MAKALAH KELOMPOK
Disusun oleh
Ghanish Nurafifah P.G.S. 2007266
Ismi Khoerunisa 2001568
Muhammad Syahrur Royhan 2000041
Nevi Pramuditha Putri 2000488
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini pada waktu yang telah ditentukan. Penyusunan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
pada tema “Landasan Historis Pendidikan”.
Makalah ini berisi sejarah pendidikan pada zaman pra-kemerdekaan di
Indonesia, semoga dengan makalah ini dapat membantu para pembaca untuk
mengenali pendidikan di Indonesia sejak zaman Pra-Kemerdekaan.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tentu dibantu oleh banyak pihak, maka
dari itu kami ucapkan banyak terimakasih dan semoga berbuah kebaikan kembali.
Dalam penyusunan makalah ini tentu akan ada kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami tunggu
untuk perbaikan pembuatan makalah kedepannya. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat menjadi sumber belajar bagi insan-insan yang senang belajar, menebar dan
mengajar.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
3.1 Tujuan................................................................................................................... 2
3.2 Saran................................................................................................................... 49
1
2
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia
2. Untuk mengidentifikasi sistem pendidikan di Indonesia pada masa Pra-
kemerdekaan.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup, yaitu manusia
hidup untuk mencapai moksa bagi agama Hindu, dan manusia mencapai
nirwana bagi agama Buddha. Karena itu secara umum tujuan akhir
adalah mencapai moksa atau nirwana. Secara khusus mungkin dapat
dibedakan:
1) Bagi kaum Brahmana atau kasta tertinggi pendidikan bertujuan untuk
menguasai kitab suci yaitu Weda untuk Hindu dan Tripitaka untuk
Buddha sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan yang universal.
2) Bagi golongan Ksatria sebagai raja yang berkuasa, pendidikan
bertujuan untuk memiliki pengetahuan teoritis yang berkaitan
pengaturan pemerintahan atau kerajaan
3) Bagi rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar warga masyarakat
memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam hidup, sesuai dengan
pekerjaan yang secara turun temurun. Misalnya keterampilan
bercocok tanam pelayaran, perdagangan, seni pahat, dan sebagainya.
b. Sifat Pendidikan
Pada zaman Hindu Buddha beberapa sifat dan ciri pendidikan yang
menonjol pada waktu itu adalah:
1) Informal, karena pendidikan masih bersatu dengan proses kehidupan.
2) Berpusat pada religi, karena kehidupan atas dasar kepercayaan dan
keagamaan menguasai segala-galanya.
3) Penghormatan yang tinggi terhadap guru. Karena guru pada zaman itu
berasal dari kaum Brahmana yaitu kasta tertinggi dalam masyarakat
Hindu, dan tidak memperoleh imbalan gaji. Mereka menjadi guru
semata-mata karena kewajiban sebagai Pandita atau Brahmana yang
didasarkan kepada perasaan tulus, mengabdi tanpa pamrih tanpa
memikirkan imbalan dunia.
4) Aristokratis, artinya pendidikan hanya diikuti oleh segolongan
masyarakat saja, yaitu golongan Brahmana, pendeta, dan golongan
Ksatria dan golongan keturunan raja-raja. Dalam agama kita kenal
penggolongan berdasarkan kasta, namun di Indonesia perbedaan tidak
8
kenal saat ini. Namun demikian ada beberapa tempat yang biasa
dijadikan sebagai lembaga pendidikan.
1) Pecatrikan atau Padepokan
Pecatrikan atau padepokan ini merupakan tempat berkumpulnya
para catrik, yaitu murid-murid yang belajar kepada guru di suatu
tempat, sehingga disebut pecatrikan, dan dengan nama lain biasa juga
disebut padepokan. Dari kata-kata catrik dan pecatrikan itulah muncul
kata santri dan pesantren. Jadi lembaga pesantren sudah dikenal
keberadaannya sejak zaman Hindu Buddha. Di pesantren dan atau
padepokan itulah berkumpul para murid, khususnya keturunan kaum
Brahmana untuk mempelajari segala macam pengetahuan yang
bersumber dari kitab suci (Veda dan Upanishad bagi Hindu, serta
Tripitaka bagi Buddha). Di Candi Borobudur terlihat suatu lukisan
yang menggambarkan suatu proses pendidikan seperti yang berlaku
sekarang ini. Di tengah-tengah pendopo besar seorang Brahmana atau
pendeta duduk dilingkari oleh murid-muridnya, semuanya membawa
buku, dan meka belajar membaca dan menulis. Guru tidak menerima
gaji, namun dijamin oleh murid-muridnya untuk hidup. Yang menjadi
dasar pendidikan adalah agama Buddha dan Hindu, dapat dilihat dari
relief-relief yang tertulis di Candi Borobudur (Buddha) dan Candi
Prambanan (Hindu).
2) Pura
Pura merupakan tempat yang berada di sekitar istana. Tempat
ini diperuntukkan bagi putra-putri raja belajar. Mereka diberi
pelajaran yang berkaitan dengan hidup sopan santun sebagai
keturunan raja yang berbeda dengan masyarakat biasa. Mereka belajar
tentang bagaimana mengatur negara, ilmu bela diri baik secara fisik
maupun secara batiniah.
3) Pertapaan
Pertapaan dikatakan lembaga pendidikan, karena orang yang
bertapa dianggap telah memiliki pengetahuan kebatinan yang sangat
10
tinggi. Karena itu para pertapa menjadi tempat bertanya tentang segala
hal terutama berkaitan dengan hal-hal yang gaib.
4) Keluarga
Tidak disangsikan lagi bahwa keluarga merupakan suatu
lembaga pendidikan. Dalam keluargalah akan terjadi partisipasi dan
imitasi dalam menyelesaikan pekerjaan orang tua yang dilakukan
anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
e. Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Pada zaman kejayaan kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia ini
telah terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan karya seni yang sangat
tinggi. Seperti telah dikemukakan, yaitu Sriwijaya sebagai salah satu
kerajaan Buddha yang terbesar di Indonesia pada saat itu telah berdiri
lembaga pendidikan setaraf “perguruan tinggi”. Perguruan tinggi
tersebut dapat menampung beratus-ratus mahasiswa biarawan Buddha
dan dapat belajar dengan tenang, mereka tinggal di asrama-asrama
khusus. Sistem dan metode belajar sesuai dengan yang ada di India,
Sehingga biarawan Cina dapat belajar di Sriwijaya sebelum melanjutkan
belajar di India. Dj Sriwijaya terkenal mahaguru yang berasal dari India
yaitu Dharmapala, dan mengajarkan agama Buddha Mahayana. Di pulau
Jawa pada waktu Mataram diperintah seorang ratu terdapat sekolah
agama Buddha yang dipimpin oleh orang Jawa yaitu Janadabra.
Sampai jatuhnya Majapahit pada abad ke-15, ilmu pengetahuan
berkembang terus, khususnya di bidang sastra, bahasa, ilmu
pemerintahan dan tatanegara, serta ilmu hukum. Peradaban Hindu
Buddha telah melahirkan empu-empu dan para pujangga yang
melahirkan karya-karya yang bermutu tinggi. Dalam seni bangunan dan
seni pahat telah menghasilkan karya arsitektur yang menakjubkan,
seperti Candi Borobudur yang pernah menjadi salah satu dari tujuh
keajaiban dunia, dan Candi Prambanan.
2.2 Pendidikan Zaman Islam
1. Masuknya Islam di Indonesia
11
Allah Esa dalam zat-Nya artinya bahwa zat Allah itu satu, tidak
terbilang dan tersusun dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang
berbeda. Allah Esa dalam sifat-Nya, artinya bahwa Allah memiliki sifat-
sifat kesempurnaan dan keutamaan yang disebut Asmaul Husna, dan
tidak ada sesuatu pun yang menyamai sifat-sifat tersebut. Allah Esa
dalam wujud-Nya, artinya hanya bagi Allah yang wajib adanya (wujud-
Nya) sedangkan selain dari Allah adalah makhluk hanya mungkin saja
keberadaannya, akan tergantung kepada Allah itu sendiri. Allah Esa
dalam perbuatan-Nya, artinya bahwa hanya Allah yang menjadikan alam,
yang menghidupkan dan yang mematikannya, hanya Allah yang
memberi kesenangan dan kesusahan, hanya Allah yang menjadikan
adanya semua makhluk-Nya.
b. Manusia adalah sama di sisi Allah
Agama Islam mengajarkan persamaan dan persaudaraan di antara
sesama manusia. Agama yang tidak membedakan antara golongan
bangsawan dan rakyat jelata. Semua manusia adalah sama-sama hamba
Allah, yang dipandang lebih di antara sesamanya hanyalah karena
tagwanya kepada Allah. Ajaran Islam mengemukakan bahwa seseorang
baru dikatakan iman dan taqwa kepada Allah, apabila Ia mencintai orang
lain sebagaimana ia mencintai terhadap dirinya sendiri.
c. Iman, Islam, dan Ikhsan
Sebutan Islam bukanlah nama yang diberikan oleh pemeluk agama
Islam, melainkan nama Islam diberikan oleh Maha Pencipta Allah
Subhanahu Wataala yang tercantum dalam kitab suci Al-Ouran (Al-
Imran: 19 dan 85: Al Maidah : 3). Ajaran Islam dibangun atas tiga ajaran
pokok, yaitu : Iman, Islam, dan Ikhasn.
1) Iman
Yang dimaksud dengan Iman ialah mempercayai akan adanya
Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, mempercayai terhadap
Malaikat-Malaikat Allah, mempercayai terhadap kitab yang
diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya, mempercayai akan adanya
Rasul-Rasul Allah sejak Adam samapai Rasul terakhir yaitu
14
belajar kitab baik kitab kecil maupun kitab besar. Guru mengajarkan
kitab dengan menterjemahkan artinya kemudian menerengkan
maksudnya.
2) Metode Halaqah
Metode halaqah dilakukan secara klasikal, diberikan oleh Kyai
kepada guru-guru muda dan santri. Dengan motede ini, para santri
duduk melingkari Kyai dengan kitab yang dipelajarinya yang sedang
dibacakan dalam Bahasa Arab, kemudian diterjemahkan dan
dijelaskan maksudnya. Para santri mendengarkan sekaligus menulis
terjemahan pada buku mereka sendiri dan diadakan tanya jawab.
3) Muhawarah
Muhawarah merupakan kegiatan berlatih bercakap dengan
bahasa Arab yang diwajibkan oleh pesantren kepada santri selama
mereka tinggal di pondok. Kegiatan tersebut biasanya digabungkan
dengan latihan muhadharah dan muhadastah yang biasanya
dilaksanakan 1-2 minggu sekali. Tujuan kegiatan tersebut adalah
untuk melatih keterampilan para santri untuk berpidato.
4) Mudzakarah
Mudzakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara
spesifik membahas masalah diniah seperti ibadah dan akidah serta
masalah agama pada umumnya. Dalam mudzakarah terdapat dua
tingkat kegiatan: pertama, mudzakarah diselenggarakan oleh sesama
santri untuk membahas suatu masalah dengan tujuan melatih para
santri dalam memecahkan persoalan dengan menggunakan kitab-kitab
yang tersedia. Kedua, mudzakarah yang dipimpin oleh kyai, dan hasil
mudzakarah para santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti
dalam suatu seminar. Saat mudzakaran inilah santri menguji
keterampilannya, baik dalam bahasa Arab maupun keterampilannya
dalam mengutip sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab klasik
Islam.
e. Ciri-ciri pendidikan
Ada beberapa ciri pendidikan pada zaman pengaruh Islam, yaitu:
21
1. Pendidikan Dasar
Sekolah yang diselenggarakan VOC bercorak keagaman.
Sekolah yang pertama di dirikan di Batavia dengan nama Batavische
School pada tahun 1617, dan pada tahun 1630 didirikan burgerschool.
Sekolah tersebut merupakan pendidikan dasar dengan tujuan untuk
mendidikan budi pekerti.
2. Sekolah Latin
Bahasa Latin pada abad ke-17 di Eropa merupakan Bahasa
ilmiah sehingga muncul gagasan untuk mendirikan sekolah Latin di
Batavia. Sekolah itu dibuka pada tahun 1642, namun pada tahun 1651
mulai menyusut sehingga pada tahun 1656 ditutup. Pada tahun 1666
sekolah Latin di buka kembali, namun hanya bertahan selama empat
tahun dan akhirnya ditutup kembali.
3. Seminarium Theological
VOC menganggap perlu untuk membuka seminarium untuk
mendidik calon-calon pendeta. Pendeta memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai ulama dan guru. Sekolah ini didirikan pada tahun 1745.
Murid-muridnya diasramakan dan belajar selama lima setengah jam
sehari.
4. Akademi pelayaran
Sekolah ini didirikan pada tahun 1743 dengan maksud untuk
calon perwira pelayaran, namun usianya tidak lama karena pada tahun
1755 ditutup, dengan alasan peminatnya sedikit, sehingga biayanya
sangat mahal. Siswa yang diterima adalah anak yang berusia 12-14
tahun dan beragama Kristen Protestan. Pelajaran yang diberikan aalah
ilmu pasti dan berhitung, Bahasa Latin dan bahasa-bahasa Timur.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan
pendidikan oleh VOC hanya ditujukan kepada masyarakat yang
beragama Kristen, karena tujuannya memang mengembangkan agama
Kristen, sehingga VOC sama sekali tidak memperhatikan pendidikan
pribumi asli yang beragama Islam. Bagi orang Islam hanya pesantrenlah
tempat satu-satunya untuk mendapatkan pendidikan pada waktu itu.
24
3. Pemerintahan Hindia-Belanda
Pada akhir abad ke-18 perusahaan VOC mengalami kemunduran
sehingga pada tahun 1799 VOC dibubarkan. Kemunduran VOC ini
disebabkan oleh banyaknya pejabat VOC yang terlibat korupsi dan
menyebabkan beban utang menjadi semakin banyak sehingga VOC
bangkrut. Dalam kondisi bangkrut, pemerintah Belanda menganggap
keberadaan VOC sebagai kongsi dagang di negara jajahan tidak dapat
dilanjutkan lagi. Semua utang piutang dan segala milik VOC diambil oleh
pemerintah Belanda. Sejak saat itulah, Indonesia menjadi jajahan langsung
dari Belanda. Bersamaan dengan hal ini, terjadi masa pencerahan di Eropa
bernama Aufklarung. Istilah Aufklärung berasal dari Bahasa Jerman yang
berarti “pencerahan”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan
enlightenment. Peristiwa ini terjadi pada 1695-1815. Di masa ini manusia
optimis dengan kemampuannya untuk menciptakan kemajuan yang dapat
memberikan cahaya baru, dalam hal ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan.
Kemudian banyak muncul pikiran-pikiran filosofis dari Eropa. Auflklarung
hadir karena sebelumnya manusia merasa diawasi, dipengaruhi dan
ditentukan oleh kemauan-kemauan atau dogma-doma di luar dirinya, seperti
kekuasaan gereja. Salah satu peristiwa yang melatarbelakangi Aufklarung
adalah penelitian Galileo Galilei yang membantah dogma geocentric dan
mempertahankan teori heliosentris.
Melalui slogan Aufklärung, “Sapere
Aude!” yang berarti “Beranilah Berpikir
Sendiri”, Immanuel Kant, filsuf asal
Jerman mengajak orang-orang untuk
semakin berani dan bebas menggunakan
akalnya. Menurut Kant, manusia masih
belum yakin akan kemampuan akalnya untuk menciptakan kemajuan dan
kebahagiaan di dunia. Jika manusia belum mampu melakukan hal tersebut,
itu berarti tanda bahwa manusia tersebut belum dewasa. Berikut ini
pengaruh Aufklarung terhadap pendidikan:
25
menjadi gubernur jendral yang baru di Hindia Belanda pada tahun 1830.
Setelah Van den Bosch sampai di Jawa, ia segera mencanangkan
program Cultuurstelsel atau tanam paksa. Sayangnya, ketentuan dalam
Cultuurstelsel tidak dijalankan dengan semestinya. Hal tersebut
menyebabkan rakyat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya, sehingga menyebabkan penderitaan yang lebih berat bagi
rakyat. Dalam penerapannya, rakyat juga banyak kehilangan tanahnya
karena diambil oleh para bangsawan lokal atau pemerintah Hindia
Belanda. Hal kedua yang melatarbelakangi terjadinya politik etis ialah
diterapkannya sistem ekonomi liberal pasca pelaksanaan Cultuurstelsel
dihapuskan pada 1863. Penerapan sistem ini membuat modal-modal
swasta masuk nusantara. Ternyata, penerapan sistem ekonomi liberal
tidak membuat penderitaan rakyat nusantara kala itu membaik. Sebab,
sistem tersebut hanya menguntungkan para pengusaha yang memiliki
modal dari pada rakyat yang bekerja. Hal tersebut sama saja seperti hanya
memindahkan penjajahan dari negara kepada swasta saja. Koeli
Ordonantie yang diterapkan tidak dapat melindungi rakyat dari
pemerasan, akan tetapi hanya melegalkan perbudakan dengan adanya
Ponale Sanctie.
Dan, hal ketiga yang ikut melatarbelakangi politik etis ialah kritik
dari para intelektual Belanda. Dasar utama kritik tersebut lantaran
pelaksanaan tanam paksa yang dilakukan Pemerintah Kolonial Belanda.
Dua tokoh yang sudah disebutkan di atas, yakni Broshooft dan van
Deventer, merupakan tokoh yang menolak keras pelaksanaan sistem
tersebut. Kedua tokoh tersebut menganjurkan kepada Pemerintah
Kolonial Belanda untuk melakukan politik etis atau politik balas budi.
Van Deventer berpendapat bahwa Pemerintah Kolonial Belanda telah
banyak berutang budi kepada rakyat nusantara selama pelaksanaan
sistem tanam paksa. Utang budi tersebut harus dibayar oleh Pemerintah
Belanda dengan cara memperbaiki nasib rakyat, seperti memberikan
pendidikan serta kemakmuran bagi kehidupan rakyat nusantara kala itu.
31
3.1 Kesimpulan
Pendidikan di Indonesia pada masa pra-kemerdekaan bermula dengan
pendidikan Hindu-Buddha, pendidikan Islam, masa pemerintahan Hindia-
Belanda, dan masa Pendudukan Jepang. Setiap pendidikan memiliki karakter
pendidikan masing-masing sebab memiliki tujuan pendidikan yang berbeda.
Pendidikan sangat penting bagi bangsa sebab dengan pendidikan bangsa dapat
berkembang menjadi bangsa yang lebih baik untuk membangun peradaban.
3.2 Saran
Untuk pembuatan makalah mengenai sejarah pendidikan diperlukan
banyak studi literatur lebih lanjut yang membahas karakter dan alur sejarah
pendidikan lebih spesifik.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
51