Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

Diajukan Sebagai Bahan Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah : Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Ibu Rosita, M.Pd

Nama : RAHMAWATI

NIM 2122020024

Semester : 1 (satu)

Prodi : PIAUD

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA

Tangerang – Banten

1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataála atas segala


limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan
laporan ini. Laporan ini diajukan sebagai Bahan Tugas Ujian Akhir Semester
mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan Islam .

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini tidak luput dari


kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima dengan senang hati, demi perbaikan
dalam pembuatan laporan yang akan datang.

Tangerang, Januari 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................2

C. Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................3

A. Pengertian Aliran Pendidikan ...................................................................3

B. Macam-macam Aliran Pendidikan..............................................................4


C. Pengertian Pilar Pendidikan ....................................................................... 4

D. Macam-macam Pilar Pendidikan Umum ...................................................5

E. Macam-macam Pilar Pendidikan Islam .....................................................5


F. Contoh Pembelajaran dengan Pilar Pendidikan Umum dan Islam .......... 5

BAB III SIMPULAN ...........................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara faktual aktivitas pendidikan adalah aktivitas antar
manusia, oleh manusia untuk manusia. Beberapa pakar sudah
menyampaikan berbagai macam opini mengenai pendidikan, pada
umumnya mereka setuju jika Pendidikan itu diadakan dalam rencana
meningkatkan semua kemampuan kemanusiaan menuju yang
positif (Dardiri,2010).
Pada masa sekarang pendidikan selalu mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul
berbagai pemikiran – pemikiran yang membawa pembaharuan
Pendidikan atau yang disebut juga dengan aliran – aliran Pendidikan.
Pemikiran – pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran
– pemikiran yang lama mengalami perkembangan dan pembaharuan
dari masa ke masa. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah
dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-
pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan
dengan kebutuhan yang diperlukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aliran pendidikan?
2. Apa saja aliran – aliran dalam pendidikan?
3. Apa pengertian pilar – pilar pendidikan?
4. Apa saja yang termasuk pilar pendidikan umum?
5. Apa saja yang termasuk pilar pendidikan islam?
6. Bagaimana contoh pembelajaran dengan pilar Pendidikan umum
dan islam?

1
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian aliran Pendidikan.
2. Mengetahui apa saja aliran-aliran dalam Pendidikan.
3. Mengetahui pengertian pilar-pilar Pendidikan.
4. Mengetahui apa saja yang termasuk pilar pendidikan umum.
5. Mengetahui apa saja yang termasuk pilar Pendidikan islam.
6. Mengetahui contoh pembelajaran dengan pilar Pendidikan umum
dan islam.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Aliran Pendidikan


Aliran – aliran Pendidikan adalah pemikiran – pemikiran
yang membawa inovasi dalam dunia Pendidikan. Pertimbangan itu
berjalan seperti satu dialog yang berkelanjutan, yaitu pemikiran-
pemikiran terdahulu terus disikapi dengan kotra dan pro oleh pemikiran
selanjutnya, hingga muncul pertimbangan yang baru dan begitu
selanjutnya supaya dapat dimengerti.

B. Macam – Macam Aliran Dalam Pendidikan


Aliran Pendidikan Klasik

Menurut Tirtarahadja dan Sulo (2005) aliran-aliran


pendidikan sudah diawali semenjak awalnya hidup manusia, karena
tiap golongan manusia selalu diposisikan dengan generasi muda
turunannya yang membutuhkan pengajaran yang lebih bagus dari
orang tuanya. Dalam kepustakaan mengenai aliran-aliran pendidikan
sudah diawali pada masa Yunani kuno sampai kini, diketahui dengan
makna rumpun aliran klasik dan aliran pergerakan.

1. Aliran Empiris
Figur aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris
yang hidup pada tahun 1632- 1704. Teorinya dikenal dengan
Tabula Rasa (meja lilin), yang mengatakan bahwa anak yang
lahir ke dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Kertas putih akan
mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor
bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan.
Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan
(sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari
lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak.

3
Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar
memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan
lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima
pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan
membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

2. Aliran Nativisme
Figur aliran Nativisme adalah Schopenhauer. la adalah
filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788- 1880. Aliran ini
berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor
bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh
terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan
demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan
oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak
memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan
sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak
akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan.
Misalnya, anak mirip orang tuanya secara fisik dan akan
mewarisi sifat dan bakat orang tua. Prinsipnya, pandangan
nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah
terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya
psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta
kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap
manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik
maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada
titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang tua
yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik
yang mungkin melebihi ke-mampuan orang tuanya, mungkin
juga hanya sampai pada setengah kemampuan orang tuanya
4
3. Aliran Naturalisme
Figur aliran ini adalah J.J. Rousseau. la adalah filosof
Prancis yang hidup tahun 1712- 1778. Naturalisme mempunyai
pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai
pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak
karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran naturalisme sering
disebut negativisme. Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang
proses pembelajaran yaitu:
a) Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri.
Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan
kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam
dirinya secara alami.

b) Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar


yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator
atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang
mampu mendorong keberanian anak didik ke arah
pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan
untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.
Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.

c) Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan


dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan
belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik.
Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk
menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai
dengan minat dan perhatiannya.

4. Aliran Konvergensi
Figur aliran Konvergensi adalah William Stem. la
seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-
1939. Aliran Konvergensi merupakan kombinasi dari aliran
Nativisme dan Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir
di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan
perkembangan anak
5
selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor
pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung
oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin
baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang
sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya,
lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan
anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang
dibawa anak.
Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap
bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau
bakat dan lingkungan. Hanya saja, William Stem tidak
menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor
tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut
belum bisa ditetapkan.

Aliran Pendidikan Modern

Dalam dunia pendidikan, tentu membutuhkan acuan


untuk pembangunan kualitas pendidikan agar lebih baik. Dalam hal ini
terdapat beberapa aliran pendidikan modern yang dikenal dalam dunia
pendidikan hingga saat ini, yakni sebagai berikut:

1. Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang
mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat
pada anak (child- centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau
bahan pelajaran (subject- centered).

2. Esensialisme

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan


6
pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-
nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme
nilai-

6
nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-
nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan
melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di
dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam
perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan
mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.

3. Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai


rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus
dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya
pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di
masyarakat

4. Perennialisme

Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang


mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa
pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai
peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan
merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu
pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif.

5. Idealisme

Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat


yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli
yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara
gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh
panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-
angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap

7
bahwa yang nyata hanyalah idea.

7
Beberapa penjelasan tentang aliran pendidikan modern tersebut,
dapat terlihat bahwa pandangan ini cenderung memusatkan
pada kemandirian siswa. Namun, guru juga tetap memiliki peran
dalam pembelajaran di kelas. Di Indonesia pandangan modern ini
mengarah pada kurikukulm 2013 dengan adanya slogan “student
centered” atau pembelajaran terpusat pada siswa. Artinya, setiap
pembelajaran yang dilakukan mendorong anak agar mampu secara
mandiri menggali informasi sendiri sedangkan guru sebagai fasilitator
saja.

C. Pengertian Pilar Pendidikan


Pilar Pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu
kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang akan
diberikan kepada anak didik yang bertujuan untuk pendewasaan anak
(Syahrir&Zen, 2007)

D. Macam-macam Pilar Pendidikan


1. Learning To Know
Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para peserta
didik dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan
sebanyak- banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan
dapat memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar
peserta didik meningkat. Learning to know selalu mengajarkan
tentang arti pentingnya sebuah pengetahuan, karena di dalam learning to
know terdapat learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk
memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adalah proses
belajar. Hal ini sesuai pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
(2004: 128) yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat diatas
menunjukkan bahwa belajar bukan saja berasal dari bangku sekolahan
8
saja tetapi belajar dapat terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan. Belajar bukan hanya dinilai dari segi hasilnya saja,

8
melainkan dinilai dari segi proses, bagaimana cara anak
tersebut memperoleh pengetahuan, bukan apa yang diperoleh anak
tersebut.
Learning to know juga mengajarkan tentang life long
of education atau yang disebut dengan belajar sepanjang hayat.
Arti pendidikan sepanjang hayat (long life education) adalah
bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa,
tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya (Suprijanto, 2008: 4). Hal ini
menegaskan bahwa pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan
dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi
proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga
mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah
diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang
ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan
kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh
dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
perkembangan budayanya.

2. Learning To Do
Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak.
“di sini para peserta didik diajak untuk ikut serta dalam
memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya melalui sebuah
tindakan nyata”. Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja
sama dalam sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam
berbagai situasi dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan
kemampuan hard skill dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat
penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena
sesungguhnya pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses
penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, tangguh,
dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik
sebagai hasil dari produk pendidikan memang harus dituntut memiliki
kemampuan soft skill dan hard skill.
Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut
9
fisik, artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang
berhubungan dengan

9
kemampuan peserta didik. Penguasaan kemampuan hard skill
dapat dilakukan dengan menerapkan apa yang dia dapatkan /apa
yang telah dipelajarinya di kehidupan sehari-hari, contohnya anak
disekolah belajar tentang arti penting sikap disiplin, maka untuk
memahami dan mengerti tentang disiplin itu, anak harus belajar untuk
melakukan sikap disiplin, baik dirumah, disekolah atau dimanapun.
Dengan begitu anak menjadi tahu dan faham tentang pentingnya sikap
disiplin.
Selanjutnya adalah soft skill, artinya keterampilan yang
menuntut intelektual. Soft skill merupakan istilah yang mengacu
pada ciri-ciri kepribadian, rahmat sosial, kemampuan berbahasa dan
pengoptimalan derajat seseorang Jadi yang dimaksud dengan
kemampuan soft skill adalah kepribadian dari masing-masing
individu. Soft skill tidak diajarkan tetapi gurulah yang harus
mencontohkan, seperti sikap tanggung jawab, disiplin, dan lain
sebagainya. Dengan memberikan contoh tersebut, anak akan mencoba
untuk menirukan apa yang dilihat. Hal itu merupakan bagian dari
menumbuhkan kemampuan soft skill.

3. Learning To Be
Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan
melatih peserta didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat
mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan.

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan


hard skill) merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning
to be). Menjadi diri sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman
terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai
dengan norma- norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat,
belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses
pencapaian aktualisasi diri.
Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat,
minat, perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya.
10
Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya
bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya
bagi siswa yang

10
pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk
arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat
diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik
secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara
pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi
manusia yang berperi kemanusiaan.

4. Learning to live together


Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para
peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok
masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin
beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk
dapat hidup bersama.

Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama,


saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu
dikembangkan disekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan
sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana
individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri
sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang
lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di
masyarakat (learning to live together).
Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal dan non formal
harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemampuan
intelektual dan profesional serta sikap dalam hal ini adalah
kemampuan hard skill dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap
manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan
menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di
mata masyarakat dunia.

11
Indikator Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO
a. Learning to Know (Belajar Mengetahui)

• Menguasai dan mendapatkan materi


• Mencari informasi dari lingkungan sekitar dan sumber yang beragam
• Merespons sumber informasi baru
• Mengembangkan rasa ingin tahu
• Memanfaatkan sumber belajar

b. Learning to Do (Belajar Melakukan Sesuatu)

• Mengaitkan pelajaran dengan kompetensi


• Menjembatani pengetahuan dan keterampilan
• Mengaplikasikan pemahaman dan bertindak secara kreatif
• Meningkatkan problem solving
• Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

c. Learning to Live Together (Belajar Hidup Bersama)

• Menerapkan nilai-nilai kebersamaan

• Memiliki kemampuan untuk hidup bersama dengan anak-anak


yang berbeda
• Belajar menghargai perbedaan pendapat

d. Learning to Be (Belajar Menjadi Sesuatu)

• Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri


• Menunjukkan sikap percaya diri
• Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri
• Membentuk nilai-nilai yang dimiliki bersama
• Belajar menjadi orang yang bertanggung jawab

12
E. Macam-macam Pilar Pendidikan Islam
Pendidikan sangat penting untuk masa depan mereka.
Apabila kita sebagai orang tua salah dalam memberikan pendidikan
kepada anak- anak kita, maka akan berakibat fatal. Tidak hanya fatal
terhadap masa depan anak-anak kita, tapi juga fatal terhadap kita
sendiri kelak di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Demikian juga
sebaliknya jika kita sebagai orang tua bersungguh-sungguh dalam
memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak kita, maka
berarti kita sudah memberikan hadiah terbaik untuk masa depan
mereka, dan juga tentunya bernilai positif bagi diri kita sebagai
orangtua ketika dimintai pertanggung jawaban kelak di hadapan
Allah subhanahu wa ta’ala.

Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad


Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wasallam tentang tiga amalan manusia
yang tidak terputus ketika ia mati. Rasulullah shallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Apabila manusia meninggal dunia maka
amalnya terputus darinya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo’akan orangtuanya.”
(HR.Muslim)

Untuk memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak


kita, setidaknya ada tiga pilar pendidikan utama yang harus kita
ajarkan kepada mereka, yaitu pendidikan tauhid, pendidikan
akhlak, dan pendidikan ibadah.

1. Pendidikan Tauhid

Dalam pendidikan seharusnya orang tua mengenalkan


anak- anak kita dengan Allah subhanahu wa ta’ala sebagai
penciptanya dan pencipta alam semesta dan isinya, sehingga
keimanan anak-anak kita kepada Allah subhanhu wa ta’ala benar-
benar melekat dan tertanam dengan kuat di hati mereka.

Allah subhanhu wa ta’ala berfirman :

13
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati
itu air

13
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci
lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS.al-Mu’minun [23]: 12-
14).

Dalam Al-Quran pula Allah kisahkan nasehat Luqman


kepada anaknya.

ِ َّ‫ﺸ ِﺮ ﻙْ ِﺑﺎﻟ ِ ََّّﻞ ﺇِﻥ‬


‫ﺍﻟﺸ ْﺮ ﻙَ ﻟَﻈُ ْﻠ ٌﻢ ﻋ َِﻈﻴ ٌﻢ‬ ْ ُ‫ﻳَﺎ ﺑُﻨَ َّﻲ َﻝ ﺗ‬

“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,


Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezhaliman yang besar.” (QS: Luqman: 13)

2. Pendidikan Akhlak

Pada pendidikan ini kita tanamkan karakter-karakter


baik kepada mereka, kita ajarkan dan kita bimbing anak-anak kita
untuk memahami tentang adab-adab dalam kehidupan mereka,
baik adab kepada diri sendiri, maupun adab terhadap orang lain,
serta adab beramal dalam kehidupan sosial mereka.

Pendidikan akhlak sangat penting dalam kehidupan


manusia, karenanya Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari
kiamat) dari akhlak yang baik”. (HR. Abu Dawud).

Pendidikan akhlak telah diajarkan dalam Islam dan


menjadi misi diutusnya Muhammad Rasulullah shallahu ‘alaihi
wasallam. Muhammad Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.” (HR. Al-Bazzar)

14
Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan
bahwa ‘Abdullah bin Wahab pernah berkata;

‫ﻣﺎ ﻧﻘﻠﻨﺎ ﻣﻦ ﺃﺩﺏ ﻣﺎﻟﻚ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻤﺎ ﺗﻌﻠﻤﻨﺎ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﻪ‬

“Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam hal
adab dibanding ilmunya.” –

Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku


untuk duduk bermajlis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -
seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata,

‫ﺗﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﺩﺑﻪ ﻗﺒﻞ ﻋﻠﻤﻪ‬

“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”

Adalah Imam Ibnu Qasim, salah satu murid senior Imam


Malik menyatakan, ”Aku telah mengabdi kepada Imam Malik
bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun aku
mempelajari adab sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu”.

3. Pendidikan Ibadah

Pada pendidikan ini kita ajarkan dan kita bimbing anak-


anak kita untuk beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan
syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah dan Muhammad Rasulullah
shallahu ‘alaihi wasallam, karena hakikat manusia yang
sesungguhnya adalah sebagai ‘Abdullah, yaitu hamba Allah yang
senantiasa beribadah kepada Allah subhanhu wa ta’ala dengan
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Allah subhanhu wa ta’ala berfirman : “Dan Aku tidak


menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah- Ku” (QS:Adz-Dzariyat : 56)

Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan


bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan
Rasulullah

15
shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci,
shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

َ ُ‫ﺻ ُّﻠﻮﺍ َﻛ َﻤﺎ َﺭ ﺃَ ْﻳﺘُ ُﻤﻮ ِﻧﻲ ﺃ‬


‫ﺹﻱ‬ َ

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”

(HR. Al-Bukhari).

“Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh


tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia sepuluh
tahun (bila tidak mau shalat-pen).”

Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika


dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
Ketiga pilar pendidikan utama di atas merupakan tiga mata rantai
pendidikan yang tidak bisa dipisahkan pelaksanaanya dalam
kehidupan manusia. Ketiganya saling melengkapi sehingga menjadi
rangkaian pendidikan yang utuh dan sempurna.

Jenjang kemampuan inilah yang menjadi filosofis


lahirnya sebuah lembaga pendidikan yang bernama sekolah yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan dikelola secara
tersruktur guna membantu kita para orangtua dalam memberikan
pendidikan kepada anak-anaknya.

Lahirnya lembaga pendidikan yang bernama sekolah


bukan berarti menggugurkan kewajiban kita sebagai orangtua
dalam memberikan pendidikan secara langsung kepada anak-
anak kita. Akan tetapi pendidikan utama tetap bertumpu kepada
kita sebagai orangtua.

Jika kita sebagai orangtua memberikan pendidikan yang


baik kepada anak-anak kita, baik secara langsung maupun
melalui lembaga pendidikan yang bernama sekolah, maka insya
Allah kita
16
akan melahirkan generasi yang baik pula di masa yang akan datang,
demikian juga sebaliknya.

F. Contoh Pembelajaran dengan Pilar Pendidikan Umum dan Islam

PILAR PENDIDIKAN UMUM PILAR PENDIDIKAN ISLAM


1. Learn To Know a. Pendidikan Tauhid
Misalnya ingin memebri Mengenalkan anak – anak
tahu kepada peserta didik kepada Allah yang
tentang macam - macam menciptakan segalanya
kendaraan. Maka guru
memberikan gambar denganmengajarkan melalui
atau contoh mainan yang bercerita atau berinteraksi
sesuai dengan tema langsung. Sepeti
kendaraan. mengajukan pertanyaan
a. Kendaraan darat : “siapa yang
Mobil, motor, bajaj, menciptakan matahari” jika
sepeda, kereta, becak. anak – anak tidak tahu maka
b. Kendaraan laut : guru memberi tahu bahwa
Perahu, kapal pesiar. yang menciptakan matahari
c. Kendaraan udara: adalah Allah. Dan bisa juga
d. Pesawat, helicopter mengajarkan kalimat
Dengan memberikan thayyibah kepada anak –
iformasi atau contoh, maka anak. Sepert, alhamdulillah,
anak-anak dapat belajar dan allhu akbar dll.
mengetahui apa saja yang
dipelajari
2. Learn to do b. Pendidkan akhlak
Contoh memberikan materi Dengan mengajarkan akhlak
pembelajaran mengenai keoada anak -anak seperti,
kebersihan Sebagian dari mengucapkan salam Ketika
iman. Maka guru dapat datang dan pergi dari rumah
memberikan cntoh atau sekolah. Mengajarkan
membuang sampah pada budaya salim kepada yang
tempatnya, jika ada makanan lebih tua, berkata lemah
yang berserakan maka lemnbut kepada sesama,
dibersihkan. Sehingga anak diajarkan tolong menolong
– anak dapat meniru apa (meminjamkan pensil
yang dicontohkan kepada teman yang tidak
membawa pensil)
3. Learn to life together c. Pendidikan ibadah
Memberikan pembelajaran Yaitu dengan mengajarkan
melalui permainan yang anak – anak mengenai
membetuhkan kekompakan perkara ibadah. Seperti tata
dan kebarsamaan. Seperti, cara wudhu, salat (waktu
memasukan bola kekeranjang pelaksanaannya, gerakannya,
sebanyak – banyaknya. Anak bacaan salat)/ dan juga
– anak yang melakukan dapat mengajarkan atau
17
permainan ini mengenalkan ibadah haji
dilakukan secara denga kegiatan manasik
berkelompok. haji
4. Learn to be
Memberikan pembelajaran
kesenian, anak dilatih untuk
berkreasi sebisa mereka.agar
tumbuh rasa percaya diri dan
dapat menampilkan
kemampuannya. Atau anak
– anak bisa di akjak untuk
menyanyikan lagu yang ia
suka di depan kelas dengan
menyanyikan nya seorang
diri.

18
BAB III

SIMPULAN

Berdasarkan aliran-aliran dan pilar pendidikan yang telah dipaparkan


di atas. Kita dapat mengetahui bagaimana cara melaksanakan pendidikan
sesuai dengan ketentuan UNESCO dan juga ajaran Islam. Agar anak-anak
tumbuh dan berkembang dengan baik, serta bisa menjadi generasi penerus
terbaik untuk keluarga, agama, bangsa dan negaranya. Sekolah atau guru
sebagai wadah dan fasilitator perlu terus berinovasi dalam dunia
pendidikan agar dapat mendampingi proses belajar peserta didik dengan
baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maskuns.my.id/2021/03/aliran-aliran-pendidikan-schools-of.html

https://sosiopedia.com/macam-macam-aliran-pendidikan-modern/

https://www.silabus.web.id/pengertian-empat-pilar-pendidikan/

https://www.hidayatullah.com/artikel/opini/read/2014/08/28/28206/tiga-pilar-

penting-pendidikan-islam-bagi-anak.html

20

Anda mungkin juga menyukai