Anda di halaman 1dari 21

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu :
Bakhrudin All Habsy

Di susun oleh :

Archita Dwi Permatasari


( 162386201080 )
Yulia Umami A Y
( 162386201057 )
Mukhibatus S
( 162386201073 )

UNIVERSITAS DARUL ULUM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
NOVEMBER, 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Landasan Historis
Pendidikan.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah pengantar ilmu pendidikan di Universitas Darul Ulum Jombang.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada :
1.

Bapak Bakhrudin All Habsy, M.Pd. yang sudah memberikan tugas dan petunjuk
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

2.

Teman-teman yang sudah membantu

3.

Rekan-rekan semua di kelas

4.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal

pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Jombang, November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................

ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................
B. Tujuan Penulisan......................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan Indonesia.

1.

Zaman pengaruh Hindhu dan Budha

2.

Zaman pengaruh Islam (Tradisional)

3.

Zaman pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)

10

4.

Zaman kolonial Belanda..

10

5.

Pendidikan Swasta oleh Bumi putera..

14

6.

Zaman kolonial Jepang.

16

7.

Zaman Kemerdekaan Awal..

17

8.

Zaman Orde Lama

18

9.

Zaman Orde Baru.

18

10. Zaman Reformasi..

18

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR RUJUKAN

ii

20
21

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UU RI No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
supaya peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kesuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri, kepribadia, kecerdasaan,
akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
Negara.
Pendidikan nasional merupakan pendidikan yang berdasarkan pancasila dan
UUD 1945, yang berakar pada nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan Nasional merupakan
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. UU RI pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik supaya menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, aktif, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Pendidikan Nasional di Indonesia tidak terlepas dari pandangan landasan
pendidikan sebelumnya. Pandangan pencapaian pendidikan bagi manusia selalu
berkaca kepada pendidikan di masa lampau. Hal ini, membuktikan bahwa sejarah
pendidikan dapat dijadikan sebagai acuan pembanding untuk memajukan pendidikan
di masa yang akan datang di suatu bangsa. Untuk itu, dalam makalah ini penulis
berkeinginan untuk menulis tentang landasan historis pendidikan yang terjadi di
Indonesia.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui sejarah pendidikan di masa lampau,
Sehingga sejarah pendidikan di masa lampau dapat dijadikan acuan pembanding
untuk memajukan pendidikan di masa yang akan datang.

BAB II
1

PEMBAHASAN
A. Sejarah Pendidikan Indonesia
Sejarah pendidikan di Indonesia berjalan sangat lama, yaitu mulai zaman
tradisoinal (pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman penjajahan) sampai zaman
merdeka. Zaman perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia sebagai berikut:
1.

Zaman Pengaruh Hindu Dan Budha


Abad ke 5 Indonesia kedatangan aliran Hinduisme dan Budhaisme. Aliran
dua agama ini sangat berbeda, tetapi di Indonesia keduanya memiliki
kecenderungan sinkretisme yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan
Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi.
Agama Hindu di India terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu
Brahmanisme dan Syiwanisme. Hindunisme yang datang di Indonesia adalah
Syiwanisme, yang pertama kali dibawa oleh seorang brahmana yang
bernama Agastya. Salah satu pandangan Syiwanisme berpandangan bahwa,
tujuan hidup manusia ialah mencapai moksa, suatu kejadian dimana
manusia

terlepas

dari

samsara

(penderitaan,

yang

ditentukan

oleh

perbuatan manusia sebelumnya, jadi berlaku hukum karma) , manusia hidup


dalam keabadian yang menyatu dengan Syiwa.
Agama Budha adalah agama yang disebarkan oleh Sidharta Gautama di
India, yang kemudian terpecah menjadi dua aliran, yaitu: Mahayana dan
Hinayana. Yang berkembang di Indonesia adalah Budha Hinayana. Agama
Budha berkembang pada masa kerajaan Sriwijaya di Sumatera, dan pada
zaman Wangsa Syailendra di pulau Jawa.
Menurut ajaran Budhisme manusia hidup dalam penderitaan karena
nafsu

duniawi.

penderitaan,

Manusia

mencari

dalam

hidup

kebahagiaan

ini

yang

berusaha

abadi

untuk

yaitu

mengusir

nirwana.

Untuk

mencapai nirwana manusia harus berperilaku benar, yaitu, berpandangan


yang besar, mengambil keputusan, berkata, bertindak, berkehidupan,
berdaya upaya, melakukan meditasi dan konsentrasi kepada hal-hal yang
benar
a. Pendidikan Hindu atau Budha
Di Indonesia Syiwaisme dan

Budhisme

hidup

dan

tumbuh

berdampingan, walaupun terjadi penumpasan Wangsa Syailendra yang


beragama Budha oleh Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu, namun di
masyarakat atau rakyat biasanya tidak nampak pertentangan tersebut,
bahkan mungkin

dapat dikatakan

telah

terjadi

sinkretisme

yaitu

keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai satu


sumber Yang Maha Tinggi.
Pendidikan formal (dalam arti diselenggarakan oleh Kerajaan ) pada
zaman Hindu yang terjadi di kerajaan-kerajaan Tarumanegara, Kutai,
sudah berkembang. Materi pembelajaran berpusat kepada ajaran
agama, membaca dan menulis (huruf Pallawa) dan bahasa Sangsekerta.
Keterampilan membuat candi dan patung-patung tidak terlepas dari
inspirasi ajaran agama, dapat diajarkan secara formal oleh pemahat,
atau mereka belajar langsung dari orang tua mereka, demikian juga

cara-cara beladiri atau (berperang). Para pendidiknya atau guru ialah


orang-orang pandai yang memahami ajaran agama (para pandita), yang
berasal dari kasta Brahmana. Para peserta didiknya ialah keturunan para
Brahmana dan anak-anak bangsawan dan raja (kasta Ksatria).
Pada zaman Hindu pendidikan masih terbatas kepada golongan
minoritas (kasta Brahmana, Ksatria), belum menjangkau golongan
mayoritas

(Waisya

dan

Sudra,

apalagi

kasta

Paria).

Namun

penggolongan kasta di Indonesia tidak begitu ketat seperti halnya di


India. Pendidikan pada zaman Hindu lebih tepat dikatakan sebagai
perguruan, dimana para murid berguru kepada para cerdik cendikia.
Kemudian

lembaga

pendidikan

dikenal

dengan

nama

Pesantren

(Pecatrikan: tempat santri menuntut ilmu). Jadi berbeda sekali dengan


sekolah yang kita kenal sekarang.
Sistem perguruan pesantren

berkembang

terus

sampai

pada

pengaruh Budha dan dari zaman islam sampai sekarang (pesantren


tradisional). Pada zaman Budha pendidikan berkembang pada kerajaan
Sriwijaya (Palembang), sudah terdapat Perguruan Tinggi Budha, dimana
murid-muridnya banyak berasal dari Indocina, Jepang, dan Tiongkok.
Guru yang terkenal pada saat itu adalah Dharmapala. Perguruanperguruan Budha tersebut mungkin menyebar ke seluruh kekuasaan
Sriwijaya. Mungkin sekali candi-candi Borobudur, Mendut, dan Kalasan
merupakan pusat pendidikan agama Budha.
Karya hasil sastra yang ditulis para pujangga banyak yang bermutu
tinggi, antara lain: Pararaton, Negara Kertagama, Arjuna Wiwaha, dan
Barata Yudha. Para pujangga yang terkenal diantaranya: Mpu Kawa, Mpu
Sedah, Mpu Panuluh, Mpu Prapanca. Dalam perkembangan kerajaankerajaan Hindu seperti Singosari, Majapahit, dan kerajaan Budha
Sriwijaya, tidak terdapat uraian yang jelas mengenai pendidikan. Namun
sudah pasti bahwa pada zaman tersebut sudah berkembang pendidikan
dengan lembaga-lembaga yang dengan sengaja dibuat secara formal.
Pada saat itu mutu pendidikan cukup memuaskan berbagai pihak yang
bersangkutan.

b. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan sendiri identik dengan tujuan hidup yaitu untuk
mendapat moksa bagi agama Hindu dan mencapai nirwana bagi agama
Budha.

c. Sifat Pendidikan
Seperti

telah

dikemukakan

bahwa

pendidikan

masih

bersifat

informal, belum ada pendidikan formal dalam bentuk sekolah seperti


sekolah kita kenal saat ini. Namun demikian ada beberapa tempat yang

d.

biasa dijadikan sebagai lembaga pendidikan.


Jenis-Jenis Pendidikan
Beberapa jenis pendidikan pada zaman

Hindu

Budha

dapat

diklasifikasikan kepada beberapa jenis, diantarnya:


1) Pendidikan Intelektual
Kegiatan Pendidikan ini dikhususkan untuk menguasai kitabkitab suci, Veda dipelajari oleh kaum Brahmana, dan kitab Tripitaka
dipelajari oleh Budha. Pada waktu itu hanya golongan Brahmanalah

yang berhak memepelajari kitab suci Veda. Pendidikan intelektual


juga

berkaitan

dengan

penguasaan

doa

dan

mantera,

yang

berkaitan dengan penguasaan alam semesta, pengabdian kepada


Syiwa dan Budha Gutama.

2) Pendidikan kesatriaan
Kegiatan

pendidikan

ini

dilakukan

untuk

mendidik

kaum

bangsawan keluarga istana kerajaan, untuk memiliki pengetahuan


dan

3)

berkaitan

dengan

mengatur

pemerintahan

(kerajaan),

bagaimana mengatur Negara, dan bagaimana harus berperang.


Pendidikan keterampilan
Pendidikan keterampilan yang diajukan bagi mesyarakat/rakyat
jelata

berlangsung

secara

informal

yang

berlangsung

dalam

keluarga, sesuai dengan keterampilan yang dimiliki orang tuanya.


Seorang pemahat akan diwariskan keterampilannya kepada anak-

e.

anaknya. Begitu pula para petani, nelayan, dan sebagainya.


Lembaga Pendidikan
Seperti telah dikemukakan bahwa pendidikan masih bersifat
informal, belum ada pendidikan formal dalam bentuk sekolah seperti
sekolah kita kenal saat ini. Namun demikian ada beberapa tempat yang
biasa dijadikan sebagai lembaga pendidikan.
1) Pecatrikan/Padepokan
Kata pecatrikan berasal dari kata catrik yaitu murid-murid yang
belajar pada guru di suatu tempat disebut juga padepokan. Dari kata
catrik dan pecatrikan muncullah kata santi dan pesantren. Jadi
sebetulnya lembaga pesantren sudah dikenal sejak zaman Hindu
Budha. Sistem pendidikannya yaitu peran guru dipegang oleh
Brahman atau pendeta yang duduk dilingkari oleh murid-muridnya.
Guru tidak menerima gaji namun dijamin oleh murud-muridnya unti
hidup. Dan yang menjadi dasar pendidikannya adalah agama Budha
dan Hindu.

2) Pura
Pura adalah tempat yang diperuntukan bagi putra putri raja
belajar, dimana yang mereka pelajari berkaitan dengan hidup sopan

3)

santun, mengatur Negara, dan ilmu bela diri baik fisik maupun batin.
Pertapaan
Pertapaan merupakan tempat yang digunakan para masyarakat
awam untuk menanyakan berbagai hal kepada para petapa karena
mereka dianggap memiliki pengetahuan yang lebih atau mengetahui
segalanya, sehingga pertapaan dikatakan lembaga pendidikan.

4) Keluarga
Keluarga disebut lembaga pendidikan karena di dalamnya
terjadi partisipasi dan imitasi dalam menyelesaikan pekerjaan orang

f.

tua yang dilakukan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.


Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Pada zaman jayanya Hindu dan Budha di Indonesia ini telah terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan dan karya seni sangat tinggi. Seperti
pada saat itu telah berdiri lembaga pendidikan setaraf perguruan
tinggi

oleh

kerajaan

Sriwijaya.

Perguruan

tinggi

tersebut

dapat

menampung berates-ratus mehasiswa birawan Cina dapat belajar di

Sriwijaya sebelum melanjutkan belajar di India. Saat itu dikenal


mahaguru yang disebut Dharmapala yang mengajar agama Budha
Mahayana.
Sampai jatuhnya Majapahit ilmu penetahuan terus berkembang
hampir di berbagai bidang. Hingga akhirnya melahirka empu-empu, para
pujangga, karya arsitektur baik dalam seni bangunan maupu n seni
pahat yang bermutu tinggi.

2.

Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)


Islam masuk di Indonesia di akhir abad 13 dan berkembangan pesat di
masyarakat Nusantara pada abad 16. Perkembangan pendidikan islam di
Indonesia sejalan dengan berkembangnya penyebaran islam di Nusantara, baik
melalui agama ataupun sebagai arus kebudyaan. Pendidikan islam disebut
pendidikan islam tradisional dan memiliki tujuan yang sama dengan tujuan
hidup islam untuk mengabdi kepada ajaran Allah SWT sesuai dengan ajaran
Nabi Muhammad S.A.W untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pendidikan islam tradisional tidak secara terpusat tetapi penyebarannya melalui
para ulama di suatu wilayah tertentu dan terkoordinir secara perorangan oleh
para Wali Songo (di Jawa), dan diluar Jawa dikembangkan oleh pemangku adat
misalnya di Minangkabau.
a. Masuknya Islam ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia tidak dapat ditentukan tahunnya dengan
pasti. Masuknya Islam ke daerah Aceh diketahui dari tulisan pengalaman
Marco Polo dalam perjalananya ke Tiongkok. Dalam perjalanan pulang
dari Tiongkok ia singgah di pantai utara Sumatera,

dan sampai di

Peureula, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Perlak (Aceh, tahun
1292). Marco Polo yang dari Venesia Italia itu telah beragaa Islam.
Mengetahui bagaimana masuknya ke Indonesia terdapat beberapa
pendapat yang berbeda, yaitu:
1) Islam Masuk ke Indonesia Melalui Persia
Bukti dari pendapat ini ialah sebutan ejaan tulisan Arab seperti
jabar, jeer, dan pees (pjes) merupakan bahasa Iran, sedangkan
dalam Bahasa Arab adalah bergigi. Bulan Muharram merupakan
wafatnya Husen di Karballa, di Iran diperingati dengan mengadakan
upacara

mengarak

peti

mati

pada

Muharram

ditemukan

di

Minangkabau (bulan Tabut) dan Aceh (bulan Asan Usen) (Prof. Dr. P.A
Hoesien Djajadiningrat).

2) Islam Masuk ke Indonesia Melalui Gujarat (India)


Dibuktikan dengan adanya makam raja Islam yaitu Maliku Saleh.
Batu nisan di atas makam itu bertuliskan ayat-ayat Quran dengan
huruf arab dan bentuknya sama dengan batu nisan yang ada di
Gujarat, yaitu ukiran-ukiran yang bercorak Hindu gaya Gujarat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pwngaruh islam dibawa dari
Gujarat (Dr. R.M. Soetjipto Wirjoesoparto).

3) Islam Masuk ke Indonesia Melalui Mesir dan Mekkah


Agama Islam masuk ke Indonesia langsung dari mekah melalui
mesir. Pendapat ini dikemukakan oleh Haji Abdul Malik Karim

Amrullah (HAMKA). Adapun alas an-alasan yang dikemukakan


HAMKA adalah terdapat Mazhab dari raja, ulama yang mengajar ilmu
tasawuf, batu nisan kuburan tua di Gresik dan Pasai, dan tasawuf
dari india.

b. Inti Ajaran Islam


1) Islam sebagai Agama Tauhid

Inti ajaran Islam adalah tauhid, yaitu suatu keyakinan bahwa

Tuhan itu Esa segala-galanya. Allah merupakan satu-satunya Tuhan


pencipta, penguasa, dan pemelihara alam semesta.Allah Esa dalam
sifat-Nya, artinya bahwa Allah memiliki sifat-sifat kesempurnaan dan
keutamaan yang disebut Asmaul Husna dan tidak ada satupun yang
dapat menyamai sifat-sifat tersebut.

2) Manusia adalah Sama di sisi Allah


Agama

Islam

mengajarkan

persamaan

dan

persaudaraan

diantara sesama manusia. Tidak membedakan antara golongan


bangsawan dan rakyat jelata. Semua manusia adalah sama-sama

3)

hamba Allah.
Iman Islam dan Ikhsan
Sebutan islam bukanlah nama yang diberikan oleh pemeluk
agama islam melainkan nama Islam diberikan oleh Maha Pencipta
Allah swt yang tercantim dalam kita suci Al-quran (Al-Imran:19 dan
85; Al-Maidah : 3 ). Ajaran islam dibangun atas tiga ajaran pokok,
yaitu:
a) Iman adalah percaya dan meyakini dalam hati adanya Allah,
b)

malaikat, rosul, kitab, hari kiamat, qada dan qadar


Islam adalah mengabdikan dan menyerahkan diri kepada Allah

c)

SWT
Ikhsan adalah melakukan perbuatan baik kepada Allah dan
beramal sholeh kepada sesama

c. Pendidikan
1) Perkembangan Pendidikan
Pendidikan islam di Indonesia telah berlangsung sejak agama
islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan. Para wali (wali
songo)

atau

perkembangan

ulama
dan

islam

telah

kemajuan

benyak
pendidikan

menentukan
islam.

bagi
Dalam

menyebarkan agama Islam mereka memperhatikan filsafat hidup


dan kebudayaan yang hidup di masyarakat, sehingga ajaran islam
sangat mudah diterima oleh masyarakat.
Pendidikan islam lebih teratur setelah Raden Fatah mendirikan
pesantren di Hutan Glagah Arum tahun 1475 yang masih berada
dibawah kekuatan Majapahit. Raden Patah mengorganisir pendidikan

d.

islam dengan mendirikan organisasi Bayangkare Islah tahun 1476.


Dasar dan Tujuan Pendidikan
Yang menjadi dasar pendidikan ialah ajaran islam yang mengandung
kerangka Iman, Islam, dan Ikhsan.
Tujuan pendidikan islam haruslah dalam rangka meningkatkan
pengabdian manusia kepada Allah. Pengabdian manusia kepada Allah
dapat dilihat dari dua aspek. Pertama manusia sebagai hamba Allah
yang memegang teguh aturan-aturan-Nya dalam hubungan manusia
kepada Allah. Kedua menusia dalam keberadaanya selalu berhubungan

dengan manusia lainya, ia memiliki aturan-aturan hidup yang yang telah


diakuinya menjadi pola kehidupan bersama.
Tujuan pendidikan pada zaman islam adalah:
1) Memiliki penetahuan praktis yang sangat berguna untuk hidup di
2)

dunia yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.


Memiliki pengetahuan keagamaan yang bersumber dari Al-Quran,
sunnah, Ijma, Qiyas, karena islam yang berkembang pada waktu itu

3)

e.

adalah mazhabsyafiI dan al-Ghazali.


Menjadi manusia yang menjalankan agama islam, manusia yang

mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah.


Lembaga-Lembaga Pendidikan
Perluasan agama islam tidak berlaku dengan kekerasan dan
peperangan (di Indonesia), melainkan secara damai dan secara edukatif
melalui lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada waktu itu.
Pendidikan

merupakan

mendapatkan
langgar,

suatu

pengajaran.

masjid,

surau

tuntutan

Pendidikan

(Minangkabau)

agar

semua

umat

diselenggarakan
atau

di

islam

dilanggar-

rangkang

(aceh).

Lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan untuk mengembangkan


ajaran di Langgar dan Pondok Pesantren.
1) Langgar
Dilanggar inilah dilaksanakan berbagai kegiatan seperti salat,
upacara-upacara keagamaan dan tempat belajar yang diajarkan
dilanggar adalah dasar tentang agama islam seperti: huruf arab
dalam belajar Quran ibadat (cara-cara shalat, berwudhu dan
sebagainya ), rukun islam, rukun iman, sifat dua puluh, merupakan
2)

lembaga pendidikan dasar dalam mempelajari ajaran Islam.


Pondok Pesantren
Pondok Pesantren merupakan pendidikan lanjutan

setelah

pendidikan yang dilaksanakan dilanggar. Sistem pesantren ini telah


berlangsung sejak zaman Hindu/Budha termasuk di India. Mungkin
juga dari kata pesastrian, dengan kata dasar sastri, atau sastra yang
artinya huruf atau bahasa, dipesastri murid-murid belajar huruf
palawwa dan bahasa sangsakerta sebagai huruf dan bahasa kitab
suci Veda maupun tripitaka. Pesantren Hindu/Budha (India), setelah
datang pengaruh islam, system tersebut dilanjutkan. Perbedaan
pesantren Hindu/Budha dengan pesantren Islam hanya dalam materi
yang diberikan. Pesantren Hindu/Budha yang diberikan.
Di pesantren tidak ada kurikulum dan pengetahuan umum
seperti di negara-negara besar di Eropa. Hal tersebut menunjukan
bahwa dalam system pesantren begitu kuatnya pengaruh Hindu.
Pengaruh ini juga terlihat pada penghormatan terhadap guru yang
sangat besar. Sehingga apa yang dikatakan guru dianggap sebagai
suatu kebenaran.
Terdapat perubahan-perubahan yang cukup penting dalam
system pengajaran di pesantren, antara lain dengan dimasukanya
pengetahuan umum dan keterampilan dalam system pembelajaran

f.

di pesantren.
Metoda Pendidikan
1) Metode Sorongan (individual)

Metode membaca Al Quran dimulai dengan pengenalan huruf


serta tanda-tandanya untuk langsung membaca surat kecil (suratsurat pendek). Apabila sudah lancar dilanjutkan dengan membaca
Quran

sampai

tamat.

Metode

individual

ini

dilakukan

juga

tingakatan lanjutan pesantren dalam belajar kitab, baik kitab kecil


maupun kitab besar. Untuk membantu para kyai, Kyai sering
mengangkat santrinya yang senior ilmu dengan gelar guru muda,
atau biasa disebut juga mentor. Mereka inilah yang membantu
2)

mengajar santri-santri.
Metode Halaqah/palagan
Metode ini dilakukan secara klasikal diberikan oleh kyai kepada
guru muda dan santri yang pandai. Metode pendidikannya yaitu Kyai
duduk di tengah-tengah para santri yang duduk melingkar dan yang
mereka pelajari adalah cara membaca Al Quran, terjemahan Al
Quran dan penjelasannya. Kemudian para santri mendengarkan,

g.

menulis terjemahan, dan diadakan juga tanya jawab.


Ciri-Ciri Pendidikan
1) Pendidikan bersifat religius, berpusat kepada ajaran agama islam
2) Guru tidak memperoleh bayaran, tetapi menempati kedudukan
3)

terhormat di masyarakat.
Pendidikan Islam bersifat demokratis. Al Quran harus dipelajari oleh
seluruh umat manusia, bukan hanya milik Kyai atau penguasa.
Karena itu yang belajar di langgar maupun di pesantren mereka
sudah

memeluk

agama

islam

dan

berduyun-duyun

berlomba

membaca Al Quran, minimal mereka dapat membacanya.

3.

Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik Dan Kristen)


Bangsa Portugis berkeinginan untuk menguasai perdagangan dan perniagaan
Timut Barat dengan menenukan jalan laut menuju dunia Timur, menguasai
Bandar Bandar di daerah strategis sebagai mata rantai perdagangan dan
perniagaan pada abad 16 (Mudyaharjo, 2008: 242).
Bangsa Portugal datang ke wilayah Timur (termasuk Indonesia) dalam
mencari kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold) dengan maksud untuk
menyebarkan agama Katholik (gospel). Perdagangan bangsa Portugis menetap di
bagian Timur Indonesia (wilayah kaya hasil rempah rempah).
Kakuasaan Portugis mulai melemah akibat pengaruh peperangan dengan
raja raja Indonesia dan digeser dengan kedatangan Belanda tahun 1605
(Nasution, 2008: 4). Portugis melibatkan paderi misionaris terkenal di Maluku
dijadikan pijakan menjajah Franciscus Xaverius dari orde Jesuit. Orde Jesuit
berdiri tahun (1491 1556) oleh Ignatius Layola dan bertujuan untuk keagungan
dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243). Pencapaiannya dengan cara memberikan
khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan. Xaverius menyebutkan bahwa
melihat pendidikan sebagai alat canggih untuk penyebaran agama (Nasution,
2008: 4).
Orang Belanda datang pertama kali tahun 1596 memberikan pengaruh
Kristen dan bertujuan mencari rempah rempah di pimpin oleh Cornelis de

Houtman. Menghindari adanya persaingan, pemerintah Belanda mendirikan


kongsi dagang VOC (ureenigds Oost Indische Compagnie) dan persekutuan
dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo, 2008:245). Pengaruh sikap
VOC terhadap pendidikan yaitu tetap membiarkan penyelenggaraan pendidikan
tradisional Nusantara, dan mendukung penyelenggaraan sekolah untuk tujuan
menyebarkan agama Kristen. VOC berpusat pada pendidikan di wilayah Timur
Indonesia (katholik berakar di Batavia Jakarta) merupakan pusat administrasi
kolonial. Selain itu bertujuan untuk menghapuskan agama Khatolik diganti
4.

agama Kristen Protestan, Calvinisme (Nasution, 2008: 4).


Zaman Kolonial Belanda
Perkembangan VOC diperkuat oleh persenjataan dan benteng dari Belanda,
sebagai landasan untuk menguasai daerah sekitarnya. Semakin lama kantor pusat
komersial perdagangan menjadi berbasis politik dan territorial. Setelah perang
colonial di berbagai daerah di Indonesia, menyebabkan Indonesia jatuh dalam
penguasaan pemerintah Belanda. Tahun 1816 VOC turun dan pemerintahan
dikendalikan oleh Komisaris Jendral Inggris. Sehingga pendidikan zaman VOC
gagal total menyebabkan sistem pendidikan mulai dari awal lagi. Ide Liberal
aliran Ufklarung atau Enlightement menyebutkan bahwa pendidikan sebagai alat
untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial, dan memberikan pengaruh bagi
mereka. Hal inilah yang menyebabkan kurikulum sekolah mengalami perubahan
secara radikal. Tujuannya untuk mengembangkan kemapuan intelektual, nilai
nilai rasional dan sosial dan diterapkan untuk anak anak Belanda di abad 19.
Tahun 1848 pemerintah mengeluarkan peraturan untuk menerima tanggung
jawab pendidikan anak anak Indonesia yang lebih besar, dan peraturan ini
menjadi perdebatan di parlemen Belanda sebagai cermin sikap liberal dan
menguntungkan bagi rakyat Indonesia. Artikel majalah De Gids tahun 1899
dikeluarkan oleh Van Deventer berjudul Hutang Kehormatan menyebutkan
bahwa menganjurkan pemerintahannya lebih memajukan kesejahteraan rakyat
Indonesia

sebagai

Politik

Etis

dan

bertujuan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan rakyat melalui irigasi, transmigrasi, reformasi, pendewasaan,


perwakilan. Semua tujuan membutuhkan peranan penting dalam pendidikan. Van
Deventer juga mengembangkan pengajaran bahasa Belanda, untuk menguasai
Belanda secara kultural lebih maju dan dapat menjadi pelopor lainnya.
Berjalannya Politik Etis menunjukkan kemajuan yang pesat dalam bidang
pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan berorientasi Barat, bersifat
terbatas hanya untuk beberapa golongan saja yaitu untuk anak anak Indonesia
yang orang tuanya sebagai pegawai pemerintahan Belanda, menjadi elite
intelektual baru. Golongan inilah yang berjuang merintis kemerdekaan melalui
pendidikan. Perjuangannya masih bersifat kedaerahan dan berubah menjadi

perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo tahun 1908 dan meningkat
perkembangan ditandai lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928. Tokoh pendidikan
yaitu Muhammad Syafei dengan Indonesisch Nederlandse Schoolnya, Ki
Hajar Dewantoro dengan Taman Siswanya, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan
dengan pendidikan Muhammadiyahnya semuanya mendidik anak anak supaya
bisa mandiri dengan jiwa mereka (Pidarta, 2008: 125).
a. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan pada zaman VOC didasari oleh keinginannya untuk
memperluas ajaran agama Kristen Protestan (misi keagamaan bukan
untuk misi intelektualitas), selain itu untuk tujuan komersial yaitu
mencari keuntungan sebesar-besarnya bagi kepentingan Belanda pada
umumnya dan pemegang saham khususnya. Maka dari itu tujuan VOC
untuk menyelenggarakan pendidikan adalah

mengembangkan dan

menyebarkan ajaran Kristen Protestan dan memberi pendidikan kepada


bumi

putera

untuk

menghasilkan

pegawai

administrasi

rendahan

dipemerintahan dan gereja yang dapat dikerjakan di VOC sehingga


mendapatkan tenaga pembantu yang murah

b. Jenis-Jenis Sekolah
1) Pendidikan Dasar

Bercorak keagamaan untuk mendidik budi pekerti. Didirikan

pertama kali di Batavia tahun 1617 dengan nama Batavische


School, kemudian tahun 1630 didirikan Burgerschool.

2) Sekolah Latin
Sekolah Latin mengajarkan bahasa latin yang merupakan
bahasa ilmiah di Eropa. Keberadaan sekolah latin tidak dapat
bertahan lama dan berulang kali di buka tutup.

3) Seminarium Theologica
Tujuan membuka seminarium tersebut untuk mendidik caloncalon pendeta, yang mana pendeta tersebut memiliki dua fungsi
yaitu sebagai ulama dan sebagai guru. Murid-muridnya diasramakan
dan belajar selama lima setengah jam sehari dengan empat
tingkatan kelas.

4) Akademic pelayaran
Akademik tersebut didirikan untuk calon perwira pelayaran,
namun akhirnya ditutup karena kurang peminatnya. Lama pelajaran
selama

tahun,

dan

selama

itu

didalam

pendidikan

tidak

diperbolehkan berbahasa Melayu.


Kesimpulannya, pendidikan pada zaman tersebut difokuskan untuk
mengajarkan agama Kristen, sehingga VOC tidak memperhatikan
pendidikan penduduk asli yang beragama Islam.

c. Pemerintahan Hindia Belanda


Pemerintahan kolonial belanda dimulai sejak Belanda berhasil
mengambil alih kekuasaan VOC atas Indonesia dan VOC dibubarkan
pada tahun 1799 karena mengalami kemunduran. Dalam periode
pemerintahan kolonial Belanda, betapa kecilnya usaha-usaha pendidikan
bagi kalangan Bumi Putera. Sampai akhir tahun 1940 dari jumlah
penduduk bangsa Indonesia 68.632.000, sedangkan yang bersekolah
hanya 3,32%.

10

1) Pengaruh Aufklarung Terhadap Kehidupan

Aufklarung sebagai abad akal memliki ciri-ciri sebagai berikut :


a) Percaya penuh terhadap kekuatan dan kemampuan akal
b) Dapat memecahkan apa saja dihadapannya
c) Memiliki kemerdekaan dan kebebasan yang sangat besar
d) Memperjuangkan dengan gigih hak-hak asasi manusia terhadap
absolutism negara atau pemerintah yang sangat didominasi
gereja
Pengaruhnya terhadap kehidupan khususnya pendidikan :
a) Bebas mengkritik
b) Setiap anak bebas menganut agamanya sendiri
c) Gereja melepaskan diri dari keterlibatannya dalam mengatur
kegiatan pendidikan

d) Pendidikan diselenggarakan oleh Negara


e) Sekolah tidak mengajarkan ajaran agama
Namun pada saat itu Gubernur Jenderal Daendels terkenal dengan
system pemerintahan bertangan besi.

d. Ciri Persekolahan atau Pendidikan


Ciri-ciri pendidikan secara umum zaman ini antara yang pertama,
minimnya partisipasi pendidikan bagi kalangan Bumi Putera, pendidikan
umumnya hanya diperuntukan bagi bangsa Belanda dan anak-anak bumi
putera dari golongan priyayi. Kedua, pendidikan bertujuan untuk
menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan. Tilaar (1995)
mengemukakan lima ciri pendidikan zaman kolonial Belanda, yaitu:
1) Adanya Dualisme pendidikan, yaitu pendidikan untuk bangsa
Belanda yang dibedakan dengan pendidikan untuk kalangan Bumi
2)

Putera.
Sistem Konkordansi, yaitu pendidikan di daerah jajahan diarahkan
dan dipolakan menurut pendidikan di Belanda. Bagi Bumi Putera hal
ini

disatu

pihak

memberi

efek

menguntungkan,

sebab

penyelenggaran pendidikan menjadi relatif sama, tetapi dipihak lain


ada efek merugikan dalam hal pembentukkan jiwa kaum Bumi

e.
Jenis-jenis
Sekolah

3)

Putera yang asing dengan budaya dan bangsanya sendiri


Sentralisasi pengelolaan pendidikan oleh pemerintahan kolonial

4)
5)

Belanda
Menghambat gerakan nasional
Munculnya perguruan swasta yang militan demi perjuangan nasional

(kemerdekaan).
Ciri-ciri lain yang ditemukan diantaranya:
1) Sekolah bersifat sekuler jadi tidak diberikan ajaran agama apapun
2) Kurang memperhatikan pelajaran keterampilan khusus
3) Kurang memperhatikan pendidikan kaum wanita
Jenis-Jenis Sekolah
Sekolah
untuk
orang
Eropa
1. Sekolah dasar
2. Sekolah Lanjutan

Sekolah
untuk
Bumi Sekolah kejuruan
Putera
1. Sekolah rakyat
1. Sekolah Pertukangan
Nama
2. Sekolah Raja
2.Sekolah pendidikan Guru
Sekolah
3. Sekolah lanjutan
3. Sekolah gadis
f. Pendidikan Hindia Belanda sejak 1900
1) Lahirnya Politik etis
Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang dirasakan tidak ada
perbaikan

setelah

pemerintah

Indonesia,

muncullah

pandangan

11

Belanda

mengeruk

kekayaan

untuk

memberikan

sebagian

keuntungan unuk penduduk asli selama Belanda masih berkuasa di


Indonesia.

Aliran

tersebut

disebut

aliran

politik

etis,

yang

berpendapat bahwa Bangsa Bumi Putera harus diberi kebudayaan


dan pengetahuan yang berasal dari barat yang membawa bangsa
Belanda menjadi suatu bangsa yang maju dan besar. Tujuannya
untuk kepentingan Bumi Putra dengan cara memajukan penduduk
asli dengan cara Barat.

2) Landasan dan Tujuan Pendidikan


Mengacu pada gerakan politik etis maka arah etis dijadikan
landasan

untuk

menentukan

kebijakan

dan

langkah-langkah

pendidikan. Namun meskipun demikian jika diamati lebih mendalam


lagi, tujuan Belanda memberikan pendidikan seperti itu adalah hany
auntuk tenaga-tenaga kerja yang murah.

3) Jenis-Jenis Persekolahan
N
o

Jenis Sekolah

Nama Sekolah

Pendidikan Rendah

Pendidikan
Lanjutan/Menengah

Pendidikan Kejuruan

Pendidikan Tinggi

Sekolah rendah berbahasa pengantar bahasa Belanda


Sekolah rendah berbahasa pengantar bahasa Daerah
Sekolah Peralihan
MULO
AMS
HBS
Sekolah Pertukangan (berbahasa daerah)
Sekolah Pertukangan (berbahasa Belanda)
Sekolah Teknik
Sekolah Dagang
Pendidikan Pertanian
Pendidikan Kejuruan kewanitaan
Pendidikan keguruan
Pendidikan Tinggi Kedokteran
Pendidikan Tinggi Hukum
Pendidikan Tinggi Teknik

5. Pendidikan Swasta oleh Bumi Putera


Dikarenakan oleh penyelenggaraan pendidikan Belanda yang jauh dari
harapan masyarakat pribumi, maka dari itu warga Bumi Putra sendiri
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan untuk untuk memenuhi harapan
tersebut.
a. Muhammadiyah
1) Situasi Politik, yaitu karena lahirnya politik etis
2) Ekonomi rakyat, tingkat ekonomi masyarakat Indonesia sangat
rendah dann rakyat hanya dipekerjakan sebagai kuli denagn harga

3)
b.

murah
Kehidupan agama Islam, yaitu karena ajaran islam sudah tidak

murni lagi berasal dari ajaran Al Quran dan sunnah


Taman Siswa
Ki Hadjar Dewantara bersama rekan-rekannya berjuang di jalur
politik praktis, namun selanjutnya perjuangannya difokuskan di jalur
pendidikan.

Beliau

Pemerintah

Belanda

lakukan
bersikap

mengingat

Departemen

diskriminatif

mengenai

Pengajaran
hak

dan

penyelenggaraan pendidikan bagi bangsa kita. Isi pendidikannya tidak


sesuai dengan kemajuan jiwa-raga bangsa. Menurut Ki Hadjar Dewantara
keadaan ini (penjajahan) tidak akan lenyap jika hanya dilawan dengan

12

pergerakan politik saja. Melainkan harus dipentingkan penyebaran benih


hidup merdeka di kalangan rakyat dengan jalan pengajaran yang disertai
pendidikan nasional (I. Djumhur dan H. Danasuparta, 1976). Sehubungan
dengan hal diatas pada tgl. 3 Juli 1922 di Yogyakarta Ki Hadjar
Dewantara mendirikan National Onderwijs Institut Taman Siswa yang
kemudian menjadi Perguruan Nasional Taman Siswa.

c. INS (Indonesia Nederlandsche School)


Indonesisch Nederland School (INS) didirikan oleh Mohammad Sjafei
(1895-1969) pada tanggal 31 Oktober 1926 diKayutanam, Sumatera
Barat. Pada tahun 1950 kepanjangan INS diubah menjadi Indonesian
Nasional School, dan selanjutnya menjadi Institut Nasional Sjafei.
Perjuangan INS juga diarahkan demi kemerdekaan melalui pendidikan
yang menekankan lulusannya agar dapat berdiri sendiri tidak tergantung

d.

pada orang lain atau jabatan yang diberikan oleh kaum penjajah.
R.A. Kartini, Rd. DewiSartika, dan Rohana Kuddus.
R.A. Kartini, DewiSartika, maupun Rohana Kudus memiliki cita-cita
yang relatif sama pula, yaitu keinginan untuk bebas, berdirisendiri, serta
membebaskan

kaum

wanita

(gadis-gadis)

Indonesia

lainnya

dari

ketertinggalan dan ikatan adat kebiasaan. Upaya-upaya pendidikan yang


dilakukan mereka adalah:
R.A. Kartini(1879-1904): Pada tahun 1903 Ia membuka Sekolah

Gadis diJepara
Rd. DewiSartika (1884-1947): Pada tahun 1904 Ia mendirikan

Sakola Isteri (Sekolah Isteri).


Rohana Kuddus (1884- 1969): Rohana Kuddus dikenal sebagai wanita
Islam yang giat sekali mempelopori emansipasi wanita. Selain
sebagai

e.

pendidik,

ia

pun

adalah

wartawan

wanita

pertama

Indonesia.
BudiUtomo
BudiUtomo pada tahun 1913 mendirikan Darmo-Woro Studiefonds;
dan mendirikan tiga Sekolah Netral diSolo dan dua diYogyakarta. Pada
tahun 1918 mendirikan Kweekschool diJawa Tengah, kemudian Sekolah
Guru Kepandaian Putri untuk Sekolah Kartini, enam Normaal School, dan
sepuluh Kursus Guru Desa, dsb. Pada tahun itu sekolah-sekolah
BudiUtomo telah berkembang hingga jumlahnya kurang lebih mencapai

f.

480 (H.A.R. Tilaar, 1995).


Perkumpulan Putri Mardika.
Perkumpulan PutriMardika

didirikan

tahun

1912.

Bertujuan

memajukan pengajaran anak-anak perempuan (Odang Muchtar, 1976).

g. Trikoro Dharmo
Pada tahun 1915 didirikan Trikoro Dharmo, dan selanjutnya berdiri
berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar di berbagai tempat di tanah
air hingga terwujudnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. (H.A.R. Tilaar,
1995).

h. Ksatrian Institut.
Ksatrian Institut didirikan di Bandung oleh Ernest Francoist Eugene
Douwes Dekker (Multatuli atau Setyabudhi). Dasar pendidikannya adalah
kebangsaan Indonesia, terutama melalui sejarah kebangsaan. Tujuan
pendidikannya yakni menghasilkan ksatria (ridderschap) bagi Indonesia

13

Merdeka di masa datang. Sekolah kejuruan merupakan organisasi dalam


sistem pendidikan Ksatreian Institut, yang diharapkan agar lulusannya
menjadi nasionalis yang berguna dan dapat berdiri sendiri derta mencari
lapangan kerja yang praktis.

6. Zaman Kolonial Jepang

Setelah bangsa Belanda mampu menduduki Indonesia, dan memberi

pengaruh yang cukup signifikan terhadap pendidikan Indonesia, akhirnya


jepang mampu menduduki Indonesia setelah Belanda menyerah kepada
militer Jepang pada 8 Maret 1942. Pada awalnya tujuan Jepang menduduki
Indonesia adalah untuk mensejahterakan atau demi kemakmuran bersama
dengan

semboyannya

Hakko

Ichiu.

Namun

lama-kelamaan

menjadi

penindasan. Dan ada dua kebijakan pemerintah pendudukan militer Jepang,


yaitu :
a. menghapuskan semua pengaruh Barat di Indonesia melaluipen-Jepangan

b. memobilisasi

segala

kekuatan

dan

sumber

yang

ada

untuk

mencapaikemenangan perang Asia Timur Raya.


Landasan dan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah jepang
diantaranya :
a. Demi kepentingan perang Asia Timur Raya. Semua kegiatan di
sekolah harus sesuai dengan prosedur yang berlaku di Jepang, mulai
dari lagu kebangsaan, pengibaran bendera, penerapan etika dan

b.

semua program pendidikan militer.


Hilangnya Sistem Dualisme dalam pendidikan. Sekolah bersifat
terbuka namun demikian, hanya satu jenis sekolah rendah diadakan
bagi semua lapisan masyarakat, yaitu, Sekolah Rakyat 6 tahun
(Kokumin Gakko).

c. Sistem Pendidikan menjadi lebih merakyat (populis)


Sistem Persekolahan
Sekolah Desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi
Sekolah Pertama. Susunan jenjang sekolah menjadi:
a. Sekolah Rakyat 6 tahun (termasuk Sekolah Pertama)
b. Sekolah Menengah 3 tahun
c. Sekolah Menengah Tinggi3 tahun
d. Perguruan Tinggi.
Hal-Hal yang Menguntungkan
a. Bahasa Indonesia berkembang secara luas
b. Buku-buku asing diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
c. Seni Bela diri dapat digunakan untuk melawan Belanda
d. Semua lapisan masyarakat memiliki hak yang sama dalam bidang
pendidikan

7.

e. Dilatih dan dididik menjadi pemimpin


f. Sekolah-sekolah diseragamkan dan dinegerikan
Zaman Kemerdekaan (Awal)
Perjuangan bangsa Indonesia berlanjut meskipun kemerdekaan sudah
tercapai. Hal ini dipengaruhi adanya gangguan penjajah silih berganti untuk
menguasai Indonesia lagi. Pengaruh tersebut menyebabkan pendidikan bukan
menjadi prioritas utama, prioritas utama Indonesia yaitu untuk mempertahankan

14

kemerdekaan yang sudah diraih dengan penuh perjuangan. Adapun tujuan


pendidikan masih belum dirumuskan dalam undang undang pendidikan.
Sistem persekolahan di Indonesia bekas jajahan Jepnag terus disempurnakan.
Tetapi pelaksanaannya masih belum tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan
bahkan pendidikan di daerah daerah tidak dapat dilaksanakan. akibat adanya
pengaruh keamanan para pelajar yang terancam, dan banyak pelajar yang ikut
serta dalam mempertahankan perjuangan kemerdekaan sehingga tidak pergi
8.

kesekolah.
Zaman Orde Lama
Gangguan penjajah mulai meredam, kemerdekaan digunakan untuk
menggerakkan pembangunan dalam segala bidang (spiritual ataupun material).
Adanya konsolidasi yang intensif, sistem pendidikan Indonesia terdiri atas
pendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Pendidikan menekankan untuk
membimbing siswanya menjadi warga Negara yang bertanggung jawab, sesuai
dengan dasar keadilan sosial, dan sekolah harus terbuka bagi setiap penduduk
Negara.
Tujuannya membangun bangsa supaya menjadi bangsa mandiri dan mampu
menyelesaikan revolusinya, baik di dalam maupun diluar. Pendidikan secara
spiritual

dapat

membina

bangsa

yang

ber-pancasila

dan

mempu

menyelenggarakan UUD 1945. Sosialisme Indonesia, demokrasi terpimpin,


kepribadian Indonesia, dan merealisasikan ketiga kerangka tujuan Revolusi
Indonesia sesuai dengan membentuk Manipol NKRI dari wilayah Sabang
sampai Merauke. Rangka menyelenggarakan masyarakat sosialis Indonesia yang
adil dan makmur, lahir dan batin, menghapuskan kolonialisme, mengusahakan
dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisapan, kearah perdamaian,
9.

persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008: 403).


Zaman Orde Baru
Orde Baru mulai setelah peristiwa G30 SPKI tahun 1965 ditandai adanya
upaya melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penyelanggaraan
pendidikan dikoreksi dari penyimpangan di masa Orde Lama yaitu menetapkan
pendidikan agama sebagai mata pelajaran wajib di SD sampai perguruan tinggi.
Orde Baru menyebut pendidikan sebagai suatu usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan di luar
sekolah. Sehingga pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di
dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan zaman ini
memungkinkan adanya penghayatan dan pengetahuan Pancasila secara meluas di
masyarakat, tidak hanya di sekolah sebagai mata pelajaran pada setiap jenjang
pendidikan, tetapi dikembangkan pula kebijakan link and match di bidang
pendidikan. konsep keterkaitan dan kepadanan dijadikan strategi operasional

15

dalam meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pasar (Pidarta,


2008: 137). Sistem pendidikannya sentralisasi yang berpusat pada pemerintahan.
10. Zaman Reformasi
Orde Baru berlangsung kekuasaan dipegang rezim partai terbesar (Golkar)
berisi tentang kebebasan masyarakat untuk melakukan sesuatu, kebebasan untuk
berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Orde Baru berlangsung tahun 1998
menyebabkan masyarakat bebas bagikan burung lepas dari sangkarnya. Masa
Reformasi ini, merupakan tahap awal untuk mengejar kebebasan tanpa program
yang jelas. Perekonomian Indonesia juga mengalami perubahan di era Orde Baru
serta

menyebabkan

bangsa

Indonesia

mangalami

ekonomi

terpuruk,

bertambahnya pengangguran, banyak penduduk miskin, korupsi semakin


menjadi dan susah diberantas. Bidang pendidikan ada perubahan dengan
munculnya Undang undang pendidikan yang mengubah sistem pendidikan
sentralisasi menjadi desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan secara
perlahan misalnya KBM (Kurikulum Berbasis Kompetensi), MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Keterampilan Hidup), TQM (Total Quality
Management), KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan).
Sistem pendidikan di Indonesia diatur dalam UU RI No. 20 Th 2003, Bab
VI, menyatakan bahwa pemerintah telah berusaha menyelenggarakan pendidikan
dengan sebaik baiknya, setiap tahun dan setiap ada pergantian pimpinan selalu
berupaya untuk menyempurknakan kurikulum, pola dan strategi pembelajaran
dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

BAB III
KESIMPULAN

16

Perkembangan pendidikan Indonesia dari zaman ke zaman memiliki sejarah yang


berbeda alur namun saling memiliki keterkaitan. Pendidikan pada zaman penjajahan
di pengaruhi oleh zaman Islam, pendidikan pada zaman islam dipengaruhi oleh
zaman

Hindu-Budha

dan

pendidikan

Indonesia

sekarang

dipengaruhi

oleh

perkembangan pendidikan pada zaman terdahulu. Dari sejarah mengenai landasan


pendidikan di Indonesia, dapat di ambil kesimpulan bahwa sistem pendidikan terus
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dipengaruhi oleh kondisi dan
situasi Indonesia saat itu.

Pendidikan mewariskan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau


yang memiliki nilai nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan serta digunakan oleh
generasi muda dalam kehidupan sehari hari dimasa ini. Dengan adanya warisan masa
lampau (baik karya dan pengalaman) dalam dunia pendidikan harus tetap dijaga, di
pelihara, dan lestarikan sehingga warisan (peradaban pendidikan masa lampau tetap
diakui eksistensinya dan tidak tersia siakan) pada masa modernisasi saat ini.

DAFTAR RUJUKAN

Anzizhan, Syafaruddin. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.Jakarta: PT.


Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang DasarDasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdiknas, 2005 (online diakses tanggal 2 September 2015).
Williams, G. 1977. Towards Lifelong Education: A New Role for Higher Education
Institutions. Paris: UNESCO (online diakses tanggal 2 September 2015).
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/LANDASAN_PENDIDIKAN/BBM_5.pdf
(pdf, diakses 26102016)

17

http://nurfitriramdhani.blogspot.co.id/2013/06/landasan-historis-pendidikan_19.html (di
akses 26102016)

18

Anda mungkin juga menyukai