Anda di halaman 1dari 24

WAWASAN PENDIDIKAN

MEMAHAMI SEJARAH DAN PEMIKIRAN TOKOH TOKOH


PENDIDIKAN INTERNASIOANAL YANG BERPENGARUH

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. R. Madhakomala M. Pd

Disusun oleh:
Karolina Sembiring NIM. 1503623008
Shafa Az Zahra Diantra NIM. 1523423044
Nahdhatan Nurliyaddin NIM. 1506623043

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan
karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Memahami sejarah dan
pemikiran tokoh-tokoh pendidikan Internasional yang berpengaruh”.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ibu Prof. Dr.
R. Madhakomala M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Wawasan Pendidikan yang telah
memberi penulis kesempatan dan dukungan sebagai bentuk dorongan untuk menyelesaikan
makalah ini.

Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. yang jauh dari kata sempurna, penulis memohon
maaf apabila terjadi kekurangan atau kesalahan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................................
Kata Pengantar ................................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 2
Bab II Pembahasan ........................................................................................................... 3
A. Sejarah Pendidikan Internasional ......................................................................... 3
B. Tokoh - Tokoh Pendidikan Internasional ............................................................. 6
Bab III Kesimpulan .......................................................................................................... 19
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 19
B. Saran ......................................................................................................................... 20
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan
manusia dan perkembangan masyarakat. Seiring dengan perkembangan
zaman, berbagai teori dan pemikiran tentang pendidikan terus berkembang
dan berevolusi. Tokoh-tokoh pendidikan internasional telah memberikan
kontribusi yang signifikan dalam membentuk teori dan praktik pendidikan
di berbagai belahan dunia.

Pemahaman mendalam terhadap sejarah dan pemikiran tokoh-tokoh


pendidikan yang berpengaruh menjadi sangat penting bagi para pendidik,
peneliti, dan praktisi pendidikan untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif dan relevan dengan tuntutan zaman. Tokoh-tokoh
seperti Gagne, Dewey, Vygotsky, Mezirow, Paulo Freire, dan Langeveld
telah memberikan kontribusi yang monumental dalam perkembangan teori
dan praktik pendidikan secara global.

Melalui pemahaman terhadap sejarah dan pemikiran mereka, kita


dapat menggali beragam perspektif dan metode pembelajaran yang dapat
diadaptasi dan diterapkan dalam berbagai konteks pendidikan di seluruh
dunia. Gagne, misalnya, dikenal dengan kontribusinya dalam teori
pembelajaran dan instruksional, sedangkan Dewey menekankan pentingnya
pengalaman dalam pembelajaran. Sementara itu, Vygotsky membawa
konsep zona perkembangan proksimal yang menjadi landasan bagi
pendekatan kolaboratif dalam pembelajaran.

Mezirow, dalam pemikiran kritisnya, membahas peran penting


transformasi perspektif dalam pembelajaran dewasa, sementara Paulo Freire
menyoroti pentingnya pendekatan pendidikan yang menggali kesadaran
kritis dan pembebasan dari penindasan. Langeveld, di sisi lain,

1
mengembangkan pemikiran mengenai hubungan interpersonal dalam proses
belajar-mengajar.

Dengan memahami perjalanan sejarah dan pemikiran tokoh-tokoh


tersebut, kita dapat merancang pendekatan pendidikan yang lebih holistik
dan berbasis bukti untuk memenuhi kebutuhan kompleksitas masyarakat
global saat ini. Oleh karena itu, penelitian mendalam mengenai pemikiran
tokoh-tokoh pendidikan internasional yang berpengaruh menjadi sangat
relevan dan bermanfaat dalam memajukan bidang pendidikan secara
keseluruhan.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
berkaitan tentang :
1. Bagaimana perkembangan sejarah pendidikan internasional?
2. Bagaimana pemikiran pendidikan menurut para tokoh-tokoh
internasional, seperti Gagne, Dewey, Vygotsky, Mezirow, Paulo
Freire, dan Langeveld telah memberikan kontribusi yang
monumental dalam perkembangan teori dan praktik pendidikan
secara global?

C. Tujuan Pembahasan
Bersumber dari rumusan masalah yang sudah dirancang, maka
tujuan pembahasan makalah ini sebagai berikut :
1. Memahami tentang perkembangan sejarah pendidikan internasional
2. Mengetahui pemikiran pendidikan menurut para tokoh-tokoh
internasional, seperti Gagne, Dewey, Vygotsky, Mezirow, Paulo
Freire, dan Langeveld

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan Internasional


Perjalanan sejarah pendidikan dunia telah lama berlangsung, mulai
dari zaman Hellenisme (150 SM-500), zaman pertengahan (500-1500),
zaman Humanisme atau Renaissance serta zaman Reformasi dan Kontra
Reformasi (1600-an).

1. Zaman Realisme
Realisme menghendaki pikiran yang praktis (Pidarta, 2009:
111-14). Menurut aliran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak
hanya melalui penginderaan semata (Jocke), tetapi juga melalui
persepsi penginderaan (Mudyahardjo, 2012: 117). Pendidikan pada
zaman Realisme ini yang menjadi tokohnya adalah Francis Bacon
dan Johann Amos Comenius. Sedangkan prinsip-prinsip pendidikan
yang dikembangkan pada zaman ini meliputi:
● Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran, Pendidikan
harus menekankan aktivitas sendiri,
● Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan,
Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak,
● Pelajaran harus diberikan satu per satu, dari yang paling
mudah,
● Pengetahuan diperoleh dari metode berpikir induktif (mulai
dari menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisa
sehingga menimbulkan simpulan) dan anak-anak harus
belajar dari realita alam,
● Pendidikan bersifat demokratis dan semua anak harus
mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar (Pidarta,
2009: 111-114).

3
2. Zaman Rasionalisme
Aliran Rasionalisme ini memberikan kekuasaan pada
manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak untuk dirinya, karena
itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya sendiri dan bertindak
untuk dirinya. Paham ini muncul karena masyarakat dengan
kekuatan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan Raja Perancis
yang memiliki kekuasaan absolut.

Tokoh pendidikan pada zaman ini pada abad ke-18 adalah


John Locke. Teorinya yang terkenal adalah leon Tabularasa, yaitu
mendidik seperti menulis di atas kertas putih dan dengan kebebasan
dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia digunakan unutk
membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa
manusia ini bisa mengarah kepada hal-hal yang negatif, seperti
intelektualisme, individualisme, dan materialisme (Ibid: 115).

3. Zaman Naturalisme
Zaman Naturalisme adalah merupakan reaksi terhadap aliran
Rasionalisme, pada abad ke-18 muncullah aliran Naturalisme
dengan tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan
yang tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti korupsi,
gaya hidup yang dibuat-buat dan sebagainya. Naturalisme
menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati dan
alamlah yang menjadi gurr, sehingga pendidikan dilaksanakan
secara alamiah (pendidikan alam) (ibid.: 115-116). Naturalisme
menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-
kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya
sendiri (Mudyaharjo, 2012: 116).

4. Zaman Developmentalisme

4
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19.
Aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu proses
perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut gerakan
psikologis dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah:
Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan
Stanley Hall. Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini
meliputi:
● Mengaktualisasi semua potensi anakyang masih laten,
membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis,
serta meningkatkan derajat social manusia.
● Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat
perkembangan anak (Pidarta, 2009: 116-20) yang melalui
observasi dan eksperimen (Mudyahardjo, 2012: 114).
● Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang
disertai asuhan yang baik (nurture).
● Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan
pendidikan dasar dan pengembangan pendidikan universal
(Mudyaharjo, 2012: 114).

5. Zaman Nasionalisme
Zaman Nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya
membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari
kaum imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais (Perancis),
Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat). Konsep
pendidikan yang ingin diusung oleh aliran ini adalah:
● Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan
negara,
● Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan,
● Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan
nasional, pendidikan kewarganegaraan, lagu-lagu

5
kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan
jasmani.

Akibat negatif dari pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme,


yaitu kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebih-
lebihan di beberapa Negara, seperti di Jerman, yang akhirnya
menimbulkan pecahnya Perang Dunia I (Pidarta, 2009: 120-21).

6. Zaman Sosialisme
Aliran Sosialisme ini dalam pendidikan muncul pada abad
ke-20 sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme, positivisme, dan
individualisme. Tokoh-tokohnya adalah Paul Nartrop, George
Kerchensteiner, dan John Dewey. Menurut aliran ini, masyarakat
memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Ibarat atom,
individu tidak ada artinya bila tidak berwujud benda. Oleh karena
itu, pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan sosial (ibid.:
121- 124).

7. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme


Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat
bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan
penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh
Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang
berkuasa yang kemudian mengarah pada individualisme. Sedangkan
positivisme percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera
sehingga kepercayaan terhadap agama semakin melemah. Tokoh
aliran positivisme adalah August Comte (ibid.: 121).

B. Tokoh - Tokoh Pendidikan Internasional


1. Robert Mills Gagne

6
Robert Mills Gagne yaitu ilmuwan psikologi lahir pada
tahun 1916 di North Andover, MA dan meninggal pada tahun 2002.
Tahun 1937 Gagne mendapatkan gelar A.B. dari Yale serta tahun
1940 gelar Ph.D. pada bidang psikologi dari Brown University gelar
Prof. Didapatkan ketika mengajar di Connecticut Collage For
Women dari tahun 1940- 1949. Demikian juga ketika di Penn State
University dari tahun 1945-1946 dan terakhir diperolehnya dari
Florida State University. Gagne adalah pemberi pada instruksi
pembelajaran yang di implementasikan pada training pilot AU
Amerika. Datangnya teori pemrosesan informasi berawal dari
pembaharuan teori matematika, yang sudah dirancang oleh para
peneliti dengan memiliki tujuan agar bisa menilai serta peningkatan
dalam pengiriman pesan.selain itu, terjadinya keadaan mendapatkan
informasi dan penerimaan informasi pengetahuan namun kita
dapatkan pada tahap pembelajaran yang secara langsung
berkisinambungan erat dengan tahap kognitif. Untuk alasan ini, teori
pemrosesan informasi memberikan perspektif baru tentang
pemrosesan pembelajaran. Ini berjalan lebih jauh dengan teori ini
dalam persepsi, pengkodean, dan penyimpanan dalam memori
jangka panjang. Bagaimanapun, teori ini akan mempengaruhi siswa
dalam hal pemecahan masalah.(Anas Suprapto, 2015). Teori
pembelajaran pemrosesan informasi merupakan bagian dari teori
pembelajaran cybernetic. Sederhananya, menurut teori
pembelajaran cybernetic, pembelajaran adalah pemrosesan
informasi. Sebagai contoh, dalam teori ini psikologi kognitif
mempelajari proses belajar yang penting melalui hasil belajar, tetapi
yang lebih penting dari mempelajari proses belajar itu sendiri adalah
sistem informasi yang pada akhirnya menentukan peningkatan
proses belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Gagne
didasarkan pada teori pemrosesan informasi berikut. 1) Rangsangan
yang diterima dari panca indera dikirim ke pusat saraf dan diproses

7
sebagai informasi. 2) Informasi dipilih secara selektif, sebagian
dibuang, sebagian disimpan dalam memori jangka pendek, sebagian
disimpan dalam memori jangka panjang 3) Memori ini bercampur
dengan memori yang ada dan setelah diproses Dapat disebut 4)
Memori tersebut bercampur dengan memori yang ada dan dapat
diperoleh setelah diproses. Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa stimulasi dan dukungan lingkungan
meningkatkan perkembangan kemampuan kognitif manusia. Sistem
pembelajaran yang baik memastikan adanya rangsangan yang
memfasilitasi proses berpikir dan belajar serta didukung oleh
lingkungan yang membantu.

Teori Belajar Rorbert M Gagne


Menurut Gagne, perkembangan perilaku adalah hasil dari efek
kumulatif pembelajaran, karena pembelajaran berkontribusi pada adaptasi
yang diperlukan untuk pengembangan proses logis, dan pembelajaran itu
kompleks sehingga tidak dapat dengan mudah didefinisikan. Menurutnya,
belajar bukanlah suatu proses tunggal, melainkan suatu proses menyeluruh
yang terjadi melalui pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku.

Oleh karena itu, perilaku merupakan hasil efek kumulatif dari


pembelajaran.Menurut Gagne, pembelajaran adalah proses dimana suatu
organisasi (siswa) mengubah perilakunya berdasarkan pengalaman.
Berdasarkan definisi tersebut, kita dapat melihat bahwa belajar adalah suatu
proses yang membutuhkan waktu untuk mengenali perubahan. Perubahan
di sini adalah perubahan dari perilaku yang buruk menjadi perilaku yang
lebih baik.

Menurut Gagne, belajar mempunyai tiga komponen: individu yang


belajar, situasi stimulus, dan respon yang melakukan perilaku sebagai akibat
dari stimulus tersebut. Gagne juga menjelaskan tentang sistem delapan jenis

8
pembelajaran, sistem lima jenis pembelajaran, tahapan pembelajaran,
makna dalam pembelajaran, dan penerapan dalam pembelajaran.

2. John Dewey
John Dewey adalah seorang filusuf dari Amerika Serikat, penganut
aliranPragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus
sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan. Ia dilahirkan di Burlington Amerika,
pada tanggal 20 Oktober tahun 1859 M,
dan meninggal 1 Juni 1952 M di New York. 2 Setelah menyelesaikan studinya di
Baltimore, ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian dalam bidang
pendidikan pada beberapa universitas. Sepanjang kariernya Dewey menghasilkan
40 buku dan lebih dari 700-an artikel. Dewey meninggal dunia pada tahun 1952.
Pada tahun 1879, setelah mendapat diploma ujian kandidat, ia menjadi guru selama
2 tahun. Namun kemudian dia meneruskan kuliah lagi menyelesaikan program
doktor dalam filsafat (1884).

Setelah mendapat gelar doktor tersebut ia mengajar filsafat pada Universitas


Michigan (1884-1889). Pada tahun 1889 ia pindah ke Universitas Minnesota.
Namun demikian di akhir tahun 1889 ia kembali pindah ke Universitas Michingan.
Di Michingan ini ia diangkat menjadi Kepala Bidang Filsafat. Tugas dosen tetap
dijalaninya, bahkan kemudian dia menjadi asisten profesor yang akhirnya
mengantarkannya menjadi profesor di Michingan. Tugas di Michingan dijalaninya
sampai dengan tahun 1894.

Pokok-pokok Pemikiran Menurut John Dewey


1. Pemikiran Pragmatisme
Sebagai pengikut filsafat aliran pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa
tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.8 Filsafat tidak
boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada
faedahnya. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan
mengolahnya secara kritis.

9
2. Pemikiran Estetika
Seni sebagai Pengalaman (1934) adalah tulisan utama Dewey pada estetika. Hal ini,
menurut tempatnya dalam tradisi pragmatis yang menekankan komunitas, sebuah
studi dari objek seni individu sebagai tertanam dalam (dan tak terpisahkan dari)
pengalaman budaya lokal. Dewey mencoba untuk membenarkan koleksi istimewa
seni modern yang dirancang oleh orang kaya C.Albert Barnes di Barnes Foundation

3. Pemikiran Pendidikan
John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut tentang pikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia dan manusia
biasa. Berangkat dari itu maka filsafat pendidikan dapat juga diartikan sebagai teori
umum pendidikan.John Dewey menyatakan pendidikan sebagai penataan ulang
atau rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami dalam kehidupan
individu sehingga segala sesuatu yang baru menjadi lebuh terarah dan bermakna.

4. Pemikiran Studi Filsafat Pendidikan


Pemikiranya adalah tentang berpikir reflektif, yaitu suatu cara berpikir yang dimulai
dari adanya problem-problem yang dihadapkan padanya untuk dipecahkan.
Kenyataan merupakan suatu problem, oleh para ahli dipandang sebagai problem
yang besar, adapun pemecahanya oleh John Dewey adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis situasi secara hati-hati dan mengumpulkan semua fakta yang


diperoleh.
Adil dan tidak memihak serta tanpa prejudice (prasangka) dalam mengobservasi
fakta-fakta.

2. Pemecahan apa yang diusulkan dan ditetapkan.

10
Menurut John Dewey, Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia

5. Pemikiran tentang Jurnalisme


Sejak pertengahan tahun 1980-an, ide Deweyan telah mengalami kebangkitan
sebagai sumber utama inspirasi bagi gerakan jurnalisme publik. Definisi Dewey
tentang “masyarakat,” seperti yang dijelaskan dalam Publik dan Masalah-nya,
memiliki implikasi besar bagi pentingnya jurnalisme dalam masyarakat. Seperti
yang disarankan oleh judul buku, perhatiannya adalah hubungan transaksional
antara publik dan masalah. Juga tersirat dalam namanya, jurnalisme publik
berusaha untuk mengarahkan komunikasi dari elit, hegemoni korporasi menuju
ruang publik sipil. “The ‘publik’ jurnalis publik adalah publik Dewey.”
Memberikan definisi konkret untuk pembentukan publik. Publik adalah kelompok
spontan dari warga yang memiliki efek tidak langsung dari sebuah tindakan
tertentu. Siapapun yang terkena konsekuensi tidak langsung dari tindakan tertentu
secara otomatis akan berbagi kepentingan bersama dalam mengendalikan mereka
konsekuensi, yaitu pemecahan masalah yang umum. Karena setiap tindakan
menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan, publik terus muncul, tumpang
tindih, dan hancur. Dalam Negeri dan Masalah nya, Dewey menyajikan sanggahan
untuk Walter Lippmann risalah itu tentang peran jurnalisme dalam demokrasi.

6. Analisis terhadap pandangan Filosofis John Dewey


Aliran filsafat John Dewey adalah aliran pragmatisme. Ia berpendapat bahwa
filsafat memiliki peran memberikan garis-garis pengarahan sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan manusia. Oleh karena itu filsafat harus
berpijak pada pengalaman (experience), bukan berpijak pada pemikiran metafisis
yang tidak memiliki faedah.

3. Paulo Freire

11
Pada hasil analisis pendidikan Paulo Freire dalam pembentukan karakter
yang ditinjau dari pendidikan islam ini ia menawarkan suatu konsep pendidikan
alternative atas konsep pendidikan dominan yang diterapkan dinegerinya yang
menurutnya monoton, searah dan tak dialogis. Atas dasar tersebut, Paulo Freire
pada akhirnya menawarkan suatukonsep pendidikan yaitu: Konsep Manusia,
Konsep Pendidikan Pembebasan, Konsep Penyadaran, Pendidikan Hadap Masalah,
dan Pendidikan Dialogis. (Paulo Freire, 2001).

Tujuan Kriteria pendidikan ideal menurut Freire adalah pendidikan yang


berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia, karena manusia adalah penguasa
atas dirinya, dan karena itu fitrah manusia adalah menjadi merdeka, dan menjadi
manusia yang bebas dari situasi-situasi yang menindasnya. Dan inilah yang
merpakan tujuan ahir dari upaya humanisme Freire Freire mendasari landasan
epistemologinya aksiologisnya dengan nilai kemanusiaan, Freire berasumsi bahwa
kebebasan berpendapat dan berpikir adalah hak tiap manusia

*Konsep pendidikan Paulo Freire


merupakan buah pikiran yang hadir atas dinamika masalah serta kontradiksi
yang mendasar dalam kehidupan. Konsep pendidikan Paulo Freire hadir untuk
menanggapi kondisi-kondisi seperti ini, ia merupakan sebuah proses dan hasil
dialektika panajang tentang realitas kesengsaraan dan keterbelakangan.
Menganggap bodoh secara mutlak pada orang lain, sebuah ciri dari ideologi
penindasan, berarti mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai proses
pencarian. Bagi Freire yang harus dilakukan dalam pendidikan adalah: Metode
yang aktif, dialogis, kritis, dan menggugah sikap kritis.

Dalam bidang pendidikan salah satu hal mendasar yang kiranya perlu segera
diatasi adalah terkait sentralisasi peran pendidik dalam proses pembelajaran.
Seringkali proses pembelajaran yang diaplikasikan dalam pembelajaran cenderung
menunjukkan medel-model pembelajaran konsevatif. Konsevatif merupakan cara
belajar yang menempatkan pendidik sebagai actor dominan dalam proses

12
pembelajaran. Sedangkan peserta didik sebagai salah satu actor didalamnya hanya
diberikan sedikit kebebasan atau keleluasaan.

Dalam prosesnya, proses pembelajaran dilakukan dengan teknik ceramah


ataupun cerita bahkan seringkali pendidik hanya saja langsung memberikan tugas
kepada peserta didik. Pada titik ini, tugas peserta didik hanyalah mendengarkan apa
yang disampaikan, mematuhi apapun yang diinstruksikan oleh sang pendidik.
Sesekali peserta didik mencatat apa-apa yang disampaikan oleh pendidik, tanpa ada
sebuah upaya yang interaktif dalam rangka membangun pengetahuan. Alhasil jika
bersikeras untuk tetap dipertahankan, hal seperti ini akan berimbas pada sebuah
proses pembelajaran yang mematikan karakter serta kreatifitas peserta didik
didalamnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsep pendidikan Paulo Freire dan


konsep pendidikan Islam memiliki ciri khas masing-masing, di mana pendidikan
Islam selalu memasukkan aspek teologi dalam setiap pendidikannya, sedangkan
pendidikan Paulo Freire, banyak terilhami dari teori-teori psikologi.Ada beberapa
kesesuaian antara konsep pendidikan Paulo Freire dengan Konsep pendidikan
dalam perspektif pendidikan Islam, yaitu dalam hal humanisme (pembebasan) dan
fitrah manusia sebagai berikut: Humanisme Paulo Freire mengarah pada kata
“pembebasan”, dan islam sendiri juga melarang semua bentuk penindasan, secara
historis Islam juga telah menerapkan pendidikan pembebasan sebagaimana yang
telah diterapkan oleh Nabi Muhammad saw, yaitu gerakan pembebasan dari
eksploitasi, penindasan, dominasi, dan ketidakadilan dalam segala aspeknya. Serta
Pendidikan Islam dan Paulo Freire sama-sama memiliki pandangan bahwa manusia
terlahir dengan fitrah-fitrah tertentu yang dapat dikembangkan melalui pendidikan
yang humanis.

4. Mezirow
Mezirow mengembangkan teori pembelajaran transformatif
(Transformative learning). Teori transformasi muncul dalam dunia pendidikan

13
dikembangkan pertama kali oleh Mezirow pada tahun 70-an. Teori ini
dikembangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mezirow pada
sekelompok wanita putus sekolah, yang bersekolah kembali setelah sekian lama
meninggalkan bangku sekolah. fokus dari penelitian adalah perubahan peranan dan
konsep diri yang terjadi pada para wanita tersebut, sebagai akibat dari hasil proses
pembelajaran. Studi tersebut menghasilkan kesimpulan adanya perubahan asumsi
dan cara berfikir (frame of reference) para wanita tersebut seiring dengan muncul
dan berkembangnya kesadaran kritis sebagai hasil dari pengalaman pembelajaran.

Pendidikan Transformatif menurut Mezirow adalah proses perubahan


makna lama yang dimiliki sesorang menuju makna baru berdasarkan hasil dari
revisi interpretasi makna pengalaman sebagai acuan tindakan dimasa mendatang
dan juga sebagai pembelajaran yang mampu mengubah kerangka acuan yang
problematis menjadi lebih inklusif, toleran, reflektif. terbuka, dan secara emosional
menerima pembaharuan. Teori Pembelajaran Transformatif memiliki tiga
komponen mendasar yang memfasilitasi pembelajaran dan transformasi orang
dewasa dalam lingkungan bisnis.

1. Refleksi Kritis
Individu perlu berpikir kritis tentang pengalaman mereka, yang pada
gilirannya mengarah pada transformasi perspektif. Proses ini meningkatkan
kesadaran diri dan meningkatkan tingkat pemahaman diri yang lebih dalam.
2. Pengungkapan Rasional
Komponen teori pembelajaran transformatif ini merujuk pada pengalaman-
pengalaman yang dapat menghasilkan pembelajaran transformatif. Intinya,
hal ini disajikan dalam teori dalam bentuk diskusi dengan orang lain yang
berfokus pada keyakinan dan asumsi yang dianut secara pribadi dan sosial,
yang dilakukan dengan cara yang logis dan rasional untuk menunjukkan
dengan tepat bias, titik buta, atau ketidaksesuaian yang memungkinkan
individu tersebut. untuk secara sadar mengatasinya.
3. Sentralitas Pengalaman

14
Dalam komponen terakhir teori pembelajaran transformatif Mezirow,
pengalaman tersebut mencakup apa yang dilakukan orang, apa yang mereka
yakini, apa yang dapat mereka hadapi, cara mereka bereaksi terhadap situasi
tertentu, apa yang membuat mereka rela menderita, dan terlebih lagi,
keinginan, perspektif, impian, dan keyakinan mereka. Sederhananya,
komponen ini menjelaskan kisah hidup mereka selama ini dan pengalaman
yang mereka alami.

Ada 4 cara proses transformasi menurut Mezirow, diantaranya :


1. Mengelaborasi kerangka acuan berpikir saat ini
2. Mempelajari kerangka acuan berpikir baru
3. Mengubah cara pandang
4. Mengubah kebiasaan berpikir

5. Langeveld
Menurut Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan
anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan
oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya)
dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

Pemikiran pendidikannya didasarkan pada beberapa prinsip utama:

1. Antropologi Pedagogis
Langeveld menekankan pentingnya memahami manusia sebagai makhluk
yang unik dan kompleks sebelum merancang proses pendidikan. Dia menyebut
pemahaman ini sebagai "antropologi pedagogis". Antropologi pedagogis
mempelajari hakikat manusia, perkembangannya, dan kebutuhannya dalam proses
pendidikan.

15
2. Paedagogiek
Langeveld menggunakan istilah "paedagogiek" untuk merujuk pada ilmu
pendidikan yang normatif dan filosofis. Paedagogiek berbeda dengan pedagogi,
yang lebih fokus pada aspek praktis pendidikan. Paedagogiek berusaha menjawab
pertanyaan tentang tujuan pendidikan, nilai-nilai yang mendasarinya, dan
bagaimana pendidikan seharusnya dilakukan.

3. Pengalaman dan Eksistensi


Langeveld menekankan peran pengalaman dan eksistensi dalam proses
pendidikan. Dia percaya bahwa pendidikan harus membantu anak untuk memahami
dan menginterpretasikan pengalamannya, serta untuk menemukan makna dalam
hidupnya.

4. Kebebasan dan Tanggung Jawab


Langeveld percaya bahwa pendidikan harus membantu anak untuk
mengembangkan kebebasan dan tanggung jawabnya. Dia menekankan pentingnya
disiplin diri dan kemandirian dalam proses belajar.

5. Nilai-Nilai Kemanusiaan
Langeveld menekankan pentingnya pendidikan nilai-nilai kemanusiaan
seperti cinta kasih, toleransi, dan rasa hormat. Dia percaya bahwa pendidikan harus
membantu anak untuk menjadi manusia yang baik dan bertanggung jawab.

Secara teoritis, Langeveld membedakan enam jenis tujuan pendidikan yaitu : 1)


tujuan umum; (2) tujuan khusus; (3) tujuan insidentil; (4) tujuan sementara; (5)
tujuan tak lengkap; (6) tujuan intermediar.
1. Tujuan Umum
tujuan ini disebut pula tujuan akhir, tujuan total, tujuan sempurna, tujuan tak
langsung, tujuan mutlak. Secara singkat, Langeveld mengatakan bahwa
tujuan umum pendidikan ialah “ membawa anak kearah kedewasaan “.
Kedewasaan dalam rumusan ini berarti “ dapat bertanggung jawab susila

16
atas segala perbuatannya menurut pilihan sendiri “.berdasarkan pada
pengertian ini maka seringkali tujuan umum pendidikan di rumuskan
sebagai “ membentuk manusia priadi yang bertanggung jawab susila atas
segala perbuatannya menurut pilihannya sendiri
2. Tujuan Khusus Pendidikan.
Perumusan tujuan khusus pendidikan, merupakan penjabaran dari tujuan
umum dan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
● karena adanya perbedaan bakat, umur dan jenis kelamin anak didik.
● karena adanya perbedaan lingkungan anak didik, misalnya
lingkungan kota dan desa, lingkungan keluarga kaya dan miskin.
● karena adanya perbedaan kesanggupan pendidik, berhubung
terbatasnya fasilitas dan alat-alat pelajaran yang tersedia.
● karena adanya perbedaan azas pendidikan dari berbagai badan
pendidikan misalnya, karena azas agama, kebangsaan, ideology dll.
● karena adanya perbedaan falsafah bangsa / masyarakat serta adanya
perbedaan cita-cita bangsa pada waktu dan tempat tertentu.
3. Tujuan Insidentil atau tujuan sesewaktu
yaitu tujuan yang ingin dicapai dengan kegiatan tertentu pada waktu
tertentu. Misalnya : mengumpulkan dana bencana alam, menyambut
pembesar negara, merayakan hari pahlawan.
4. Tujuan Sementara
yaitu tujuan yang ingin dicapai sesuai perkembangan anak pada fase
tertentu.
5. Tujuan tak Lengkap
Yaitu tujuan yang ingin dicapai berhubungan dengan aspek perkembangan
kepribadian anak. ( aspek jasmani, rohani, sosial, dsb.)
6. Tujuan Intermedia atau tujuan Perantara
yaitu tujuan yang ingin dicapai sebagai sasaran antara, untuk mencapai
tujuan pendidikan lainnya. Tujuan ini bersifat teknis dan karenanya
merupakan alat untuk mencapai tujuan yang lain. Misalnya :agar anak dapat

17
membaca lancar demi memperluas pandangan hidup dan pengetahuan;
dapat membaca lancar = tujuan sementara.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang
sejarah dan pemikiran tokoh-tokoh pendidikan internasional yang
berpengaruh seperti Gagne, Dewey, Vygotsky, Mezirow, dan lainnya.
Dalam pembahasan tentang Gagne, penekanan diberikan pada struktur dan
sistematisasi pembelajaran, sementara Dewey menyoroti pentingnya
pengalaman dan interaksi sosial dalam pendidikan. Kontribusi Vygotsky
mengenai zona perkembangan proximal menekankan pada peran penting
interaksi sosial dalam pembelajaran, sementara Mezirow membawa konsep
transformasi perspektif dalam pembelajaran dewasa.

Kajian terhadap pemikiran para tokoh ini memberikan wawasan


yang berharga bagi pengembangan teori dan praktik pendidikan modern.
Hal ini memungkinkan para pendidik untuk merancang pendekatan
pembelajaran yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Dengan memahami keragaman pendekatan pembelajaran yang tersedia, kita
dapat menghasilkan lingkungan pembelajaran yang mendukung
perkembangan holistik individu dan mempersiapkan mereka untuk
menghadapi tantangan masa depan.

Kesimpulannya, pemahaman mendalam tentang pemikiran tokoh-


tokoh pendidikan internasional yang berpengaruh adalah kunci dalam
memperkaya perspektif pendidikan global saat ini dan membantu
mengarahkan perkembangan pendidikan ke arah yang lebih progresif dan
berkelanjutan.

19
B. Saran
• Makalah ini dapat diperluas dengan membahas pemikiran tokoh
pendidikan dari berbagai negara dan budaya.
• Analisis pengaruh pemikiran para tokoh ini terhadap praktik
pendidikan di berbagai negara dapat dilakukan untuk memperdalam
makalah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arivin, N. (2020). Pemikiran Pendidikan John Dewey. Jurnal Bimbingan &


Konseling Keluarga, 205-219.

Rahman, A., Munandar, S. A., Fitriani, A., Karlina, Y., & Yumriani. (2022).
PENGERTIAN PENDIDIKAN, ILMU PENDIDIKAN DAN UNSUR
UNSUR PENDIDIKAN. Kajian Pendidikan Islam, 4-8.

Suriani, Safei, Rosdiana, & Basam, F. (2023). KONSEP PENDIDIKAN PAULO


FREIRE DALAM PEBENTUKAN KARAKTER. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 140-146.

Tagela, U. (n.d.). Pengantar Paedagogik. Retrieved from uksw.edu:


https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/28842/3/BOOK_Umbu
%20Tagela%20_Pengantar%20Paedagogik_Bab%202.pdf

Warsita, B. (2008). TEORI BELAJAR ROBERT M. GAGNE DAN


IMPLIKASINYAPADA PENTINGNYA PUSAT SUMBER BELAJAR.
Retrieved from jurnalteknodik:
https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/vi
ew/421/269

21

Anda mungkin juga menyukai