Anda di halaman 1dari 24

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN DI INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Perbandingan Pendidikan”

Dosen pengampu :
Zainur Rofiq

Disusun oleh : Kelompok 1


Anggi Yuniar Wardani (201180274)
Charisudin (201180290)

Kelas : PAI.H

JURUSAN TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh
Puji syukur bagi Allah Subhanahuwata’ala dengan rahmat-Nya yang tak
terhingga karena telah memberikan nikmat Iman dan Islam. Shalawat dan salam
selayaknya kita curahkan kepada Baginda Rasul, Muhammad
Shallallahu’alaihiwasallam yang telah menuntun teladan jalan kebenaran. Berkat
rahmat dan karuniaNya ini, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul,
“Landasan Historis Pendidikan di Indonesia”.
Kami haturkan terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Perbandingan Pendidikan, Zainur
Rafiq.
2. Teman-teman kelas PAI H yang telah mendukung kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Adapun mengenai isi dari makalah ini pasti banyak hal-hal yang perlu di
perbaiki mengingat kami adalah orang yang sedang belajar. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diperlukan.
Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan bermanfaat kepada siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Ponorogo, 2 Februari 2021

Penyusun.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... 1

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah................................................................................... 5

C. Tujuan..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan di Dunia................................................................... 6

B. Sejarah Pendidikan di Indonesia............................................................. 11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Historis berasal dari kata history dari bahasa Inggris yang berarti
sejarah, akan tetapi sebenarnya kata history itu sendiri asal mulanya
merupaka bahasa Yunani yaitu dari kata istoria yang artinya orang yang
pandai sejarah. Perlunya mempelajari sejarah karena melalui sejarah kita
dapat memperoleh informasi dan manfaat dari sejarah tersebut. Informasi-
informasi tersebut mengandung kejadian, model, konsep, moral, teori,
praktik, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007). Sedangkan
pendidikan, secara umum merupakan pengalaman belajar yang
berlangsung dalam lingkungan sepanjang hidup, dan secara khusus
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat
dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan
yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, guna
mempersiapkan individu agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang
(Mudyaharjo,2008).
Indonesia sendiri telah mengalami berbagai perubahan dan salah
satunya di bidang pendidikan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor salah satunya karena tuntutan zaman. Setelah
kemerdekaan dan menerapkan sistem pendidikan kontinental karena pada
saat itu kita masih menjalin kontak dengan negara-negara Eropa seperti
Belanda, namun seiring berjalan waktu semakin disadari bahwa sistem
pendidikan tersebut tidaklah cocok lagi dengan perkembangan zaman,
sehingga akhirnya mendorong bangsa Indonesia untuk melakukan-
melakukan berbagai penyesuaian.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perjalanan sejarah pendidikan di dunia?

2. Bagaimana perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Agar mengetahui sejarah Pendidikan di dunia.
2. Agar mengetahui sejarah pendidikan di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PENDIDIKAN DUNIA


Sejarah pendidikan dunia telah berlangsung lama sekitar 150 tahun
Sebelum Masehi, akan tetapi pendidikan pada zaman ini belum
memberikan kontribusi pada pendidikan pada saat ini1. Yang akan kita
bahas pada sejarah pendidikan dunia antara lain:
1. Zaman Realisme

Realisme menghendaki pikiran yang praktis, menurut aliran ini


pengetahuan diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata,
tetapi pula melalui presepsi penginderaan. Paham ini berkembang
sejak tahun 1600 masehi melalui dua tokohnya yaitu Francis Bacon
(1561-1626) dan Johan Amos Comenius (1592-1671). Aliran ini lahir
dengan tujuan untuk meninggalkan cara-cara pembentukan secara
klasik seperti yang dianjurkan oleh humanisme dan mengarahkan
perhatian kepada dunia nyata, kepada alam dan benda-benda yang
sebenarnya (Saryani, 2014:3)
Sadulloh (2003: 103), pada dasarnya realisme merupakan
filsafat yang memandang realitas secara dualistis. Realisme
memandang realitas menjadi dua bagian, yakni subjek yang menyadari
dan mengetahui, serta adanya realita di luar manusia yang merupakan
objek pengetahuan manusia. Dengan demikian, realisme memandang
realitas adalah interaksi yang terjadi antara subjek yang mengetahui
dan objek yang diketahui. Dalam bidang pendidikan, realisme
terfokus pada tujuan pendidikan untuk membina kemampuan manusia
melakukan interrelasi yang konstruktif. Hal ini diaplikasikan dalam
hubungan manusia sebagai warga masyarakat dan melakukan
penyesuaian diri dengan mengelola tanpa terlalu mengeksploitasi alam.
Dengan demikian, pendidikan harus dilakukan dengan cara-cara yang
membantu siswa untuk memahami dan menerima hukum alam dan

1
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

6
kehidupan nyata dengan apa adanya2. Menurut Saryani (2013:3), ada
sejumlah prinsip pendidikan yang berkembang di zaman realisme ini,
yaitu :
a. Pendidikan lebih dihargai dari pada pengajaran sebab pendidikan
mengembangkan semua kemampuan manusia
b. Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri
c. Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan
d. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
e. Pelajaran harus diberikan satu persatu, dari yang paling mudah
f. Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi (mulai dari
menemukan fakta-fakta khusus, kemudian dianalisa sehingga
menimbulkan kesimpuan) dan anak-anak harus belajar dari realita
alam
g. Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk
belajar. Dalam arti pendidikan bersifat demokratis.
2. Zaman Rasionalisme
Rasionalisme adalah salah satu paham filsafat yang muncul
pada abad modern. Rasio atau akal merupakan instrumen utama untuk
memperoleh pengetahuan. Driyarkara (1966: 19) menyatakan bahwa
istilah rasionalisme berasal dari kata ratio yang berarti akal budi
manusia. Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa
sumber pengetahuan satu-satunya yang benar adalah rasio atau akal
budi. Lebih lanjut, Driyarkara juga menjelaskan bahwa rasionalisme
adalah pendirian dalam cara berpikir yang menjunjung tinggi rasio
atau akal sedemikian rupa. Istilah rasionalisme menandakan semangat
zaman itu mengenai pengutamaan akal budi manusia. Hal ini
memberikan dampak bahwa akal menjadi penentu yang mutlak
terhadap segala sesuatu3.
Disamping itu, pendekatan rasional atau rasionalisme ini selalu
mendayagunakan pemikiran dalam menfasirkan suatu objek
berdasarkan argumentas-argumentasi yang logis, namun alur
2
Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
3
Driyarkara, Nicolaus. 1966. Pertjikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan.

7
pemikirannya bersifat majemuk, sehingga menimbulkan berbagai
pendapat, teori, mahzab, dan aliran filsafat (Qomar, 2005:13). Huijbers
(1993: 68) menjelaskan bahwa zaman rasionalisme berlangsung dari
pertengahan abad 7 sampai akhir abad 8. Paham ini diawali oleh
seorang ilmuwan berkebangsaan Prancis yang sering dijuluki sebagai
bapak filsafat modern, Rene Descrates (1595-1650).
3. Zaman Naturalisme
Nature artinya alam atau yang dibawa sejak lahir. Aliran
naturalisme dapat juga disebut sebagai “Paham Alami”. Maksudnya,
bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya
memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik dan tak ada
seorangpun terlahir dengan pembawaan yang buruk. Naturalisme
merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan
realitas. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains
alam. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah supranaturalisme
yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya
kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam. Naturalisme
menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya,
dapat menemukan kebenaran didalam dirinya sendiri (Saryani, 2013:
4). Aliran ini muncul di abad 18 dan merupakan reaksi atas paham
rasionalisme dan menentang kehidupan yang tidak wajar akibat dari
rasionalisme. Tokoh yang paling berpengaruh di aliran ini adalah J.J
Rousseau yang menyatakan ada tiga asas mengajar, yaitu:
a. Asas pertumbuhan, bahwa pengajaran harus memberi kesempatan
untuk anak-anak bertumbuh secara wajar dengan cara
mempekerjakan mereka sesuai kebutuhan-kebutuhannya.
b. Asas aktivitas, bahwa dengan bekerja anak-anak menjadi aktif
yang akan memberikan pengalaman yang kemudian akan menjadi
pengetahuan mereka.
c. Asas individualitas, maksudnya dengan cara menyiapkan
pendidikan sesuai dengan individu masing-masing anak, sehingga
kelak mereka berkembang menurut alamnya sendiri

8
4. Zaman Developmentalisme
Developmentalisme mulai berkembang pada abad ke 19. Aliran ini
beranggapan bahwa pendidikan sebagai suatu proses perkembangan
jiwa, sehingga aliran ini sering disebut gerakan psikologis dalam
pendidikan. Menurut Saryani (2013: 4), tokoh-tokoh aliran ini adalah
Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan
Stanley Hall. Menurut Pestalozzi tujuan pendidikan adalah
meningkatkan derajat sosial seluruh umat manusia, untuk itu
dikembangkan semua aspek individualnya yaitu otak, tangan dan hati
mereka. Sehingga bisa dikatakan bahwa paham ini lebih menekankan
pada berkembangnya keilmuan dibarengi dengan meningkatnya daya
kerja dan kreativitas, serta terjadinya perubahan karakter dalam diri.
5. Zaman Nasionalisme
Aliran ini muncul pada abad 19 dan merupakan upaya dalam
membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankannya dari kaum
imperialis. Tokohnya yang terkenal adalah La Chatolais (Prancis),
Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat). Konsep pendidikan
yang ingin dikembangkan dalam aliran ini adalah, menjaga,
mempertinggi, dan memperkuat maupun mempertahankan kedudukan
negara, dan mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan.
Beberapa materi yang dikembangkan dalam aliran nasionalisme
adalah materi bahasa dan kesustraan sosial, pendidikan
kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah, dan geografi negara,
serta pendidikan jasmani. Aliran ini memiliki dampak negatif dalam
penerapannya yakni munculnya chaufinisme di Jerman, yaitu kegilaan
atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebihan sehingga
menimbulkan lahirnya perang dunia I4.
6. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme
Zaman ini lahir pada abad ke 19. Paham liberalisme berpendapat
bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan
pemerintah yang pernah dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam

4
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 54-56.

9
Smith. Pada masa ini siapa yang memiliki banyak pengetahuanlah
yang paling berkuasa sehingga hal ini akan mengarahkan pada paham
individualisme. Sedangkan positivisme percaya pada kebenaran yang
dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama
semakin lemah.
Tokoh postivisme yang terkenal adalah August Comte (1798-
1857), ilmuwan berkebangsaan Prancis yang juga dijuluki sebagai
Bapak Sosiologi. Namun, prinsip filosofik tentang positivisme
dikembangkan pertama kali oleh Francis Bacon seorang ilmuwan
berkebangsaan Inggris yang hidup disekitar abad 175. Sedangkan tokoh
awal individualisme dipelopori oleh ilmuwan Jerman bernama Martin
Luther (1483-1546), kemudian dikembangkan oleh Jhon Locke,
Voltaire, Montesquieo, J.J Rousseao, dan Immanuel Kant.
7. Zaman Sosialisme
Aliran ini muncul pada abad ke 20 sebagai reaksi atas dampak
aliran liberalisme, postivisme, dan individualisme. Sosialisme, seperti
telah dikemukakan, mula-mula muncul sebagai reaksi terhadap kondisi
buruk yang dialami rakyat di bawah sistem kapitalisme liberal. Kondisi
buruk terutama dialami kaum pekerja atau buruh yang bekerja di
pabrik-pabrik dan pusat-pusat sarana produksi dan transportasi.
Sejumlah kaum cendekiawan muncul untuk membela hak-hak kaum
buruh dan menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan
dan kelas masyarakat dalam menikmati kesejahteraan, kekayaan dan
kemakmuran. Mereka menginginkan pembagian keadilan dalam
ekonomi. Hal ini menunjukan bahwa paham sosialisme lebih
menekankan pada kepentingan sosial (masyarakat) dari pada
kepentingan individu (pribadi). Sosialisme adalah ajaran
kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai
sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata.

5
Muhadjir, Neong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Positivistik,
Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan
Penelitian Agama. Yogyakarta: Rake Sarasin. Hlm 30.

10
Mudhofir (2001: 90), awalnya paham sosialisme muncul di Prancis
pada tahun 1830. Diantara tokoh-tokoh awal penganjur sosialisme
dapat disebut antara lain, St. Simon (1769-1873), Fourisee (1770-
1837), Robert Owen (1771-1858) dan Louise Blane (1813-1882).
Setelah itu baru muncul tokoh-tokoh seperti Proudhon, Karl Marx,
Engels, Bakunin dan lain sebagainya. Pembahasan sosialisme tidak
dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai
gerakan yang mempunyai arti politik, baru berkembang setelah
lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848). Marx
memakai istilah “komunisme” sebagai ganti “sosialisme” agar nampak
lebih bersifat revolusioner6.

B. SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA


1. Landasan Historis Pendidikan di Indonesia
Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia tidak terlepas
dari sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk
melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang
menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun
bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk
menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri
serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup
serta filsafat hidup bangsa. Pada akhirnya bangsa Indonesia
menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat
dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Para pendiri
negara kita merumuskan negara kita dalam suatu rumusan yang
sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip (lima sila) yang
kemudian diberi nama Pancasila.
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
6
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta:
Yayasan Kanisius. Hlm 127.

11
sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah
dari bangsa Indonesia sendiri. Konsekuensinya, Pancasila
berkedudukan sebagai dasar filsafat negara serta ideologi bangsa dan
negara, bukan sebagai suatu ideologi yang menguasai bangsa, namun
justru nilai-nilai dari sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal dari
bangsa Indonesia itu sendiri. Dengan kata lain, tinjauan landasan
sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan
pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif. Pandangan ini
melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan
nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang
lampau.
Setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju,
pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut
pada masa yang lampau7. Demikian juga halnya dengan bidang
pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk
memajukan pendidikan suatu bangsa. Sejarah telah memberi
penerangan, contoh, dan teladan bagi manusia dan diharapkan akan
dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan
masa yang akan datang.
2. Sejarah Pendidikan di Indonesia
Perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia sangat panjang bahkan
semenjak jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945 sampai
akhirnya sekarang setelah 69 Indonesia merdeka yang telah
mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti sekarang. Dengan
demikian setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk
maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang
tersebut pada masa lampau (Pidarta, 2007). Begitu juga dengan bidang
pendidikan, sejarah pendidikan dapat dijadikan sebagai bahan
pembanding untuk memajukan pendidikan itu sendiri. Sejarah
pendidikan di Indonesia dimulai dari zaman kuno/ tradisional yang
dimulai dengan zaman pengaruh Hindu dan Budha, zaman pengaruh

7
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 110.

12
Islam, zaman penjajahanan, sampai saat ini. Berikut ini adalah uraian
dan rincian perjalanan sejarah pendidikan Indonesia:
a. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha (Purba)
Hinduisme dan Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad
ke-5. Hinduisme dan Budhisme merupakan dua agama yang
berbeda, namun di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan
sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan
Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada
lambang Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, secara
etimologis berasal dari keyakinan tersebut8.
Bila mengamati sejarah tentang borobudur merupakan
warisan sejarah yang dapat digunakan sebagai perbandingan
perkembangan pendidikan pada masa itu dengan masa sekarang.
Borobudur adalah candi budha terbesar pada abad 9, yang
berukuran 123 X 123 meter serta terdiri dari 1.460 relief dan 504
stupa. Borobudur setelah dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di
Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berdasarkan keterangan di atas Borobudur merupakan
tonggak sejarah terbesar bagi Indonesia, karena pada saat itu (abad
9) bisa dikatakan Indonesia menjadi negara number one. Jika
ditinjau dari segi pembuatannya, maka akan muncul asumsi
tentang jumlah tenaga yang digunakan (berhubungan dengan
manajemen) dan arsitekturnya. Padahal pada masa itu sumber
belajarnya hanya berupa orang, tidak seperti sekarang yang sumber
belajarnya tidak hanya berupa orang, tetapi ada buku, TV, radio,
HP, Tablet, komputer (laptop), dan internet.
b. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)
Agama islam yang dibawa oleh pedagang dari Persia dan
Gujarat ke Indonesia. Agama Islam mudah tersebar karena agama
Islam dapat bersatu dengan kebudayaan Indonesia. Keduanya dapat

8
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-
dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada. Hlm 215.

13
saling membantu dan saling mempengaruhi. Agama Islam besar
sekali pengaruhnya di dalam mendidik rakyat jelata. Berbeda
dengan Agama Hindu dan Budha, Agama Islam menyiarkan
Agamanya mulai dari bawah/dari rakyat biasa. Para Ulama sangat
dekat dengan rakyat biasa, mereka bisa hidup bersama dengan
rakyat biasa. Bentuk pendidikan yang Islam ada 3 macam, yaitu di
Langgar, Pesantren, dan Madrasah. Bentuk itulah sebenarnya awal
terbentuknya pembelajaran klasikal maupun individual di
Indonesia.
1) Langgar : Merupakan tempat pendidikan agama islam
permulaan. Yang dipentingkan ialah membaca dan menulis
huruf arab. Pengajaran berlangsung secara secara Individual,
artinya seorang guru mengajar seorang anak.
2) Pendidikan di pesantren : Tempat pengajaran Agama Islam
yang lebih lanjut dan lebih mendalam ada di pesantren.
Pengetahuan yang diberikan ada 3 bidang yaitu: agama; ilmu
pengetahuan; keterampilan.
3) Pendidikan Madrasah : Pada madrasah guru-guru
diperkenankan menerima balasan jasa dalam bentuk uang
(gaji). Lembaga pendidikan ini lebih menekankan pada
pemberian ilmu pengetahuan umum disamping pelajaran
agama. Pendidikan Madrasah diatur berjenjang sejajar dengan
pendidikan dasar dan menengah seperti sekarang ini. Jenjang
ini adalah :
Tingkat TK : Bustanul
Tingkat SD : Ibtidaiyah
Tingkat SMP : Tsanawiyah
Tingkat SMA : Aliyah
c. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)
Bangsa Portugis pada abad ke-16 bercita-cita menguasai
perdagangan dan perniagaan Timur-Barat dengan cara menemukan
jalan laut menuju dunia Timur serta menguasai bandar-bandar dan

14
daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagaan dan
perniagaan (Mudyahardjo, 2008: 242). Di samping mencari
kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold), bangsa Portugis datang
ke Timur (termasuk Indonesia) bermaksud pula menyebarkan
agama yang mereka anut, yakni Katholik (gospel).
Pada akhirnya pedagang Portugis menetap di bagian timur
Indonesia tempat rempah-rempah itu dihasilkan. Namun kekuasaan
Portugis melemah akibat peperangan dengan raja-raja di Indonesia
dan akhirnya dilenyapkan oleh Belanda pada tahun 1605
(Nasution, 2008: 4). Dalam setiap operasi perdagangan, mereka
menyertakan para paderi misionaris Paderi yang terkenal di
Maluku, sebagai salah satu pijakan Portugis dalam menjalankan
misinya, adalah Franciscus Xaverius dari orde Jesuit. Orde ini
didirikan oleh Ignatius Loyola (1491-1556) dan memiliki tujuan
yaitu segala sesuatu untuk keagungan yang lebih besar dari Tuhan
(Mudyahardjo, 2008: 243). Yang dicapai dengan tiga cara:
memberi khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan. Orde ini
juga mempunyai organisasi pendidikan yang seragam: sama di
mana pun dan bebas untuk semua. Xaverius memandang
pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama,
Nasution dalam Rohmawati (2008).
Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-orang
Belanda yang datang pertama kali tahun1596 di bawah pimpinan
Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari rempah-
rempah. Untuk menghindari persaingan di antara mereka,
pemerintah Belanda mendirikan suatu kongsi dagang yang disebut
VOC (vreenigds Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan
Dagang Hindia Belanda tahun 1602.9
Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membiarkan
terselenggaranya Pendidikan Tradisional di Nusantara, mendukung
diselenggarakannya sekolah-sekolah yang bertujuan menyebarkan

9
Ibid., Hlm 245-247.

15
agama Kristen. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh VOC
terutama dipusatkan di bagian timur Indonesia di mana Katholik
telah berakar dan di Batavia (Jakarta), pusat administrasi kolonial.
Tujuannya untuk melenyapkan agama Katholik dengan
menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme (Nasution,
2008: 4-5).
d. Zaman Kolonial Belanda
Tujuan bangsa Belanda ke Indonesia juga sama dengan
bangsa Spanyol dan Portugis. Belanda mendirikan sekolah-sekolah
yang tidak hanya mengajarkan agama saja, tetapi juga mengajarkan
pengetahuan umum. Sekolah-sekolah banyak didirikan di Pulau
Ambon, Ternate, dan Bacan (Maluku). Bahasa pengantar yang
dipergunakan adalah bahasa Melayu dan Belanda. Selain itu
mereka juga mendirikan sekolah untuk calon pegawai VOC.
Sekolah ini didirikan di Ambon dan Jakarta (rizal, 2008).
Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia digambarkan
sebagai berikut:

1) Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar


bahasa Belanda untuk anak Belanda , Indonesia dan Cina.
Sekolah dengan pengantar bahasa daerah, dan sekolah peralihan.
2) Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum dan
pendidikan kejuruan.
Menurut Nasution (1993) ada enam prinsip politik
pendidikan kolonial Belanda di Indonesia, yaitu: Pertama,
dualisme dalam pendidikan dengan adanya sekolah anak belanda
dan untuk anak pribumi, untuk anak yang berada dan anak yang
tidak berada. Kedua, gradualisme yang ekstrim dengan
mengusahakan pendidikan rendah yang sederhana mungkin bagi
anak Indonesia. Ketiga, prinsip konkordansi yang memaksa semua
sekolah berorientasi barat mengikuti model sekolah di Netherland
dan menghalangi penyesuaian dengan keadaan di Indonesia.
Keempat, kontrol sentral yang ketat. Kelima, tidak adanya

16
perencanaan pendidikan sistematis. Keenam, pedidikan pegawai
sebagai tujuan utama sekolah.
Meskipun sekolah-sekolah telah banyak berdiri, tetapi
secara vormal, sekolah-sekolah itu tidak didirikan atas nama VOC,
tetapi didirikan oleh orang-orang dari kalangan agama, yaitu agama
Kristen Protestan. Keuntungan besar dari sekolah ini adalah setelah
kita mencapai kemerdekaan dimana kebutuhan akan pendidikan
sangat diperlukan. Sebagian besar penduduk di Indonesia bagian
timur sudah tidak mengalami tuna aksara. Ini karena telah lama
penduduk Indonesia bagian timur telah mengenal
pendidikan/sekolah (Rizal, 2008).
Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak kemajuan yang
lebih pesat dalam bidang pendidikan selama beberapa dekade.
Pendidikan yang berorientasi Barat ini meskipun masih bersifat
terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak
Indonesia yang orang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda,
telah menimbulkan elite intelektual baru (Rohmawati, 2008).
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis
kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangan yang masih bersifat
kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak berdirinya
Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan
lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 (Rohmawati, 2008). Setelah
itu tokoh-tokoh pendidik mulai muncul tokoh yang berjuang di
bidang pendidikan, antara lain :
1) Mohammad Syafei dengan mendirikan INS (Indonesisch
Nederlandse School) di Sumatera Barat pada tahun 1926.
Sekolah ini bertujuan membina anak-anak ke arah hidup yang
merdeka melalui pendidikan hidup mandiri. Model sekolahnya
sendiri berupa asrama.
2) Ki Hajar Dewantara yang merupakan pendiri Taman Siswa pada
3 Juli 1922. Semboyan Ki Hajar Dewantara yang sangat terkenal
adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa,

17
Tut Wuri Handayani yang artinya kurang lebih adalah yang di
depan memberi contoh, yang ditengah membangun keinginan
dan bekerja sama dan yang dibelakang memberikan daya
semangat dan dorongan.
3) Kyai Haji Ahmad Dahlan yaitu pendiri organisasi Islam
bernama Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912.
Pendidikan Muhammadiyah oleh KHA Dahlan mempunyai
tujuan yaitu lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil
sebagai “ulama-ulama intelek” yaitu seorang muslim yang
memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas serta sehat jasmani
dan rohani.
e. Zaman Kolonial Jepang
Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan
Jepang tetap berlanjut sampai cita-cita untuk merdeka tercapai.
Walaupun bangsa Jepang menguras habis-habisan kekayaan alam
Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang menyerah dan terus
mengobarkan semangat di hati mereka (Rohmawati, 2008).
Meskipun demikian, ada beberapa segi positif dari penjajahan
Jepang di Indonesia. Di bidang pendidikan, Jepang telah
menghapus dualisme pendidikan dari penjajah Belanda dan
menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang.
Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan
oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di
kantor-kantor, dan dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini
mempermudah bangsa Indonesia untuk merealisasi Indonesia
merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia
menjadi kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
kepada dunia (rohmawati, 2008).
Sistem pendidikan pada masa penjajahan Jepang dapat
dijelaskan sebagai berikut :

18
1) Pendidikan/ Sekolah Rakyat, lama studi 6 tahun termasuk SR
adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi dari
Sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi pada masa Belanda.
2) Pendidikan Lanjutan, terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah
Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu
Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3
tahun
3) Sekolah guru, ada tiga macam sekolah guru :
 Sekolah guru 2 tahun = Sjootoo Sihan Gakoo
 Sekolah Guru Menengah 4 tahun = Guutoo Sihan Gakko
Sekolah Guru Tinggi 6 tahun = Kooto Sihan Gakko
f. Zaman Kemerdekaan (Awal)
Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsa Indonesia
tidak berhenti sampai di sini karena gangguan-gangguan dari para
penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia datang silih
berganti sehingga bidang pendidikan pada saat itu bukanlah
prioritas utama. Hal tersebut terjadi karena konsentrasi bangsa
Indonesia adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan yang
sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat.
Tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu undang-
undang yang mengatur pendidikan. Sistem persekolahan di
Indonesia yang telah dipersatukan oleh penjajah Jepang terus
disempurnakan. Namun dalam pelaksanaannya belum tercapai
sesuai dengan yang diharapkan bahkan banyak pendidikan di
daerah-daerah tidak dapat dilaksanakan karena faktor keamanan
para pelajarnya. Di samping itu, banyak pelajar yang ikut serta
berjuang mempertahankan kemerdekaan sehingga tidak dapat
bersekolah.
g. Zaman ‘Orde Lama’
Saat gangguan-gangguan itu mereda, pembangunan untuk
mengisi kemerdekaan mulai digerakkan. Pembangunan
dilaksanakan serentak di berbagai bidang, baik spiritual maupun

19
material (Rohmawati: 2008). Setelah diadakan konsolidasi yang
intensif, sistem pendidikan Indonesia terdiri atas: Pendidikan
Rendah, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Dan
pendidikan harus membimbing para siswanya agar menjadi warga
negara yang bertanggung jawab. Sesuai dengan dasar keadilan
sosial, sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap penduduk negara
(Rahmawati; 2008).
Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah
pendidikan yang diharapkan dapat membangun bangsa agar
mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik di dalam
maupun di luar; pendidikan yang secara spiritual membina bangsa
yang ber-Pancasila dan melaksanakan UUD 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia, dan
merealisasikan ketiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia sesuai
dengan Manipol yaitu :
1) Membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berwilayah
dari Sabang sampai Merauke
2) Menyelenggarakan masyarakat Sosialis Indonesia yang adil
dan makmur lahir-batin, melenyapkan kolonialisme,
3) Mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan
penghisapan, ke arah perdamaian, persahabatan nasional yang
sejati dan abadi10.
h. Zaman ‘Orde Baru’
Orde Baru dimulai setelah penumpasan G-30S pada tahun
1965 dan ditandai oleh upaya melaksanakan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Haluan penyelenggaraan pendidikan
dikoreksi dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh
Orde Lama yaitu dengan menetapkan pendidikan agama menjadi
mata pelajaran dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Di samping itu, dikembangkan kebijakan link and match di bidang

10
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-
dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada. Hlm 403-407.

20
pendidikan. Konsep keterkaitan dan kepadanan ini dijadikan
strategi operasional dalam meningkatkan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan pasar11. Inovasi-inovasi pendidikan juga
dilakukan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan.
Sistem pendidikannya adalah sentralisasi dengan berpusat pada
pemerintah pusat.
Namun demikian, dalam dunia pendidikan pada masa ini
masih memiliki beberapa kesenjangan. Beberapa kesenjangan,
yaitu (1) kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia
kerja), (2) kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di
sekolah kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari), (3)
kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak menekankan pada
pengetahuan klasik dan humaniora yang tidak bersumber dari
kemajuan ilmu dan teknologi), dan (4) kesenjangan temporal
(kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia
terkini). Namun demikian keberhasilan pembangunan yang
menonjol pada zaman ini adalah (1) kesadaran beragama dan
kebangsaan meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga12.
i. Zaman ‘Reformasi’
Selama Orde Baru berlangsung, rezim yang berkuasa
sangat leluasa melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa ada
yang berani melakukan pertentangan dan perlawanan, rezim ini
juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar
yang merupakan partai terbesar saat itu. Hampir tidak ada
kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan sesuatu, termasuk
kebebasan untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya13.
Begitu Orde Baru jatuh pada tahun 1998 masyarakat merasa bebas.

11
Pidarta, Made. 2007.Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Hlm 137-138.
12
Pidarta, Made. 2007.Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hlm 141.
13
Ibid., Hlm 143.

21
Reformasi ini pada awalnya lebih banyak bersifat mengejar
kebebasan tanpa program yang jelas.
Sementara itu, ekonomi Indonesia semakin terpuruk,
pengangguran bertambah banyak, demikian juga halnya dengan
penduduk miskin. Korupsi semakin hebat dan semakin sulit
diberantas. Namun demikian, dalam bidang pendidikan ada
perubahan-perubahan dengan munculnya Undang-Undang
Pendidikan yang baru dan mengubah sistem pendidikan sentralisasi
menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan tenaga
kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu
peningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen
untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan juga diupayakan,
misalnya KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan
Hidup), TQM (Total Quality Management), KTSP (Kurikulum
Satuan Pendidikan).
Sekarang sudah ada Undang-undang yang mengatur tentang
sistem pendidikan di Indonesia yaitu UU RI No.20 Th.2003, Bab
VI. Secara undang-undang pemerintah telah berusaha
menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya, setiap tahun
dan setiap ada pergantian pimpinan selalu berupaya untuk
menyempurnakan kurikulum, pola dan strategi pembelajaran,
penyempurnaan terarah pada pembinaan pola dan strategi
pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.14

14
Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta

22
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

23
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Driyarkara, Nicolaus. 1966. Pertjikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Muhadjir, Neong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan


Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik
Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Pidarta, Made. 2007.Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

24

Anda mungkin juga menyukai