Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PAI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman untuk membaca.
Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat
kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................3
C. Tujuan penulisan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4
D. Lembaga pendidikan...........................................................................................7
A. Simpulan...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Hindu dan Buddha berasal dari Jazirah India. Kedua agama ini muncul pada
dua waktu yang berbeda (Hindu : ± 1500 SM, Buddha : ± 500 SM), namun berkembang di
Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan. Munculnya agama Hindu-Buddha di
Indonesia berawal dari hubungan dagang antara pusat Hindu Buddha di Asia seperti China
dan India dengan Nusantara.
1
yang berasal dari Sriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut, kita bisa melihat begitu
besarnya perhatian raja Sriwijaya terhadap pendidikan dan pengajaran agama Buddha di
kerajaannya. Hal ini terlihat dengan dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk
belajar agama Buddha langsung ke daerah kelahirannya yaitu India. Tidak mustahil
bahwa sekembalinya para pelajar ini ke Sriwijaya maka mereka akan menyebarluaskan
hasil pendidikannya tersebut kepada masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk
asrama-asrama sebagai pusat pengajaran dan pendidikan agama Buddha.
3. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning dari Cina pernah
berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha di Jawa). Tujuannya adalah untuk
bekerja sama dengan pendeta Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian
terakhir kitab Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa pun telah
dikenal pendidikan agama Buddha yang kemudian menjadi rujukan bagi pendeta yang
berasal dari daerah lain untuk bersama- sama mempelajari agama dengan pendeta yang
berasal dari Indonesia.
4. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga
menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama oleh Raja Airlangga. Sriwijaya
Asrama merupakan suatu tempat yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran
keagamaan. Hal ini menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap pendidikan
keagamaan bagi rakyatnya dengan memberikan fasilitas berupa pembuatan bangunan
yang akan digunakan sebagai sarana pendidikan dan pengajaran. Istilah surau yang
digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga pendidikan
5. Islam tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal dari pengaruh Hindu-Buddha.
Surau merupakan tempat yang dibangun sebagai tempat beribadah orang HinduBuddha
pada masa Raja Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat
berkumpul para pemuda untuk belajar ilmu agama. Pada masa Islam kebiasaan ini terus
dilajutkan dengan mengganti fokus kajian dari Hindu-Buddha pada ajaran Islam.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendlian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dsehingga
2
dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Indonesia pernah mengalami masa penjajahan baik oleh bangsa barat maupun pada
masa penjajahan Jepang. Sehingga tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat kuat
dalam segala bidang, baik dibidang politik, ekonomi dan militer. Sebelum penjajahan
Belanda, bumi nusantara melalui masa pendidikan pada zaman Hindu-Buddha dan pada masa
ini Indonesia menjadi pusat pendidikan, pengajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia?
2. Apa yang menjadi pokok pembelajaran dalam pendidikan pada masa Hindu-Buddha?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perkembangan pendidikan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia.
2. Menjelaskan pokok pembelajaran dalam pendidikan pada masa Hindu-Buddha.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem pendidikan pada masa Hindu-Buddha yang dipakai adalah sistem “Gurukala”.
Sistem ini dilaksanakan dengan cara murid pada waktu tertentu mendatangi guru untuk
belajar, lamanya tidak ditentukan, tergantung pada minat dan kecakapan murid. Pada tahap
selanjutnya, sistem pendidikan berangsur-angsur mengalami perubahan dengan munculnya
padepokan. Dalam sistem ini jumlah murid relatif terbatas dan materi yang diajarkan bersifat
spiritual religius, membahas kitab Hindu yaitu Weda atau kitab Buddha Tripitaka. Dalam
bentuk ini, para murid diarahkan untuk belajar sambil bekerja demi memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari.
4
Pelaksanaan pendidikan Hindu-Buddha di kerajaan-kerajaan yang bercorak
HinduBuddha di Indonesia (Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Holing, Sriwijaya, Mataram,
Kediri, Singasari, dan Majapahit) sudah mengarah pada istana sentris. Bentuk ini dilaksanaka
khusus untuk anak-anak dari kalangan istana, dikumpulkan disalah satu tempat di istana
untuk belajar. Jadi dalam bentuk ini guru yang mendatangi murid. Materi yang diajarkan
pada awalnya masih sangat sederhana, yaitu: membaca, menulis, dan berhitung. Sedangkan,
pendidikan khususnya agama Buddha dilaksanakan di wihara-wihara para calon bikshu dan
bikshu. Khusus pendidikan zaman Hindu yang ditentukanoleh kasta, maka pendidikan hanya
diperuntukkan pada dua kasta teratas (Brahmana dan Kesatria) saja. Mesikpun demikian,
penggolongan kasta di Indonesia tidak seketat di India sebagai asal agama tersebut. Artinya,
secara bertahap kasta lainnya yang lebih rendah juga mendapat kesempatan untuk menuntut
ilmu.
Pada zaman Buddha pendidikan berkembang pada Kerajaan Sriwijaya yang berpusat
di Palembang. Di Sriwijaya sudah terdapat perguruan tinggi agama Buddha, dengan
muridnya berasal dari mancanegara. Mahagurunya yang terkenal bernama Syakyakirti.
Semua itu menunjukan bahwa pendidikan agama Budha berkembang di Kerajaan Sriwijaya.
Tujuan pendidikan pada zaman Hindu-Buddha identik dengan tujuan hidup manusia
yaitu hidup untuk mencapai moksa bagi agama Hindu dan manusia mencapai nirwana bagi
agama Buddha. Dalam agama Hindu tujuan pendidikan berbeda antara satu kasta dengan
kasta lainnya. Contoh bagi kasta Brahmana, pendidikan bertujuan untuk menguasai kitab suci
Weda sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan yang universal. Kasta Ksatria, pendidikan
bertujuan untuk memiliki pengetahuan teoritis yang berkaitan tentang pengaturan
pemerintahan. Kasta Waisya dan Sudra, tujuan pendidikannya adalah agar penduduk
memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan pekerjaanya
masingmasing secara turun-temurun. Bagi pemeluk agama Buddha tujuan pendidikanya
adalah agar rakyat atau para pemeluknya berpegang teguh pada ajaran kitab Tripitaka.
5
B. Karakteristik Pendidikan Pada Masa Hindu-Buddha
Adapun karakteristik pendidikan pada masa Hindu-Buddha, yaitu:
1. Informal, pendidikan masih bersatu dengan proses kehidupan.
2. Berpusat pada religi, kehidupan berdasar pada kepercayaan dan keagamaan yang
menguasai segalanya.
3. Penghormatan yang tinggi terhadap guru (kaum Brahmana) yang merupakan kasta
tertinggi dalam masyarakat Hindu serta kaum yang tulus mengabdi tanpa pamrih semata-
mata karena kewajiban sebagai pendeta.
4. Aristokratis (hanya diikuti golongan masyarakat yang mendapat keistimewaan, atau kelas
yang berkuasa).
2. Pendidikan kesatriaan
Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan keluarga
istana kerajaan, bertujuan supaya kaum bangsawan memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang berkaitan dengan mengatur pemerintahan, mengatur negara, serta
teknik perang.
3. Pendidikan keterampilan
Pendidikan keterampina ini merupakan pendidikan bagi rakyat jelata. Pendidikan
ini berlangsung didalam keluarga dan menurunkan apa yang menjadi keahlian orang
tuanya, seperti pemahat, nelayan, petani dan lainnya. Pendidikan ini berlangsung secara
informal.
6
D. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan masa Hindu-Buddha merupakan pendidikan yang tidak bersifat
formal, terdapat beberapa tempat yang dijadikan lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga
pendidikan tersebut adalah:
1. Padepokan atau pecatrikan
Adalah tempat berkumpulnya murid-murid, khususnya keturunan Brahmana
untuk mengetahui pengetahuan yang bersumber dari kitab suci (Weda dan Upanishad
bagi penganut Hindu) dan/atau (Tripitaka bagi penganut Buddha). Cara belajarnya
disebuah pendopo besar guru duduk ditengah-tengah dilingkari oleh murid-muridnya.
Para murid membawa buku atau kitab kemudian mereka belajar membaca dan menulis.
Guru tidak menerima gaji, namun kehidupan mereka dijamin oleh murid-muridnya. Bukti
sistem pembelajaran ini dapat dilihat dari relief-reliefyang tertulis pada candi Prambanan
(Hindu) dan candi Borobudur (Buddha).
2. Pura
Merupakan tempat suci bagi agama Hindu yang terdapat di lingkungan Istana
Raja. Digunakan bagi keturunan kerajaan besar. Mereka diberi pelajaran mengenai sopan
santun, cara mengatur negara, ilmu bela diri yaitu mengolah diri secara fisik maupun
batin.
3. Pertapaan
Yaitu mencari pengetahuan dengan cara mengasingkan diri ke tempat-tempat
yang sunyi. Orang yang bertapa dianggap telah memiliki pengetahuan kebatinan yang
sangat tinggi. Oleh karena itu para pertapa menjadi tempat bertanya tentang segala hal
terutama yang berkaitan dengan hal-hal gaib.
4. Keluarga
Merupakan pendidikan yang informal, di dalam keluarga akan terjadi partisipasi
dalam menyelesaikan pekerjaan orang tua yang dilakukan anak-anak dan anggota
keluarga lainnya.
7
E. Ilmu Pengetahuan dan Karya Sastra
Pada masa kejayaan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia telah terjadi perkembangan
ilmu pengetahuan dan karya seni yang sangat tinggi. Seperti telah dikemukakan pada
kerajaan Sriwijaya sebagai salah satu kerajaan Buddha yang terbesar di Insonesia, pada saat
itu telah berdiri lembaga pendidikan setaraf “perguruan tinggi”. Perguruan tinggi tersebut
dapat menampung beratus-raus mahasiswa biarawan Buddha dan dapat belajar dengan
tenang, mereka inggal di asrama-asrama khusus.
Sistem metode sesuai yang ada di India, sehingga biarawan Cina dapat belajar di
Sriwijaya sebelum melanjutan belajar di India. Di Sriwijaya terkenal mahaguru yang berasal
dari India, yaitu Dharmapala dan mengajarkan agama Buddha Mahayana. Di pulau Jawa
pada waktu Mataram diperintah oleh seorang ratu terdapat sekolah agama Buddha yang
dipimpin oleh orang Jawa, yaitu Janadabra.
Pada sekitar abad ke-14 sampai kira-kira abad ke-16 menjelang jatuhnya kerajaan
Hindu di Indonesia, kegiatan pendidikan tidak lagi dilakukan secara meluas seperti
sebelumnya tetapi dilakukan oleh para guru kepada siswanya yang jumlahnya terbatas dalam
suatu padepokan. Pendidikan pada zaman tersebut, mulai dari pendidikan dasar sampai
dengan pendidikan tinggi pada umumnya dikendalikan oleh para pemuka agama. Namun
demikian pendidikan dan pengajaran tidak dilaksanakan secara formal, sehingga seorang
siswa yang belum puas akan ilmu yang diperolehnya dapat mencari dan pindah dari guru
yang satu ke guru yang lainnya. Kelompok bangsawan, kesatria dan kelompok elit lainnya
mengirimkan anak-anaknya kepada guru untuk di didik atau guru diundang untuk datang
mengajar anak-anak mreka.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan pada masa Hindu-Buddha berkembang sesuai dengan tingkatan kasta.
Kasta tertinggi yaitu kaum Brahmana diperbolehkan untuk mempelajari kitab-kitab suci,
kaum kesatria mempelajari tentang mengatur pemerintahan dan ilmu bela diri, sedangkan
rakyat jelata mempelajari keterampilan yang diwariskan dari keluarga. Tujuan pendidikan
pada masa itu sesuai dengan tujuan hidup manusia yaitu hidup untuk mencapai moksa bagi
agama Hindu dan manusia mencapai nirwana bagi agama Buddha. Pengajarannya
berpedoman pada pengetahuan dan pemahaman ajaran agama.
DAFTAR PUSTAKA
9
Desy, 2014. Perkembangan pendidikan di Indonesia Pada Masa Pengaruh Hindu Buddha.
(online).http://desyblogadres.blogspot.com/2014/11/perkembngan-pendidikan-diindonesia.html?
m=l (diakses pada 18-11-2021)
Setyawan, Doni. 2016. Pengaruh Masuknya Hindu-Buddha dalam Bidang Pendidikan. (online).
http://www.donisetyawa.com/pengaruh-masuknya-Hindu-buddha-dalam-bidang-pendidikan/
(diakses pada 18-11-2021)
10