LANDASAN PENDIDIKAN
DAN ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Kelompok 6,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. Landasan Pendidikan........................................................................................................3
1. Landasan Filosofis......................................................................................................3
2. Landasan Sosiologis....................................................................................................5
3. Landasan Kultural.......................................................................................................8
4. Landasan Psikologis....................................................................................................8
5. Landasan Ilmiah Dan Teknologis................................................................................9
B. Asas-Asas Pokok Pendidikan............................................................................................12
1. Asas Tut Wuri Handayani...........................................................................................13
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat....................................................................................17
3. Asas Kemandirian Dalam Belajar...............................................................................18
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................20
A. Kesimpulan.......................................................................................................................20
B. Saran..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dengan makhluk
hidup lainnya. Hewan juga belajar tapi lebih ditentukan oleh instingnya, sedangkan
manusia belajar dengan menggunakan akal dan fikiran menuju pendewasaaan guna
mencapai kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak akan menerima pendidikan dari
orang tuanya dan peran orang tua sangan penting dalam mendidik anak-anaknya dari
usia dini, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa
diajar oleh guru dan dosen. Pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan merupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam
berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pendidikan adalah upaya mengembangkan
potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan untuk menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan organis,
harmonis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup.
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Asas-asas
tersebut bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah perkembangan
pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, setiap tenaga kependidikan harus
memahami dengan tepat asas-asas agar dapat menerapkannya dengan semestinya
dalam penyelenggaraan pendidikan sehari-hari.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
2. Apa saja landasan pendidikan?
3. Jelaskan landasan filosofis?
4. Jelaskan landasan sosiologis?
5. Jelaskan landasan kultural?
6. Jelaskan landasan psokologis?
7. Jelaskan landasan ilmiah dan teknologis?
8. Apa yang dimaksud dengan asas-asas pokok pendidikan?
9. Apa saja asas pokok dalam pendidikan?
10. Jelaskan asas Tut Wuri Handayani?
11. Jelaskan asas belajar sepanjang hayat?
12. Jelaskan asas kemandirian dalam belajar?
C. Tujuan
Tujuan dari landasan pendidikan dan asas-asas pokok pendidikan adalah supaya
pendidikan yang sedang berlangsung di negara kita ini mempunyai pondasi atau
pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pendidikan
Ditinjau dari Kamus Bahasa Indonesia landasan mempunyai arti sebagai alas,
fondasi, dasar atau tumpuan, landasan adalah suatu alas pijakan atau dasar pijakan
dari sesuatu hal, atau suatu titik tolak dari sesuatu hal atau sesuatu pondasi tempat
berdirinya sesuatu hal.
Landasan pendidikan adalah dasar berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai
wahana pengembangan manusia dan masyarakat. Walaupun pendidikan itu
universal, maupun bagi suatu masyarakat pendidikan akan diselenggarakan
filsafat atau pandangan hidup serta berlangsung dalam latar belakang sosial
budaya pada masyarakat tersebut. Menurut sifat wujudnya landasan dibedakan
menjadi dua jenis yaitu: Landasan yang bersifat material, contoh: Landasan Pacu
pesawat terbang, landasan pondasi. Landasan yang bersifat konseptual, contoh:
Dasar Negara Pancasila dari UUD 1945, landasan teoritis, landasan pendidikan.
1. Landasan Filosofis
Filosofi membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam,
maka dikatakan kebenaran filosofi adalah kebenaran ilmu yang sifatnya
relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa diamati
hanya sebagian kecil saja. Dalam garis besarnya ada empat cabang filosofi
yaitu metafisika, epistemologi, logika, dan etika, dengan kandungan materi
masing-masing sebagai berikut:
a. Metafisika
Metafisika adalah filosofi yang meninjau tentang hakikat segala
sesuatu yang terdapat di alam ini. dalam kaitannya dengan
manusia, ada dua pandangan yaitu:
1) Manusia pada hakikatnya nya adalah spiritual. Yang ada adalah
jiwa atau roh, yang lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban
membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk
mengaktualisasi diri. Pandangan ini dianut oleh kaum idealis,
skolastik, dan beberapa realis.
3
2) Manusia adalah organisme materi. Pandangan ini dianut kaum
naturalis, materialis, eksperimental, pragmatis, dan beberapa
realisme. Pendidikan adalah untuk hidup. Pendidikan
berkewajiban membuat kehidupan manusia menjadi
menyenangkan.
b. Epistemologi
Epistemologi ialah filosofi yang membahas tentang pengetahuan
dan kebenaran. Ada lima sumber pengetahuan yaitu:
a) Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi.
b) Common sense , yang ada pada adat dan tradisi.
Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
c) Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman
d) Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan
pengetahuan secara ilmiah.
Dalam filsafat Terdapat 4 teori kebenaran yaitu:
1) Koheren yaitu, sesuatu yang akan benar bila konsisten
dengan kebenaran umum.
2) Koresponden, sesuatu akan benar bila ia tepat dengan
fakta yang dijelaskan.
3) Pragmatisme, suatu dipandang benar bila
konsekuensinya bermanfaat bagi kehidupan.
4) Skeptisisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak
ada kebenaran yang lengkap.
c. Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir
dengan benar. Dengan memahami filsafat logika diharapkan
manusia bisa berpikir dengan mengemukakan pendapatnya secara
tepat dan benar.
d. Filsafat ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia
mengenai nilai dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi
pokok pikiran pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat
besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk
mengembangkan perilaku manusia, antara lain afeksi peserta didik.
4
2. Landasan Sosiologis
Sosiologi merupakan studi tentang masyarakat dan interaksi manusia.
Dalam sosiologi, sosial budaya mencakup praktik, nilai, norma, dan
perilaku bersama yang umum bagi anggota masyarakat. Sosial budaya
adalah bagian dari kehidupan manusia yang paling dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan sebagian besar aktivitas
manusia berlangsung secara berkelompok atau bersosial. Unsur sosial ini
merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak
manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu
yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar
menjadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek
sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam
mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam
proses pendidikan.
a. Sosiologi dan pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan
kelompok, kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab Ia
bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di
lapangan.
2) Teoritis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi
salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama
dan dapat diwariskan pada generasi muda.
3) Kumulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus
sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat,
yang membuat teori-teori itu akan terakumulasi mengarah
kepada teori yang lebih baik.
4) Non etis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang
masyarakat serta individu-individu di dalamnya, tidak menilai
apakah hal itu baik atau buruk
5
b. Kebudayaan dan pendidikan.
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang
mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989).
1) Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia:
a) Penerus keturunan dan pengasuh anak
b) Pengembangan kehidupan berekonomi
c) Transmisi budaya
d) Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan yang
Maha Esa
e) Pengendalian sosial
f) Rekreasi
2) Isi kebudayaan ialah:
a) Gagasan
b) Ideologi
c) Norma
d) Teknologi
e) Ilmu
f) Kesenian
g) Kepandaian
h) Benda
3) Perubahan kebudayaan disebabkan oleh:
a) Organisasi atau penemuan-penemuan baru
b) Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya
lama
c) Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai
dengan keadaan zaman
c. Masyarakat dan sekolah
Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, hal ini jelas karena:
1) Sekolah milik masyarakat
2) Sekolah sebagai mercu penerang dan pusat kebudayaan
6
Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya
pendidikan anak-anak.
1) Masyarakat memberi dukungan kepada sejumlah sekolah
2) Perlu ada badan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat
dalam menyukseskan pendidikan.
d. Masyarakat Indonesia dan pendidikan
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan
pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan.
Untuk membuat ke budaya, termasuk Pendidikan luar sekolah sebagai
suatu yang tidak selalu disadari oleh pendidik, menjadi wadah proses
belajar sehingga anak dapat berkembang wajar sejak awal
membutuhkan sejumlah pembenahan.
1) Kerja sama orang tua, mah masyarakat, dan pemerintah dalam
memperbaiki pendidikan perlu ditingkatkan.
2) Pendidikan non formal dan pendidikan informal, harus
ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya
dengan penanganan pendidikan jalur formal.
3) Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak
pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu
ditangani dengan baik agar tidak berdampak negatif.
4) Kebudayaan kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan
dengan berbagai cara.
Selanjutnya untuk membuat anak menjadi Mandiri dan berkompetensi,
yang sebetulnya juga merupakan cita-cita pendidikan yang telah
digariskan, merupakan persoalan metodologi belajar dan mengajar.
Bila dalam belajar mereka sering atau selalu dihadapkan pada masalah
yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan untuk
memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu,
dalam masa transisi ini kalau pendidikan akan di organisasi, perlu:
1) Memasukkan materi pelajaran yang diambil dari keadaan nyata
di masyarakat atau keluarga.
2) Metode belajar yang mengaktifkan siswa baik individu maupun
kelompok.
7
3) Beberapa kali mengadakan survei di masyarakat tentang
berbagai kebudayaan.
4) Ikut memecahkan masalah masyarakat dan keluarga.
5) Memberi kesempatan berinovasi atau kreatif menciptakan
sesuatu yang baru yang lebih baik tentang hidup dan kehidupan
3. Landasan Kultural
Landasan ini berkaitan dengan kebudayaan. Kebudayaan dan
pendidikan memiliki hubungan tilmbal balik. Karena, budaya dapat
dikembangkan dengan cara mewariskan budaya dari generasi ke generasi
melalui pendidikan baik secara formal maupun non formal. Lembaga
sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
4. Landasan Psikologis
Landasan ini sangat penting dalam pendidikan, karena pemahaman
terhadap peserta didik terutama yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal
dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau
tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara
efektif dan efisien
a. Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-
pendekatan yang dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989).
1) Pendekatan tahapan perkembangan individu berjalan melalui
tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri
khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada tahap-tahap yang
lain.
2) Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-
individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-
perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok-
kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu
8
kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis
kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi,
dan sebagainya
3) Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat
karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai
pendekatan Individual. Melihat perkembangan seseorang secara
Individual.
b. Psikologi belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai
hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh, atau
kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta
mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.
c. Psikologi sosial
Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi
seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan kan ciri-ciri
psikolog dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh
masyarakat terhadap individu dan antar individu. Psikologi sosial
membahas tentang keterkaitan masyarakat dengan kondisi
psikologis kehidupan individu.
10
b. Landasan Ilmiah Teknologi
Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah. IPTEK
merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan
kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan
jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan
iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan
informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya
bagi masyarakat
Pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek
forma “belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara
kelompok yang memiliki pola pendekatan isomeristik, sistematik
dan sistemik.
1) Isomeristik: yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai
unsure yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan
yang lebih bermakna
2) Sistematik: yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan
pola tertentu dan runtut.
3) Sistemik: dilakukan secara menyeluruh, holistic atau
komprehensif.
Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan teknologi
pendidikan beserta bidang penelitiannya ada beberapa paham
seperti berikut ini (Miarso, 2009: 199)
1) A.A Lumsidaine (1964) teknologi pendidikan merupakan
aplikasi dari ilmu dan saint dasar, yaitu:
a) ilmu fisika
b) rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik
c) teknologi komunikasi & telekomunikasi 4) ilmu perilaku 5)
ilmu komunikasi
d) ilmu ekonomi
11
2) Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang
menjadi fondasi teknologi pendidikan
a) ilmu perilaku
b) ilmu komunikasi
c) ilmu manajemen
3) Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah
disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip,
prosedurdan keterampilan. Disiplin yang memberikan
kontribusi adalah :
a) basic contributing discipline: komunikasi, psikologi,
evaluasi dan menajemen
b) related contributing field : psikologi persepsi, prikologi
kognisi, psikologi sosial, media, sistem dan penilaian
kebutuhan
4) Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual
teknologi pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi:
a) Psikologi
b) Rekayasa
c) Komunikasi
d) ilmu computer
e) bisnis
f) pendidikan
12
Ketiga asas itu dianggap sangat relevan dengan upaya pembinaan dan
pengembangan pendidikan nasional, baik masa kini maupun masa datang. Oleh
karena itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas
tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyelenggaraan
pendidikan sehari-hari.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang
dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-
narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak
melakukan kesalahan baru pendidik membantunya. Gagasan tersebut
dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa
perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta
merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia
(Jurnal Pendidikan, No.2:24). Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi
semboyan Depdikbud ( sekarang Kementerian Pendidikan Nasional ), pada
awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari
Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922), ketujuh asas
Perguruan Nasional Taman Siswa yang merupakan asas perjuangan untuk
menghadapi Pemerintah kolonial Belanda sekaligus untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa. Ketujuh asas tersebut yang
secara singkat disebut ”Asas 1922” adalah sebagai berikut:
13
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya
lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri,
dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat, baik
berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan
batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi
keselamatan dan kebahagiaan anak- anak.
Asas Tut wuri Handayani merupakan inti dari asas pertama dalam asas
1922 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur
dirinya sendiri dengan tetap memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa. Dari asasnya yang pertama ini dijelaskan bahwa tujuan asas
Tut Wuri Handayani yaitu:
1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan.
2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna:
among, momong dan ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara).
Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak
dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin
menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-
amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong
berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri
dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan,
3) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede),
4) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan
5) pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri
sendiri, dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak
didik). Semboyan lainnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tut
wuri handayani, pada hakikatnya bertolak dari wawasan tentang
anak yang sama, yakni tidak ada unsur perintah, paksaan atau
hukuman, tidak ada campur tangan yang dapat mengurangi
kebebasan anak untuk berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri.
Dari sisi lain, pendidik setiap saat siap memberi uluran tangan
apabila diperlukan oleh anak.
14
Asas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs.
R.M.P. Sostrokartono (filusof dan ahli bahasa) dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo,
Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah
menyatu menjadi satu kesatuan asas, masing-masing sebagai
berikut;
1) Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh) adalah
hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan
guru. Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran
para muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih
luas. Ia menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya
dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia
membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi
semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya )
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan
yang telah dikonstruksi oleh banyak orang termasuk oleh para ahli.
2) Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak)
diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau
ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga
perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi. Dan, guru maju ke
tengah-tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia
menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya
mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan
mungkin mengganti pengetahuan yang telah dimilikinya itu
sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal, lebih
jelas, dan lebih banyak manfaatnya. Guru mungkin mengajukan
pertanyaan, atau mungkin mengajukan gagasan/argumentasi
tandingan. Mungkin juga ia mengikuti jalan pikiran siswa sampai
pada suatu kesimpulan yang bisa benar atau bisa salah. Guru
menciptakan situasi agar terjadi perubahan konsepsional dalam
pikiran siswa- siswanya. Yang salah diganti yang benar, yang keliru
diperbaiki, yang kurang tajam dipertajam, yang kurang lengkap
15
dilengkapi, dan yang kurang masuk akal argumentasinya
diperbaiki.
3) Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). Asas ini
memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri,
dan ada kemungkinan melakukan kesalahan, tanpa ada tindakan
(hukuman) pendidik. Hal itu tidak menjadikan masalah, karena
menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan
anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada
pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman
tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami peserta
didik bersifat mendidik. Maksud tut wuri handayani adalah sebagai
pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan mengarahkan
perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini
dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan ide dan prakarsa yang
berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
b) Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang
maksimal didalam mengaktualisasikan pengalaman belajar.
c) Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa,
sebagai fisilitator, motivator dan pembimbing dalam rangka
mencapai tujuan belajar.
d) Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas
tetapi terkendali, interaksi pendidik dan siswa
mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang
berfikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber,
kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi, tetapi
tetap dibawah bimbingan guru.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat
dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
1. peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih
pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di semua
16
jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
2. peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih
pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat
mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang
tertentu yang diinginkannya.
3. peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau
mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan
dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar
dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri,
4. peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat
berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan
dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri.
Ketiga asas tersebut sebagai semboyan dalam pendidikan merupakan
satu kesatuan asas yang telah menjadi asas penting dalam pendidikan di
Indonesia. Pendidikan juga mengandung makna mengembangkan kodrat
alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan
kehidupan lahir dan bathin menjadi subur dan selamat, dan perkembangan
peserta didik harus senantiasa diikuti dengan memberi bantuan pada saat
anak membutuhkan.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup ( long life
education). Istilah pendidikan seumur hidup erat kaitannya dan kadang-
kadang digunakan saling bergantian dengan makna yang sama dengan
istilah belajar sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang tidak dapat
dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Penekanan istilah “belajar”adalah
perubahan perilaku (kognitif/afektif/psikomotor) yang relatif tetap karena
pengaruh pengalaman, sedang istilah “pendidikan” menekankan pada
usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang
memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien efektif, dengan
kata lain, lingkungan yang membelajarkan subjek didik.
17
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam
proses belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban sekurang-
kurangnya dua hal pokok, yaitu; pertama; membelajarkan peserta didik
dengan efisien dan efektif, dan kedua; meningkatkan kemauan dan
kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan pendidikan adalah dasar berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai
Wahana pengembangan manusia dan masyarakat. Asas pendidikan merupakan sesuatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perencanaan
maupun pelaksanaan pendidikan
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan kedepannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uir.ac.id/19791/1/Landasan Pendidikan.pdf
https://www.researchgate.net/publication/372554956_LANDASAN_PENDIDIKAN
https://id.scribd.com/doc/211579677/Asas-Asas-Pendidikan
https://www.academia.edu/41437147/Jurnal_Landasan_Pendidikan
21