Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“SEJARAH PENDIDIKAN”

Pembina Ibu Nur Anisa, M.Pd

Oleh:
Andina Dea Saffina (190731638487)
Fahreza Nur Azizah (190731638503)
Lady Abrenda (190731638408)
Ridlo Kurniawan (190711637320)
Riska Endah Cahyani (190711637322)
Robbi Maulana Malik Huda (190731638492)
Sofyan Santoso (190711637313)
Terry Hudya Akbar (190731638485)
Vidiana Indra Purwaningsih (190711637321)
Wiranti Ayuning Safitri (190731638497)

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Sejarah
Pendidikan” dengan lancar. Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan . Rasa terima kasih kami tidak
terkirakan kepada yang terhormat Ibu Nur Anisa, M.Pd selaku pembimbing materi
dalam pembuatan makalah ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam
penyusunan makalah ilmiah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Harapan
kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang Sejarah Pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki.Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami menerima saran maupun kritik dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki
kesalahan yang ada dalam makalah kami.Akhirnya penyusun mengharapkan semoga
dari makalah ini dapat diambil hikmat dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi bagi para pembaca.

Malang, 09 Februari 2020

Penyusun
Daftar Isi

Daftar Isi……………………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………………………
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH PENDIDIKAN DI DUNIA…………………………………………………
2.2 PENDIDIKAN MASA PERJUANGAN……………………………………………….
2.3 PENDIDIKAN MASA PEMBANGUNAN……………………………………………
2.4 PENDIDIDKAN MASA REFORMASI……………………………………………….
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………….
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………………….
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut Plato Pendidikan merupakan sesuatu yang dapat membantu perkembangan
individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang dapat memungkinkan tercapainya
sebuah kesempurnaan. Hal ini, menunjukkan bahwa dengan berpendidikan, kita bisa
mencapai sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, Pendidikan memang merupakan sebuah
alat yang penting untuk dicapai. Dalam perjalanannya, pendidikan yang ada zaman
sekarang merupakan adopsi dari model pendidikan pada masa lalu. Dan untuk mengubah
menjadi sistem pendidikan zaman sekarang, membutuhkan proses yang panjang dan tidak
mudah.
Di dalam makalah ini, kami akan mengulas tentang sejarah pendidikan di beberapa negara
di dunia maupun yang ada di Indonesia. Dan sejarah pendidikan di Indonesia sendiri dapat
digolongkan menjadi tiga era, yakni Era Perjuangan( Kolonial), Era Pembangunan (Orde
Baru), dan Era Reformasi (Sampai sekarang). Ketiga masa ini memiliki sistem pendidikan
yang berbeda. Karena kita mengetahui, bahwa era perjuangan merupakan suatu era dimana
Indonesia masih dijajah. Oleh karena itu, sistem pendidikannya juga masih masih
mengikuti negara penjajah baik itu Belanda maupun Jepang. Semakin berkembangnya
zaman, proses dan sistem pendidikan juga ikut berkembang. Ketika zaman penjajahan
yang boleh sekolah hanya dari golongan anak bangsawan, Setelah kemerdekaan,
Pendidikan sudah diperuntukkan untuk semua kalangan. Begitu pun sampai hari ini.
Karena memang pendidikan itu bersifat dinamis. Sistem pendidikan zaman dahulu belum
tentu diterapkan sampai sekarang. Semua mengikuti tuntutan dan kebutuhan zaman.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana proses perkembangan sejarah pendidikan di dunia?
1.2.2 Bagaimana proses perkembangan sejarah pendidikan masa perjuangan di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana proses perkembangan sejarah pendidikan masa pembangunan di
Indonesia?
1.2.4 Bagaimana proses perkembangan sejarah pendidikan masa reformasi di Indonesia?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui bagaimana perkembangan sejarah di dunia
1.3.2 Mengetahui perkembanagan sejarah pendidikan di Indonesia pada masa perjuangan
1.3.3 Mengetahui perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia pada masa pembangunan
1.3.4 Mengetahui perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia pada masa reformasi
PEMBAHASAN

1.1 SEJARAH PENDIDIKAN DUNIA


Pidarta, (2007: 110) menjelaskan tentang perjalanan pendidikan dunia yang telah
berlangsung mulai dari zaman Hellenisme (150 SM -500), zaman pertengahan (500-1500),
zaman Humanisme atau Renaissance serta zaman Reformasi (1600an). Namun pendidikan
pada zaman ini belum cukup memberikan kontribusinya. Sejarah pendidikan dunia yang
banyak dibahas dalam beberapa literatur mengemukakan tentang periodisasi pendidikan dunia
yang terdiri dari:
a) Zaman Realisme
 Tokoh-tokoh zaman ini ialah Francis Bacon dan Johann Amos Comenius.
 Menurut aliran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya
melaluipenginderaan semata tetapi juga melalui persepsi pengiinderaan
(Mudyahardjo, 2008: 117)
b) Zaman Rasionalisme
 Tokoh pada zaman ini adalah John Locke
 Aliran ini memberikan kekuasaan kepada manusia untuk berpikir sendiridan bertindak
untuk dirinya, karena itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya sendiri dan
bertindak untuk dirinya.
c) Zaman Naturalisme
 Tokoh pendidikan pada zaman ini ialah J.J. Rousseau
 Aliran ini menentang kehidupan yang tidak wajar seperti korupsi, gayahidup yang
dibuat-buat dan sebagainya.
 Aliran ini menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhankebutuhannya,dan
dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinyasendiri.
d) Zaman Developmentalisme
 Aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu proses perkembanganjiwa sehingga
sering disebut sebagai gerakan psikologis dalam pendidikan
 Tokohnya ialah Pestalozzi, Johan Frederich Herbart, Stanley Hall
e) Zaman Nasionalisme
 Dibentuk sebagai upaya membentuk patriot bangsa dalammempertahankan bangsa dari
kaum imperialis
 Tokohnya adalah La Chatolais, Fichte, dan Jefferson
f) Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme
 Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuatkedudukan
penguasa/pemerintahan, dipelopori oleh Adam Smith
 Positivisme percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera
sehingga kepercayaan terhadap agama semakin melemah, tokohnyaAugust Comte
g) Zaman Sosialisme
 Aliran ini berpendapat bahwa masyarakat memiliki arti yang lebih pentingdaripada
individu. Oleh karena itu pendidikan harus diabdikan untuktujuan-tujuan sosial
 Tokohnya Paul Nartrop, George Kerchensteiner, dan John Dewey

Pendidikan dunia telah lama sekali adanya. Mulai dari zaman purba dan zaman yunani
purba, kemudian zaman hellenisme tahun 150-500 SM, ke zaman pertengahan 500-1500-an,
zaman reformasi dan kontra reformasi pada tahun 1600-an. Sejarah pendidikan pada zaman
purba belum banyak memberi kontribusinya kepada pendidikan pada zaman sekarang ini.
Oleh karena itu, pendidikan pada zaman ini sedikit diragukan. Sedangkan sejarah pendidikan
pada zaman yunani purba dipengaruhi oleh ahli pendidiknya pada saat itu seperti : 
1. Plato. 
Memiliki tujuan dalam pendidikan yaitu :
 Membentuk warga Negara secara teoritis dan praktis, untuk mengabdi pada negaranya
oleh sebab itu pendidikan diselenggarakan oleh Negara.
 Membentuk manusia supaya mempergunakan akalnya dengan bijaksanan.
 Membentuk manusia berkehendak untuk menopak sifat keberaniannya
 Memunculkan hasrat manusia yaitu memiliki rasa keingin tahuan
2. Pyhtagioras.
Memiliki tujuan pendidikan untuk membentuk manusia susila, karena menurutnya manusia
sejak kecil mempunyai kecenderungan berbuat jahat.
3. Socrates.
Bertujuan untuk membawa manusia pada kebijakan.
4. Aristoteles
Berpendapat bahwa dalam pendidikan harus mengenal pembawaan dan kecenderungan anak
supaya ia mendapat bimbingan sebaik-baiknya.

Sedangkan pendidikan di Abad ke-17 dimulai oleh:

1. Prancis Bacon

 Pendapat Bacon adalah sebagai berikut:


 Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan harus diarahkan
kepada realita ala mini serta hal-hal praktis yang ada didalamnya.
 Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat lewat alat-alat indra
 Menggunakan metode berfikir induktif, yaitu mulai dari menemukan fakta-fakta
khusus kemudian dianalisis sehingga menimbulkan simpulan.
 Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan eksperimen-
eksperimen.
 Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan.

2. Johan Amos Comenius.


Yang terkenal dengan bukunya yang berjudul :
 Jangua Linguarum reserata atau pintu terbuka bagi bahasa
 Orbic pictus atau gambar dunia
 Didactika Magna atau buku didaktik yang besar

    Kemudian pada abad ke-18 berkembanglah paham rasionalisme. Aliran ini bertujuan
memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak untuk dirinya.
Karena latiha-latihan yang diperlukan untuk mempertkuat akal atau resiko. 
Tokoh pada abad ke-18 yang menunjukkan bukti pendidikan ialah :
1. John Locke
Dengan teorinya yang terkenal ialah teori taularasa atau a blank sheet of paper. Proses belajar
menurut Jhon Locke ada tiga langkah, yaitu:

  a. Mengamati hal-hal yang ada diluar diri manusia.


  b. Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan.
  c. Berfikir.
Selanjutnya pada abad ke-18 ini muncul pula aliran baru yaitu naturalis sebagai reaksi
terhadap aliran rasionalis. Dengan tokohnya ialah : 
1.   J.J. Rousseau
Menurut Rousseau ada tiga asas pengajar yaitu:
   1. Asas pertumbuhan
   2. Asas aktifitas
   3. Asas individualis
  Pada abad ke-19 Zaman developmentailisme, penganut aliran ini memandang proses
pendidikan sebagai suatu perkembangan jiwa. Pendidikan adalah suatu proses perkembangan
yang berlangsung dalam setiap individu.
Tokoh-tokoh aliran ini ialah :
1. Pestalozzi
Menyatakan tujuan pendidikan adalah meningkatkan derajat sosial seluruh umat
manusia. Dengan mengembangkan semua aspek individualnya yaitu otak, tangan tangan dan
hati mereka. Sesudah mengetahui hukum-hukum perkembangan anak, adalah menyediakan
syarat-syarat tertentu agar kekuatan-kekuatan anak bisa berkembang dengan baik. Inilah
merupakan hakikat pendidikan Pestalozzi. Herbeart mendasarkan teorinya pada psikologi
asosiasi.
2. Herbart
Menginginkan pembentukan manusia yang susila yang bermoral tinggi. Tujuan
pendidikannya ialah membentuk watak susila, melalui pengembangan minat yang seluas-
luasnya.
Menurut Herbart ada lima langkah dalam proses belajar mengajar:
 Persiapan 
 Presentasi
 Asosiasi
 Generalisasi
 Aplikasi

3. Frobel
Frobel bermaksud mengembangkakn semua kapasitas dan kekuatan yang laten pada anak-
anak. Frobel yakin, anak-anak lahir berbekal potensi-potensi. Tujuan pendidikannya adalah
mengembangkan semua potensi itu akan menjadi aktual.
Pendidikan probel adalah perkembangan yang diawasi. Titik berat pendidikannya adalah
kreativitas. Artinya agar pendidikan anak berhasil dengan baik, dibutuhkan kreaifitas anak itu
sendiri mengembangkan dirinya. Tujuan akhir pendidikan Frobel adalah mencapai integritas
diri dengan alam atau kosmos ini, sesuai dengan kehendak Tuhan penciptanya.
Tokoh terakhir dari aliran developmental adalah Stanli Hall. Tujuan pendidikannya adalah
mengembangkan semua kekuatan-kekuatan yang ada sehingga memperoleh keperibadian
yang harmonis. Dari keempat pandangan tokoh pendidik developmentalisme ini dapat
disarikan konsep-konsepnya sebagai berikut:
a. Mengaktualisasi semua potensi
b. Cara-cara untuk mewujudkan tujuan diatas
Zaman Nasionalisme pada abad selanjutnya sebagai upaya membentuk patriot-patriot
bangsa, mempertahankan bangsa dari imperialisme, antara lain perang-perang yang
dilakukanoleh Kisar Napoleon. Tokoh-tokohnya antara lain La Chalotais di Perancis, Fichte di
Jerman, dan Jefferson di ameriak serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah untuk menjaga,
memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara. Yang diutamakan negara adalah:
1. Pendidikan sekuler
2. Pendidikan jasmani
3. Pendidikan kejuruan
Untuk mensukseskan pendidikan-pendidikan tersebut maka diadakaan pendidikan berikut :
1. Bahasa dan kesusastraan nasional
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Lagu-lagu kebangsaan
4. Sejarah negara
5. Geografi Negara
6. Pendidikan jasmani
Di Jerman oleh Hitler, di Italia oleh Musolini, dimana pendidikan nasional juga digerakan
diluar sekolah. Akibat negatif pendidikan ini adalah munculnya Chaufinisme di Jerman, yaitu
kegilaan terhadap tanah air, yang menimbulkan bencana perang dunia I.
Abad ke-19 ditandai oleh liberalisme dan positivisme. Bukti-bukti liberalisme antara lain
sekolah sekolah dipakai untuk memperkuat kedudukan penguasa pemerintahan.yang banyak
pengetahuan dialah yang berkuasa, yag mengarah ke individualisme.
Sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme, positivisme, dan individualisme, munculah
aliran sosial dalam pendidikan pada abad ke-20. tokoh-tokohnya ialah Paul Natorp dan george
Kerchensteiner di Jerman serta John Dewey, di amerika serikat. Tokoh ini berpendapat
masyakat mempunyai arti yang lebih esensial daripada individu.
Buku-buku John Dewey yang terkenal dalah (1) The School and societi tentang tujuan
sosial dan sekolah, dan (2) How The Think. Deweyberpendapatbahwa segala sesuatu harus
ditimbang menurut kegunaan praktisnya bagi kehidupan sosial.
Proses belajar mengajarnya mempunyai dua aspek:
a. Aspek Psikologis
b. Aspek Sosiologis
Ahli pendidik lain yang juga terkenal pada abad ke-20 adalah Maria Montessori, Ovide
Decroly, dan Hellen Parkurst. Montessori. Masa peka ini memberi dorongan untuk aktif
sendiri. Sekolah perlu menyediakan bermacam-macam alat untuk:
1. Melatih fungsi motoris
2. Melatih fungsi sensoris
3. Belajar bahasa
Tokoh-tokohnya antara lain La Chalotais di Perancis, Fichte di Jerman, dan Jefferson di
ameriak serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah untuk menjaga, memperkuat, dan
mempertinggi kedudukan negara. Yang diutamakan negara adalah:
a. Pendidikan sekuler
b. Pendidikan jasmani
c. Pendidikan kejuruan
1.2 PENDIDIKAN ZAMAN PERJUANGAN
Sebelum datangnya Portugis, Belanda ataupun Jepang. Indonesia sudah menegenal
tentang Pendidikan walaupun Pendidikan tersebut sangat mendasar, yaitu Pendidikan dalam
keluarga maupun agama. Selain membawa pengaruh dalam bidang ekonomi, tentunya
Belanda dan Jepang juga membawa dampak lain, termasuk Pendidikan di Indonesia ini. Baik
untuk “mereka” ataupun untuk warga pribumi. Antara Belanda dan Jepang tentunya
mengalami banyak perbedaan dalam aturan dan dampaknya bagi warga Indonesia.
A. Masa Belanda
Kedatangan Bangsa Belanda awalnya hanyalah untuk bagian dari kegiatan
perdagangannya. Namun, karena adanya keinginan mempunyai hasil yang lebih banyak, maka
lambat laun bangsa Belanda mulai meguasai Indonesia. Baik dalam segi ekonomi, social-
politik, bahkan Pendidikan warganya. Awalnya Pendidikan memang diperkenankan untuk
para penerus generasi bangsa Belanda sendiri, mengingat hal ini akan menguntungkan bangsa
Belanda kedepannya. Namun, kemudian bangsa Belanda mulai memperkenalkan
pendidikannya kepada bangsa Indonesia, dengan sasaran putra bangsawan dan para priyayi
ataupun anak-anak yang mempunyai orang tua sangat berkecukupan dengan tujuan untuk
dijadikan sebagai pegawai bawahan Belanda atau teknisi dari infrstruktur yang nantinya akan
menguntungkan pihak Belanda serta misi untuk menyebarkan agama Kristen.
Didorong oleh kebutuhan praktis berkaitan dengan pekerjaan diberbagai bidang,
Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat Indonesia dengan tujuan menghasilkan
pegawai-pegawai rendahan baik sebagai pegawai negeri maupun swasta. Adapun
kecenderungan pendidikan masa kolonialini adalah: 1) membiarkan terselengarakannya
pendidikan islam tradisional serta membantu mendirikan madrasah Islam di Nusantara, 2)
mendirikan sekolah Zending (mizionaris) yang bertujuan menyebarkan agama kristen.
Adapun ciri khas pendidikannya antara lain: 1) dualistic diskriminatif, 2) sentralistik, 3) tujuan
pendidikan untuk menghasilkan tamatan sebagai warga negara Belanda kelas dua.
Penerapan Pendidikan yang dilakukan Belanda juga mengandung unsure diskriminasi
dimana Anak-anak Belanda lebih di utamakan pendidikannya daripada Anak-anak Pribumi.
Dengan tingkatan kelas pertama anak-anak Belanda, kedua anak-anak Cina dan Arab dan
ketiga adalah Pribumi (bangsawan dan priyayi). Pendidikan yang ada di Indonesia pada masa
perjuangan (Belanda) antara lain:
Eropa :
a. Els (Europeesche Lagere School)
Lembaga Pendidikan ini di bangun pada 24 Februari 1817 di Batavia merupakan
Lembaga pertama yang di tujukan keberadaannya untuk anak-anak Netherlands.
Lama Pendidikan ini adalah 6 tahun dan merupakan Pendidikan dasar.
b. Gymanasium III
Merupakan Lembaga yang di bangun pada tahun 1860 di Batavia. Lembaga ini
setara dengan sekolah menengah yang lama waktu belajarnya adalah 6 Tahun.
c. HBS (Hooger Burger School)
HBS merupakan pengganti dari Gymanasium yang di bangun pada tahun 1867
sekarang menjadi (ITS). HBS mempunyai dua cabang pembelajaran, yaitu 3 tahun
dan 5 tahun. Dimana 3 tahun di arahkan untuk kejuruan dan 5 tahun untuk
meneruskan di universitas.
d. MULO
MULO merupakan Lembaga Pendidikan yang setaratingkatannyadengan HBS
yaitu Lembaga sekolah menengah. Dibangun pada 1903 dan memiliki lama belajar
3 tahun.
e. AMS (AlgemeeneMiddlebare School)
Merupakan Lembaga lanjutandari MULO yang dibangun pada 1919. Lama
belajarnya 3 tahun ,setara dengan sekolah menengah atas atau sekolah kejuruan
pada masa nya.
f. Universitas
Universitas pada waktu itu antara lain: Kedokteran Batavia (1927),
InsitutTeknologi Bandung (1920), Recht Hoge School (1924).

Pribumi :
a. HIS ( Hollandsche Indische School)
Lembaga paling dasar bagi pribumi adalah HIS ,dimana lama belajar dari HIS ini
adalah 7 tahun, yang lulusannya bisa setara dengan lulusan HBS yang merupakan
sekolah menengah.
b. Sekolah Desa
Sekolah ini merupakan sekolah yang di danai oleh masyarakat atau warga sendiri.
Dimana sekolah ini tidak mengenalkan Bahasa Belanda sama sekali. Lama dari
sekolah ini adalah 3-4 tahun.
c. Sekolah lanjutan
Sekolah ini sangat bermanfaat bagi warga pribumi yang telah lulus dari sekolah
desa. Karena sekolah ini memuat pelajaran Bahasa Belanda di dalamnya, sehingga
memudahkan warga pribumi nantinya untuk masuk ke kejuruan ataupun
universitas. Lama belajarny adalah 2-3 tahun dan dibangun pada 1921.

B. MASA JEPANG
Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942 yang pada masa itu sedang terjadi Perang
Dunia sehingga berimbas pada pemerintahan Jepang yang bersifat militeristik. Dalam misinya
menguasai Indonesia, Jepang banyak melakukan perubahan. Termasuk dibidang pendidikan,
penyelenggaraannya ditujukan untuk menghasilkan tentara yang siap memenangkan perang
bagi Jepang. Selain itu, di bidang pendidikan secara luas ada beberapa segi positif dari
penjajahan Jepang di Indonesia antara lain: a) Jepang telah menghapus dualisme pendidikan
dari penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang,
b) pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstrusikan oleh Jepang untuk di pakai di
lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor dan dalam pergaulan sehari-hari. Bahas Jepang
sebagai bahasa kedua sedang bahasa Belanda dilarang, c) Jepang mendirikan sekolah guru
dengan sistem pembinaan indoktrinasi mental ideologis, d) pembinaan murid dan para
pemuda dilakukan dengan senam pagi (taiso).
Jepang merupakan bangsa yang datang ke Indonesia setelah bangsa Belanda.
Kedatangan Jepang tidak hanya membawa pengaruh baik bagi bangsa Indonesia atas
terlepasnya jajahan bangsa Belanda. Namun juga membawa pengaruh bagi tradisi dan
Pendidikan islam di Indonesia, dapat diketahui melalui lagu kimigayo, yaitu lagu kebangsaan
Jepang dan upacara seikerei yaitu upacara membungkukkan badan kepada kaesar Jepang,
Tenno Neika yang dianggap sebagai keturunan Dewa Matahari.
Pada masa Jepang,kebijakan kurikulum dipengaruhi oleh kebijakan Jepang. Misalnya
pergantian dari Pendidikan agama ke Pendidikan Shinto. Selain itu, upaya lain untuk membuat
Indonesia berada dalam tekanan Jepang adalah denganmengatur system kelembagaan
Pendidikan, metodologi Pendidikan, dan metodologi pengajaran. Dan kurikulum ini juga lebih
mengarah pada memenangkan peperangan Jepang di PD II. System Pendidikan Jepang antara
lain :
a. Kokumin Gakko (Sekolah Rakyat)
KG merupakan sekolah dasar pertama yang lama studinya dalah 6 tahun. SR juga
merupakan Pendidikan dasar yang setara dengan KG yang diperuntunkan bagi
pribumi dari sekolah dasar 3 atau 5 di masa Hindia Belanda
b. Pendidikan Lanjutan
Merupakan tingkatan menengah pertama ( Shoto Chu Gakko) dan sekolah
menengh tinggi (Koto Chu Gakko) yang lama studinya masing-masing 3 tahun.
c. Pendidikan Kejuruan
Contoh Pendidikan kejuruan ini antara lain adalah : bidang pertukangan, bidang
pelayaran, Pendidikan Teknik, dan pertanian
d. Pendidikan tinggi
Merupakan Pendidikan setelah Pendidikan lanjutan dan Pendidikan kejuruan.
Selain itu juga tersedia kursus bagi calon tenaga pengajar yang nantinya akan di jadikan guru
dalam sekolah tersebut, antara lain:
a. Sjootoo Sihan Gakko
Merupakan sekolah yang di peruntunkan untuk guru sekolah dasar, lama belajar
nya adalah 2 tahun.
b. Cutoo Sihan Gakko
Merupakan sekolah yang di peruntutkan bagi calon guru menengah. Lama
belajarnya adalah 4 tahun.
c. Kootoo Sihan Gakko
Merupakan sekolah yang disiapkan bagi calon guru menengah tinggi dengan lama
studi 6 tahun.

1.3 PENDIDIKAN MASA ORDE BARU


Pendidikan bukan menjadi tujuan utama.Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan
ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif
yang didominasi militer. Dalam pencapaian misi tersebut, disiplin ilmu ekonomi (termasuk
alat analisis ekonomi makro dan mikro) menjadi ujung tombak, padahal di zaman Orde Lama
ekonomi di anak tirikan.
Pendidikan Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan
sebagai era pembangunan nasional. Namun, yang disayangkan adalah pengaplikasian inpres
ini hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas.
Kurikulum-kurikulum yang digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai berikut:
a. Kurikulum 1968
Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan
pada pembentukan manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan.
b. Kurikulum 1975
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib untuk
membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar mengajar
berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan program belajar
mengajar.
c. Kurikulum 1984
Pada kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar mengajar.
Siswa juga diperankan dalam pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan mendiskusikan sesuatu.
d. Kurikulum 1994
Pada kurikulum ini bentuk opresi kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya beban
belajar siswa, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan local
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

Kebijakan Orde Baru yang lebih menyedihkan terhadap pendidikan adalah sistem
doktrinisasi. Yaitu sebuah sistem yang memaksakan paham-paham pemerintahan orde
baru agar mengakar pada benak anak-anak. Bahkan dari sejak sekolah dasar sampai
pada tingkat perguruan tinggi, diwajibkan untuk mengikuti penetaran P4 yang berisi
tentang hapalan butir-butir Pancasila. Proses indoktrinisasi ini tidak hanya
menanamkan paham-paham orde baru, tetapi juga sistem pendidikan masa orde baru
yang menolak segala bentuk budaya asing, baik itu yang mempunyai nilai baik
ataupun mempunyai nilai buruk.

Kebijakan-kebijakan pemerintah tentang pendididkan orde baru:


a. Pemberantasaan Buta Huruf
Tujuan pemerintah melakukan Pemberantasan buta huruf untuk
meningkatakan kecerdasan masyarakat guna meningkatkan taraf kehidupan
social, ekonomi dengan cara kesempatan bagi yang buta huruf memperoleh
ketrampilan membaca, menulis, dan menghitung.
b. Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan masyarakat (punmas) adalah pendidikan yang diberikan di
luar sekolah formal yang ditujukan dengan memberikan bimbingan kepada
masyarakat. tujuan masyarakat adah mendidik masyarakat Indonesia untuk
memiliki kemampuan mental, spiritual, dan keterampilam guna mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan pembukaan dan isi
UUD 1945.
c. Kegiatan Renovasi Pendididkan (Repelita)
Sejak awal REPELITA melakukan pemecahan masalah pendidikan dan
pengembangan pemdidikan melalui kegiatan inovasi pendidikan. Berbagai proyek
inovasi meliputi semua jenis dan tingkat pendidikan di dalam maupun luar sekolah
seperti yang tertera dalam seminar inovasi pendidikan pada Jakarta, januari1975.
i. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
ii. Proyek pendididkan anak oleh masyarakat
iii. Pendidikan pramuka untuk transmigrasi
iv. Pusat kegiatan belajar
v. Kuliah Kerja Nyata
vi. Badan usaha tenaga sukarela
vii. Proyek pengembangan sistem informasi pendidikan dan kebudayaan
viii. Sekolah staf pemimpin administrasi
ix. Dan masih banyak yang lainnya.
d. Pembinaan Generasi Muda
Pemuda tergabung dalam organisasi-organisasi pemuda, olah raga dan seni
budaya. Pada periode 1965-1975 diawalai kelahiran KAMI dan memudarnya
ekstitensi PPMI dan MMI yang organisasinya tergabung dalam KAMI. Lahir pula
organisasi-organisasi pemuda pelajar seperti KAPPI dan KAPI. Dalam penataan
struktur dan segi kehidupan bangsa organisasi ini kembali poada pola berfikir lama
yang menyebabkan keretakan-keretakan sehingga bersatunya organisasi kembali
pada organisasi induk.

1.4 PENDIDIKAN MASA REFORMASI


Pada zaman reformasi dalam bidang pendidikan ada perubahan-perubahan dengan
munculnya Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah sistem pendidikan
sentralisasi menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan tenaga kependidikan
perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan kualitas profesional mereka.
Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Kecakapan Hidup), dan TQM (Total
Quality Management).
a. MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)

MBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada
sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
bersama/partisipatif. Untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau untuk mencapai tujuan
sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Otonomi diartikan kemandirian, artinya
otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kebutuhan
warga sekolah yang didukung kemampuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang
undangan pendidikan nasional yang berlaku. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan
manajemen yang bernuansa otonomi, kemandirian dan demokratis.
1. Otonomi

Merupakan kewenangan sekolah dalam mengatur dan mengurus kepentingan


sekolah dalam mencapai tujuan sekolah untuk menciptakan mutu pendidikan yang
baik.

2. Kemandirian

Merupakan langkah dalam pengambilan keputusan. Dalam mengelola sumber


daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metode dalam
memecahkan persoalan tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik sehingga
mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat memanfaatkan peluang-
peluang yang ada.

3. Demokratif

Merupakan keseluruhan elemen-elemen sekolah yang dilibatkan dalam


menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai
tujuan sekolah demi terciptanya mutu pendidikan yang akan memungkinkan
tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh elemen-
elemen sekolah.

b. Life Skills (Kecakapan Hidup)

Brolin (1989) menjelaskan bahwa, “Life skills constitute a continuum of


knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to
avoid interruptions of employment experience”. Dengan demikian life skills dapat
dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Istilah hidup, tidak semata-mata memiliki
kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar
pendukungnya secara fungsional seperti: membaca, menulis, menghitung,
merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim,
terus belajar di tempat kerja, mempergunakan teknologi. Pendidikan Kecakapan Hidup
(life skills) lebih luas dari sekedar keterampilan bekerja, apalagi sekedar keterampilan
manual. Pendidikan kecakapan hidup merupakan konsep pendidikan yang bertujuan
untuk mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan
menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan
kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Indikator-
indikator yang terkandung dalam life skills tersebut secara konseptual
dikelompokkan : (1) Kecakapan mengenal diri (self awarness) atau sering juga disebut
kemampuan personal (personal skills), (2) Kecakapan berfikir rasional (thinking skills)
atau kecakapan akademik (akademik skills), (3) Kecakapan sosial (social skills), (4)
Kecakapan vokasional (vocational skills) sering juga disebut dengan keterampilan
kejuruan artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu dan
bersifat spesifik (spesifik skills) atau keterampilan teknis (technical skills).

c. TQM (Total Quality Management).


Total Quality Management (TQM) merupakan konsep yang relatif baru dalam
dunia manajemen dan kepemimpinan. Ia sebuah proses peningkatan kualitas yang
komprehensif dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kepuasan
pelanggan yang bermuara pada keunggulan produk atau jasa adalah fokus dari proses
TQM ini. Total Quality Management (TQM) dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya
adalah peningkatan kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya
kompetensi baik intelektual maupun skill serta kompetensi sosial siswa/lulusan yang
tinggi. Dalam pencapaian hasil tersebut, implementasi TQM di dalam organisasi
pendidikan perlu dilakukan dengan sebenarnya tidak dengan setengah hati. Penerapan
TQM sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan tidak dapat berhasil secara instant,
artinya perubahan inovatif yang diharapkan tidak dapat terwujud secara langsung,
karenanya diperlukan upaya berkesinambungan agar dapat terwujudkan produktifitas
yang tinggi. Selain itu diperlukan juga kebersamaan dan kerjasama seluruh komponen
penyelenggara suatu lembaga pendidikan, dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya. Menurut Ariani (1999) jasa sebagai produk layanan dalam organisasi
pendidikan yang memenuhi kualitas atau mutu dapat dilihat dari beberapa aspek
berikut; 1) Komunikasi (communication), yaitu komunikasi antara penerima jasa
dengan pemberi jasa, 2) kredibilitas (credibility), yaitu kepercayaan pihak penerima
jasa terhadap pemberi jasa, 3) keamanan (security), yaitu keamanan terhadap jasa yang
ditawarkan, 4) pengetahuan kustomer (knowing the customer), yaitu pengertian dari
pihak pemberi jasa kepada penerima jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap
kebutuhan dan harapan pemakai jasa, 5) standar (tangibles), yaitu bahwa dalam
memberikan pelayanan kepada kustomer harus dapat diukur atau dibuat standarnya, 6)
reliabilitas (realiability), yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi
jasa dalam memenuhi janji para penerima jasa, 7) tanggapan (responsivenerss), yaitu
tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa, 8) kompetensi
(competence), yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan
setiap orang dalam organisasi untuk memberikan jasanya kepada penerima jasa, 9)
akses (access), yaitu kemudahan member jasa untuk dihubungi oleh pihak penerima
jasa, dan 10) tata karma (courtesy), yaitu kesopanan, respek, perhatian, dan kesamaan
dalam hubungan personel.
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, bisa disimpulkan bahwa proses pendidikan dari masa ke
masa semakin berkembang. Hal ini dipengaruhi oleh jasa para tokoh-tokoh dalam dunia
pendidikan. Misalnya, di Yunani, terdapat ilmuwan Plato, Aristoteles, maupun Socrates.
Sedangkan di Indonesia sendiri memiliki tiga penggolongan masa, yakni Masa Perjuangan
(Zaman Belanda dan Jepang), Masa Pembangunan (Orde baru), dan Masa Reformasi. Dan di
setiap masanya, memiliki tujuan dan pencapaian yang berbeda. Dengan mengetahui sejarah
pendidikan di berbagai tempat, kita menjadi lebih mengerti bahwa pendidikan ada sejak
zaman dahulu. Dan menunjukkan bahwa pendidikan itu penting untuk dimiliki semua orang.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Dw. 1999. Manajemen Kualitas. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.


Brolin DE. 1989. Life Centered Career Education: A Competency Based Approach. Reston,
VA : The Council for Exceptional Children.
Danim, Sudarwan. 2003. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan
Hidup (Life Skills) Melalui Pendekatan Broad-Based Education (Draft). Jakarta (ID):
Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PTRemaja.
Sifuyus. 2014. Sejarah Pendidikan Dunia. Dari :
https://www.scribd.com/doc/245619473/SEJARAH-PENDIDIKAN-DUNIA-
docx( online, diakses pada 8 Feb 2020 )
Susan, Albers Moharman.1994. School Based Manajemen : Organizing for High
Performance. San Fransisco : Jossey Bass.
Suyitno. (2009). Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia. Sekolah Pascasarjana UPI: Tidak
Diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai