Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA PRA KOLONIAL


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: Wahyu Pambudi, M.Pd.

Disusun oleh:
Febriani Dwi Sari (21021068)
Jac Yunior (21021050)
Raden Roro Ninda Karrisha (21021056)
Rizky Rahmawati (21021012)
Rofiq Ali Muntoha (21021059)
Solikin (21021069)
Waspada Gea (21021058)

KELAS 1 B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN WATES (IKIP)
PGRI WATES 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
kharunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan dengan judul “SEJARAH PENDIDIKAN
INDONESIA PRA-KOLONIAL” dengan baik. Kami berharap dengan adanya makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca maupun pendengarnya.Pada
kesempatan ini, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah. Atas dorongan
serta bimbingan yang kami terima sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena
itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami pada
kesempatan berikutnya.

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................4
1.3 TUJUAN............................................................................................................................................4
BAB 2.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA PRA KOLONIAL..........................................................................5
2.2 SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA MASA HINDU-BUDDHA.............................................................5
2.3 SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA MASA ISLAM.............................................................................8
BAB 3...................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................13
KESIMPULAN.......................................................................................................................................13
SARAN..................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk bisa berproses dan
berinteraksi di dunia luar dengan semua masyarakat sekitarnya. Pendidikan juga menjadi
salah satu bekal terpenting di masa depan. Pendidikan itu sudah kita kenal sejak zaman
sebelum Negara Indonesia merdeka hingga saat ini. Pendidikan menjadi salah satu hal pokok
yang harus dipehatikan karena pendidikan mampu membentuk karakter pribadi setiap orang
apabila sungguh-sungguh dalam menekuninya. Pendidikan adalah proses pembelajaran
tentang akhlak, ilmu pengatahuan dan keterampilan yang menjadi kebiasaan turun-temurun
sekelompok orang untuk melakukan pengajaran, pengamatan, pelatihan atau penelitian.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 ayat (1), pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan. Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan mampu
memberikan kita ilmu pengetahuan baru, membentuk karakter pribadi yang lebih baik dan
mempermudah kita merintis karir di masa mendatang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada i dalam penulisan
karya ilmiah. Adanya perumusan masalah ini diharapkan proses pemecahan permasalahan
dapat terperinci secara jelas. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dikamsud Sejarah Pendidikan Indonesia Pra Kolonial?
2. Bagaimana Sejarah Pendidikan Indonesia semasa Hindu-Buddha?
3. Bagaimana Sejarah Pendidikan Indonesia semasa Islam?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian tentang Sejarah Pendidikan Indonesia Pra Kolonial.
2. Mengetahui tentang Pendidikan Sejarah Indonesia semasa Hindu-Buddha.
3. Mengetahui tentang Pendidikan Sejarah Indonesia semasa Islam.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA PRA KOLONIAL


Pengetahuan merupakan sebuah kekuatan yang digunakan oleh manusia untuk
mengubah kehidupan. Sepanjang sejarah kehidupan, kehidupan manusia dimulai dari
ditemukan dan dipahaminya pengetahuan baru oleh masyarakat. Proses penyebaran
pengetahuan dari individu kemasyarakat sebenarnya tersebut menunjukkan telah terjadi
proses pendidikan. Sejarah pendidikan dimulai dari masa sebelum manusia mengenal tulisan
(Pra Aksara). Secara singkat, pendidikan merupakan proses transfer pengetahuan dan
budaya. Pendidikan adalah sebuah proses pengembangan kemampuan dan sikap tata laku
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
zang terjadi di Indonesia terbagi dalam beberapa periode waktu, diantaranya adalah
pendidikan di zaman pra-kolonial, kolonial, dan modern yang berlangung sampa saat ini.

2.2 SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA MASA HINDU-BUDDHA


Pada umunya Indonesia menerima agama, pengetahuan dan kebudayaan dari Negara
tetangga. Indonesia juga memperkaya corak ke-Indonesiaan pada agama, dan pengetahuan
sehingga menjadi spesifik Indonesia. Terdapat beberapa ciri pendidikan pada periode Hindu-
Buddha di Indonesia, antara lain:
a. Bersifat informal karena proses belajar mengajar tidak melalui institusi yang formal.
b. Berpusat pada religi, yaitu ajaran agama Hindu dan Buddha.
c. Aristokratis dimana pendidikan hanya diikuti oleh segolongan masyarakat, yaitu raja dan
bangsawan.
d. Pengelola pendidikan adalah kaum Brahmana untuk Hindu dan Biksu untuk Buddha.
Peninggalan Raja Mulawarman di Kutai berupa Yupa dalam tulisan Pallawa
dalam bahasa Sanskerta yang menunjukkan pengaruh Agama Siwa. Demikian peninggalan
Purnawarman di Jawa Barat dalam huruf Pallawa dalam bahasa Sanskerta yang
menunjukkan bahwa di Jawa Barat pernah berdiri kerajaan Tarumanegara. Pendidikan hanya
ditujukan pada golongan yang berkasta tinggi, berhubung dengan kewajibannya sebagai
penyuluh rakyat dan penghubung antara dewa dan rakyat.
Pada abad ke-6 berkembanglah Kerajaan Sriwijaya pusat agama Budha. Kerajaan
Sriwijaya menjadi kuat dan jaya karena perdagangannya. Untuk perdagangan tersebut
membutuhkan kapal dan pegawai. Lalu muncullah Dubu, kota tempat berguru ilmu yang
praktis untuk berdagang. Ibu kota Sriwijaya terletak di pertengahan jalan Tiongkok-India,
(pusat perniagaan dan kebudayaan). Oleh sebab itu, Sebagai pusat pengajaran Buddha,

5
Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I-Tsing yang mempelajari ilmu aturan Sansekerta.
Pada zaman Raja Airlangga, kebudayaan mendapat perhatian pada masa itu. Maka,
terbitlah buku Arjuna Wiwaha yang dikarang oleh Empu Kanwa dan kitab Mahabarata yang
berbahasa Sanskerta telah berhasil diterjemahkan kedalam bahasa Jawa Kuno. Akan tetapi,
rakyat biasa pun belum dapat menikmatinya. Pendidikan hanya untuk keluarga raja yang
nantinya akan memegang pemerintahan.
Pada zaman pemerintahan Jayabaya (Kediri) pun, kebudayaan telah mendapat
perhatian. Hal ini terbukti adanya kitab Baratayuda yang dikarang Empu Sedah dan
diselesaikan oleh Empu Panuluh. Pemakaian istilah “empu” kiranya dapat ditafsirkan bahwa
waktu itu telah ada pendidikan semacam perguruan tinggi. Empu adalah ahli filsafat.
Kerajaan Majapahit sempat menjadi negara besar. Seluruh daerah Nusantara yang
menjadi wilayahnya mengalami kemajuan dihampir semua bidang. Bidang pemerintahan,
ekonomi, kebudayaan, dan pendidikan sangat diperhatikan. Didalam kitab Negara kertagama
yang ditulis oleh Empu Prapanca dapat ditemukan
a. Pada waktu Hayam Wuruk sempat mengelilingi wilayahnya, ia berkenan tinggal di asrama,
asrama tempat para Brahmana dan putra-putra raja mendapat pendidikan.
b. Ilmu pengetahuan dipegang seluruhnya oleh para Brahmana dan paraTapa brata.
c. Disebutkan, nama seorang guru, yaitu pada Paduka adalah seorang Tapa brata, yang suci,
susila. Kemudian, seorang Srawaka, seorang yang tiada cacat, ahli ilmu pengetahuan para
guru adalah ahli agama, ahli filsafat, dan sastrawan candi-candi, asrama, dan biara merupakan
pusat pusat pendidikan, pengetahuan, dan peradaban.
d. Ditempat-tempat pendidikan dilengkapi dengan perpustakaan.
Kerajaan-kerajaan Hindu, seperti Kaling, Medang, Mataram, Kediri, Singosari, dan
Majapahit melahirkan empu-empu dan pujangga-pujangga yang menghasilkan karya bermutu
tinggi. Adapun karya-karya peninggalan zaman Hindu yang terkenal diantaranya:
a. Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa
b. Bharata Yudha karya Empu Sedah (Kediri 1157)
c. Hariwangsa karya Empu Panuluh (Kediri 1125)
d. Gatot kacasraya karya EmpuPanuluh (Kediri 1125)
e. Smaradhahana karya Empu Dharmaja (Kediri 1125)
f. Negara Kertagama (Sejarah Pembentukan Negara) karya Empu Prapanca (Kanakamuni).
Sementara itu karya-karya lain adalah Tahun Saka, Parwasagara, Bhismacaranantya,
Sugataparwa (Sugataparwawarnnna).
g. Arjuna wijaya karya Empu Tantular (Majapahit1331-1389)
h. Sutaso makarya Empu Tantular (Majapahit1331-1389)
i. Para raton yang merupakan karya sejarah sejak berdirinya Kediri.

6
Di zaman Kerajaan Majapahit, terdapat 3 kepercayaan rakyat pada saat itu, yaitu
agama Syiwa, Buddha, dan Brahma. Ketiga agama tersebut dikelola dengan baik dengan
pembagian wilayah tanah dan hidupnya secara damai. Pendeta Syiwa diserahi menjaga
tempat ziarah dan pemujaan. Pendeta Buddha (Prapanca) diserahi menjaga asrama dan biara
Buddha. Sedangkan menteri her-haji diserahi menjaga asrama para resi dan melindungi para
pendeta Brahma. Sistem pendidikan tinggi telah digambarkan sekitar abad ke-4 sampai abad
ke-8. Pada abad-abad terakhir menjelang jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia, sistem
pendidikan tidak lagi dijalankan secara bersar-besaran, tetapi dilakukan oleh ulama guru
kepada siswa dalam jumlah terbatas di padepokan. Di padepokan tersebut, siswa selain
diajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, juga diajarkan pula ilmu yang bersifat
spiritual religius. Selain itu,mereka harus bekerja memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Padepokan merupakan tempat menggembleng, melatih kanuragaan, melatih beladiri, melatih
ilmu pemerintahan, melatih ilmu kebudayaan dan kesenian, bermasyarakat, dan mengatur
pola hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Padepokan dapat didirikan oleh kerajaan
untuk mempersiapkan kader yang kelak ikut dalam birokrasi kerajaan tersebut. Ada juga
padepokan yang didirikan oleh intelektual bebas yang tak mau dikekang oleh suatu
pemerintahan dan mendirikan padepokan yang tujuannya untuk mentransformasikan
keilmuan yang dimilikinya. Pemimpin padepokan tersebut disebut resi (begawan). Sementara
murid-murid yang belajar di padepokan dinamakan cantrik. Setiap padepokan memiliki
kekhususan ilmu yang diajarkan, ada padepokan khusus untuk ilmu kanuragaan atau bela diri,
padepokan untuk kesusastraan, padepokan khusus ilmu pemerintahan, atau juga mencakup
semuanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan di zaman Kerajaan-Kerajaan Hindu-
Buddha diarahkan pada kesempurnaan pribadi (terutama lapisan atas) dalam ha lagama,
kekebalan dan kekuatan fisik, keterampilan, dan keahlian.

2.3 SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA MASA ISLAM


Pada awal abad ke-16 dan mungkin abad ke-13 banyak masyarakat yang dahulu
memeluk agama Hindu-Buddha kemudian memeluk agama Islam. Penyebaran Islam
dilakukan dengan perdagangan, pernikahan, pengobatan, budaya, maupun pendidikan.
1. Kerajaan Samudra Pasai
Dari beberapa catatan sejarah, bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah
kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Al-Malik
Ibrahim bin Mahdum. Tapi catatan lain ada yang menyatakan bahwa kerajaan Islam pertama
di Indonesia adalah Kerajaan Perlak. Hal ini dikuatkan oleh Yusuf Abdullah Puar, dengan
mengutip pendapat seorang pakar sejarah Dr. NA. Baloch dalam bukunya “Advend of Islam
in Indonesia”. Tapi sayang sekali bukti-bukti kuat yang mendukung fakta sejarah ini tidak
banyak ditemukan, terutama menyangkut referensi yang mengarah ke arah itu.
Seorang pengembara dari maroko yang bernama Ibnu Batutah pada tahun 1345 M
sempat singah di kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az Zahir, saat perjalananya
ke Cina. Ibnu Batutah menuturkan bahwa ia sangat mengagumi akan keadaan kerajaan Pasai,
dimana rajanya sangat alim dan begitu pula dalam ilmu agamanya, dengan menganut paham
Mazhab Syafi’I, dan serta mempraktekkan pola hidup yang sangat sederhana.Menurut apa

7
yang dikemukakan Ibnu Batutah tersebut, dapat ditarik kepada sistem pendidikan yang
berlaku di zaman kerajaan Pasai, yaitu:
a) Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at ialah fiqh mazhab Syafi’i.
b) Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta’lim dan halaqah.
c) Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama.
d) Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.

2. Kerajaan Perlak
Di atas sudah dikemukakan bahwa kerajaan Perlak merupakan salah satu Kerajaan
Islam tertua di Indonesia, bahkan ada yang menyatakan lebih dahulu dari Kerajaan Samudra
Pasai. Alasannya, seorang putrid dari Sultan Perlak Muhammad Amin Syah (1225-1263)
yang bernama Putri Ganggang Sari telah menikah dengan Merah Selu (Malik As Shaleh)
yang diketahui adalah Raja Pasai pertama. Namun sebagaimana dikemukakan terdahulu,
bahwa tidak banyak bahan kepustakaan yang menjurus ke arah itu untuk menguatkan
pendapat tersebut.Yang jelas Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai
Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu. Berdasarkan factor demikian maka Islam
dengan mudah sekali bertapak di Perlak tanpa kegoncangan social dengan penduduk pribumi.
Berita perjalanan Marco Polo seorang kebangsaan Italia pengeliling dunia, pernah
singgah di Perlak pada tahun 1292 M. Dia menerangkan bahwa Ibukota Perlak ramai
dikunjungi pedagang Islam dari Timur Tengah, Parsi dan India, yang sekaligus melakukan
tugas-tugas dakwah.Menurut riwayatnya, Sultan Mahmudin Alauddin Muhammad Amin
yang memerintah antara tahun 1243-1267 M tercatat sebagai sultan yang keenam, terkenal
sebagai seorang sultan yang arif bijaksana lagi alim sekaligus seorang ulama. Dan sultan
inilah yang mendirikan semacam perguruan tinggi Islam pada saat itu.Begitu pula di Perlak
ini terdapat suatu lembaga pendidikan lainya berupa majelis ta’lim tinggi, yang dihadiri
khusus oleh para murid yang sudah alim dan mendalam ilmunya. Pada majelis ta’lim ini
diajarkan kitab-kitab agama yang punya bobot dan pengetahuan tinggi, seperti kitab Al Um
karangan Imam Syafi’i dan sebagainya.
3. Masa Kerajaan Islam Mataram
Kerajaan Demak ternyata tidak bertahan lama, pada tahun 1568 M terjadi perpindahan
kekuasaan dari Demak ke Pajang. Namun adanya perpindahan ini tidak menyebabkan
terjadinya perubahan yang berarti terhadap sistem pendidikan dan pengajaran Islam yyang
sudah berjalan.Baru setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram (1586),
terutama di saat Sultan Agung (1613) berkuasa, terjadi beberapa macam perubahan. Sultan
Agung setelah mempersatukan Jawa Timur dengan Mataram serta daerrah-daerah yang lain,
sejak tahun 1630 M mencurahkan perhatianya untuk membangun negara, seperti
menggalakkan pertanian, perdagangan dengan luar negeri dan sebagainya,bahkan pada
zaman Sultan Agung juga kebudayaan, kesenian dan kesusastraan sangat maju.
Atas usaha dan kebijaksanaan dari Sultan Agung lah kebudayaan lama yang
berdsarkan Indonesia asli dan Hindu dapat diadaptasikan dengan agama dan kebudayan
Islam, seperti:

8
1. Grebek disesuaikan denga hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Sejak saat itu terkenal
dengan Grebek Poso (Puasa) dan Grebek Mulud.
2. Gamelan sekaten yang hanya dibunyikan pada Grebek mulud, atas kehendak Sultan
Agung dipukul dihalaman masjid besar.
3. Karena hitungan tahun Saka (Hindu) yang dipakai di Indonesia (Jawa) berdasarkan
hitungan perjalanan matahari, berbeda dengan tahun Hijriah yang berdasarkan perjalanan
bulan, maka pada tahun 1633 M atas perintahan Sultan Agung, tahun yang saka yang telah
berangka 1555 saka, tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan
hitungan perjalanan bulan, sesuai dengan tahun Hijriah. Tahun yang baru disusun disebut
tahun jawa, dan sampai sekarang tetap jugadipergunakan.
a. Peran Walisongo dalam pendidikan islam di Jawa
Islam untuk pertama kali masuk di Jawa pada abad 14 M di bawa oleh Maulana Malik
Ibrahim dengan keponakannya bernama Mahdum Ishaq yang menetap di Gresik. Beliau
adalah orang Arab dan pernah tinggal di Gujarat. Pada zaman itu yang berkuasa di Jawa
adalah kerajaan Majapahit. Salah seorang raja Majapahit Bernama Sri Kertabumi mempunyai
isteri yang beragama Islam bernama puteri Cempa. Kejadian tersebut sangat berfaedah bagi
dakwah Islam karena pada akhirnya puteri Cempa melahirkan putera bernama Raden Fatah
yang menjadi raja Islam yang dipertama di Jawa yaitu kerajaan Demak. Kehadiran kerajaan
Islam Demak dipandang oleh rakyat Majapahit sebagai cahaya baru yang membawa harapan.
Rakyat Majapahit sudah kenal agama Islam jauh sebelum kerajaan Demak berdiri. Dakwah di
Jawa makin memperoleh bentuknya yang lebih mantap dengan adanya pimpinan yang
disebut Walisongo, Walisongo antara lain: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan
Ampel (Raden Rahmatullah), Sunan Giri (Muhammad Ainul Yaqin), Sunan Bonang
(Maulana Makdum Ibrahim), Sunan Drajat (Raden Qasim), Sunan Kalijaga (Raden Mas
Syahid), Sunan Muria (Raden Said), Sunan Kudus (Jaffar Shadiq), Sunan Gunung Jati (Syarif
Hidayatullah).
b. Lembaga pendidikan di Indonesia pada zaman penyebaran Islam prakolonial:

a) Pendidikan Masjid, Langgar, dan Surau


Tempat peribadatan utuk beribadah umat islam dikelola oleh petugas yang disebut
“amil”. Amil bertugas memimpin, memberi doa pada waktu hajat dan bertugas sebagai
pendidik. Pengajaran-pengajaran di langgar-langgar merupakan pengajaran agama dasar.
Sedangkan pengajaran di pesantren ditujukan kepada mereka yang ingin memperdalam ilmu
ketuhanan.
Tujuan pendidikan dan pengajaran di langgar adalah murid dapat membaca dan lebih
tepat melagukan menurut irama tertentu seluruh isi Al-Qur’an. Selain langgar, di Sumatra
pun terdapat sekolah-sekolah agama semacam langgar dan pesantren. Sekolah-sekolah agama
di Sumatra khususnya di Minangkabau disebut dengan “Surau”. Istilah surau di Minangkabau
sudah dikenal sebelum datangnya Islam. Sebagai lembaga pendidikan tradisional, surau
menggunakan sistem pendidikan halaqah. Metode pendidikan surau memiliki kelebihan dan
kelemahannya. Kelebihannya terletak pada kemampuan mengafal muatan teoritis keilmuan.
Sedangkan kelemahannya terdapat pada lemahnya kemampuan memahami dan menganalisis
teks.

9
b) Pendidikan Pesantren
Keberadaan pesantren, khususnya di Jawa tidak bisa dilepaskan dari peran Walisongo.
Dakwah Walisongo berhasil mengislamkan Jawa karena metodenya mengombinasikan aspek
spiritual, islam dan mengakomodasikan tradisi masyarakat setempat. Mereka mendirikan
pesantren sebagai tempat dakwah Islam sekaligus sebagai proses belajar-mengajar.
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid
dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (‫ )فندوق‬yang berarti
penginapan. Para santri dipisahkan dari keluarga agar dapat belajar hidup mandiri juga
meningkatkan hubungan dengan kyai dan tuhan. Di pesantren yang diajarkan ialah berbagai
kitab Islam klasik dalam bidang fiqih, teologi, dan tasawuf. Beberapa pusat pesantren yang
menjadi penyiaran agama Islam adalah sebagai berikut: Syamsu Huda di Jembrana (Bali),
Tebuireng di Jombang, Al-Kariyah di Banten, Tengku Haji Hasan di Aceh, Tanjung
Singgayang di Medan, Nahdlatui Watan di Lombok, Asadiyah di Wajo (Sulawesi), Syaikh
Muhammad Arsyad Al-Banjar di Martapura (Kalimantan Selatan). Pelajaran utama yang
diberikan adalah dogma keagamaan (ushuluddin), yaitu dasar kepercayaan dan keyakinan
Islam, dan fiqih, yaitu kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan bagi pemeluk Islam,
meliputi:
 Syahadat, yaitu mengucapkan kalimat bahwa tidak ada Tuhan yang harus disembah
kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusannya.
 Menjalankan shalat.
 Membayar zakat pada fakir miskin.
 Berpuasa pada bulan Ramadhan.
 Pergi naik haji bagi yang mampu.

c) Pendidikan Madrasah
Kemunculan madrasah erat hubungannya dengan sosok seorang menteri dari dunia
Arab bernama Nizam el-Mulk abad ke-11 sebagai pendiri lembaga pendidikan madrasah.
Tokoh ini mengadakan pembaruan dengan memperkenalkan sistem peendidikan yang
bermula bersifat murni teologi (ilmu ketuhanan) dan menambah ilmu-ilmu yang bersifat
keduniawian. Peralihan dari agama dan kebudayaan Hindu/Budha menuju Islam pada
umumnya berlangsung secara damai dan tenang. Ketika agama Islam memasuki Indonesia,
pengaruh dan cara berpikir Hindu masih kuat dan berakar. Pada masa itu, ada dua tipe guru.
Pertama adalah guru untuk kalangan keraton dan bangasawan yang diundang atau hidup
dikalangan keraton untuk mengajar para putra raja dan kestria lainnya. Kedua adalah guru
pertapa yang bertapa di tempat-tempat yang menyendiri, jauh dari keramaian sambil belajar
serta mendalami ilmi-ilmu ketuhanan serta ilmu-ilmu lainnya.
Di Aceh pada masa Kerajaan Aceh Darussalam terdapat beberapa lembaga pendidikan Islam
yang menyerupai madrasah, antara lain:
1. Pendidikan Meunasah
Meunasah merrupakan tingkat pendidikan Islam terendah. Meunasah berasal dari
kata Arab Madrasah dan berfungsi sebagai sekolah dasar.

10
2. Pendidikan Rangkang
Pendidikan Rangkang dibangun pada setiap pemukiman dan dekat dengan masjid agar
dapat beribadah tepat waku. Rangkang dapat disamakan tingkatannya dengan Madrasah
Tsanawiyah. Peserta didik pada tingkat rangkang berasal dari anak-anak kampung yang telah
menyelesaikan pelajarannya di Meunasah. Bagi mereka yang ingin melanjutklan pelajaran
yang lebih tinggi mereka diantarkan oleh orang tuanya ketempat tersebut
3. Pendidikan Dayah
Pendidikan tingkatan ini dapat dikatan sama dengan Madrasah Aliyah. Belajar di
dayah lebih mandiri. Latihan lebih banyak. Seperti latihan berpidato, latihan dakwah, latihan
berbicara, dengan bahasa Arab dan lain-lain. Latihan-latihan itu dilakukan supaya peserta
didik lancar melakukan kegiatan-kegiatan dalam masyarakat.
4. Pendidikan Dayah Teuku Chik
Dayah Chik merupakan perguruan tinggi Islam zaman dulu. Setiap kerajaan Islam di
Aceh memiliki Dayah Chik tersebut. Jumlah dayah tinggi sejak dari tahun 840-1903M lebih
50 buah di seluruh Aceh.

11
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN
Pendidikan yang berlangsung saat Pra-Kolonial di Indonesia hanya diperuntukkan
untuk keluarga raja dan bangsawan yang nantinya akan dimiliki oleh pemerintah. Sedangkan
pengajaran oleh Islam di pesantren ditujukan kepada mereka (santri) yang ingin
memperdalam ilmu ketuhanan. Dapat dikatakan bahwa pendidikan Indonesia di masa Pra-
Kolonial baik Hindu-Buddha maupun Islam sudah berjalan dengan baik, terbukti dengan
lahirnya ilmuwan atau tokoh berbakat berserta karyanya.

SARAN
Adanya sejarah Pendidikan Indonesia masa Pra-Kolonial ini seharusnya dijadikan
sebagaireferensi atau contoh bagi kita sebagai generasi mudah supaya terus mengembangkan sikap
kritis terhadap realitas demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://formadiksi.um.ac.id/sejarah-pendidikan-indonesia-dari-masa-ke-masa-membentuk-karakter-
pribadi-pribumi-bangsa/

https://www.academia.edu/18956688/SEJARAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA

https://sg.docs.wps.com/l/sIG_uqtZ_nf_hjAY

SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA (MASA PRA KOLONIAL NUSANTARA HINGGA REFORMASI)


eprints.ulm.ac.id

13

Anda mungkin juga menyukai