Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN

PENDIDIKAN DI MASA PRA AKSARA DAN HINDU-BUDHA

OLEH:

KELOMPOK 1

AZIZUL RAHMAN ( 21046098 )

WILLIA DARA ROSANDY ( 21046087 )

DOSEN PENGAMPU :

DR. SITI FATIMAH,M.PD,M.HUM

FIRZA,S.PD,M.PD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Sejarah Pendidikan, dengan
judul “PENDIDIKAN DI MASA PRA AKSARA DAN HINDU-BUDHA” . Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan pada program studi Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Padang.Akhirnya dapat selesai dengan bantuan dari banyak pihak.

Oleh karena itu penulis menggucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing ibuk Dr.Siti
Fatimah,M.Pd,M.Hum dan bapak Firza,S.Pd,M.Hum serta semua pihak yang telah membantu penulis
baik secara langsung maupun tidak.Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan tugas ini. Namun penulis menyadari masih banyak kekuranggan baik dari segi
isi,tulisan ataupun kualitasnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari para
pembaca makalah ini untuk memperbaiki tugas ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini
bermamfaat bagi para pembaca dan dapat menambah wawasan serta penggetahuan tentang materi
yang kami bahas dalam makalah ini.

Padang, 1 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4

A. Pendidikan Masa Pra Aksara ................................................................................................. 4

B. Pendidikan Masa Hindu-Buddha ........................................................................................... 7

C. Bentuk Pendidikan Pada Masa Praaksara Hidu Budha ....................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 12

B. Saran .................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan pendidikan di Indonesia pada umumnya masih terbentur dengan


komplektisitas permasalahan, diantaranya metode konvensional yang masih dipertahankan dan
kurang mengarah pada pembekalan peserta didik setelah berada di bangku sekolah, masalah
birokrasi, kemampuan sumber daya manusia yang masih kalah bersaing dengan negara-negara
maju, serta kemampuan bangsa Indonesia untuk menyerap esensi penting pendidikan bisa
dikatakan sangat kurang. Pendidikan di negeri ini dapat dikatakan lebih berorientasi pada nilai
dan ijazah. Padahal di negara-negara maju, pendidikan bukan lagi hanya mengejar nilai, tetapi
mengejar pengetahuan setinggi-tingginya. Mereka tidak lagi dikuasai oleh lembaga-lembaga
pendidikan diluar sekolah yang dinilai hanya orientasi bisnis. Di Amerika, Jerman, dan Jepang,
pendidikan sudah menjadi kebutuhan yang bertujuan melahirkan generasi penerus bangsa
kompeten dan tidak pernah lupa dengan sejarah bangsanya. Karena tanpa hal ini, generasi
penerus bagaikan robot yang tidak akan pernah bisa memajukan negaranya. Pendidikan di masa
lalu, menjadi pertimbangan kebijakan bagi perkembangan manusia di masa kini. Persis seperti
apa yang dikatakan Mao Tse Tung, pembesar Cina, gali pendidikan masa lalu dan kembangkan
untuk masa depan.

Pendidikan dan sejarah, dua hal yang saling berhubungan dan memiliki nilai guna
instrinsik. Pendidikan membutuhkan sentuhan masa lalu untuk mengambil kebijakan tentang
apa-apa yang pernah diajarkan oleh manusia terdahulu, sejarah merupakan berntuk kearifan
manusia masa kini. Dick and Carey (1998) berkata bahwa pendidikan merupakan kunci
kemajuan peradaban bangsa. Manusia tidak pernah lahir dalam keadaan penuh dengan
kecerdasan seperti sekarang, namun mengalami perkembangan. Mengacu pada buku berjudul
“Origin of The Human” milik Charles Darwin (1889), manusia berevolusi dari fisiknya yang
mirip dengan struktur anatomi primata menjadi struktur manusia seutuhnya dengan kapasitas
otak dan kemampuan masa kini. Suatu aturan alam dimana manusia berusaha untuk terus
menerus mencari kebenaran pengetahuan. Ini adalah bagian dari pendidikan yang paling
sederhana. Bukankah pendidikan diciptakan untuk memanusiakan manusia?

1
Di masa praaksara, pra artinya sebelum dan aksara artinya tulisan, dapat diartikan
manusia telah memiliki kebudayaan sebelum mengenal tulisan. Masa praaksara adalah jaman
pertama kali manusia mencoba mengembangkan berbagai kemampuannya baik di bidang
ekonomi, relijius, teknologi pembangunan, teknologi pertanian, pembuatan alat, dan pembagian
sosial dalam keluarga. Semua itu berusaha dikembangkan dari titik nol. Sejak mereka tercipta
melalui jenis Meganthropus Paleojavanicus, manusia jenis pertama ini hanya berkapasitas 350cc
yang otaknya minim sekali digunakan untuk bisa berpikir. Jenis ini belum memiliki
kebudayaan, pendidikan yang diterima hanya seputar menghasilkan keturunan, cenderung
nomaden (berpindah tempat), dan food gathering (mengambil makanan dari alam).

Sistem pendidikan sejak awal berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia


sudah terisi penuh keagamaan. Pelaksanaan pendidikan keagamaan Hindu-Budha berada di
padepokan-padepokan. Ajaran Hindu-Budha ini memberikan corak praktik pendidikan di zaman
kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kerajaan Kutai (Pulau Kalimantan), Kerajaan
Tarumanegara hingga Majapahit (Pulau Jawa), Kerajaan Sriwijaya (Pulau Bali dan Sumatera).
Kaum Brahmana pada masa Hindu-Budha merupakan kaum yang menyelenggarakan
pendidikan dan pelajaran. Maka perlu diketahui bahwa sistem kasta yang diterapkan di
Indonesia tidak terlalu keras seperti sistem kasta yang ada di India. Adapun beberapa materi
yang dipelajari ketika pendidikan keagamaan Hindu-Budha berlangsung, yaitu teologi (ilmu
agama), bahasa dan sastra (ilmu agama),

Pada periode akhir berkembangnya pendidikan Keagamaan Hindu-Budha, pola


pendidikan yang dilakukan oleh para guru pengajar di padepokan-padepokan tidak lagi bersifat
kolosal dalam kompleks, dengan jumlah murid yang relatif terbatas dan bobot materi
pembelajaran yang bersifat religius dan spiritual. Selain belajar untuk menuntut ilmu, para murid
di padepokan ini juga harus bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari- hari mereka. Jadi dapat
dikatakan bahwa pada masa pendidikan keagamaan Hindu-Budha pengelola pendidikan adalah
kaum Brahmana, bersifat tidak formal, dapat mengundang guru untuk datang ke istana, dan
pendidikan kejuruan dilakukan secara turun-turun melalui jalur kastanya masing- masing.

2
B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini,terdapat beberapa rumusan masalah yang menjadi


pokok pembahasan.Adapun rumusan masalah yang telah ditetapkan adalah;

1. Bagaimana perkemagan Pendidikan masa pra aksara

2. Bagaimana perkembagan Pendidikan masa Hindu-Budha


C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab
rumusan masalah di atas,yakni;

1. Mendiskripsikan perkembanggan Pendidikan pada zaman pra aksara

2. Mendiskripsikan perkembanggan Pendidikan pada zaman hindu-buddha

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendidikan Masa Pra Aksara

Perkembangan pendidikan di Indonesia pada umumnya masih terbentur dengan


komplektisitas permasalahan, diantaranya metode konvensional yang masih dipertahankan dan
kurang mengarah pada pembekalan peserta didik setelah berada di bangku sekolah, masalah
birokrasi, kemampuan sumber daya manusia yang masih kalah bersaing dengan negara-negara
maju, serta kemampuan bangsa Indonesia untuk menyerap esensi penting pendidikan bisa
dikatakan sangat kurang. Pendidikan di negeri ini dapat dikatakan lebih berorientasi pada nilai
dan ijazah. Padahal di negara-negara maju, pendidikan bukan lagi hanya mengejar nilai, tetapi
mengejar pengetahuan setinggi-tingginya. Mereka tidak lagi dikuasai oleh lembaga-lembaga
pendidikan diluar sekolah yang dinilai hanya orientasi bisnis. Di Amerika, Jerman, dan Jepang,
pendidikan sudah menjadi kebutuhan yang bertujuan melahirkan generasi penerus bangsa
kompeten dan tidak pernah lupa dengan sejarah bangsanya. Karena tanpa hal ini, generasi
penerus bagaikan robot yang tidak akan pernah bisa memajukan negaranya. Pendidikan di masa
lalu, menjadi pertimbangan kebijakan bagi perkembangan manusia di masa kini. Persis seperti
apa yang dikatakan Mao Tse Tung, pembesar Cina, gali pendidikan masa lalu dan kembangkan
untuk masa depan. Pendidikan dan sejarah, dua hal yang saling berhubungan dan memiliki nilai
guna instrinsik. Pendidikan membutuhkan sentuhan masa lalu untuk mengambil kebijakan
tentang apa-apa yang pernah diajarkan oleh manusia terdahulu, sejarah merupakan berntuk
kearifan manusia masa kini. Dick and Carey (1998) berkata bahwa pendidikan merupakan kunci
kemajuan peradaban bangsa. Manusia tidak pernah lahir dalam keadaan penuh dengan
kecerdasan seperti sekarang, namun mengalami perkembangan. Mengacu pada buku berjudul
“Origin of The Human” milik Charles Darwin (1889), manusia berevolusi dari fisiknya yang
mirip dengan struktur anatomi primata menjadi struktur manusia seutuhnya dengan kapasitas otak
dan kemampuan masa kini. Suatu aturan alam dimana manusia berusaha untuk terus menerus
mencari kebenaran pengetahuan. Ini adalah bagian dari pendidikan yang paling sederhana.
Bukankah pendidikan diciptakan untuk memanusiakan manusia?

Di masa praaksara, pra artinya sebelum dan aksara artinya tulisan, dapat diartikan
manusia telah memiliki kebudayaan sebelum mengenal tulisan. Masa praaksara adalah jaman
pertama kali
4
manusia mencoba mengembangkan berbagai kemampuannya baik di bidang ekonomi, relijius,
teknologi pembangunan, teknologi pertanian, pembuatan alat, dan pembagian sosial dalam
keluarga. Semua itu berusaha dikembangkan dari titik nol. Sejak mereka tercipta melalui jenis
Meganthropus Paleojavanicus, manusia jenis pertama ini hanya berkapasitas 350cc yang otaknya
minim sekali digunakan untuk bisa berpikir. Jenis ini belum memiliki kebudayaan, pendidikan
yang diterima hanya seputar menghasilkan keturunan, cenderung nomaden (berpindah tempat),
dan food gathering (mengambil makanan dari alam).

Manusia kedua, jenis Pithecanthropus Erectusber-ras negroid, mongoloid, dan


kaukasoid yang menyebar dari Afrika ke seluruh dunia. Jenis ini memiliki kapasitas otak 900cc
dengan budaya mesolithikum, yang mulai memiliki kepercayaan kepada sang Pencipta. Di
indonesia, sistem relijius mereka dapat dikatakan menjadi akar dari berkembangnya kepercayaan
animisme dan dinamisme. Budaya yang dibawa oleh manusia Pithecanthropus Erectus ini
semakin mengalami perkembangan dengan munculnya pembagian sistem sosial di lingkungan
keluarga, teknik perumahan, dan sistem bercocok tanam. Sistem sosial di lingkungan keluarga
manusia purba sudah diajarkan mengenai pembagian pekerjaan ayah sebagai tulang punggung
keluarga, ibu yang bertugas memasak, dan menjaga anak-anak, serta anak-anak yang nantinya
diajarkan bagaimana cara berburu, dan membuat peralatan berburu seperti kapak. Kemudian
mereka mengembangkan cara-cara tersebut untuk bertahan hidup dengan mulai membuat rumah,
dan menanam sesuatu untuk kehidupan di masa mendatang.

Manusia ketiga, adalah jenis homo (sapien, habilis, africanus, floreinsis, soloensis)
yang dianggap sebagai manusia paling sempurna diantara jenis manusia purba lainnya. Dapat
dikatakan bahwa pendidikan yang diterima manusia purba kala itu sudah mencapai tahap puncak,
mulai dikenalnya teknik pembuatan alat yang lebih sempurna seperti teknik pembuatan patung,
pembuatan pakaian, bangunan-bangunan besar ala megalithik yang digunakan sebagai tempat
pemujaan kepada roh, teknik penguburan, serta terbentuknya koloni manusia yang nantinya
menciptakan sistem kemasyarakatan yang kita kenal saat ini. Memang, pendidikan masa praaksara
dapat dikatakan sangat sederhana karena pada masa inilah manusia pertama kalinya belajar tentang
keterampilan hidup. Berdasarkan teori humaniora, pendidikan sebaik-baiknya memanusiakan
manusia menjadi pribadi yang lebih sempurna, mengolah pengetahuan di masa lalu untuk
kepentingan generasi di masa depan. Manusia purba mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada

5
kehidupan tanpa belajar, tidak ada belajar tanpa mengenal pengetahuan, dari yang sederhana
sekalipun.

Pendidikan Pada Masa Pra-Aksara, Manusia tidak pernah lahir dalam keadaan penuh
dengan kecerdasan seperti sekarang, namun mengalami perkembangan. Mengacu pada buku
berjudul “Origin of The Human” yang disusun oleh Charles Darwin, manusia berevolusi dari
fisiknya yang mirip dengan struktur anatomi primata menjadi struktur manusia seutuhnya dengan
kapasitas otak dan kemampuan masa kini. Pada masa pra-aksara ini tentunya manusia saat itu
masih belum mengenal tulisan,sehingga pengetahuannya masih belum efektif. Pendidikan pada
masa praaksara dapat dikatakan sangat sederhana, karena pada masa inilah manusia pertama
kalinya belajar tentang keterampilan untuk mempertahankan hidupnya,dimana manusia pada saat
itu sangat tergantung pada alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga
mereka melakukan suatu pewarisan pendidikan yang dilakukan dalam keluarga,sebagai orang tua
mereka mentransferkan pengetahuan kepada anaknya,misalnya anak perempuan di didik oleh
ibunya dengan mengajarkan cara menguliti hewan,mengawetkan makanan dan cara mengolah
makanan tersebut. Sedangkan anak laki-laki diajarkan oleh bapaknya mengenai cara-cara
memburu hewan,membuat perkakas dan lain sebagainya. Hewan yang diburu tentunya bermacam-
macam ada hewan darat dan ada juga hewan laut,sehingga untuk memburu hewan tersebut
dibutuhkan suatu alat bantu.Peralatan pada saat itu masih sederhana,dimana kita lihat dari hasil
kebudayaan yang dihasilkan masyakat prasejarah,mulai dari masa paleolithikum, mesolithikum,
neolithikum, megalithikum dan masa perundagian. Pada masa paleolithikum, mesolithikum,
neolithikum dan megalithikum alatnya masih sederhana,dimana alatnya terbuat dari kayu, tulang
dan umumnya adalah batu-batu,misalnya kapak genggam,kapak penetak,kapak perimbas,kapak
persegi dan yang lainnya. Pada masa Neolithik perkakas batu sudah diasah, sudah menetap,
melakukan food producing dan bercocok tanam tingkat. Dan pada masa perundagian mengalami
suatu perkembangan yang pesat dalam hal kebudayaan manusia saat itu,dimana pada masa
perundagian sudah mengenal peralatan dengan bahan logam sehingga pendidikan sudah diarahkan
untuk menguasai pembuatan beberapa benda logam,seperti gerabah berbahan perunggu, kapak
perunggu, bejana, nekara, moko dan lain-lain.Model pendidikannya pun tidak sama seperti
sekarang,dimana pada saat itu model pendidikannya berbentuk aplikatif langsung kelapangan atau
alam dan diturunkan secara turun temurun ke generasi selanjutnya.

6
B. Pendidikan Masa Hindu-Budha

Pada masa Hindu-Budha perkembangan pendidikan sudah mulai menampakan suatu


gerakan pendidikan dengan misi penyebaran ajaran agama dan cara hidup yang lebih universal
dibandingkan dengan pendidikan sebelumnya. Pendidikan masa Hindu-Budha yang ada di
Indonesia membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sebenarnya
masyarakat Indonesia telah memiliki kemampuan dasar yang dibanggakan sebelum masuknya
Hindu-Budha. Setalah Hindu-Budha berkembang di Indonesia kemampuan masyarakat Indonesia
semakin berkembang karena berakulturasi dan berinteraksi dengan tradisi Hindu-Budha
(Kamajaya,1995).

Apabila ditinjau peninggalan Raja Mulawarman abad ke 4-5 masehi di Kutai


peninggalan itu berupa sebuah batu bertulis (prasasti) dan bangunan kayu dalam tulisan pallawa
di dalam bahasa Sanskerta. Pendidikan ditunjukaan pada golongan yang berkasta tinggi saja,
berhubung tuntutan hidup waktu itu masih sangat sederhana tidak membutuhkan pengetahuan
menulis dan membaca. Merasa tidak ada gunanya mempelajari hal tersebut. Pada abad ke-5 di
Kerajaan Taruma Negara telah ada pelajaran membaca dan menulis, jadi sudah dapat dikatakan
ada pendidikan. Untuk membuktikan bahwa kerajaan Taruma Negara orang telah dapat membaca
dan menulis, ialah dengan adanya batu bertulis di dekat Bogor. Tetapi tidak mengetahui
bagaimana cara belajar dan siapa saja gurunya (Suparman,2016:3).

Hindu-Budha di Indonesia sangat berbeda tidak seperti di India, di Indonesia Hindu


dan Budha saling hidup berdampingan. Begitu juga dengan pendidikanya yang tidak begitu ketat
menerapkan golongan, walaupun penggolongan masih tetap dilakukan oleh para kerajaan serta
bangsawan yang ada di Indonesia. Pendidikan masa Hindu ini lebih tepat dikatakan sebagai
„perguruan” dimana para murid berguru kepada para cerdik cendekia. Lembaga pendidikan masa
ini dikenal dengan padepokan/pesantren. Sistem pergruan ini terus berkembang sampai pengaruh
Budha, bahkan masa Islam dan sampai sekarang (pesantren tradisional).

Pada abad ke-6 berkembanglah di sumatra kerajaan Sriwijaya di kota Palembang,


lama- kelamaan menjadi pusat agama Budha. Raja-raja Sriwijaya keturunan Syailendra dan
beragama Budha. Batu bertulis peninggalan kerajaan ini di dapati di Palembang, Jmabi, dan
Bangka. Semuanya di tulis dalam huruf pallawa di dalam bahasa melayu tua bercampu sanskerta
(Bernadib,1983:11). Pada masa Budha pendidikan berkembang pada kerajaan Sriwijaya yang
7
berpusat di Palembang dan sudah terdapat perguruan tinggi Budha. Perguruan tinggi ini memiliki
muri-murid yang berasal dari Indocina, Jepang dan Cina. Adapun guru yang terkenal pada saat itu
ialah Dharmapala berasal dari India. Perguruan-perguruan Budha tersebut menyebar keseluruh
wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya (Waini,2007:34). Pada abad ke-7, Dharmapala datang ke
sumatra untuk memeberikan pelajaran agama Budha Mahayana kepada penduduk di situ yang
menganut Hinayana. Dari sini jelas bahwa pendidikan pada waktu itu memusatkan perhatianya
kepada agama.

Kerajaan pertama di Indonesia yang telah menaruh perhatian terhadap dunia


pendidikan, khususnya pendidikan Budha, adalah kerjaan Sriwijaya. Catatan I-Tsing menyebutkan,
Sriwijaya merupakan pusat agama Budha yang cocok sebagai tempat para calon rahib untuk
menyiapkan diri belajar Budha dan tata bahasa sansekerta sebelum berangkat ke India. Di
Sriwiwjaya. Menurut ITsing, terdapat guru Budha yang terkenal, yaitu Sakyakerti yang menulis
buku undang-undang berjudul Hastadandasarta. Buku tersebut oleh I-Tshing dialih bahasakan ke
dalam bahasa Cina, yaitu Wajraboddhi yang berasal dari India Selatan, dan Dharmaketi. Menurut
seorang penjelajah Budh dari Tibet bernama Atica, Dharmakerti memiliki tiga orang murid yang
terpandang, selain belajar ilmu agama, para calon rahib dan biksu belajar pula filsafat,
ketatanegaraan, dan kebatinan. Bahkan istilah guru yang digunakan oleh masyarakat Indonesia
sekarang berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya “kaum cendekia” (Kemendikbud,2017:12).
Kemudian pada abad ke-8 di Jawa Tengah berdiri Kerajaan Kalingga dengan Raja Sanjaya.
Setelah masa Raja Sanjaya, kemudian di pimpin oleh Raja Rakai Panangkaran dari wangsa
Syailendra yang beragama Budha. Ketika raja ini berkuasa, di bangunlah Candi Borobudur, Candi
Sari, dan Candi Kalasan. Di dekat Candi Borobudur di bangun suatu tempat pendidikan agama
Budha, yang dipimpin oleh seorang pendeta terkenal bernama Janabadra. Sekolah ini memakai
sistem asrama (biara), akan tetatpi muridnya hanya berasal dari keluarga raja dan pendeta. Rakyat
biasa sama sekali tidak bisa mengenyam pendidikan ini (Rifa‟i,2016:20).

Tujuan pendidikan pada masa itu identik dengan tujuan hidup yaitu manusia hidup
untuk mencapai moksa bagi agama Hindu, dan manusia mencapai nirwana bagi agama Budha.
Karena itu secara umum tujuan akhir adalah mencapai moksa atau nirwana. Secara khusus dapat
dibedakan sebagai berikut:

8
1. Bagi kaum Brahmana (kasta tertinggi), pendidikan berujuan untuk menguasai kitab suci (Weda
untuk Hindu dan Triitaka untuk Budha) sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan yang
universal.

2. Bagi golongan Ksatria, pendidikan bertujuan untuk memiliki penegtahuan teoritis yang
berkaitan tentang pengaturan pemerintahan.

3. Bagi rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar masyarakat memiliki keterampilan yang
dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan pekerjaan yang secara turun temurun.

Selain tujuan terdapat sifat pendidikan masa itu, yaitu (1) Berpusat pada religi, karena
kehidupan atas dasar kepercayaan dan keagamaan meguasai segalanya, (2) Penghormatan yang
tinggi kepadaguru, (3) Pendidikan hanya diikuti oleh segolongan masyarakat saja.

Adapun jenis-jenis pendidikan masa itu sebagai berikut:


1. Pendidikan intelektual
Kegiatan pendidikan ini dikhusukan untuk menguasai kitab-kitab suci. Weda
dipelajari oleh penganut Hindu yaitu Brahmana, dan kitab Tripitaka di pelajari oleh penganut
Budha.
2. Pendidikan kesatrian
Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan keluarga istana
kerajaan, agar memiliki pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan mengatur
pemerintahan, dan belajar untuk berperang.
3. Pendidikan keterampilan
Kegiatan ini ditujukan bagi masyarakat biasa berlangsung dalam keluarga sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki orang tuanya. Seorang pemahat akan diwariskan kepada
anaknya, begitu juga dengan lainya.

Bentuk pendidikan pada waktu itu masih bersifat informal, belum ada pendidikan
formal dalam bentuk sekolah seperti yang kita kenal sekarang ini. Namun dengan demikian ada
beberapa tempatyang bisa dijadikan sebagai lembaga pendidikan, antara lain:

9
1. Pesantren atau Padepokan

Tempat berkumpulnya murid-murid yang belajar kepada guru disuatu tempat,


sehingga di sebut padepokan atau pecatrikan atau dengan nama lain pesantren.

2. Pura

Merupakan tempat yang berada di istana. Tempat ini diperuntukan bagi putra-putri raja
belajar.

3. Pertapaan
Karena orang yang bertapa dianggap memiliki pengetahuan kebatinan yang sangat
tinggi. Oleh karena itu para pertapa menjadi tempat bertanya segala hal yang berkaitan akan
hal gaib.

4. Keluarga
Di keluarga lah menjadi tempat belajar bagi anak-anak kepada orang tuanya
(Sumiatie,2015:5- 9).

Kurikulum pendidikan pada masa Hindu Budha meliputi agama, bahasa sanksekerta
termasuk membaca dan menulis, keterampilan memahat atau membuat candi, dan bela diri atau
ilmu berperang (Arta,2015:37). Kurikulum pada masa itu disesuaikan dengan kondisi dan keadaan
padamasanya dimana agama lebih diutamakan dari pada ilmu yang lain.

Pada sekitar abad ke-14 sampai abad ke-16 menjelang jatuhnya kerajaan hindu di
Indonesia, kegiatan pendidikan tidak lagi dilakukan secara meluas seperti sebelumnya tetapi
dilakukan oleh para guru kepada siswanya yang jumlahnya terbatas dalam suatu padepokan.
Kelompok bangsawan, ksatria dan kelompok elit lainya mengirimkan anaknya kepada guru untuk
ididik atau guru di undang untuk datang mengajar anak mereka.

C. Bentuk Pendidikan Sejarah Masa Praaksara Hindu Buddha

Secara umum pendidikan pada masa Hindu Buddah dilakukan oleh masing-masing
orang tua kepada anaknya sesuai dengan kastanya masing-masing. Kemampuan berdagang dan
bertani diajarkan dengan baik pada tingkat umur seseorang pada saat itu. Khusus untuk kasta
ksatria maka pendidikan yang didapat dari kaum bramana yang mengajar di kuil-kuil. Bentuk

10
pendidikan secara infomal, jadi murid bisa keluar atau berpindah ke guru yang lain dengan mudah.
Biasanya murid yang datang ke guru, tetapi untuk kalangan raja dan putra mahkota biasanya akan
memanggil guru untuk datang ke istana untuk mengajarkan ilmu pemerintahan, sastra, ilmu sosial
dan ilmu pasti. Selain itu ada juga ada sebagian kaum brahmana yang belajar ke India untuk
memperdalam ilmu yang dimilikinya.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pada masa prasejarah atau yang dikenal zaman praaksara. Di zaman ini manusia
masih belajar dari alam dengan apa yang mereka butuhkan. Ada tiga masa perkembangan
pendidikan masa ini, yaitu Meganthropus, Pithecanthropus, Homosapien. Kemudian pendidikan
pada zaman Hindu dan Budha ini melalui penyebaran agama yang pada waktu dulu belum ada
sekolah-sekolah yang kita lihat sekarang ini. Dulu para biarawan maupun ulama menjadi guru itu
tanpa di kasih imbalan dunawi. Mereka juga mendapatkan pendidikan dari keluarganya juga, kalau
keluarganya ahli petani maka anaknya akan belajar dari seorang ayahnya dan ilmu yang di
perolehnya juga hanya untuk anaknya saja. Mereka belajar keterampilan, kesatriaan dan
sebagainya. Anaknya seorang raja mempunyai tempat tersendiri untuk belajar yang disebut
dengan Pura, sejauh ini putra-putrinya belajar tentang ilmu tata kenegaraan, sopan santun dan
ilmu bela diri. Materi yang diajarkan bukan hanya bersifat umum tapi mempelajari ilmuilmu yang
bersifat spiritual religious juga.
B. Saran

Demikianlah hasil makalah yang dapat kami paparkan. Semoga bermanfaat dan dapat
menambah wawasan terkhusus bagi kami dan bagi pembaca pada umumnya. Dan dengan ini, kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saranyang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan tugas makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Diyonyulis, 2014, Bentuk dalam Pendidikan Pada Masa Prasejarah Hindu-Budha.

Djumhur & Danasupatra.1976.Sejarah Pendidikan.Bandung:CVIlmu

Gunawan.1986.Kebijakan-kebijakan Pendidikan diIndonesia.Jakarta:BinaAksara.

Jojonegoro,Wardiman.1996.LimaPuluhTahunPerkembanganPendidikanIndonesia.Jakarta:Departemen
PendidikandanKebudyaan.
Okhaifi Prasetyo. 2021. Pendidikan Indonesia Pada Masa Prasejarah dan Hindu- Buddha. Jurnal Ilmu-
Ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan, 8 (2), 177- 184

Sri Soetjiatingsih dan Sutrisno Kutoyo.1981.SejarahPendidikan Daerah JawaTimur,


JawaTimur:Dapertemen Pendidikandan Kebudayaan.

Sudarminta.1990.Filsafat Pendidikan.Yogyakarta:IKIPSanata Dharma


https://pengertian ,pendidikan zaman praaksara-zamanpraaksarahindubudha.com

https://bentuk-pendidikan-pada-masa-hindu-budha-islam.com

13

Anda mungkin juga menyukai