akan menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Karena perkembangan
mental dalam usiausia awal berjalan dengan cepat, periode ini tidak boleh
disepelekan. Montessori yakin bahwa pada tahun-tahun awal, anak mempunyai
“Periode-periode Sensitif (Sensitive Periods)”, selama masa-masa inilah dia secara
khusus mudah menerima stimulasistimulasi itu. Dr. Montessori meninggal di Belanda
tahun 1952 pada umur 81 tahun. Setelah kematiannya, anak laki-lakinya
menggantikan kedudukannya sebagai direksi Association Montessori Internationale
yang berkantor pusat di Amsterdam.
3. John Dewey
Dewey dilahirkan di Burlington, Vermont, Amerika Serikat pada 20 Oktober
1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore, ia menjadi guru besar dalam
bidang filsafat dan kemudian dalam bidang pendidikan pada beberapa universitas.
Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700-an artikel.
Dewey meninggal dunia pada 1 Juni tahun1952 (umur 92) di New York City, New
York, Amerika Serikat.

5
John Dewey adalah seorang filsuf Amerika, psikolog, dan pembaharui
pendidikan yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Ia
diakui sebagai salah satu pencetus sekolah filsafat Pragmatisme (bersama dengan
Charles Sanders Peirce dan William James), pelopor dalam psikologi fungsional, dan
seorang pengembang gerakan pendidikan progresif di Amerika Serikat selama paruh
pertama abad 20. Menurut Dewey, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi
perbuatan nyata dalam kehidupan. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam
dalam pemikiran-pemikiran metafisik belaka. Filsafat harus berpijak pada
pengalaman, dan menyelidiki serta mengolah pengalaman tersebut secara kritis.
Dengan demikian, filsafat dapat menyusun suatu sistem nilai atau norma. Dewey
juga dianggap oleh aliran fungsionalisme sebagai seorang pemikir bergaya praktis
dan pragmatis, sehingga, di dalam ilmu pendidikan ia menganjurkan teori dan
metode learning by doing.
B. Pemikiran Para tokoh tentang pendidikan
1. Johan Henrich Pestalozzi
Dalam pandangan teologisnya, Pestalozzi memberikan penjelasan bahwa
untuk menentukan sebuah metode pendidikan yang baik, perlu didasarkan pada
beberapa point, antara lain:
a. kepercayaan kepada Allah (dalam memahami ini, Pestalozzi memberikan
penggambaran bahwa manusia perlu bersandar kepada Allah sebagai pencipta
dan awal dari segala pengetahuan).
b. alam sebagai pedoman (pemaparan tentang point ini lebih kepada penalaran kita
dalam menyesuaikan proses belajar kita kepada irama alami).
c. Yesus dalam pelayanan kepada sesama dilihat sebagai contoh ideal.
d. manusia memiliki jati diri dan tugas selama hidup di dunia, yang dibagi kedalam
lima point:
1) sebagai makhluk yang memiliki kepercayaan di mana di dalamnya memiliki
pengalaman beriman secara pribadi
2) yang memiliki sifat-sifat alamiah
3) merupakan makhluk sosial
4) bermoral
5) memiliki sifat ilahi.
Dalam pendidikan Pestalozzi memberikan beberapa point yang dianggap
penting dari hasil pengamatannya tentang tugas dari seorang pengajar, antara lain:

6
a. pengajar bertugas memberikan pengetahuan baru jika naradidik sudah
memahami pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya
b. pengajar bertugas memberikan tugas belajar dalam ruang lingkup yang terbatas
dan terarah agar naradidik dapat focus
c. memanfaatkan pancaindera yang dimiliki naradidik dalam proses belajar-
mengejar
d. mengelompokkan dan menggunakan tiga point penting dalam mengajar, yaitu:
jumlah, bentuk, dan bahasa
e. mengembangkan nalar berpikir naradidik dalam menerima sebuah pengetahuan
f. melalui pengembangkan nalar berpikir naradidik dituntut untuk memupuk
perasaan dan penghargaan terhadap alam sekitarnya
g. menempatkan pengalaman jasmani dan akal dalam pengalaman moral dan
rohani.
Pestalozzi juga menekankan satu point yang penting dalam pendidikan,
yaitu peran orangtua sebagai pengajar pertama yang didapatkan peserta didik.
Bagi Pestalozzi, orangtua haruslah berperan dalam menanamkan iman dalam diri
peserta didik melalui kasih sayang yang diberikan dirumah. Melalui pengalaman
ini, orangtua dapat memberikan sebuah contoh yang nyata dalam perlakuan
mereka kepada naradidik yang dapat memberikan gambaran bahwa beginilah
kasih Allah kepada manusia. Sehingga harapan dari Pestalozzi bahwa peserta
didik juga dapat membawa pengalaman imannya kedalam ruang pembelajaran
dikelas. Di mana proses pembelajaran yang ditawarkan oleh Pestalozzi bukanlah
proses pembelajaran yang sudah ada dan telah baku, akan tetapi Pestalozzi
memulainya dengan pengalaman-pengalaman dan kemudian berefleksi atas semua
pengalaman-pengalaman itu.
2. Maria Montessori
Teori Montessori sering dikenal sebagai Pendekatan Montessori salah satu
teorinya tentang anak adalah :
“Jika pendidikan mengenali nilai intrinsik dari kepribadian seorang anak, dan
memberikan nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita
menyingkapkan anak yang sama sekali baru, dimana karakternya yang
memukau pada akhirnya dapat menyumbang kepada dunia yang lebih baik.” -
Maria Montessori.
Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi anak sebagai suatu masa yang
sangat esensial bagi keseluruhan hidupnya. Dan Maria Montessori menggagaskan

7
tentang konsep Child’s Self Construction yang menyatakan bahwa anak
membangun sendiri 70 perkembangan jiwanya, Sensitive Periods menyatakan usia
anak dini adalah masa peka, absorbent mind serta pada masa anak usia dini
memiliki jiwa penyerap berbagai pengetahuan dan pengalaman dalam hidupnya.
Maria Montessori menciptakan suatu revolusi barui dalam hal pendidikan anak usia
dini yaitu melalui pembangunan “childrens houses”, case dei bambini disuatu
komplek perumahan kumuh di San Lorenzo, Roma pada tahun 1907. Maria
Montessori menciptakan sebuah buku terkenal dengan judul The Montessori
Method pada bulan April 1912. Buku tersebut menyarankan cara-cara “auto-
education” bisa diterapkan bagi anakanak usia dini. Metode Montessori terbukti
berhasil, sehingga beliau meninggalkan praktek kedokterannya dan dua kedudukan
yang beliau miliki di universitas agar dapat meluaskan gagasannya. Teori teorinya
menyebar ke seluruh Italia dan ke bagian-bagian dunia yang lain: Spanyol, Belanda,
Amerika Serikat, Inggris dan India. Maria Montessori meninggal dunia pada 1952
dalam umur 82. Upaya beliau yang tak kenal lelah merupakan warisan yang beliau
tinggalkan untuk semua anak-anak di dunia. Saat ini ada lebih dari 8000 sekolah
Montessori di seluruh dunia.
Ciri dari teori atau metode Montessori ini adalah penekanan pada aktivitas
pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut
"direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian
dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas
fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktek. Ciri lainnya
adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan
berbagai konsep. Montessori menyebut ruang kelas pertamanya, casa dei bambini,
atau rumah anak-anak. Di rumah untuk anak-anak ini, perabotnya dibuat berukuran
anak, dan semua bahan ajar serta latihan secara khusus dirancang untuk memenuhi
kebutuhan anak-anak: fisik, emosi, sosial, intelektual dan spiritual. Anak-anak tetap
berada di satu ruang kelas selama tiga tahun dan selama itu mereka
mengembangkan perasaan memiliki yang kuat, rasa keakraban dan keamanan
dengan lingkungan sekitar mereka, membantu membuat ruang kelas kelihatan
seperti rumah sendiri. Kelas Montessori terdiri dari kelompok-kelompok umur yang
berbeda: 3-6 tahun, atau 6-9 tahun, atau 9-12 tahun. Di tempat ini anak-anak yang
lebih kecil belajar dengan meniru, dengan mengamati anak-anak yang lebih besar.
Anak-anak yang lebih besar bukan hanya menjadi teladan; mereka mendapatkan

8
manfaat dari kesempatan yang mereka miliki untuk melatih pengetahuan mereka
sendiri dengan menolong teman-teman sekelas yang lebih kecil. Hal ini
menggalakkan rasa komunitas yang mendorong kerjasama.
3. Jhon Dewey
Dalam bukunya yakni Demokrasi dan Pendidikan, Dewey mensintesis,
mengkritik, dan memperluas dengan filsafat pendidikan demokratis atau proto-
demokratis Rousseau dan Plato. Dia melihat Rousseau sebagai over emphasizing
masyarakat di mana individu berada. Dewey membuktikan dalam bukunya bahwa
pengalaman belajar seseorang akan berpengaruh dalam penjelajahan dan introduksi
ide-ide baru yang revolusioner.
Pendidikan bukan hanya proses pemberian pengetahuan yang bersifat statis.
Keterampilan dan pengetahuan siswa dari proses belajar harus diintegrasikan sepenuhnya
ke dalam kehidupan mereka dalam bermasyarakat dan dalam dunia nyata. Di Sekolah
Laboratorium yang ia dirikan di University of Chicago, anak-anak belajar banyak belajar
kimia, fisika, dan biologi dengan menyelidiki alam secara langsung, bersifat praktis, dimulai
dari hal yang kecil dan dilakukan sambil bekerja. Filsafat Dewey yang terkenal adalah
“Learning by doing”.
C. Pengaruh Pemikiran Para Tokoh Terhadap Pendidikan
1. Johan Henrich Pestalozzi
Dengan memakai metode pengalaman, maka Pestalozzi dalam merumuskan
dasar-dasar kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai tiga point yang
penting dalam proses pembelajaran yang dianjurkan oleh Pestalozzi dengan
memanfaatkan pancaindera dari naradidik. Oleh sebab itulah, Pestalozzi berharap
agar pendidikan ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa memandang status
sosialnya. Kesetaraan dalam menerima pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi
point penting yang diinginkan oleh Pestalozzi bagi anak-anak, karena semua ini
merupakan sebuah dobrakan yang diberikan agar pendidikan dapat dirasakan oleh
semua golongan masyarakat.
Dasar metodenya adalah:
a. Impression atau pengamatan
b. Ekspresi dalam bentuk bahasa, benda-benda, bilangan atau hitungan dan moral
c. Asas didaktik, yang mana apaa-apa yang akan diajarkan kepada anak harus
terlebih dahulu diperagakan atau diperlihatkan kepada anak. Jadi sifat dari
pendidikan Pestalozzi adalah pengajaran klasikal dan peragaan

9
Ide Pestalozzi lainnya yang juga penting adalah Learning by Doing, belajar
sambil melakukan. Untuk ini guru harus dipersiapkan untuk tidak selalu “menyuapi”
anak didik terus menerus. Sedangkan belajar aktif menurut Pestalozzi mengharuskan
anak mencoba, mengeksplorasi, mengobservasi, melakukan sendiri kegiatan sehari-
hari. Dengan melalui learning by doing barulah anak belajar yang sebenarnya.
2. Maria Montessori
Pemikiran Maria Montessori telah memberikan kontribusi yang besar
terhadap revolusi pendidikan dewasa ini. Ia menganggap bahwa anaklah yang
membangun orang dewasa bukan orang dewasa yang membangun anak. Anak
makhluk yang konstruktif yang memerlukan bantuan orang dewasa agar
perkembangannya optimal. Pendidikan yang selama itu terjadi dalam pandangan
Montessori, telah membelenggu perkembangan anak. Guru dan orang dewasa yang
egosnetris, otoriter, dan berperan sebagai ahli adalah merupakan kekeliruan besar.
Hal tersebut di atas menyebabkan ia menekankan perlunya pola pendidikan
baru, yaitu sistem pendidikan sejak usia dini yang sesuai dengan perkembangan anak
dimana peran orang dewasa sangat penting dalam membantu perkembangan mereka
secara optimal. Berikut adalah pokok-pokok pikiran (asumsi) Maria Montessori yang
menegaskan perlunya pendidikan pola baru tersebut. Antara lain, sebagai berikut;
a. Pendidikan Pola Baru adalah Pendidikan yang Memfokuskan pada Anak dan
Peran Orang dewasa
b. Pendidikan Pola Baru adalah Pendidikan yang Membebaskan Anak dari
Ketergantungan terhadap Orang Dewasa
c. Pendidikan Pola Baru adalah Pendidikan Anak yang Memberikan Peluang untuk
Mengoptimalkan Kekuatan Unik pada Dirinya untuk Mengembangkan Diri
d. Pendidikan Pola Baru adalah Pendidikan Anak yang Memberikan Peluang
kepada Mereka untuk Berinteraksi dengan Lingkungannya secara Bebasa dengan
Penuh Kesabaran, Simpati, Kehangatan dan Kasih Sayang
e. Pendidikan Pola Baru adalah Pendidikan anak yang Mampu Memberikan
Kondisi dan Perlakuan (Bantuan) yang Tepat.
3. John Dewey
Ide John Dewey mengenai system pendidikan walaupun cukup populer
namun tidak pernah secara luas dipakai dalam praktek pendidikan di Sekolah-
sekolah Amerika. Pendidikan Progresif tidak banyak digunakan selama Perang
Dingin, ketika perhatian dalam pendidikan menciptakan dan mempertahankan ilmu

10
dan teknologi untuk kepentingan militer. Pasca Perang Dingin, pendidikan
progresif muncul kembali dalam di banyak sekolah dan lingkaran teori pendidikan.
Dalam perkembangan revolusi cara-cara belajar filsafat Dewey mengenai belajar
kini telah dipakai secara luas di seluruh dunia yang mengilhami munculnya
pendekatan kontekstual (CTL )  dalam proses pembelajaran.
Mengenai Learning by Doing, Di dalam bidang pendidikan, ia menganjurkan
teori dan metode learning by doing (belajar sambil melakukan). Dalam teori dan
metodenya ini, ia berpendapat bahwa untuk mempelajari sesuatu, tidak perlu orang
terlalu banyak mempelajari itu. Dalam melakukan apa yang hendak dipelajari itu,
dengan sendirinya ia akan menguasai gerakan-gerakan atau perbuatan-perbuatan
yang tepat, sehingga ia bisa menguasai hal yang dipelajari itu dengan sempurna. Ia
mengambil contoh tentang seorang yang akan belajar berenang. Menurutnya,
seorang itu tidak perlu diajari macam-macam teori tetapi cukup ia langsung disuruh
masuk kolam renang dan mulai berenang, dengan cepat seorang itu akan menguasai
kemampuan berenang.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tidak bisa dipungkiri orang tua merupakan elemen yang paling penting dalam proses
tumbuh kembang anak. Perlu diingat bahwa orang tua adalah guru pertama, model peran,
simbol rasa aman, dan sumber untuk mendapatkan kasih sayang dan pendidikan bagi
anaknya. Orang tua yang akan menjadi jembatan bagi anak antara dunia kecil mereka dengan
dunia yang sebenarnya. Perubahan zaman yang semakin cepat menuntut peran yang lebih
besar dari orangtua untuk lebih memaksimalkan kedekatan mereka dengan anak. Karena saat-
saat kebersamaan merupakan bagian terpenting dari masa kini anak dan masa depan mereka,
yang harus dimulai sejak mereka dilahirkan. Menjalin kedekatan antara orangtua dan anak
merupakan kesempatan untuk memberikan pendidikan bagi anak, serta merupakan
pengalaman yang menyenangkan. Peluang ini dapat memungkinkan orang tua mengetahui
langkah-langkah progresif mereka dalam belajar, mengamati bagaimana mereka berkembang
menjadi individu
yang bertanggung jawab dan mandiri, dan menjadi saksi bagaimana mereka menjalin
hubungan dengan sekitarnya. Anak-anak terlahir dengan bakat dan kemampuan untuk
menghadapi dunia, tugas orangtua dan guru adalah membangkitkan kemampuan ini.
Usahakan orangtua untuk selangkah lebih maju dari anak sehingga akan merasakan
kebutuhan-kebutuhan mereka dan mengetahui kapan pelajaran akan diteruskan. Bertindaklah
dengan yakin berbekal intuisi alami sebagai orangtua, maka anakpun akan berkembang
dengan baik.
“Jika pendidikan mengenali nilai intrinsik dari kepribadian seorang anak, dan
memberikan nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita menyingkapkan anak
yang sama sekali baru, dimana karakternya yang memukau pada akhirnya dapat
menyumbang kepada dunia yang lebih baik.”
Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi anak sebagai suatu masa yang sangat esensial bagi
keseluruhan hidupnya. Dan Maria Montessori menggagaskan tentang konsep
1. Child’s Self-Construction yang menyatakan bahwa anak membangun sendiri
perkembangan jiwanya,
2. Sensitive Periods menyatakan usia anak dini adalah masa peka,
3. absorbent mind serta pada masa anak usia dini memiliki jiwa penyerap berbagai
pengetahuan dan pengalaman dalam hidupnya Kritisisme

12
Ciri dari teori atau metode Montessori ini adalah penekanan pada aktivitas
pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau
"pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar
anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep
akademis dan keterampilan praktek. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan
otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.
Sedangkan pemikiran Jhon Dewey lebih menekankan tentang pendidikan bukan hanya proses
pemberian pengetahuan yang bersifat statis. Keterampilan dan pengetahuan siswa dari proses
belajar harus diintegrasikan sepenuhnya ke dalam kehidupan mereka dalam bermasyarakat
dan dalam dunia nyata.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2015/02/john-dewey-filsuf-psikolog-
pembaharu-pendidikan.html
http://aniqiyah09luluk.blogspot.com/2012/12/pendidikan-anak-usia-dini-menurut-
jh.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Johann_Heinrich_Pestalozzi

14
15

Anda mungkin juga menyukai