Anda di halaman 1dari 33

MATERI AJAR

SEJARAH PENDIDIKAN DUNIA DAN INDONESIA

DISUSUN OLEH:
WELSY TIARA REATA
NIM. 4623106125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena senantiasa
melimpahkan segala rahmat, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul ini.
Modul ini disusun untuk memenuhi tugas penulis pada mata kuliah Landasan Pendidikan.

Modul ini berisi tentang sejarah pendidikan dunia dan juga membahas secara spesifik sejarah
pendidikan di Indonesia. Teknik penyajian yang diangkat dilakukan secara terpadu tanpa pemilihan
berdasarkan jenjang pendidikan. Cara ini diharapkan bisa meminimalisir terjadinya pengulangan topik
berdasarkan jenjang pendidikan. Pembahasan modul ini dimulai dengan menjelaskan tujuan yang
akan dicapai. Kelebihan modul ini, Anda bisa melihat secara sistematis sejarah pendidikan dunia dan
lebih spesifik lagi sejarah pendidikan di Indonesia. Pembahasan yang akan disampaikan pun disertai
dengan soal- soal yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian dan ketuntasan.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan modul ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulis sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah- mudahan modul ini
memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Makassar, 14 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................................ii
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat...................................................................................................................1
2. Relevansi................................................................................................................................2
3. Petunjuk Belajar.....................................................................................................................2
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran............................................................................................................3
2. Sub Capaian Pembelajaran.....................................................................................................3
3. Uraian Materi : Sejarah Pendidikan Dunia dan Indonesia.....................................................3
a. Sejarah Pendidikan Dunia...............................................................................................3
b. Sejaran Pendidikan Indonesia..........................................................................................12
4. Rangkuman.............................................................................................................................23
5. Tugas Terstruktur...................................................................................................................23
6. Forum Diskusi........................................................................................................................24
C. Penutup
1. Tes Formatif...........................................................................................................................24
2. Kunci Jawaban.......................................................................................................................28
3. Daftar Pustaka........................................................................................................................30

ii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Perjalanan sejarah pendidikan dunia telah lama berlangsung, mulai dari zaman
Hellenisme (150 SM-500), zaman pertengahan (500-1500), zaman Humanisme atau
Renaissance serta zaman Reformasi dan Kontra Reformasi (1600-an). Namun pendidikan
pada zaman ini belum memberikan kontribusinya pada pendidikan zaman sekarang (Pidarta,
2009: 110). Adapun sejarah pendidikan dunia yakni meliputi zaman-zaman: (1) Realisme,
(2) Rasionalisme, (3)
Naturalisme, (4) Developmentalisme, (5) Nasionalisme, (6) Liberalisme, Positivisme, dan
Individualisme, serta (7) Sosialisme.
Sementara sejarah pendidikan di Indonesia dimulai dari masa pra kemerdekaan dan
awal kemerdekaan diantaranya yakni, pendidikan masa kependudukan Belanda, Pendidikan
masa kependudukan Jepang, Pendidikan Muhammadiyah, INS Kayu Tanam, Taman Siswa,
Pendidikan Katolik dan Kristen serta Pendidikan Hindu-Budha. Sedangkan pada masa
kemerdekaan dimulai dari orde lama, orde baru dan reformasi.
Pada modul ini saya mengembangkan materi ajar untuk memperlihatkan sejarah
pendidikan secara dunia dan di Indonesia dengan lebih spesifik dan terstruktur agar
pembaca dapat memahami materi ini dengan baik.
Dalam melakukan pendalaman materi ini penulis mengidentifikasi adanya masalah yang
ditemukan dan dirumuskan sebagai berikut:
1) Penulis kesulitan menemukan referensi yang mencantumkan waktu yang tepat dalam
setiap zaman sejarah pendidikan dunia dan di Indonesia.
2) Penulis juga kesulitan dalam menentukan urutan yang tepat dan lengkap mengenai
sejarah pendidikan di dunia dan Indonesia.
Dari masalah dalam materi yang ditemukan yang menyebabkan penulis mengalami
kesulitan karena deficit kompetensi menyebabkan penulis merancang penyelesaian
dengan mengkaji lebih mendalam materi Modul Sejarah Pendidikan di Dunia dan di
Indonesia dengan menambahkan sumber informasi tambahan yang relevan yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1
Adapun pembahasan pada Modul Sejarah Pendidikan di Dunia dan di Indonesia ini
penulis tuangkan dalam peta konsep dibawah ini:

SEJARAH PENDIDIKAN DI DUNIA DAN DI INDONESIA

SEJARAH
SEJARAH
PENDIDIKAN DI DUNIA
PENDIDIKAN DI INDONESIA

Realisme
Rasionalisme
Naturalisme
Developmentalisme Masa Pra Kemerdekaan
Nasionalisme dan Awal Kemerdekaan
Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta
Sosialisme Masa Kemerdekaan

2. Relevansi
Setelah mempelajari materi ajar ini pembaca diharapkan mampu:
a) Memiliki rasa ingin tahu tentang sejarah pendidikan di dunia dan di Indonesia
b) Memiliki rasa syukur karena sudah bisa memperoleh pendidikan dengan bebas dan
difasilitasi dengan baik dibandingkan dengan zaman dahulu.
c) Memahami dan mampu mendeskripsikan setiap zaman dalam proses
pengembangan pendidikan berdasarkan sejarah.
d) Menganalisis masalah selama proses sejarah pendidikan

3. Petunjuk Belajar
Untuk membantu memahami materi ajar ini perhatikan petunjuk belajar berikut:
a. Bacalah uraian materi tentang sejarah pendidikan dunia dan di Indonesia.
b. Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi ajar ini bacalah peta konsep dengan
seksama.

2
c. Bacalah masalah yang muncul dalam materi ajar ini yang terdiri dari masalah yang
secara umum muncul ketika mempelajari materi tentang sejarah pendidikan

B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
a. Menguasai prinsip, masalah dan cara mengatasinya pada setiap zaman dalam sejarah
pendidikan dunia.
b. Menguasai prinsip, masalah dan cara mengatasinya pada setiap zaman dalam sejarah
pendidikan di Indonesia.
2. Sub Capaian Pembelajaran
a. Menganalisa sejarah pendidikan dunia yakni meliputi zaman Realisme, Rasionalisme,
Naturalisme, Developmentalisme, Nasionalisme, Liberalisme, Positivisme,
Individualisme, serta Sosialisme.
b. Menganalisa sejarah pendidikan di Indonesia dimulai dari masa pra kemerdekaan, awal
kemerdekaan hingga masa kemerdekaan.
3. Uraian Materi

A. Sejarah Pendidikan Dunia


Perjalanan sejarah pendidikan dunia telah lama berlangsung, mulai dari zaman Hellenisme (150
SM-500), zaman pertengahan (500-1500), zaman Humanisme atau Renaissance serta zaman
Reformasi dan Kontra Reformasi (1600-an). Namun pendidikan pada zaman ini belum memberikan
kontribusinya pada pendidikan zaman sekarang (Pidarta, 2009: 110). Adapun sejarah pendidikan
dunia yakni meliputi zaman-zaman: (1) Realisme, (2) Rasionalisme, (3) Naturalisme, (4)
Developmentalisme, (5) Nasionalisme, (6) Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta (7)
Sosialisme.

1. Zaman Realisme
Sejarah pendidikan dunia telah berlangsung lama sekitar 150 tahun sebelum Masehi. Menurut
Pidarta, (2007) dalam Vina Serevina dan Sri Martini Meilanie, (2019), Realisme menghendaki
pemikiran yang praktis. Pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan di
dunia pula. Tokoh pendidikan pada zaman Realisme (abad ke- 17) yang pertama mengembangkan
metode induktif adalah Francis Bacon.

3
Sedangkan prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan oleh Bacon pada zaman ini meliputi:
a. Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran, Pendidikan harus menekankan aktivitas
sendiri,
b. Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan, Pelajaran disesuaikan dengan
perkembangan anak,
c. Pelajaran harus diberikan satu per satu, dari yang paling mudah,
d. Pengetahuan diperoleh dari metode berpikir induktif (mulai dari menemukan fakta- fakta
khusus kemudian dianalisa sehingga menimbulkan simpulan) dan anak-anak harus belajar
dari realita alam,
e. Pendidikan bersifat demokratis dan semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama
untuk belajar (Pidarta, 2009: 111-114).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh penemuan- penemuan
ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan dunia pula,
berbeda dengan pendidikan-pendidikan sebelumya yang banyak berkiblat pada dunia ide, dunia surga
dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran yang praktis (Pidarta, 2009: 111-14). Menurut aliran ini,
pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata (Jocke), tetapi juga
melalui persepsi penginderaan (Mudyahardjo, 2012: 117).
Aliran Realisme memiliki pandangan tentang pendidikan sebagai berikut :
a. Anak-anak harus belajar dari alam.
b. Belajar dengan metode induktif.
c. Mementingkan aktivitas anak.
d. Mengutamakan pengertian.
e. Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penting.
f. Belajar melalui bahasa ibu.
g. Belajar dibantu oleh gambar-gambar.
h. Materi dipelajari satu demi satu dari yang gampang ke yang sukar.
i. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak.
j. Pendidikan bersifat demokratis yaitu untuk semua anak.

4
Pendidikan pada zaman Realisme ini yang menjadi tokohnya adalah Francis Bacon dan Johann Amos
Comenius.

Francis Bacon Johann Amos Comenius

2. Zaman Rasionalisme
Aliran ini mulai muncul disaat masyarakat mampu menumbangkan kekuasaan absolute Raja
Perancis dengan menggunakan kekuatan akan pikirannya. Tokoh pendidikan pada masa ini adalah
John Locke. John Locke lahir pada tahun 1632 di Wrington Inggris dan wafat pada tahun 1704
adalah seorang ahli filsafat dan politik Inggeris.

John Locke
Pandangan pendidikan John Locke yang terkenal adalah konsep TABULA RASA atau lembaran
kosong, yaitu antara lain:
a. Anak adalah sebuah penerima pasif yang memperoleh pengetahuan dari pengalaman dan
menyerapnya melalui panca indera berbagai gagasan sederhana dan kemudian digabungkan
atau dihubungkan untuk membentuk suatu pemikiran yang berkaitan.
b. Mendidik seperti menulis di atas kertas putih dengan kebebasan dan kekuatan akal yang
dimilikinya manusia digunakan untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
c. Sasaran pendidikan itu sendiri adalah membentuk akan sehat dalam tubuh yang sehat dan otak
yang sehat dalam pikiran. Orang tua dan pembimbing harus menjadi contoh, memperlihatkan
sifat-sifat kepribadiannya yang prima.

5
d. Pendidikan harus praktis, berguna, berarti, menyenangkan, anak harus dihormati,
“diperlakukan seperti orang dewasa”, dibiarkan untuk mengeluarkan
Aliran Rasionalisme ini memberikan kekuasaan pada manusia untuk berfikir sendiri dan
bertindak untuk dirinya, karena itu latihan sangat diperlukan, pengetahuannya sendiri dan bertindak
untuk dirinya. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat menumbangkan
kekuasaan Raja Perancis yang memiliki kekuasaan absolut.

3. Zaman Naturalisme
Zaman Naturalisme adalah merupakan reaksi terhadap aliran Rasionalisme, pada abad ke-18
muncullah aliran Naturalisme dengan tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang
tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti korupsi, gaya hidup yang dibuat-buat dan
sebagainya. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati dan alamlah
yang menjadi gurr, sehingga pendidikan dilaksanakan secara alamiah (pendidikan alam) (ibid.: 115-
116). Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya, dapat
menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri (Mudyaharjo, 2012: 116).
Rousseau mereaksi terhadap prinsip dari John Locke. Aliran Naturalisme menginginkan
keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati dan alamlah yang menjadi guru, sehingga pendidikan
dilaksanakan secara alamiah. Menurutnya dalam“keadaan primitif” (etat naturel) manusia adalah
otonom dan bahagia.Menurut Mudyaharjo, (2008: 118), dalam Vina Serevina dan Sri Martini
Meilanie, (2019), terdapat tiga asas mengajar, yaitu :
a. Asas pertumbuhan, pengajaran harus memberi kesempatan untuk anak-anak bertumbuh
secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka, sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhannya.
b. Asas aktivitas, melalui bekerja anak-anak akan menjadi aktif, yang akan memberikan
pengalaman, yang kemudian akan menjadi pengetahuan mereka.
c. Asas individualitas, dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan individualitas
masing-masing anak, sehingga mereka berkembang menurut alamnya sendiri.
Rousseau menjelaskan tentang metode untuk anak usia dini dengan harapan meminimalkan
hambatan peradaba dan membawa manusia sedekat mungkin ke alam. Metode pendidikan bagi anak-
anak yang dianjurkan Rousseau adalah metode pendidikan negatif, di mana untuk menjadi manusia
berbahagia, anak harus dijauhkan dari kebudayaan. Rousseau menekankan suatu bentuk pendidikan
yang berkelanjutan, yang melalui tahap- tahapnya secara alamiah, di mana setiap proses dalam
tahapan pendidikan perlu disesuaikan secara hati-hati dengan kebutuhan perkembangan setiap
individu

6
Adapun naturalisme dalam pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang
anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu
dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam
keberadaan aliran naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural. Paham naturalisme
memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid. (Spencer, 2012) juga
menjelaskan tujuh prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme, adalah:
a. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam;
b. Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik;
c. Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak;
d. Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan;
e. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak;
f. Praktik mengajar adalah seni menunda;
g. Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif; (hukuman dijatuhkan sebagai
konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus
dilakukan secara simpatik).
Dengan demikian, aliran naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat
paedosentris, artinya, faktor kemampuan anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar dan
mengajar. Tokoh utama dalam zaman naturalisme ini adalah J. J. Rousseau

J. J. Rousseau

4. Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang pendidikan
sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut gerakan psikologis dalam
pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm
Frobel, dan Stanley Hall.
Friederich Wilhelm August Fröbel salah satu tokohnya Lahir pada tanggal 21 April tahun 1782,
di Oberweißbach, Jerman, menyampaikan ada beberapa hal terkait aliran pendidikan

7
developmentalisme, yaitu: teori nilai, pengetahuan, pembelajaran, sosial,alamiah manusia,
kesempatan, dan dan transmisi. Tujuan pendidikan yaitu pencapaian keselarasan melalui kegiatan
sendiri. Tujuan pendidikan Frobel adalah mengembangkan semua potensi pada anak itu agar menjadi
aktual dan agar berhasil baik dibutuhkan kreativitas anak untuk mengembangkan dirinya. Tujuan
pendidikan Stanly Hall adalah mengembangkan semua kekuatan yang ada sehingga memperoleh
kepribadian yang harmonis.
Menurut Stanly kehidupan fisik dan mental berjalan paralel, tingkat perkembangan mental anak
mengikuti tingkat perkembangan jenis manusia. Menurut Pestalozzi tujuan pendidikan adalah
meningkatkan derajat sosial seluruh umat manusia, untuk itu dikembangkan semua aspek
individualnya yaitu otak, tangan dan hati mereka. Sedangkan menurut Herbart, tujuan pendidikan
adalah membentuk watak susila, melalui pengembangan minat seluas-luasnya. Minat anak
dikembangkan lewat pengajaran agar memperoleh pengetahuan, sehingga anak mau melakukan
sesuatu.

Karakteristik aliran developmentalisme adalah sebagai berikut:


a. Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang disertai oleh asuhan yang baik
(nuture).
b. Pendidikan didasarkan pada studi tentang karakteristik perkembangan anak melalui
observasi dan eksperimen.
c. Perbaikan pendidikan lebih ditekankan pada metode-metode pengajar, pendidikan guru
dan pemahaman tentang karakteristik proses pendidikan yang lebih baik.
d. Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikkan pendidikan dasar
e. Pengembangan pendidikan mengutamakan pada pengembangan pendidikan
universal.
Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi cara mengaktualisasi semua
potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis dan
meningkatkan derajat sosial manusia. Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat
perkembangan anak (Pidarta, 2009: 116-20) yang melalui observasi dan eksperimen (Mudyahardjo,
2012: 114).
Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang disertai asuhan yang baik
(nurture).Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan pengembangan
pendidikan universal (Mudyaharjo, 2012: 114).

8
Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan
Stanley Hall.

Pestalozzi Johan Fredrich Friedrich Wilhelm Stanley Hall


Herbart Frobel

5. Zaman Nasionalisme
Zaman Nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya membentuk patriot- patriot bangsa
dan mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Menurut ilmu pengetahuan awal Fichte, manusia
adalah makhluk yang bebas dan mandiri yang menjadi seseorang bukan melalui kekuatan alam,
dengan mengembangkan keterampilan dan kemampuan bawaannya, atau melalui pengaruh luar, tetapi
dengan kekuatannya sendiri. Peran pendidik dapat ditangkap dari dasar-dasar ilmu pengetahuan.
Jadi, untuk dapat menempatkan diri kita sebagai makhluk bebas, kita membutuhkan makhluk lain
yang memanggil kita. Panggilan untuk melakukan aktivitas mandiri gratis adalah apa yang kita sebut
pendidikan. (Tamás Hankovszky, 2017, halm.1). Sementara itu, La Chatolais pada tahun 1763
menerbitkan "Esai tentang Pendidikan Nasional" yang luar biasa, di mana ia mengusulkan program
studi ilmiah sebagai pengganti bagi mereka yang diajar oleh jesuits.
Konsep pendidikan yang ingin diusung oleh aliran ini adalah:
a. Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara
b. Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan
c. Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan
kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan
jasmani.

9
Akibat negatif dari pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme, yaitu kegilaan atau kecintaan
terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di beberapa Negara, seperti di Jerman, yang akhirnya
menimbulkan pecahnya Perang Dunia I (Pidarta, 2009: 120-21).
Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat).

La Chatolais Fichte Jefferson

6. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme


Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk
memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam
Smith

Adam Smith
Adam Smith berpendapat bahwa siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang
kemudian mengarah pada individualisme. Adam Smith berpikir bahwa setiap orang harus menerima
pendidikan, dan bahwa dana harus dibentuk untuk memenuhi keadilan dan untuk memberikan insentif
produk yang berkualitas tinggi. (Paul Mueller, 2015). Selanjutnya menurut Mueller (2015), Smith
berpikir tentang pendidikan dasar.

1
Perhatian pertamanya adalah bagaimana mendanai itu: “Lembaga-lembaga untuk pendidikan
pemuda dapat, dengan cara yang sama, memberikan pendapatan yang cukup untuk membiayai
pengeluaran mereka sendiri. Biaya atau kehormatan yang dibayarkan oleh sarjana kepada master
secara alami merupakan pendapatan dari jenis ini. "Pada tahun 1700-an siswa tidak membayar"
sekolah "untuk pendidikan mereka. Sebaliknya, mereka membayar guru mereka secara langsung —
sama seperti yang dilakukan orang untuk les privat atau pelajaran musik hari ini. Smith memuji
pengaturan ini karena adil dan bermanfaat.
Sedangkan positivisme dengan tokohnya August Comte percaya kebenaran yang dapat
diamati/oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin lemah. Itu sebabnya, Comte
mendefinisikan kemanusiaan, ia menjelaskan bahwa 'semua manusia' tidak dapat berarti 'semua
manusia makhluk, tetapi hanya mereka yang mampu, sampai batas tertentu, untuk mengambil bagian
dari esensi kemanusiaan oleh kebajikan dari kontribusi mereka, apa pun sifatnya, untuk tugas
bersama. Manusia tidak bisa direduksi menjadi hewan, tetapi dasar organiknya memberi mereka
temperamen yang tidak bisa dihancurkan, meskipun lebih sering daripada tidak sempurna. Oleh
karena itu seorang individu jauh dari menjadi hasil sederhana dari lingkungan. (Jacques Muglioni,
1999)

7. Zaman Sosialisme
Aliran ini muncul pada abad ke 20, sebagai reaksi terhadap dampak aliran liberalisme,
positivisme dan individualsme. Tokoh- tokohnya adalah Paul Natrop, George Kerchensteiner dan
John Dewey.

Paul Natrop George Kerchensteiner John Dewey

Menurut Pidarta, 2007 dalam Akhmad Sugianto (2013) aliran ini, masyarakat memiliki arti yang
lebih penting daripada individu. Ibarat atom, individu tidak ada artinya bila tidak berwujud benda.
Oleh karena itu, pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan sosial.

1
Dalam ilmu pendidikan, John Dewey menganjurkan adanya teori dan metode learning by
doing (belajar sambil melakukan). Selain itu, John Dewey juga dikenal karena konsep pemikirannya
tentang pragmatisme, relativisme, dan active learner. John Dewey menganggap bahwa pendidikan
bisa berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan keberanian dan pembentukan kemampuan
inteligensi siswa. Konsep pendidikan yang John Dewey ini dikenal dengan pendidikan progresifisme
yaitu pendidikan yang dijalankan secara demokratis. Pada tataran praktisnya, dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, peserta didik harus berperan aktif dalam proses belajar ataupun dalam
menentukan materi pelajaran.
John Dewey, pendidik perintis abad ke-20, membahas pemikiran pendidikannya, dantulisan-
tulisannya, yang memberi arah baru pada pendidikan pada pergantian abad. Kontribusi Dewey sangat
besar dan luar biasa di bidang pendidikan, politik, humanisme, logika, dan estetika. Teori-teori Dewey
memadukan perhatian pada anak sebagai individu dengan hak dan klaimnya sendiri dengan
pengakuan jurang pemisah antara pengaturan pendidikan yang ketinggalan zaman dan terdistorsi kelas
yang diwarisi dari masa lalu dan persyaratan mendesak dari era baru. Sistem pendidikan harus
dirombak secara menyeluruh, katanya, karena perubahan mendalam dalam peradaban Amerika. Di
bawah kehidupan kolonial, agraris, kota kecil, anak itu mengambil bagian dalam kegiatan rumah
tangga, komunitas, dan produktif yang secara spontan memupuk kapasitas untuk pengarahan diri
sendiri, disiplin, kepemimpinan, dan penilaian independen. Kualitas-kualitas bermanfaat seperti itu
tidak dianjurkan dan terhambat oleh kondisi industri baru, urbanisasi, yang dikabutkan yang telah
menghancurkan keluarga dan melemahkan pengaruh agama.(W. F. Warde (George Novack), 1960)

B. Sejarah Pendidikan di Indonesia


Masa Pra Kemerdekaan
1. Pendidikan Masa Kependudukan Belanda
Masuknya masa pendudukan Belanda membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah milik
pendatang Portugis menjadi terhenti. Belanda juga membawa misi serupa Portugis yaitu menyebarkan
agama Kristen Protestan kepada masyarakat setempat. Untuk mewujudkan misi ini, Belanda
melanjutkan apa yang dirintis oleh bangsa Portugis dengan mengaktifkan kembali beberapa sekolah
berbasis keagamaan dan membangun sekolah baru di beberapa wilayah.
Ambon menjadi tempat yang pertama dipilih oleh Belanda dan setiap tahunnya, beberapa
penduduk Ambon dikirim ke Belanda untuk dididik menjadi guru. Memasuki tahun 1627, telah
terdapat 16 sekolah yang memberikan pendidikan kepada sekitar 1300 siswa.

1
Setelah mengembangkan pendidikan di Ambon, Belanda memperluas pendidikan di pulau Jawa
dengan mendirikan sekolah di Jakarta pada tahun 1617. Berbeda dengan Ambon, tidak diketahui
apakah ada calon guru lulusan dari sekolah ini yang dikirim ke Jakarta. Lulusan dari sekolah tersebut
dijanjikan bekerja di berbagai kantor administrative milik Belanda.
Memasuki abad ke 19, saat Van den Bosch menjabat Gubernur Jenderal, Belanda menerapkan
sistem tanam paksa yang membutuhka banyak tenaga ahli. Keadaan ini membuat Belanda mendirikan
20 sekolah untuk penduduk Indonesia di setiap ibu kota karesidenan dimana pelajar hanya boleh
berasal dari kalangan bangsawan. Ketika era tanam paksa berakhir dan memasuki masa politik etis,
beberapa sekolah Belanda mulai menerima pelajar dari berbagai kalangan yang kemudian
berkembang menjadi bernama Sekolah Rakjat.
Pada akhir era abad ke 19 dan awal abad ke 20, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan
formal bagi masyarakat Indonesia dengan struktur sebagai berikut:
a. ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah dasar bagi orang eropa.
b. HIS (Hollandsch-Inlandsche School) – Sekolah dasar bagi pribumi.
c. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) – Sekolah menengah.
d. AMS (Algeme(e)ne Middelbare School) – Sekolah atas.
e. HBS (Hogere Burger School) – Pra-Universitas.
Memasuki abad ke 20, Belanda memperdalam pendidikan di Indonesia dengan mendirikan
sejumlah perguruan tinggi bagi penduduk Indonesia di pulau Jawa. Beberapa perguruan tinggi
tersebut adalah:
a. School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) – Sekolah kedokteran di Batavia.
b. Nederland-Indische Artsen School (NIAS) – Sekolah kedokteran di Surabaya.
c. Rechts Hoge School – Sekolah hukum di Batavia.
d. De Technische Hoges School (THS) – Sekolah teknik di Bandung.
Dalam periode konsolidasi mengenai reaksi-reaksi terhadap pendidikan dan pengajaran kolonial
Belanda yaitu:
a. Pergerakan Budi Utomo
Beberapa orang terpelajar bangsa kita merasakan betul kemiskinan bangsa kita baik lahir
maupun batin, sehingga hal ini menyebabkan jiwa mereka untuk berusaha mempertinggi
derajat bangsanya. Pengambil prakarsa ialah almarhum Dr.Wahidin Sudirohusudo. Almarhum
berkeliling di Pulau Jawa dan menemui orang-orang terkemuka untuk membicarakan
kemungkinan-kemungkinan mengadakan “studiefonds”, yang dapat memberi kesempatan
kepada pemuda-pemuda pelajar melanjutkan pendidikan dan pengajaran yang lebih tinggi
dan kelak dapat bergerak

1
untuk kemajuan bangsanya. Yayasan dan pergerakan Dr.Wahidin Sudirohusudo ini diterima
baik oleh siswa-siswa STPOVIA (Sekolah Dokter Jawa), antara lain oleh; Dr. Sutomo, Dr.
Gunawan Mangunkusomo, Dr. Suradji, dll. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 20 Mei
1908 dalam lingkungan STOVIA, dan diberi nama BUDI UTOMO. Dalam gerakannya BUDI
UTOMO selalu memperjuangkan perluasan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat
Indonesia. Tujuan didirikan sekolah- sekolah yaitu untuk menghidupkan rasa kebangsaan, dan
kecintaan kepada kebuddayaan sendiri, mempelajari kesenian sendiri, memelihara bahasa
sendiri, mempelajari kesusastraan sendiri, dan lain sebagainya.

2. Pendidikan Masa Pendudukan Jepang


Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan jepang terus berlanjut sampai cita- cita
untuk merdeka tercapai. Pada zaman ini Jepang menghapuskan sistem dualis pendidikan dan diganti
dengan pendidikan yang sama, sehingga dalam pendidikan diberlakukan bahasa Indonesia.
Vina Serevina, dan Sri Martini Meilanie, (2019) menyatakan bahawa Sistem pendidikan pada
masa penjajahan jepang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendidikan/ sekolah rakyat, lama studi 6 tahun termaksud SR adalah seolah pertama yang
merupakan konversi dari sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi pada masa Belanda
b. Pendidikan Lanjutan, terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan
lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinngi) juga dengan lama studi
3 tahun
c. Sekolah guru, ada beberapa macam sekolah guru yakni:
1) Sekolah guru 2 tahun = Sjootoo Sihan Gakoo
2) Sekolah Guru menengah 4 tahun = Guutoo Sihan Gakko
3) Sekolah guru tinggi 6 tahun = Kooto Sihan Gakko
Tujuan pendidikan pada zaman Jepang bukan untuk memajukan bangsa Indonesia, tetapi
mendidik anak-anak untuk dapat menunjang kepentingan perang Jepang melawan sekutu.
Kelemahan pendidikan zaman Jepang ialah:
a. Kerja bakti; kinrohosi, cari iles-iles : nama jarak cari besi tua
b. Bahasa Inggris dilarang : pengetahuan sempit
c. Latihan kemiliteran/ baris-berbaris : kyoren
Keuntungan pendidikan zaman Jepang ialah:
a. Sekolah rakyat 6 tahun
b. Bahasa Indonesia : bahasa pengantar

1
c. Senam pagi : taiso

3. Pendidikan Muhammadiyah, INS Kayu Tanam, Taman Siswa


a. Pergerakan Muhammadiyah
Pendiri atau Bapak pimpinan Muhammadiyah ialah; Bapak Kyai Ahmad Dahlan (1868-1925).
Cita-cita Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, ialah hendak
memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya
ditujukan kepada perbaikan kehidupan rakyat dengan cara memperbaiki hidup beragama.
Jadi pergerakan Muhammadiyah menamakan usaha-usahanya kepada perbaikan hidup
beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial. Hal ini disebabkan adanya kerusakan-
kerusakan kaum muslimin antara lain dalam hal:
1) Kerusakan dalam bidang kepercayaan (itikad)
2) Kemunduran dalam bidang pendidikan Islam
3) Kebekuan dalam bidang hukum fikhi
4) Kemiskinan rakyat dan berkurangnya rasa gotong-royong
Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan cita-cita pendidikan dan pengajarannya yang berdasarkan
ajaran agama Islam dan Sunnah, sehingga dapat membentuk manusia Muslim yang bermoral dari
ajaran Al-Quran dan Sunnah, dengan pemahaman secara luas, memiliki individualitas yang bulat
dalam arti adanya keseimbangan antara segi-segi rohani dan jasmaninya dan bersikap positif
terhadap persoalan masyarakatnya.

b. INS (Kayu Tanam)


Indonesisch Nederlandsche School (INS) Kayu Tanam merupakan institusi pendidikan
alternatif yang didirikan oleh Mohammad Sjafei. INS Kayu Tanam berdiri pada tanggal 31
Oktober 1926 di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pendirian INS Kayu Tanam tidak dapat
terlepas dari penerapan pendidikan deskriminatif oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal
abad ke-20 Masehi. Dalam buku Sejarah Pendidikan (1983) karya Sutari Imam Barnadib,
pendirian INS Kayu Tanam adalah bentuk perlawanan dari Moh. Sjafei terhadap sistem
pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah kolonial Belanda
Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda hanya memprioritaskan
kepentingan bangsa Eropa dan kaum bangsawan pribumi. Belanda tidak benar-benar
memperhatikan nasib pendidikan rakyat jelata. Belanda hanya mendidik rakyat jelata untuk
dijadikan sebagai tenaga kasar dan murah di industri- industri Asing di Indonesia.

1
1). Asas institusi
Asas dari sebuah institusi pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan
pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan di INS Kayu Tanam memiliki beberapa asas, yaitu:
Berpikir rasional, Keaktifan dalam berkegiatan Pendidikan masyarakat, Pendidikan berpusat pada
kebutuhan siswa, dan Menentang intelektualisme dari pendidikan Belanda.
2). Tujuan INS (Kayu Tanam)
Dalam jurnal Penyelenggaran Pendidikan Indonesia Nederlandsche School (INS) Kayu
Tanam dalam Perspektif Humanis-Religius (2008) karya Setya Raharja, pendirian INS Kayu
Tanam bertujuan untuk:
a) Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan Memberikan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
b) Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pemuda sebagai penggerak
perubahan.
c) Menanamkan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri dan berani bertanggung
jawab.

Portrait Engku Mohammad Syafei, pendiri sekolah INS Kayu Tanam

Masa Awal Pembangunan INS Masa Perkembangan INS Asrama INS

1
c. Taman Siswa
Bapak dan pencipta Perguruan Nasional Taman Siswa ini dilahirkan di Yogyakarta pada
tanggal 2 Mei 1889, sebagai putra dari Pangeran Ario Suryaningrat, atau sebagai cucu dari
Pakualam III. Jadi Ki Hajar Dewantoro yang nama kecilnya Raden Mas Suwardi Suryaningrat
adalah bangsawan dari Yogyakarta (Paku Alam). Meskipun putra seorang bangsawan, tetapi
selalu bergaul dengan anak-anak rakyat jelata.
Dasar pendidikan didirikannya Taman Siswa pada tahun 1922, mempunyai senjata ampuh
yang terkenal dengan istilah “Non-Cooperation” dan “self-help” atau Zelf- bedruipings System”.
Non-Cooperation ialah sikap menolak kerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Self-help
atau Zelf-bedruipings System ialah sistem bersandar kepada kemampuan diri sendiri, atau sistem
membiayai diri sendiri dalam mengemudikan Pendidikan Taman Siswa, yang menuju kepada
pembangunan perekonomian rakyat yang berdasarkan kooperasi serta pendidikan rakyat yang
berdasarkan kebangsaan.

4. Pendidikan Katolik dan Kristen


Bangsa Portugis pada abad ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-
Barat dengan cara menemukan jalan laut menuju dunia Timur serta menguasai bandar-bandar dan
daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagaan dan perniagaan (Mudyahardjo, 2008: 242
dalam Dina Oktarina, 2012). Disamping mencari kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold) bangsa
portugis datang ke timur termasuk Indonesia bermaksud menyebarkan agama yang mereka anut,
yakni khatolik (gospel).
Pada akhirnya pedagang portugis menetap dibagian timur Indonesia tempat rempah- rempah itu
dihasilkan. Namun kekuasaan portugis melemah akibat peperangan dengan raja
– raja Indonesia dan akhirnya dilenyapkan oleh belanda pada tahun 1605 (Nasution,2008:4
dalam,Vina Serevina, dan Sri Martini Meilanie, 2019).
Dalam setiap operasi perdagangan mereka menyertakan paderi misionaris paderi yang terkenal di
Maluku sebagai salah satu pijakan portugis dalam menjalankan misinya, adalah Franciscus Xaverius
dari orde Jesuit. Orde ini didirikan oleh IgnatiusLoyola (1491- 1556) dan memiliki tujuan yaitu segala
sesuatu untuk keagungan yang lebih besar dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008:243 dalam Vina Serevina,
dan Sri Martini Meilanie, 2019) yang dicapai dengan 3 cara: memberi khotbah, memberi pelajaran
dan pengakuan. Orde ini juga mempunyai organisasi pendidikan yang seragam sama dimana pun dan
bebas untuk semua. Xaveriuos memandang sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama
(Nasution dalam Rohmawati, 2008 dalam Vina Serevina, dan Sri Martini Meilanie, 2019).
Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama kali
tahun1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari

1
rempah-rempah. Untuk menghindari persaingan di antara mereka, pemerintah Belanda mendirikan
suatu kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan
Dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo, 2008: 245 dalam Dina Oktarina 2012).
Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membiarkan terselenggaranya Pendidikan Tradisional di
Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah-sekolah yang bertujuan menyebarkan agama
Kristen. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh VOC terutama dipusatkan di bagian timur
Indonesia di mana Katholik telah berakar dan di Batavia (Jakarta), pusat administrasi colonial.
Tujuannya untuk melenyapkan agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan,
Calvinisme (Nasution, 2008: 4-5, dalam Dina Oktarina 2012).

5. Pendidikan Hindu-Budha
Hinduisme and Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad ke-5. Hinduisme dan Budhisme
merupakan dua agama yang berbeda. Di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme,
yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi.
Pendidikan di zaman itu pada agama Hindu dilakukan secara informal.
Untuk mencapai moksa, dibedakan yaitu:
a. Kaum Brahmana : menguasai kitab suci.
b. Golongan Ksatria : memiliki pengetahuan tentang pemerintahan
c. Rakyat biasa : agar memiliki keterampilan

Bentuk lembaga pendidikan mereka adalah:


a. Keluarga
b. Untuk murid berpendidikan formal adalah Pecatrikan/Padepokan
c. Untuk putra dan putri raja adalah Pura yang berada di sekitar istana
d. Pertapaan untuk petapa yang memiliki pengetahuan kebatinan tinggi

Pada agama Budha terdiri dari agama Budha Mahayana dan agama Budha Hinayana. Agama
Budha Mahayana dominant di China, Jepang Korea, Tibet, dan Vietnam. Pada teks Tripitaka yaiut
Kitab Suci agama Budha, mereka menggunakan bahasa Sangsekerta. Agama Budha Hinayana adalah
aliran agama Buddha yang menekankan kemurnian dan keotentikkan ajaran agama Buddha sesuai
dengan yang diajarkan Buddha Siddharta Gautama. Kamboja, dan Laos Mereka menggunakan bahasa
Pali dalam peribadatan dan teks Tripitaka. Dominasi agama ini di Negara Srilanka, Bhutan, Myanmar,
Thailand, Vietnam. Menurut Dewina (2012). Perbedaan aliran Hinayana dan Mahayana,yaitu:

1
a. Jika aliran Buddhisme Hinayana pada dasarnya memandang manusia sebagaipribadi, yang
persamaan haknya tidak bergantung kepada penyelamatan orang lain, aliran Mahayana
berpendirian sebaliknya. Oleh karena kehidupan itu satu, nasib seseorang berkaitan dengan
nasib manusia seluruhnya. Mereka berpendapat bahwahal ini terkandung dalam ajaran pokok
Sang Buddha tentang anatta yang seperti telah kita ketahui berarti bahwa semua makhluk dan
semua hal tidak mempunyai kemandirian.
b. Aliran Hinayana berpendapat bahwa nasib manusia di alam semesta ini terletak di tangannya
sendiri. Tidak ada dewa-dewa ataupun kekuatan yang melebihimanusia untuk membantunya
mengatasi kesulitan hidup ini. Bagi Aliran Mahayana, adanya rahmat bagi semua orang
merupakan suatu kenyataan. Kedamaian yang ada di dalam hati semua manusia di sebabkan
karena adanya suatu kekuatan tanpabatas, yang berakar dalam Nirwana, yang tanpa kecuali
memperhatikan setiap jiwa dan berada dalam setiap jiwa itu, dan pada saatnya yang tepat
akan menarik setiap jiwa itu ke tujuan itu.
c. Dalam Aliran Hinayana, kebajikan utama adalah bodhi, kearifan, yang lebih mengutamakan
perbuatan yang tidak mementingkan diri sendiri dari pada perbuatanaktif mencari kebenaran.
Aliran Mahayana menempatkan istilah lain sebagai pusat perhatiannya, yaitu karuma, kasih
sayang.
d. Aliran Buddhisme Hinayana berpusat pada rahib. Biara-biara adalah pusat kehidupan rohani
negeri-negeri dimana aliran ini dianut oleh banyak orang yang mengingatkan semua orang
akan adanya kebenaran agung yang pada akhirnya memberi makna kepada kehidupan ini
merupakan pembenaran terakhir bagi dunia. Sebaliknya, aliran Buddha Mahayana merupakan
agama bagi orang awam. Bahkan para rahibnya diharapkan merupanyai perhatian utama
melayani perhatian utama untuk melayani orang awam.

Masa Kemerdekaan
1. Orde Lama
Sistem pendidikan Indonesia terdiri atas : Pendidikan Rendah, Pendidikan Menengah, dan
Pendidikan Tinggi. Pendidikan harus membimbing para siswanya agar menjadi warga negara yang
bertanggung jawab. Sesuai dengan dasar keadilan sosial, sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap
penduduk negara. Pendidikan zaman “orde lama” adalah pendidikan yang diharapkan dapat
membangun bangsa yang mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik yang didalam
maupun yang diluar, pendidikan yang secara spiritual membina bangsa yang ber- Pancasila dan
melaksanakan UUD 1945, Sosialisme Indonesia,Demokrasi, Terpimpin, Kepribadian Indonesia
dengan Monopoli yaitu :

1
a. Membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berwilayah dari Sabang sampai Marauke
b. Menyelenggarakan Masyarakat Sosialis Indonesia yang adil dan makmur lahir- batin,
melenyapkan kolonialisme
c. Mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisaban, kearah
perdamaian persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008:403 dalam Vina
Serevina, dan Sri Martini Meilanie, 2019 )

2. Orde Pembangunan/Baru
Orde baru dimulai setelah penumpasan G-30SPKI pada tahun 1965 dan ditandai oleh upaya
melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Menurut Orde Baru, pendidikan adalah
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumahtangga,
sekolah dan masyarakat (Mudyahardjo 422, 433 alam Dina Oktarina 2012). Pendidikan pada
masa memungkinkan adanya penghayatan dan pengamalam Pancasila secara
meluas di masyarakat, tidak hanya di dalam sekolah sebagai mata pelajaran di setiap jenjang
pendidikan (Mudyahardjo. : 434 dalam Dina Oktarina 2012). Inovasi-inovasi pendidikan juga
dilakukan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan. Sistem pendidikannya adalah
sentralisasi dengan berpusat pada pemerintah pusat. Namun demikian, dalam dunia pendidikan
pada masa ini masih memiliki beberapa kesenjangan. Buchori dalam Pidarta
(2008: 138-39 dalam Dina Oktarina 2012)
mengemukakan beberapa kesenjangan, yaitu:
a. kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja),
b. kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari),
c. kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak menekankan pada pengetahuan klasik dan
humaniora yang tidak bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi),
d. kesenjangan temporal (kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia
terkini).

3. Orde Reformasi
Orde Baru jatuh pada tahun 1998. Masa Reformasi ini pada awalnya lebih banyak bersifat
mengejar kebebasan tanpa program yang jelas. Sementara itu, dalam bidang pendidikan ada
perubahan-perubahan dengan munculnya Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah
system pendidikan sentralisasi menjadi desentralisas. Kesejahteraan tenaga kependidikan perlahan-
lahan meningkat. sehingga memicu peningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen
untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan juga

2
diupayakan, misalnya MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan Hidup),
dan TQM (Total Quality Management).
Undang- udang yang mengatur tentang system pendidikan di Indonesia yaitu UU RI No.20 Th.
2003, Bab.VI. diterbitka. Pemerintah berusaha menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-
baiknnya, setiap tahun dan setiap pergantian pemimpinnya selalu berupaya utuk menyempurnakan
kurikulum, pola dan strategi pembelajaran penyempurnaan terarah pada pembinaan pada dan strategi
pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.
Pada tahun 2005 diterbitkan pula UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Dalam Bab 1 tercantum :
a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
b. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, tek:nologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
c. Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional
tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.
Pendidikan Inklusif di Indonesia telah didukung secara yuridis yaitu melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 pada tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2010 serta Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2010. Peraturan Negara ini tidak saja untuk tingkatan SD sampai dengan sampai
tingkat perguruan tinggi, tetapi juga dimulai tingkatan PAUD.
Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif secara formal dideklarasikan pada tanggal 11 Agustus
2004 di Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler untuk mempersiapkan
pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus. Hal ini diperkuat dengan adanya symposium
Internasional di Sumatera Barat pada bulan September tahun 2005 tentang “Inclusion and the
Removal of Barriers to learning, participation and development” yang diselenggarakan oleh
pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Luar Biasa.
Berdasarkan hal itu maka pada tahun 2009 pemerintah mengeluarkan peraturan menteri nomor 70
tentang pendidikan Inklusif.Berdasarkan Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusi Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Mandikdasmen Departemen Pendidikan National
Tahun 2007 landasan filosofis pendidikan inklusif adalah:
a. Setiap anak mempunyai hak mendasar untuk memperoleh pendidikan.

2
b. Setiap anak mempunyai potensi, karakteristik, minat, kemampuan dan kebutuhan belajar
yang berbeda
c. Sistem pendidikan seyogyanya dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan
keanekaragaman karakteristik dan kebutuhan anak
d. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak untuk memperoleh akses pendidikan di
sekolah umum
e. Sekolah umum dengan orientasi inklusi merupakan media untuk menghilangkan sikap
diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif
dan mencapai pendidikan bagi semua.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 70 tahun 2009 pasal 1 yang dimaksud dengan
pendidikan Inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-
sama denganpeserta didik pada umumnya.Dalam konsep pendidikan Inklusif, pemisahan kelas dan
unit dinilai tidak pantas. Ruang kelas harus menjadi sebuah tempat dimana semua anak-anak,
meskipun mereka memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, memiliki hak milik dan bicara, bekerja
dan berbagi bersama.
Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Inklusif adalah sistem
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik, termasuk yang berkebutuhan
khusus, yaitu yang memiliki hambatan atau gangguan dan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-
sama dengan peserta didik pada umumnya untuk mengembangkan potensi, bakat dan minatnya dan
mendapatkan layanan pendidikan individual sesuai dengan kebutuhannya.

2
4. Rangkuman
Berdasarkan pada landasan historis pendidikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan kita peroleh
dengan tidak mudah, butuh banyak waktu dan pengorbanan, selain itu pendidikan itu dinamis, artinya
pendidikan itu berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya. Semoga pendidikan pada era
globalisasi ini, pendidikan di dunia bisa lebih baik berkembang sesuai dengan sekarang yang terjadi
dan sesuai dengan yang dibutuhkan untuk meminimalisir masalah pendidikan yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa sejarah sangatlah penting untuk diketahui apalagi sejarah
pendidikan dunia dan Indonesia mulai dari perjuangan para tokoh pendidikan serta peran
pemerintah pada zamannya untuk mengembangkan pendidikan. Seperti yang kita ketahui
sejarah pendidikan dunia dimulai dari zaman Humanisme atau Renaissance serta zaman Reformasi
dan Kontra Reformasi (1600-an). Namun pendidikan pada zaman ini belum memberikan
kontribusinya pada pendidikan zaman sekarang. Adapun sejarah pendidikan dunia yakni meliputi
zaman-zaman: (1) Realisme, (2) Rasionalisme, (3) Naturalisme, (4) Developmentalisme, (5)
Nasionalisme, (6) Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta (7) Sosialisme.
Sementara sejarah pendidikan di Indonesia dimulai dari masa pra kemerdekaan dan awal
kemerdekaan diantaranya yakni, pendidikan masa kependudukan Belanda, Pendidikan masa
kependudukan Jepang, Pendidikan Muhammadiyah, INS Kayu Tanam, Taman Siswa, Pendidikan
Katolik dan Kristen serta Pendidikan Hindu-Budha. Sedangkan pada masa kemerdekaan dimulai dari
orde lama, orde baru dan reformasi.
Pendidikan mewarsikan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau yang memiliki
nilai-nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan lalu digunakan generasi penerus dalam kehidupan
mereka di masa sekarang. Dengan menggunakan karya dan pengalaman masa lampau, pendidikan
menjadi pengawal, perantara dan pemelihara peradaban. Dengan demikian, pendidikan
memungkinkan peradaban masa lampau diakui eksistensinya dan bukan merupakan “harta karun”
yang tersia-siakan.

5. Tugas Terstruktur
Setelah membaca modul mengenai sejarah pendidikan di Indonesia, terdapat tiga masa dalam
proses pengembangan pendidikan yakni masa orde lama, orde baru hingga reformasi. Silahkan
analisis perbedaan antara masa orde lama, orde baru dan reformasi kemudian tuliskan prinsip dan
perbedaan dari setiap masa tersebut!

2
6. Forum Diskusi
Sejarah pendidikan di Indonesia pada masa pra kemerdekaan seperti pada masa INS Kayu
Tanam, Taman Siswa dan yang lain terlihat jelas bagaimana bangsa Indonesia dan pahlawan
pendidikan pada masa itu untuk membebaskan bangsa Indonesia dari ketergantungannya pada Negara
lain dalam hal keterlaksanaan pendidikan (sekolah) agar tidak terus-terusan dijajah. Contohnya pada
saat zaman taman siswa dikenal istilah “Non- Cooperation” atau menolak kerja sama dengan Negara
asing.
Namun sekarang ini begitu banyak budaya luar yang menggantikan budaya kita sendiri, peserta
didik dengan mudahnya menyerap informasi dari luar dan mulai meninggalkan nilai- nilai luhur
budaya Indonesia seperti budaya salim, tata cara berpakaian dan lain sebagainya.
Silahkan diskusikan mengenai pengaruh budaya ini dan berikan solusi cara untuk memfilter
budaya dari luar agar anak Indonesia tetap bangga dengan budaya dan produk- produk Indonedia!

C. PENUTUP
1. Tes Formatif
Pilihan Ganda
1) Tokoh pada zaman realisme yang pertama kali mengembangkan metode induktif adalah .
..
a. George Ray
b. Francis Bacon
c. Leronardo
d. Stray fan
2) Di bawah ini yang bukan merupakan zaman-zaman dalam pendidikan dunia adalah . .
a. Zaman Naturalisme
b. Zaman Realisme
c. Zaman Rasionalisme
d. Orde Baru
3) Pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa atau disebut gerakan psikologis
merupakan pandangan pendidikan pada zaman . . .
a. Zaman Naturalisme
b. Zaman Realisme
c. Zaman Developmentalisme
d. Reformasi
4) Menjaga, memperkuat dan mempertinggi kedudukan negara merupakan konsep
Pendidikan yang diusung pada zaman . . .

2
a. Zaman Nasionalisme
b. Zaman Developmentalisme
c. Zaman Naturalisme
d. Zaman Rasionalisme
5) Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme lahir pada abad ke . . .
a. 16
b. 17
c. 18
d. 19
6) Pada zaman apakah yang berpegang pada prinsip kalau masyarakat lebih penting
dibanding individu . . .
a. Zaman Naturalisme
b. Zaman Realisme
c. Zaman Sosialosme
d. Zaman Liberalisme
7) Tokoh pendidikan yang terkenal pada zaman rasionalisme adalah . . .
a. John Locke
b. Francis Bacon
c. Johan Amos Comeneus
d. Cornelius Yan
8) Salah satu perkumpulan yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 dalam lingkungan Stovia
yang bertujuan untuk memperjuangkan perluasan Pendidikan di Indonesia diberi nama . . .
a. Budi Utomo
b. STPOVIA
c. Shoto Chu Gokko
d. Koto Chu Gokko
9) Indonesich Nederlandsche School (INS) Kayu Tanam merupakan institusi Pendidikan
alternatif yang didirikan oleh . . .
a. Mohammad Sjafei
b. John Locke
c. Francis Bacon
d. Johan Amos Comeneus
10) Taman siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantoro mempunyai prinsip yang terkenal yakni
menolak kerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda dikenal dengan istilah
...
a. Non-Cooperation dan Self-Help

2
b. VOC
c. Gospel
d. Sinkretisme
11) Pendidikan pada zaman Hindu-Buddha diusahakan untuk mencapai moksayang
dibedakan menjadi tiga yaitu . . .
a. Kaum Brahmana, Golongan Ksatria dan Rakyat Biasa
b. Kaum Brahmana, Hinayana dan Kaum Buddhisme
c. Golongan Ksatria dan aliran Hinayana
d. Rakyat Biasa dan Pemerintah
12) Pada masa orde lama, Pendidikan Indonesia di bagi menjadi tiga tingkatan yang terdiri dari . . .
a. Pendidikan rendah, Pendidikan dasar dan Pendidikan tinggi
b. Pendidikan rendah, Pendidikan biasa dan Pendidikan menengah
c. Pendidikan rendah, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi
d. Pendidikan dasar, Pendidikan standar dan Pendidikan tinggi
13) Sistem pendidikan yang bersifat sentralisasi dengan berpusat pada pemerintah
merupakan prinsip dasar pada masa . . .
a. Orde Lama
b. Orde Baru
c. Masa Naturalisme
d. Reformasi
14) Orde baru jatuh pada tahun 1998 yang kemudian digantikan oleh masa . . .
a. Orde lama
b. Reformasi
c. Developmentalisme
d. Rasionalosme
15) Pendidikan masa kependudukan Belanda pertama kali didirikan di Indonesia tepatnya di
wilayah . . .
a. Papua
b. Kalimantan
c. Ambon
d. Manado

2
Isian
1) Pada zaman nasionalisme para tokoh Pendidikan berupaya untuk membentuk patriot- patriot
bangsa. Tuliskan 3 konsep Pendidikan yang ingin diusung pada masa ini untuk mewujudkan
tujuannya!

2) Jelaskan 3 asas yang di anut pada zaman naturalisme!

3) Pendidikan masa kependudukan Belanda mengaktifkan kembali beberapa sekolah berbasis


keagamaan dan membangun sekolah baru di beberapa wilayah Indonesia. Tuliskan Pendidikan
formal yang Belanda ciptakan bagi Masyarakat Indonesia pada zaman itu!

4) Pada masa reformasi pemerintah selalu berupaya untuk menyempurnakan kurikulum dalam
rangka meningkatkan mutu Pendidikan. Tuliskan dan jelaskanlah UU pada masa reformasi
yang mengatur tugas seorang guru dan dosen!

5) Pendidikan pada masa orde baru memiliki beberapa kesenjangan untuk mencapai tujuan
Pendidikan saat itu. Jelasakan kesenjangan-kesenjangan yang ditemui pada masa orde baru!

2
2. Kunci Jawaban

Pilihan Ganda
1) B 6) C 11) A
2) D 7) A 12) C
3) C 8) A 13) B
4) A 9) A 14) B
5) D 10) A 15) C

Isian
1) Konsep pendidikan yang ingin diusung oleh zaman nasionalisme adalah:
a. Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara
b. Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan
c. Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan
kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan
jasmani.

2) Tiga asas yang dianut pada zaman naturalisme adalah:


a. Asas pertumbuhan, pengajaran harus memberi kesempatan untuk anak-anak bertumbuh secara
wajar dengan cara mempekerjakan mereka, sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya.
b. Asas aktivitas, melalui bekerja anak-anak akan menjadi aktif, yang akan memberikan
pengalaman, yang kemudian akan menjadi pengetahuan mereka.
c. Asas individualitas, dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan individualitas
masing-masing anak, sehingga mereka berkembang menurut alamnya sendiri.

3) Pendidikan formal yang Belanda ciptakan bagi Masyarakat Indonesia pada zaman
kependudukannya adalah:
a. ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah dasar bagi orang eropa.
b. HIS (Hollandsch-Inlandsche School) – Sekolah dasar bagi pribumi.
c. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) – Sekolah menengah.
d. AMS (Algeme(e)ne Middelbare School) – Sekolah atas.
e. HBS (Hogere Burger School) – Pra-Universitas.

2
4) Undang-Undang yang mengatur tugas guru dan dosen pada masa reformasi adalah sebagai
berikut:
Pada tahun 2005 diterbitkan pula UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam Bab
1 tercantum:
a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
b. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
c. Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional
tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.

5) Kesenjangan-kesenjangan yang ditemui pada masa orde baru adalah:


a. kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja),
b. kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari),
c. kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak menekankan pada pengetahuan klasik
dan humaniora yang tidak bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi),
d. kesenjangan temporal (kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan
dunia terkini).

2
DAFTAR PUSTAKA

Buchari. 2008. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung:
Alfabeta.

Dewina. 2012. Teknologi Informasi & Komunikasi dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit
YNHW.

Hankovszky, Tamás. 2017. Instructional Design: The ADDIE Aprroach. New York: Springer.

Mudyahardjo. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.

Mueller, Jon. (2015). “Authentic Assessment Toolbox”. North Central College.


http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/index.htm. Diunduh pada 9 November 2023.

Muglioni. 1999. Innovative Learning Approach. New York: Based Project.

Nasution . 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Cetakan
keduabelas.
Jakarta : Bumi Aksara.

Oktarina, D. 2012. Buku Ajar Pendidikan dan Kependidikan. Yogyakarta : Deepublish

Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.

Serevina, Vina dan Sri Martini Meilanie. 2019. Buku Ajar Landasan Pendidikan. Jakarta.
Universitas Negeri Jakarta.

Spencer. 2012. Complence At Work, Model For Superior Performance. New York: John
Willey & Son

Sugianto, Akhmad, ‘Evaluasi Program Individual Learning Plans Terhadap Perencanaan


Pendidikan Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kota Barabai, Kalimantan Selatan:
Discrepancy Model’ (Tesis, Universitas Negeri Malang, 2015)

Warde, W. F. (George Novack). 1960. International Socialist. New York: Gaido.

Anda mungkin juga menyukai