Anda di halaman 1dari 31

SISTEM PENDIDIKAN AGAMA HINDU

Oleh
NAMA : I GEDE AGUS JULIAWAN
NPM : 201067
RUANG :2
SEMESTER : IV
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA HINDU

Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


2022
 PENDIDIKAN DALAM KITAB SUCI WEDA
Pendidikan agama Hindu merupakan salah satu bidang studi yang harus dipelajari sebagai
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada semua jenjang pendidikan yang didesain
dan diberikan kepada pelajar yang beragama Hindu dengan tujuan mengembangkan
keberagamaan mereka. Tujuan pendidikan agama Hindu tidak terbatas pada transfer ilmu
pengetahuan (knowledge) saja. Sebenarnya, tujuan pendidikan agama Hindu sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yakni bertujuan meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa sehingga jelas bahwa arah dan strategi
pendidikan nasional adalah terbinanya manusia-manusia Indonesia yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dengan memperhatikan aspek-aspek kecerdasan, keterampilan, dan
keahlian. Pandangan susastra Hindu ini mendukung betapa pentingnya setiap keluarga
memiliki anak. Tambahan pula Adiparwa, Mahabharata, memandang dari sudut yang berbeda
tentang kelahiran anak ini. Hal ini seperti dijelaskan dalam Adiparwa tentang model
pendidikan yang diterapkan oleh Bhagawan Domya ketika menerima anak muridnya yang
banyak dijelaskan tentang kekuatan mental anak didik. Keutamaan anak sebagai peserta didik
dijelaskan sebagai berikut. Disebutkan bahwa seorang anak merupakan pengikat tali kasih
yang sangat kuat dalam keluarga. Ia merupakan pusat menyatunya cinta kasih orang tua.
Seseorang yang memperoleh anak, yang merupakan anaknya sendiri, tetapi tidak memelihara
anaknya dengan baik, tidak mencapai tingkatan hidup yang lebih tinggi. Para leluhur
menyatakan seorang anak melanjutkan keturunan dan mendukung persahabatan. Oleh karena
itu, melahirkan anak adalah yang terbaik dari segala jenis perbuatan mulia. Lebih jauh
Maharsi Manu menyatakan pandangannya bahwa dengan lahirnya seorang anak, seseorang
akan memperoleh kebahagiaan abadi, bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan
utamanya pendidikan moral dan budi pekerti sangat penting ditanamkan bagi seorang anak
sejak usia dini, bahkan sejak bayi dalam kandungan atau prenatal. Untuk menyiasati hal ini,
lembaga pendidikan Hindu memberikan arah pendidikan dengan mengadakan pendidikan
nonformal yang dilakukan di pasraman. Keberadaan pasraman ini sebenarnya memberikan
citra yang positif terhadap perkembangan pendidikan Hindu yang diselenggarakan mulai dari
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah. maharsi dan sisyanya untuk belajar
tentang ilmu Weda melalui garis perguruan (parampara) dan menghasilkan keluaran lulusan
(output) yang berkualitas dalam menyebarkan ajaran Weda ke seluruh dunia. Fakta yang
terjadi menunjukkan bahwa kontribusi sistem pendidikan Hindu dalam sistem pendidikan
modern secara tidak langsung banyak tercermin di dalamnya walaupun dikemas dengan
sangat indah melalui kebudayaan yang berkembang mengikuti lokal genius yang ada.

 PENGERTIAN ITIHASA DALAM PENGAJARAN VEDA

Pengertian Itihāsa - Pada pembahasan materi agama Hindu kali ini mengenai pengertian
itihasa dalam sistem pengajaran Veda, dan juga tentang pembagian Itihasa menjadi 2 bagian
yang akan dijelaskan dalam artikel ini, sedangkan penjelasan lengkapnya akan dijelaskan
pada artikel berikutnya, untuk lebih jelasnya dapat kalian simak dalam penjelasan berikut ini :
Perdebatan panjang tentang adanya sistem pengajaran dalam Veda merupakan suatu hal yang
menjadi pembicaraan yang menarik. Selanjutnya dalam arus modernisasi dituntut adanya
sistem pembelajaran yang bersifat komprehensif namun di lain hal adanya banyak tuntutan
yang “memaksa” seseorang untuk melakukan tindakan yang biasanya disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan orang tersebut. Pada pembahasan ini akan diulas tentang sistem
pendidikan Veda yang mengacu pada pembelajaran Vedic Literature yang biasanya seorang
guru sering memberikan bahan pembelajaran yang berupa cerita baik itu dalam Itihāsa
maupun kesusasteraan lainnya. Akan tetapi, ada juga yang memberikan arahan kepada anak
didiknya untuk langsung membaca Veda itu sendiri yang biasanya adalah kitab Catur Veda
maupun Bhagavadgītā tanpa diajarkan terlebih dahulu tentang konsep Itihāsa maupun Purana
sebagai pondasi pengetahuan anak didik. Selanjutnya untuk pembahasan tentang pendidikan
agama Hindu bahwa sejak dini sudah ada tentang materi mendongeng tentang agama Hindu
yang isinya adalah cerita kepahlawanan yang ada dalam epos Itihāsa baik itu Rāmāyana dan
Mahābhārata serta cerita tentang patriotisme dari Purana tentang kelahiran para dewa. Untuk
itu perlu adanya pembaharuan dalam kurikulum untuk memasukan Itihāsa dan puraṇa sebagai
materi pokok untuk mempermudah peserta didik memahami ajaran Veda. Karena dalam
metode pendidikan adanya yang dinamakan dengan story telling yang memudahkan peserta
didik dalam menyerap materi yang diajarkan oleh guru melalui metode cerita. Karena dalam
hal ini Itihāsa dan Puraṇa sebagai suhrita samhita sangat memungkinkan sekali untuk bisa
dipahami oleh anak-anak dan bahkan orang awam sekalipun. Memahami Pengertian Itihāsa
Kitab Upaveda, Itihāsa ini merupakan kelompok kitab jenis epos, wiracarita atau cerita
tentang kepahlawanan. Pada umumnya pengertian Itihāsa adalah nama sejenis karya sastra
sejarah agama Hindu. Itihāsa adalah sebuah epos yang menceritakan sejarah perkembangan
raja-raja dan kerajaan Hindu di masa silam. Ceritanya penuh fantasi, roman, kewiraan dan di
sana sini dibumbui dengan mitologi sehingga memberi sifat kekhasan sebagai sastra spiritual.
Di dalamnya terdapat beberapa dialog tentang sosial politik, tentang filsafat atau ideologi,
dan teori kepemimpinan yang diikuti sebagai pola oleh raja-raja Hindu. Kata Itihāsa terdiri
atas tiga kata, yaitu iti-ha-asa,sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya.Walaupun
Itihāsa merupakan kitab sejarah agama, namun secara materiil sangat sulit untuk dijadikan
pembuktian sejarah. Sebagai kitab sejarah banyak memuat hal-hal yang menurut fakta sejarah
masih dapat dibuktikan, termasuk sosial politik, pertentangan berbagai suku bangsa yang ada
antara berbagai kerajaan yang kontemporer pada masa itu. Oleh karena itu peranan dan fungsi
Itihāsa tidak dapat diabaikan begitu saja. Ketika hendak mempelajari Veda dan
perkembangannya, mempelajari sejarah agama Hindu dan kebudayaannya, berbagai konsep
politik dan ideologi yang relevan, maka kitab Itihāsa sangat penting artinya untuk dipelajari.
Secara tradisional jenis yang tergolong Itihāsa ada dua macam, yaitu Rāmāyana dan
Mahābhārata. Kedua epos ini sangat terkenal di dunia dan memikat imajinasi masyarakat
Indonesia di masa silam hingga sekarang. Kedua kitab ini telah digubah ke dalam sastra Jawa
Kuno yang sangat indah. Ceritanya banyak diambil dalam bentuk drama dan pewayangan.
Demikian pula dalam seni pahat dan seni lukis sangat gemar mengambil tokoh-tokoh dari
cerita ini. Khusus pada artikel berikutnya akan meninjau kedua epos yang terbesar di dalam
agama Hindu, yaitu: Rāmāyana dan Mahābhārata.

 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN HINDU DALAM


MENUMBUHKAN BUDI PEKERTI KEPADA MAHASISWA

Pendidikan sebagai salah satu hasil dari kebudayaan manusia yang menyebabkan kegiatan
pendidikan tidak akan terlepas dari nilai-nilai kebudayaan manusia. Pendidikan dan
kebudayaan sebagai hubungan antara proses dan isi, sedangkan pendidikan adalah proses
transfer kebudayaan dan juga pendidikan sebagai usaha untuk mencapai visi tersebut. Hal ini
terlihat dari berbagai kenyataan bahwa suatu masyarakat dan bangsa maju pasti memiliki
suatu sistem pendidikan yang baik. Kondisi ini dapat ditafsirkan dengan dua hal. Pertama,
pendidikan di negara maju karena pemerintahnya memiliki komitmen yang tinggi terhadap
pendidikan. Kedua, bisa jadi karena pendidikan yang baik menghasilkan dan mendorong
suatu masyarakat dan bangsa menjadi maju. Kedua kemungkinan ini dapat saja terjadi jika
melihat banyak pengalaman negara yang baru saja memasuki kelompok negara maju, seperti
Cina dan India. Kemajuan kedua negara ini karena mereka memiliki komitmen yang kuat dan
kepedulian yang tinggi akan dunia pendidikan. Ada dua cara mengajar di sekolah. Pertama,
guru agama mengajarkan secara langsung ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan secara
langsung kepada anak-anak. Kedua,diintegrasikannya ajaran agama tersebut dengan semua
mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah. Supaya terjadi transformasi anak-anak
dengan efektif dan tertanamnya pendidikan agama dalam diri anak-anak, mata pelajaran
agama setiap hari haruslah menggunakan metode langsung yang dapat menyentuh hati setiap
diri anak. Waktu mata pelajaran lainnya, guru-guru mata pelajaran yang lain atau guru kelas
dapat mengintegrasikan pendidikan agama ke dalam pelajaran yang mereka ajarkan. Para
guru harus bermufakat mengenai nilai pendidikan agama yang mereka ajarkan dalam setiap
minggunya. Guru agama tidak hanya mengajarkan pokok materi, tetapi lebih dari itu adalah
menangkap pesan dari materi itu. Pendidikan agama yang memancar dalam bentuk kasih
sayang mencakup lima hal, yaitu (1) perilaku yang benar (right action/dharmàcara), (2)
kedamaian prema), dan ( 5) tanpa kekerasan (nonviolence/ahimsa). Di sekolah-sekolah yang
menggunakan metode langsung, apabila penyampaiannya baik, anak-anak sangat menikmati
pelajaran tersebut. Untuk itu, para guru agama harus mempersiapkan diri dengan baik
sehingga menjadikannya menarik bagi anak-anak. Untuk membuat rencana pelajaran yang
menggunakan metode langsung dalam mengajarkan ajaran agama, penguasaan terhadap
materi yang akan disajikan benar-benar harus disiapkan. Adapun teknik yang telah terbukti
digunakan di beberapa negara maju, antara lain (1) hening atau meditasi sebelum pelajaran
dimulai (silent sitting); (2) sembahyang/berdoa (prayers) dan selesainya diterjemahkan doa
tersebut ke dalam bahasa yang mudah dipahami; (3) bercerita, ceramah, dan menjelaskan
(story telling); (4) menyanyi bersama (group singing); serta (5) kegiatan berkelompok (group
activities). Mengingat bahwa seorang guru agama dan guru yang lain adalah contoh seluruh
siswa, keteladanan bagi guru sangat ditekankan. Ketika anak masih di lingkungan keluarga,
kelompok bermain, atau TK; ibu dan bapak adalah tokoh yang ideal bagi anak yang
bersangkutan. Ketika anak itu mengenyam pendidikan, baik di TK maupun di SD, para guru
senantiasa menjadi tokoh perkembangan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan
lingkungannya. Tokoh-tokoh legendaris atau tokoh-tokoh besar dalam berbagai bidang akan
menjadi perhatian mereka di kemudian hari. Bhagavan Vararuci merumuskan dalam salah
satu ajaran tentang perbuatan baik atau tata susila yang bersumber pada Mahàbhàrata
meliputi pikiran, wicara, dan tindakan yang kemudian lebih populer dengan ajaran trikaya
pariśuddha, seperti disebutkan dalam kitab Sarasamuscaya (73-76) sebagai berikut : Pertama,
tiga hal pengendalian pikiran, yaitu (1) tidak ingin memiliki dan dengki terhadap milik orang
lain, (2) tidak cepat marah (emosional), dan (3) meyakini kebenaran ajaran karmaphala
(hukum pahala perbuatan). Kedua, empat hal pengendalian perkataan, yaitu (1) tidak berkata
jahat (tidak jujur), (2) tidak berkata kasar dan menghardik, (3) tidak memfitnah, dan (4) tidak
berbohong. Ketiga, tiga hal pengendalian perbuatan, yakni (1) tidak membunuh (menyakiti)
makhluk lain, (2) tidak mencuri, dan (3) tidak berzina (berhubungan seks dengan yang tidak
patut).

Setelah memahami ajaran trikaya pariśuddha, dikemukakan beberapa kiat untuk


meningkatkan implementasi pendidikan budi pekerti dalam rangka ketahanan mental dan
spiritual sebagai insan beragama sebagai berikut :

1. Menjaga integritas diri seperti kejujuran, ketulusan, kerja keras, dan berperilaku sopan,
karena hidup senantiasa menghadapi ujian. Keperibadian Indonesia,khususnya kepribadian
orang Bali telah dikenal di mancanegara sebagai orang yang jujur, tulus, ikhlas, giat bekerja,
sopan santun dalam berprilaku, hendaknya hal tersebut ditingkatkan terus dengan senantiasa
belajar terutama menyangkut keterampilan dalam etika profesional internasional universal.

2. Memahami pekerjaan, tugas dan kewajiban, serta tanggung jawab sesuai dengan swadarma
masing-masing. Bahwa yang dimaksud adalah seorang profesional di bidangnya dengan
kualitas atau standar tertentu yang dibutuhkan oleh pasaran kerja di bidang pariwisata,
budaya, seni, agama, dan lainnya, melainkan pada seluruh bidang kehidupan ini.

3. Mewujudkan keramahtamahan yang sejati. Atas dasar ajaran agama Hindu yang telah
dijelaskan (butir 2), syarat mutlak sebagai insan adalah keramahtamahan dan bertanggung
jawab dengan tidak perlu malu untuk meminta maaf apabila melakukan kesalahan.

4. Membina hubungan sosial yang mantap sesuai dengan ajaran trihita karana, yakni secara
vertikal (ke atas) dengan Tuhan Yang Maha Esa, para dewa dan roh suci leluhur, sesama
manusia, dan dengan lingkungan sekitar (termasuk makhluk-makhluk rendahan).

5. Memilih pergaulan (saýsarga) yang tidak menyesatkan (menjerumuskan). Pergaulan bebas


dapat menjerumuskan seseorang ke dalam penderitaan. Melakukan karma-karma buruk,
seperti menggaruk-garuk gatal, enak pada mulanya, perih dan luka pada akhirnya. Untuk
merealisasikan atau mengimplementasikan kiat-kiat tersebut, hendaknya dilakukan hal-hal
berikut :.

1. Membiasakan diri (abhyàsa) Segala sesuatu untuk mengubah karakter (sifat pribadi)
seseorang adalah melatih diri (drill). Jadikanlah melayani seseorang dengan ramah sebagai
kebiasaan. Biasakanlah berdoa setiap saat dan dalam berbagai situasi. Apabila doa diucapkan
dengan hati yang tulus, Tuhan Yang Maha Esa akan mengabulkan doa tersebut, seperti
kebiasaan berdoa sebelum menikmati makanan serta berdoa ketika melewati tempat suci,
arca, atau pura. Hilangkan kebiasaan mengumpat, memaki, mencaci, dan berkata- kata kasar.

2. Mengikhlaskan diri (tyàga) Segala sesuatu yang dihadapi mesti diterima dengan ikhlas,
tidak menggerutu, apalagi mengumpat dan memfitnah. Misalnya, sebuah gelas milik kita
pecah atau tidak sengaja dipecahkan oleh orang lain. Ikhlaskan karena sesuatu terjadi sebagai
akibat dari ajaran karma yang pernah dilakukan sebelumnya.

3. Tidak mengikatkan diri (vairàgya) Sesuatu yang menyenangkan atau memuaskan belum
tentu memberikan kebahagiaan. Seseorang jangan sampai terikat (ketagihan) meminum
minuman keras, merokok, dan sebagainya. Mampu mengendalikan diri, seperti seorang kena
penyakit diabetes diminta mengendalikan diri, utamanya berpuasa terhadap makanan tertentu.

4. Mensyukuri (santosa) Segala sesuatu yang diterima hendaknya dapat disyukuri sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa. Pepatah Barat menyatakan bahwa jangan mengeluh baru
tidak memiliki sepatu,coba lihat orang yang tidak mempunyai kaki. 5. Seimbang dalam suka
dan duka. Dalam suka dan duka seseorang hendaknya dapat hidup tenang. Seimbang dalam
suka dan duka dapat dibandingkan dengan orang yang sedang bermain selancar di pantai,
tidak selalu di atas gelombang, tetapi kadang- kadang juga sekali-kali tenggelam ke dalam air
laut. Ketika kembali meniti gelombang, dia tersenyum manis menikmati enaknya berselancar.
Sifat-sifat inilah yang hendaknya dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar yang tidak putus
asa jika mendapatkan teguran dan masukan dari guru atau temannya. Berdasarkan uraian di
atas, peranan orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh agama sangat menentukan
pembentukan kepribadian (karakter) manusia yang akan mengantarkan seorang anak didik
mampu menjadi manusia dewasa yang sempurna. Hal ini tentunya harus ada peran kedua
orang tua dalam melakukan pembinaan pendidikan anak di keluarga. Ketika anak itu tumbuh
dan memasuki masa belajar, seorang ibu khususnya akan mempunyai andil besar dalam
pembinaan perkembangan anak. Ada pendapat yang keliru bahwa pendidikan anak itu
sepenuhnya merupakan tugas sekolah dan lembaga keagamaan. Dalam hal mendidik anak
seorang ibu lebih berperan daripada ayahnya karena seorang ibu lebih dekat dengan anaknya.
Selain itu, seorang ayah selalu sibuk dengan mencari nafkah untuk keluarganya. Perihal cara
mendidik anak, seorang ibu mempunyai peran utama dan lebih mendominasi dalam hal
mendidik anak daripada ayah. Salah satu alasannya adalah seorang ibu lebih dekat dengan
anaknya. Ini dijelaskan dalam Kakawin Nitisastra (IV:21) sebagai berikut :

Jangan memanjakan anak. Anak yang dimanjakan akan menjadi jahat dan pasti ia akan
menyimpang dari jalan yang benar. Bukanlah banyak orang bijaksana yang meninggalkan
anaknya (perlu bertapa), apalagi istrinya. Jika kita dapat menggunakan peraturan ketertiban
dan hukuman dengan saksama, anak itu akan menjadi baik perangainya lagi berpengetahuan.
Anak yang semacam itu akan dihormati oleh wanita dan disayangi serta dihargai oleh orang-
orang baik (Tim Penyusun, 1987: 35). Dengan demikian, seorang ibu sebagai pengasuh dan
pendidik anak haruslah mengajari anak tersebut dengan budi pekerti yang sehat dan moral
yang tinggi karena pendidikan yang harmonis adalah pendidikan yang meliputi kecerdasan
akal, pikiran, dan mental spiritual. Pendidikan inilah dimulai ketika bayi masih dalam
kandungan ibunya sudah mengalami pendidikan, yaitu pendidikan prenatal. Oleh karena itu,
seorang ibu pada saat itu haruslah berhati-hati dalam segala pikiran, ucapan, dan tindakan.
Dalam hal ini, Napoleon Bonaparte mengatakan, “Pengetahuan dan budi pekerti luhur yang
dimiliki oleh seorang ibu merupakan jembatan emas yang akan dilalui oleh anak-anaknya
menuju pantai kebahagiaan.” Dalam hal inilah seorang ibu mempunyai tugas yang berat
dalam mendidik anak-anaknya agar dikemudian hari anak tersebut menuai kesuksesan.

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU-BUDHA

Pada abad ke-8 Masehi, di kerajaan Mataram Kuno di salah satu tembok Candi Borobudur,
terdapat lukisan di atas batu yang menggambarkan sekolah, seperti halnya yang ada pada saat
ini. Pendopo besar dan di tengah-tengah pendopo terlihat adanya seorang Brahma dan di
depannya murid-murid yang membentuk lingkaran. Para siswa terlihat memegang buku yang
sedang menerima pelajaran. Pendidikan pada masa Hindu-Buddha mengutamakan budi
pekerti dan kesusilaan. Tempat pendidikan pada masa Hindu-Buddha sering disebut dengan
pacatrikan ataupun padepokan. Padepokan merupakan tempat menggembleng, melatih
kanuragan, memanah, bela diri, melatih ilmu pemerintahan, melatih ilmu kebudayaaan,
kesenian dan bermasyarakat dan mengatur pola hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Padepokan didirikan oleh kerajaan yang tujuannya untuk mempersiapkan para kader kerajaan
yang kelak ikut dalam birokrasi pemerintahan kerajaan. Setiap padepokan memiliki
kekhususan ilmu yang diajarkan, ada padepokan khusus untuk bela diri, kesusastraan,
pemerintahan atau kadang mencakup semuanya. Masyarakat saat itu menitipkan anak-
anaknya untuk di didik di padepokan tersebut. Selain belajar untuk menuntut ilmu, para siswa
padepokan juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Buku pelajaran
yang dipegang oleh para siswa pada system pendidikan Hindu-Budha yaitu rangkaian lontar
yang tersusun. Para pelajar saat itu disebut sebagai cantrik, djedjangan, dan putut. Pendidikan
pada Masa Hindu-Buddha diarahkan pada kesempurnaan pribadi (terutama lapisan atas)
dalam hal agama, kekebalan dan kekuatan fisik, keterampilan memainkan senjata dan
menunggang kuda. Sedangkan bagi rakyat jelata atau rkayat lapisan bawah, relatif belum
mengenyam pendidikan. 

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU PADA ZAMAN UPANISAD

Sistem Pendidikan dalam upanisad secara umum di rujuk dalam pengertian Upanisad, yaitu
etimologi dari kata Upanishad itu sendiri yang mengandung arti “duduk dibawah dan
didekatnya” (acarya). Jadi Upanisad memuat pokok-pokok ajaran guru sejati untuk seorang
siswa atau sisya (sadhaka), bersimpuh dekat kaki sang guru. Sekelompok murid duduk dekat
sang guru untuk mempelajari ajaran Upanisad, mengkaji masalah yang paling hakiki dan
menyampaikan kepada siswa didekat mereka. Orang-orang suci atau guru ini mengambil
sikap tidak banyak bicara dalam menyampaikan kebenaran. Mereka menuntun siswa untuk
tetap berpikiran rohani sehingga apa yang diajarkan tidak semata-mata pemahaman kognitif
tetapi tercermin juga asfek psikomotorik dan afektifnya. Oleh karena itu untuk memperoleh
hasil dari pelajaran kerohanian maka memerlukan pembawaan rohani pula. Biasanya ajaran
upanisad diyakini mengajarkan hal-hal yang rahasia, yaitu rahasia alam semesta termasuk
rahasia ketuhanan, maka penyampaian dan sifat wahyu itupun harus disampaiakan secara
rahasia, yaitu tidak bersifat terbuka atau umum. maka dari itulah kitab upanisad ini dikenal
dengan nama kitab Rahasia. Sifat rahasia ini kita bisa lihat pada tradisi bali yaitu ketika
seseorang dinobatkan menjadi seorang dvijati (pandita sisya), setelah dianugrahkan
abhisekanama atau nama baru (gelar dvijati) oleh pandita guru, selanjutnya pandita sisya
diberikan pawisik atau sabda rahasya untuk di taati sepenuhnya dalam menjalani hidup
melakukan swadharma sebagai seorang dvijati. Tradisi ini merupakan kelanjutan pula dari
tradisi dan sistem pendidikan di zaman Upanisad di masa yang lalu. pawisik atau sabda
rahasya itu harus tetap dirahasiakan oleh pandita sisya yang menerimanya. Karena memiliki
sifat rahasia kitab upanisad harus di pelajari di tempat-tempat yang rahasia pula yaitu dalam
sebuah pasraman. Upanisad menekankan bahwa belajar merupakan esensi hidup manusia.
Sejak lahir sebagai bayi, dia belajar menyusui dan mengenal orang tua. Dia kemudian belajar
merangkak, berdiri, mengenal bahasa, menjadi dewasa, dan menjadi orang tua. Upanisad
menjelaskan masih ada yang mesti dipelajari. Belajar melewati jalan kematian (durga).
Mempelajari jalan mencapai moksa (ganesha) sebagai tujuan pelaksanaan hukum suci
ketuhanan (dharma). Dengan adanya sistem Pendidikan upanisad maka siswa lebih dekat
dengan sang guru. Selain itu siswa lebih jelas mengetahui ajaran-ajaran pokok yang
terkandung dalam kitab Upanisad yaitu seperti percaya dengan Brahman, Atman, Maya dan
Penciptaan, Karma dan Penjelmaan, dan Moksa.

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU DI INDIA

Di India Sistem Pendidikan Agama Hindu mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Dibandingkan dengan beberapa Negara Asia ataupun pada tingkat di Dunia, sistem
pendidikan hindu memang mengalami kemajuan yang cukup. Mengingat bahwasanya bidang
Agama Hindu berasal dari India. Jika diperhatikan memang Sistem Pendidikan Agama Hindu
di India ini memang telah mengakar dan keberadaanya yang cukup merata keberadaanya,
pada saat lembaga pendidikan formal, baik itu dalam naungan pemerintah maupun di asuh
oleh yayasan atau lembaga Pendidikan Swasta. Dan Pada jenjang Pendidikan Tinggi telah
memiliki tenaga expert yang memadai. Sistem Pendidikan Hindu di India memiliki Lembaga
Pendidikan Tinggi yang berskala nasional ataupun berskala Internasional, yang ditandai
dengan para peserta didiknya itu semata tidak dari warga local atau berasal dari Negeri India
saja, bahkan sudah banyak perguruan Tinggi yang mahasiswa dan Mahasiswi Luar Negeri. Di
Negara yang berada di bagian Utara Pradesh India, ada satu Perguruan Tinggi Hindu yang
sangat terkenal bernama Banares Hindu University ( BHU) yang berada di sebuah kota suci
Hindu bernama kota kasi, populer disebut kota Varanasi, secara spiritual dinamakan Sizua.
Pengunjung-pengunjung asing lebih suka dinamai kota light atau kota sinar. Kota Bernares
berada di seputaran lintasan sungai suci Gangga pada kota Barnares, inilah ada sebuah
perguruan tinggi yang sangat besar di wilayah India Utara, yang telah di tata dan di asuh oleh
pakar di bidang Agama Hindu termasuk para pakar dalam disiplin ilmu lainnya. Jadi Banares
Hindu University (BHU) Adalah Perguruan Tinggi Hindu Yang mengasuh berbagai ilmu
yang ditimba dan di tekuni oleh para generasi Hindu dari India maupun berasal dari Luar
Negeri

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU DI INDIA

Perkembangan sistem pendidikan Hindu di masa kini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan kemajuan pendidikan Agama Hindu antara di Indonesia dengan
pendidikan Agama Hindu di India. Pendidikan Agama Hindu antara di Indonesia dengan di
India, juga memiliki keterkaitan atau kedekatan dengan perkembangan Agama Hindu yang
berawal dari negara India, yang pada akhirnya juga berkembang di negara Indonesia di masa
silam (atita) sampai pada saat ini berkembang di era modern (wartamana) yang meyakinkan
bagi pemeluk umat manusia untuk mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sistem pendidikan Hindu di India sangat kental dengan pola atau sistem pendidikan Hindu
yang masih tergolong tradisional yang dinamai asram atau asrama, Pola atau sistem
pendidikan Hindu yang berkembang di India di masa lalu adalah berakar atau bermula dari
penerapan sistem pendidikan tradisional yang ada di India sejak dulu. Sistem pendidikan
agama Hindu di India dari masa lalu sampai dengan masa kini ada dinamika pengelolaannya,
yang dimana pada masa lalu keberadaan asram masih sangat mendominasi bagi kalangan
masyarakat India. Yang dimaksud bahwa sistem asram bukan berarti sudah ditinggalkan oleh
penggemar ilmu dan teknologi. Pola asram lebih menekankan kepada pembinaan kehidupan
beragama Hindu dan pembinaan ketahanan dan kemantapan spiritual. Namun dalam pola atau
sistem pendidikan yang dimodifikasikan dengan modern di masa kini adalah sistem yang
dikonvergensikan dengan pola yang berkembang dari berbagai pengaruh keilmuan atau multi
effect of knowledge. Sistem asram lebih menekankan pemantapan pada pembinaan spiritual
generasi penerus atau pelajar, sedangkan sistem yang termodifikasi dengan sistem pendidikan
kekinian adalah dalam upaya antisipasi dinamika multi science (sva jnana) tersebut. Hal itu
menandakan bahwa kemajuan di bidang keilmuan dan teknologi memang diajarkan dalam
agama Hindu yang dikenal dengan konsep tri semaya yaitu atita di masa lalu, di masa kini
wartamana, dan dimasa yang akan datang adalah nagata.

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU DI INDIA


Perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, termasuk juga sistem
pendidikan Hindu di masa kini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kemajuan
pendidikan Agama Hindu antara di Indonesia dengan pendidikan Agama Hindu di India.
Berbicara tentang pendidikan Agama Hindu antara di Indonesia dengan di India, juga
memiliki keterkaitan atau kedekatan dengan perkembangan Agama Hindu yang berawal dari
negara India, yang pada akhirnya juga berkembang di negara Indonesia di masa silam (atita)
sampai pada saat ini berkembang di era modern (wartamana) secara perlahan dan
meyakinkan bagi pemeluknya dan umat manusia yang semakin gigih menggembleng diri
untuk mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejarah telah membuktikan,
betapa sangat idealnya pemikiran pendidikan Hindu dari masa lalu hingga masa kini telah
memberikan kontribusi yang sangat luhur untuk membentuk dan mewujudkan kadar-kader
muda masa depan yang gemilang, cerah, disiplin, bertanggung jawab, berwawasan luas,
ramah lingkungan, ramah berperilaku, dan sehat secara lahir maupun bathin. Penerapan
pendidikan Agama Hindu di masa lalu bila dibandingkan dengan penerapan pendidikan
Agama Hindu dimasa kini, terutama yang terlaksana di Indonesia memiliki konsistensi dan
kestabilan dalam aplikasinya. Tidak menampakkan adanya stagnasi dalam inti sari ajarannya,
namun dapat adaptif dan mengikuti perkembangan sistem pendidikan modern dan selalu
nampak lebih dinamis, namun pendidikan Hindu secara perlahan dan sekali waktu juga
prontal dalam mengadaptasikan penerapannya dalam pola pendidikan kekinian.

Pendidikan Hindu di Masa Lalu

Mengenai sistem pendidikan Hindu di India sangat kental dengan pola atau sistem pendidikan
Hindu yang masih tergolong tradisional yang dinamai asram atau asrama, kalau di Indonesia
belakangan ini lebih banyak dikenal dengan pasraman, termasuk juga sistem asram tersebut
juga sudah lama diterapkan di Indonesia, khususnya berada di wilayah Bali. Pola atau sistem
pendidikan Hindu yang ada berkembang di India di masa lalu adalah berakar atau bermula
dari penerapan sistem pendidikan tradisional yang ada di India sejak dulu.Salah satu asram
yang ada di kota suci Prayaga (dinamai juga kota allahabad di masa modern ini) bernama
Asram Baradiuaja. Asrm Baradwaja ini terletak di seputar persimpangan atau campuhan
(sanggaman atau sanggam) sungai Gangga dan sungai Yamuna. Lokasi ini juga sebagai area
yang sangat disucikan atau disakralkan oleh umat Hindu India atau umat Hindu Dunia.
Lokasi tersebut juga lazim dinamai Triveni atau Trinadhi. Mengingat darah ini adalah daerah
keramat bagi umat Hindu yang secara spiritual di jadikan area untuk melaksanakan ritual
besar umat Hindu bernama Kumbha Mela yang pelaksanaannya di laksanakan setiap tahun
sekali. Selanjutnya yang dilaksanakan setiap enam tahun sekali dinamai Arda Kumba Mela,
kalau pelaksanaannya dilaksanakan setiap dua belas tahun sekali di namai Maha Kumba
Mela.Selain Asram Barad Waja yang ada di seputar kota suci Prayaga tersebut, maka pada
pinggiran sungai Gangga dan sungai Yamuna tersebut banyak terdapat Asram yang di kelola
oleh umat Hindu secara mandiri atau secara swakelola. Pada Asram tersebut secara alami
yang bercirikan karakter spiritual dikelola dan diasuh para peserta didik atau sisya yang
belajar tentang agama Hindu, termasuk juga belajar bahasa Sansekerta (Vyakarana), lagu-
lagu keagamaan Hindu (Bhajanam), seni tari yang bernafas Hindu (Natya atau sebagai
kalackra), belajar ilmu perbintangan (Jyotisa), belajar ilmu seni (Gandharva), belajar ilmu
politik (Dhandaniti atau nitisastra). belajar ilmu gaib atau kjnanan, termasuk belajar
pengendalian diri lewat yoga, dan sebagainya. Sistem pendidikan Hindu pada Asram tersebut
di laksanakan dengan sistem yang sangat ketat atau disiplin tinggi. Peserta didik dilatih dan
dibina untuk mengembangkan diri dengan pola disiplin yang baik, mantap, konsisten, dan
bertanggungjawab. Peserta didik tidak diperkenankan bergaya hidup mewah, hura-hura, acak-
acakan, dan liar keluar masuk secara bebas menurut kehendak masing-masing. Hal atau
perilaku seperti itu tidak di ijinkan belajar pada pasraman atau asram. Setiap peserta didik
mendapatkan pengawasan yang sangat ketat dan di bina secara lembut, ramah, sopan,
simpati, cinta kasih, penuh rasa sayang, dan suka menolong.

Pendidikan Hindu di Masa Kini

Dalam kekinian, bahwa sepanjang yang pernah dialami dan diamati mengenai sistem
pendidikan Hindu di India dapat dikatakan baik dan memiliki kemajuan yang sangat
signifikan, jika di bandingkan dengan negara-negara maju lainnya di Asia, seperti Singapura,
Jepang, Cina, Malaysia, dan sebagainya. Negara India memiliki perhatian dan prestasi yang
baik di mata dunia. Hal tersebut di buktikan bahwa di bidang teknologi telah berhasil
diciptakan teknologi canggih oleh generasi India bernama Caulana yang telah mampu
mengangkasa lewat ciptaannya.

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU DI INDIA

Bebicara tentang pendidikan Agama Hindu antara di Indonesia dengan di India, juga
memiliki Keterkaitan atau kedekatan dengan perkembangan Agama Hindu yang berawal dari
negara India, yang pada akhirnya juga berkembang dinegara Indonesia dimasa
silam(atita)sampai pada saat ini berkembang diera modern (wartamana) secara perlahan dan
meyakinkan bagi pemeluknya dan uma tmanusia yang semakin gigih untuk mengikuti
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejarah telah membuktikan,betapa sanga
tidealnya pemikiran pendidikan Hindu dari masalalu hingga masa kini telah memberikan
kontribusi yang sangat luhur untuk membentuk dan mewujudkan kadar-kader muda masa
depan yang gemilang, cerah, disiplin, bertanggung jawab, berwawasan luas, ramah
lingkungan, ramah berprilaku, dan sehat secara lahir maupun bathin. Penerapan pendidikan
Agama Hindu dimasa lalu bila dibandingkan dengan penerapan pendidikan Agama Hindu
dimasa kini,terutama yang terlaksana di Indonesia memiliki konsistensi dan kestabilan dalam
aplikasinya.Tidak menampakan adanya stagnasi dalam inti sari ajarannya,namun dapat
beradaptasi dan mengikuti perkembangan sistem pendidikan modern dan selalu nampak lebih
dinamis,namun pendidikan Hindu secara perlahan dan sekali waktu juga prontal dalam
mengadaptasikan penerapannya dalam pola pendidikan kekinian. Dalam amatan secara
langsung dilapangan,terutama yang berada diwilayah negara bagian utara Pradesh
India,bahwa ada satu perguruan tinggi Hindu yang sangat terkenal bernama Banares Hindu
University (BHU) yang berada disebuah kota suci Hindu bernama kota Kasi,yang juga
populer disebut kota Varanasi, atau secara spiritual dinamai kota Sizua. Bagi pengunjung
asing lebih suka dinamai kota lightatau kota"Sinar". Persisnya bahwa kota Barnares berada di
seputar lintasan sungai suci Gangga pada kota Benare sini lahada sebuah perguruan tinggi

Hindu yang sangat besar diwilayah India utara, yang telah ditata dan diasuh oleh parapa kardi
bidang Agama Hindu termasuk parapakar dalam disiplin ilmu lainnya,oleh karena pada BHU
merupakan perguruan tinggi Hindu yang mengasuh berbagai disiplin ilmu yang ditekuni dan
ditimba oleh para generasi Hindu dari India maupun yang berasal dari luar negeri

 SISTEM POLA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN HINDU

Pendidikan agama Hindu memang secara struktural dapat berarti Pendidikan dalam
pandangan Hindu dan juga dapat bermakna Hindu dalam pandangan pendidikan. Keduanya
memiliki makna yang berbeda. Pendidikan dalam pandangan Hindu berarti pendidikan yang
mengunakan ajaran dan konsep-konsep Hindu sebagai landasan dan inspirasi untuk
mengembangkan pendidikan, baik dari visi, misi, tujuan, capaian pembelajaran (learning
outcome), metode pengajaran, strategi pembelajaran serta metode evaluasi dalam pendidikan
Hindu. Ajaran serta konsep-konsep pendidikan yang ideal sangat banyak dalam Hindu.
konsep-konsep pendidikan dalam hindu sepatutnya yang dikembangkan oleh lembaga -
lembaga pendidikan Hindu maupun guru-guru agama Hindu sehingga pendidikan agama
Hindu benar - benar dapat mengwujudkan tujuan agama dan tujuan manusia dalam dunia ini.
Pengembangan tidak berarti mengcopy paste tetapi melalui kreasi baru seperti pernah
dilakukan oleh masyarakat Indonesia ketika mengkreasi ajaran agama Hindu sesuai dengan
desa, kala dan patra sehingga memiliki ciri khas Hindu Indu Indonesia, demikian pula halnya
dengan pendidikan Hindu. Makna Hindu dalam pendidikan berarti bahwa agama Hindu
dilihat dengan mengunakan teori-teori pendidikan yang merupakan kebanyakan berasal dari
Barat.

Hal tersebut juga berarti bahwa agama Hindu atau pendidikan Hindu hanya dijadikan objek
garapan dari pendidikan umum yang sudah tentu, tetap menjadi pendidikan umum bukan
pendidikan Hindu.Dilihat berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai kedua makna
pendidikan Hindu di atas, maka pendidikan Hindu lebih tepat dan semestinya dimaknai
sebagai Pendidikan dalam pandangan hindu supaya dapat memunculkan pendidikan yang
benar-benar mengedepankan religiusitas dan berguna bagi pengembangan agama Hindu guna
dapat berkontribusi dalam ilmu pengetahuan yang datang dari Timur sebagai jawaban dan
tandingan ilmu-ilmu barat dimana dalam era postmodern ini sedang bangkit gerakan-gerakan
para ilmuan untuk memunculkan suatu ilmu yang memandang sesuatu dari dirinya sendiri.

Kesimpulan :

Jurnal diatas memberikan deskripsi pola pendidikan yang telah diterapkan dalam pendidikan
Hindu. Pola Pendidikan agama Hindu mengunakan ajaran dan konsep- konsep Hindu sebagai
landasan dan inspirasi untuk mengembangkan pendidikan, baik dari visi, misi, tujuan,
capaian pembelajaran (learning outcome), metode pengajaran, strategi pembelajaran serta
metode evaluasi dalam pendidikan Hindu. Ajaran serta konsep-konsep pendidikan yang ideal
sangat banyak dalam Hindu. konsep-konsep pendidikan dalam Hindu sepatutnya yang
dikembangkan oleh lembaga-lembaga pendidikan Hindu maupun guru-guru agama Hindu
sehingga pendidikan agama Hindu benar - benar dapat mengwujudkan tujuan agama dan
tujuan manusia dalam dunia ini. Sistem pendidikan hindu yang telah diuraikan sebagai mana
diatas jika dihubungkan dengan merdeka belajar maka memiliki sebuah keterkaitan/hubungan
yang sangat erat. Bisa dilihat dari konsep merdeka belajar sendiri terdiri dari tiga komponen
yaitu, komitmen terhadap tujuan, mandiri dalam menentukan pilihan cara belajar, dan
melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar. Untuk mewujudkan program ini
dibutuhkan guru yang merdeka belajar pula. Dilihat dari hal tersebut pendidikan hindu
sangatlah relevan dengan apa yang disebut dengan merdeka belajar yang digaungkan oleh
mentri pendidikan untuk menyongsong pendidikan di era 4.0, hal tersebut terlihat dari sistem
pendidikan hindu yang disebutkan Konsep-konsep pendidikan yang terdapat dalam Hindu
diantaranya adalah (Machwe dalam (A. T. Atmaja & Atmaja, 2008): Sa vidya ya vimuktaye
(pembelajaran adalah yang membebaskan manusia) dimana guru bertindak sebagai
pembimbing penengah dan fasilitator dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Murid atau siswa
menurut agama hindu memiliki hak untuk memilih cara belajar merekan yang dimana guru
melakukan refleksi terhadap proses belajar. Siswa menurut hindu juga wajib memiliki
keahlian khusus dan mengembabangkan keahlian tersebut hal ini juga terlihat dari konsep
merdeka belajar yang digaungkan oleh mentri pendidikan di era ini. Dilihat berdasarkan
analisis dan pembahasan mengenai kedua makna pendidikan di atas, maka pendidikan Hindu
lebih tepat dan semestinya dimaknai sebagai Pendidikan dalam pandangan hindu supaya
dapat memunculkan pendidikan yang benar-benar mengedepankan religiusitas dan berguna
bagi pengembangan agama Hindu guna dapat berkontribusi dalam ilmu pengetahuan yang
datang dari Timur sebagai jawaban dan tandingan ilmu-ilmu barat dimana dalam era
postmodern ini sedang bangkit gerakan-gerakan para ilmuan untuk memunculkan suatu ilmu
yang memandang sesuatu dari dirinya sendiri.

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU DI INDIA PADA MASA LALU

Pola atau sistem pendidikan hindu di India pada masa lalu masih tergolong tradisional yang
biasanya dinamai asram atau asrama. Sedangkan di Indonesia lebih banyak dikenal dengan
nama pasraman dan juga di Indonesia sistem asrama tersebut sudah lama diterapkan,
khususnya wilayah Bali. Pola atau sistem pendidikan hindu yang berkembang di India di
masa lalu tersebut bermula dari adanya penerapan sistem pendidikan tradisional yang ada di
India sejak dahulu. Sistem pendidikan hindu pada masa asram dilaksanakan dengan sistem
yang sangat ketat dan disiplin tinggi. Yang dimana peserta didik akan dilatih dengan disiplin
baik, konsisten dan bertanggung jawab. Setiap peserta didik akan mendapatkan pengawasan
yang sangat ketat tetapi dibina secara lembut,ramah dan penuh rasa sayang. Kehidupan
peserta didik pada masa asram tidak perkenankan bergaya hidup mewah dan liar keluar
masuk secara bebas. Salah satu asram yang terdapat di India adalah Asram Baradiuaja
merupakan salah satu asram yang berada di salah satu kota suci Prayaga yang dinamai juga
kota Allahabad di masa modern ini. Asram ini terletak di sekitaran persimpangan atau
campuhan sungai Gangga dan sungai Yamuna. Lokasi ini juga lasim dinamai Triveni atau
Trinadhi,lokasi ini merupakan area yang sangat disucikan oleh umat Hindu di India maupun
di dunia. Setiap satu tahun sekali di lokasi ini melaksanakan ritual besar umat Hindu yang
bernama Kumbha Mela. Sedangkan Arda Kumba Mela dilaksanakan setiap enam tahun sekali
dan Maha Kumba Mela dilaksanakan setiap dua belas tahun sekali. Selain Asram Baradiuaja
ada juga Asram yang dikelola oleh umat Hindu secara mandiri atau secara swakelola,yang
bercirikan karakter spiritual untuk belajar tentang agama Hindu. Selain itu siswa yang ada
pada asram tersebut juga belajar tentang bahasa Sansekerta,seni tari yang bernafas Hindu,
ilmu perbintangan, lagu-lagu keagamaan Hindu, ilmu seni, ilmu politik, ilmu gaib, belajar
pengendalian diri lewat yoga, dan sebagainya.

 SISTEM PENDIDIKAN AGAMA HINDU MODERN

Dari kata modern tentu tidak lepas dari perkembangan teknologi atau digital, apalagi
sekarang pembelajaran sering dilakukan dengan sistem pembelajaran daring. Materi-materi
yang terkait dengan sistem pendidikan digital juga telah tersedia di internet, sistem
pendidikan modern ini merupakan metode baru yang diterapkan dengan gaya yang lebih
menarik pendidikan modern yaitu cara-cara belajar yang sesuai dengan tuntutan era kekinian
yang tentunya tidak lepas dari TRI KAYA PARISUDA untuk dapat dipersiapkan anak didik
pada masanya. Berkaitan dengan pengertian pendidikan modern, dikaitkan dengan tujuan
pendidikan. Pendidikan modern berlaku bagi hidup untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah
dicapai.Pendidikan dalam masyarakat pada umumnya memiliki dua peran pokok yaitu
menyampaikan pengetahuan kepada generasi ke generasi berikutnya dan memberikan bekal
kepada manusia dengan keahlian yang dapat untuk menganalisa, mendiagnosa, dan juga
kemampuan bertanya.

 SISTEM PENDIDIKAN PADA MASA HINDU-BUDHA

Sistem pendidikan semenjak periode awal berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia


sepenuhnya sudah bermuatan keagamaan. Pelaksanaan pendidikan keagamaan Hindu-Budha
berada di padepokan-padepokan. Ajaran Hindu-Budha ini memberikan corak praktik
pendidikan di zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kerajaan Kutai (Pulau
Kalimantan), Kerajaan Tarumanegara hingga Majapahit (Pulau Jawa), Kerajaan Sriwijaya
(Pulau Bali dan Sumatera). Kaum Brahmana pada masa Hindu-Budha merupakan kaum yang
menyelenggarakan pendidikan dan pelajaran. Maka perlu diketahui bahwa sistem kasta yang
diterapkan di Indonesia tidak terlalu keras seperti sistem kasta yang ada di India. Adapun
beberapa materi-materi yang dipelajari ketika pendidikan keagamaan Hindu-Budha
berlangsung, yaitu teologi (ilmu agama), bahasa dan sastra (ilmu kecakapan), ilmu-ilmu
kemasyarakatan (ilmu sosial), ilmu-ilmu eksakta (ilmu perbintangan), ilmu pasti yaitu
(perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa), Pada periode akhir berkembangnya
pendidikan Keagamaan Hindu-Budha, pola pendidikan dilakukan oleh para guru pengajar di
padepokan-padepokan tidak lagi bersifat kolosal dalam kompleks, dengan jumlah murid
relatif terbatas dan bobot materi pembelajaran yang bersifat religius dan spiritual. Selain
belajar untuk menuntut ilmu, para murid di padepokan ini juga harus bekerja demi
terpenuhinya kebutuhan sehari-hari mereka. Tempat pendidikan pada masa Hindu-Buddha
sering disebut dengan pacatrikan ataupun padepokan. Padepokan merupakan tempat
menggembleng, melatih kanuragan, memanah, bela diri, melatih ilmu pemerintahan, melatih
ilmu kebudayaaan, kesenian dan bermasyarakat dan mengatur pola hubungan manusia
dengan alam sekitarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa pendidikan keagamaan
Hindu-Budha pengelola pendidikan adalah kaum Brahmana, bersifat tidak formal, dapat
mengundang guru untuk datang ke istana, dan pendidikan kejuruan dilakukan secara turun-
temurun melalui jalur kastanya masing-masing. Dalam pembangunan di bidang pendidikan
dewasa ini, salah satu upaya yang harus ditempuh, terutama di bidang Pendidikan agama
Hindu untuk masa depan yang lebih baik melalui pemahaman pendidikan secara
komprehensif. Sesungguhnya pendidikan itu adalah poros perubahan individualisasi,
perubahan internalisasi dan perubahan sosialisasi. Perubahan individualisasi yang dimaksud
adalah usaha pendidikan untuk membantu, menolong agama Hindu perlu menata Pendidikan
dan membimbing para mahasiswa untuk mengenali dirinya, memahami apa yang ia miliki
sebagai kekuatan untuk mengetahui kemampuan yang ada pada dirinya sekaligus untuk
memilih masa depan yang ia miliki sendiri. Selanjutnya, pendidikan ke arah perubahan
internalisasi adalah usaha menyampaikan nilai kepada mahasiswa, bagaimana nilai-nilai itu
dapat terjelma dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri. Sedangkan pendidikan ke
araansformasi nilai budaya. Sejalan dengan itu, maka pembelajaran pendidikan agama Hindu
di tingkat pendidikan tinggi, sangat diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu usaha atau
upaya untuk melakukan penataan pendidikan agama Hindu bagi mahasiswa ke arah
perubahan-perubahan itu sesuai dengan paradigmah perubahan sosialisasi adalah prosesikan.

1. Tujuan dan fungsi pendidikan agama Hindu yang penyajiannya dikembangkan ke


dalam bentuk menelusuri konsep, menanya, menggali landasan historis, sosiologis,
politik, dan filosofis; membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
pendidikan agama Hindu; mendeskripsikan esensi dan urgensi pendidikan agama
Hindu bagi pembangunan.
2. Peran sejarah perkembangan agama Hindu dalam memberi pembelajaran positif, yang
dalam penyajiannya dikembangkan ke dalam bentuk kajian menelusuri peran sejarah
perkembangan agama Hindu; menanya alasan, mengapa diperlukan pembelajaran
sejarah perkembangan agama Hindu; menggali sumber historis dalam pemetaan
sejarah perkembangan agama Hindu; membangun argumen tentang pentingnya
sejarah perkembangan agama Hindu; serta mendeskripsikan esensi dan urgensi peran
pembelajaran perkembangan agama Hindu.
3. Ajaran Brahmavidya (teologi) dalam membangun sraddha dan bhakti (iman dan
takwa) mahasiswa, yang dalam penyajiannya dikembangkan ke dalam bentukkajian
menelusuri konsep ajaran brahmavidya (teologi) dalam membangun sraddha dan
bhakti (iman dan takwa) mahasiswa Hindu; menanya alasan mengapa diperlukan
pemahaman terhadap konsep ajaran brahmavidya (teologi); menggali sumber historis
dan filosofis tentang konsep ajaran brahmavidya (teologi); membangun argumen
tentang pentingnya ajaran brahmavi.

 SISTEM PENDIDIKAN GURUKULA

Sistem pendidikan gurukula merupakan jenis sistem pendidikan di India Kuno. Pendidikan
gurukula di India telah dimulai sebelum 5000 SM. Dalam proses pembelajaran gurukula
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok laki-laki dan kelompok wanita. Untuk
kelompok laki-laki mendapatkan pendidikan dari Resi sedangkan kelompok wanita
mendapatkan pendidikan dari Rshi wanita atau disebut Rishika dan Brahmavadini. Gurukula
mempunyai arti tempat dimana seorang guru tinggal langsung bersama muridnya dalam satu
rumah. Pada zaman gurukula, pengetahuan diturunkan dari satu orang ke orang lain dalam
bentuk pengajaran secara lisan, ingatan dan pengetahuan guru sebagai sumber utama dalam
pemberian materi. Selain proses pembelajaran mengenai pengetahuan ajaran kitab suci ada
pula ditanamakannya etika, ilmu agama dengan pikiran yang bersih sehingga tidak
disalahgunakan nantinya. Pada masa ini pula cara menularkan ilmu pengetahuan kepada oran
lain melalui komunikasi langsung. Adapun tujuan pendidikan meliputi pengendalian diri,
pengembangan karakter, kepedulian sosial, pegembangan kepribadian serta pelestarian
pengetahuan dan budaya. Unsur utama dalam gurukula adalah pendidik dan yang dididik.
Kedua unsur ini harus memenuhi kualifikasi-kualifikasi yang diatur dalam Veda. Sistem
dalam gurukula tidak mensyaratkan tempat yasng modern dan mewah, tetapi hanya
mensyaratkan tempat yang kondusif untuk kenyamanan proses belajar mengajar. Para siswa
diajarkan berdasarkan asas “Simple Living, High Thinking” sehingga tidaklah mengherankan
jika gurukula sering kali sengaja di bangun di tempat terpencil dengan gubuk yang sangat
sederhana dan proses belajar-mengajar berlangsung di bawah pohon di alam terbuka. Bahkan
pada jaman dahulu para putra raja dan bangsawan yang biasa dengan kemewahan harus
mengikuti gurukula di hutan yang terpencil dan dalam kondisi yang sangat sederhana. Sistem
seperti ini sudah mulai dilirik oleh masyarakat modern saat ini, yaitu dengan munculnya ide
“sekolah alam” dimana proses belajar-mengajar tidak dilakukan di kelas, tetapi dengan proses
belajar-mengajar secara langsung di alam terbuka.

 SISTEM PENDIDIKAN DALAM KITAB SUCI WEDA

Pendidikan Agama Hindu merupakan program bidang studi yang sangat penting untuk
diajarkan di dalam jenjang pendidikan ini. Dengan tujuan agar siswa bisa lebih meningkatkan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, budi pekerti, memiliki
rasa tanggung jawab, dan lain sebagainya. Proses pendidikan pada masa silam telah
dibuktikan oleh banyak para Maharsi dana Sisyanya untuk belajar tentang Weda melalui garis
perguruan (parampara) dan menghasilkan kelulusan yang dimana dapat mengembangkan dan
mengajarkan ajaran Weda ke seluruh Dunia. Pendidikan Weda kuno, antara Indonesia dan
India memiliki kesamaan karena memiliki sekta-sekta yang jumlahnya sangat banyak dan
masing berkembang saat ini khususnya di Bali. Perkembangan agama hindu di Indonesia
disebut dengan model pendidikan Gurukula dan mengalami perubahan yang disebut dengan
mandala. Pendidikan mandala ini menjadi pusat pendidikan bagi masyarakat umum yang
diselenggarakan oleh kerajaan, setalah Islam masuk mandala ini berubah menjadi pesantren
yaitu lembaga pendidikan tradisional Islam yang masih berkembang saat ini. Pendidikan
tradisional Hindu masih bisa kita temukan di Bali yang mengenal adanya desa pakraman
yang terdapat guru spritual sekaligus pemimpin pada saat pelaksanaan upacara yang dikenal
dengan nama Pedanda. Tetapi pada saat ini pekraman yang sejalan dengan konsep pesraman
atau ashram hampir tidak dapat ditemukan lagi karena, para pedanda tidak aktif lagi dalam
mengajarkan kitab suci Weda dan hanya menekankan pada aspek upacara saja. Ashram ini
merupakan sistem pendidikan weda Kuno, yang dilakukan pada areal bangunan sekolah, guru
ataupun murid mengenal segala jenis bimbingan guru yang berkompeten. Dalam ajaran
agama hindu baik kidab suci Weda maupun susatra lainnya, dikenal dengan adanya tiga
lingkungan yaitu 1). Keluarga, 2). Sekolah dan 3). Masyarakat. Sekolah pada zaman Weda
disebut dengan sakha atau patasala dan ada masa belakang dikenal dengan nama ashrama
sedangkan tempat yang memberikan pendidikan disebut dengan trikang sinangguh guru (tiga
guru) yaitu, guru rupaka, guru pengajian, dan guru wisesa. Kegiatan pendidikan dalam agama
Hindu dikenal dengan aguron-guron. Pengertian pendidikan agama hindu tidak terlepas dari
yang namanya ajaran Weda sebagai sumber ajaran agama hindu serta sebagai pedoman yang
menuntut manusia dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

 SISTEM PENDIDIKAN DALAM UPANISAD

Upanisad identik dengan artinya duduk dekat dengan guru spritual serta bersikap yang baik,
sopan santun dalam bertutur kata dan mendengarkan apa yang dijelaskan yang mengenai
pendidikan ajaran agama hindu. Upanisad sebagai ajaran mengenai kebenaran yang tidak
harus diketahui saja melainkan dapat di implemetasikan atau mempraktekan dalam kehidupan
ini seperti terdapat pada ajaran vedanta. Secara tradisi ada dua cara belajar menggunakan
sistem upanisad yaitu 1) belajar dengan guru (gurutula) dan belajar tanpa bimbingan guru
(swadhyaya). Pada dewasa ini belajar upanisad untuk perubahan yang berdasarkan
pengkondisian lingkungan secara eksternal, dan menekankan pembelajaran dengan
pendekatan partisipatif. Dimana siswa dituntun aktif dalam menyusun pengetahuan sendiri
dengan berbagai macam cara atau metode pembelajaran seperti tanya jawab, berdiskusi, serta
meneliti perilaku alam dan lainnya. Aktivitas pembelajaran yang umumnya dilakukan pada
tradisi pembelajaran upanisad adalah melalui pembelajaran langsung dengan pendekatan
individual maupun klasikal, pembelajaran melalui kerja kelomok dan pembelajaran
berbasiskan masalah yang ditemui secara faktual maupun abstrak. Pola pendidikan dengan
sistem upanisad ini, diharapkan siswa memiliki perbedann dengan siswa yang lainnya yaitu
hasil belajar yang secara individu dan adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini
menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang
disampaikan guru, apabila siswa diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sistem
upanisad yang menghasilkan ajaran yang sekarang kita sebut dengan kitab Upanisad masih
tetap bisa dijalankan sampai saat ini sekalipun. Perlu kita ingatkan bahwa sifat Veda adalah
anandi ananta, yang artinya tidak berawal dan tidak berakhir. Masalahnya adalah kita yang
masih sulit dalam mencari guru kerohanian yang bener-bener mampu mengajarkan ajaran
spritual selain itu sedikitnya manusia di modern ini, yang tertarik dengan sungguh-sungguh
untuk belajar upanisad karena mereka, lebih tertarik untuk memuaskan nafsu dan kepuasan
indrianya. Jadi masalahnya bukan pada ajaran Vedanya yang tidak sesuai jaman, tapi
manusianya yang memang tidak mau lagi bersusah-susah menjalankan ajaran-ajaran weda.

 SISTEM PENDIDIKAN PADA MASA HINDU BUDHA

Pada abad ke-8 di suatu kerajaan Mataram kuno terlihat suatu lukisan diatas batu yang
menggambarkan suatu bangunan/ sekolah pada salah satu tembok candi Borobudur, terdapat
sebuah pendopo besar. Nampak ditengah tengah pendopo tersebut terlihat seorang Brahma
dan murid muridnya duduk membentuk sebuah lingkaran, dimana seorang Brahma duduk di
sebelah kanan dan kiri sedangkan murid muridnya berada didepan dengan memegang buku
dan sedang menerima pembelajaran. Sistem yang dipakai pada masa Hindu Budha adalah
sistem asrama dimana seorang guru mengajar siswa siswanya didalam suatu rumah. Dimana
para pendidik pada zaman tersebut tidak menerima gaji tetapi hidupnya terjamin oleh para
siswa siswanya yng dimana pada waktu tertentu memberikan apa yang diperlukan guru untuk
kehidupannya. Disamping belajar para siswa bekerja untuk bisa menjamin kehidupan
gurunya. Seperti yng bisa kita lihat di museum museum buku pelajaran yng dipegang oleh
para siswa tersusun dari rangkaian daun lontar. Makan dengan adanya bukti tersebut dapat
mengartikan bahwasanya bangsa kita pada masa itu telah pandai membaca bahasa sanskerta
begitupun bahasa Kawi. Adapun huruf yng dipakai pada masa itu yaitu huruf Jawa. Saat itu
para pelajar sering disebut dengan cantrik, djegjangan dan Putut. Dan dasar dasar pendirian
dan pengajaran adalah agama Budha atau Brahma. Pendidikan pada masa Hindu Budha
mengutamakan soal Budi pekerti dan kesusilaan. Dengan dibawah pemerintahan dinasti
Sanjaya mengalami kemakmuran yng tinggi dan tidak terjadi tindakan kriminal.

 Pendidikan Hindu di Masa Lalu

Mengenai sistem pendidikan Hindu di India sangat kental dengan pola atau sistem pendidikan
Hindu yang masih tergolong tradisonal yang dinamai asram atau asrama, kalau di Indonesia
belakangan ini lebih banyak dikenal dengan pasraman, termasuk juga sistem asram tersebut
juga sudah lama diterapkan di Indonesia, khususnya berada di wilayah Bali. Pola atau sistem
pendidikan Hindu yang ada berkembang di India di masa lalu adalah berakar atau bermula
dari penerapan sistem pendidikan tradisonal yang ada di India sejak dulu. Salah satu asram
yang ada di kota suci Prayaga (dinamai juga kota allahabad di masa moderen ini) bernama
Asram Baradiuaja. Asrm Baradwaja ini terletak di seputar persimpangan atau campuhan
(sanggaman atau sanggam) sungai Gangga dan sungai Yamuna. Lokasi ini juga sebagi area
yang sangat disucikan atau disakralkan oleh umat Hindu India atau umat Hindu Dunia.
Lokasi tersebut juga lasim dinamai Triveni atau Trinadhi. Mengingat darah ini adalah daerah
keramat bagi umat Hindu yang secara spiritual di jadikan area untuk melaksanakan ritual
besar umat Hindu bernama Kumbha Mela yang pelaksanaanya di laksanakan setiap tahun
sekali. Selanjutnya yang dilaksanakan setiap enam tahun sekali dinamai Arda Kumba Mela,
kalau pelaksanaannya dilaksanakan setiap dua belas tahun sekali di namai Maha Kumba
Mela. Selain Asram Barad Waja yang ada di seputar kota suci Prayaga tersebut, maka pada
pinggiran sungai Gangga dan sungai Yamuna tersebut banyak terdapat Asram yang di kelola
oleh umat Hindu secara mandiri atau secara swakelola. Pada Asram tersebut secara alami
yang bercirikan karakter spiritual dikelola dan diasuh para peserta didik atau sisya yang
belajar tentang agama Hindu, termasuk juga belajar bahasa Sansekerta (Vyakarana), lagu-
lagu keagamaan Hindu (Bhajanam), seni tari yang bernafas Hindu (Natya atau
sebagai kalackra), belajar ilmu perbintangan (Jyotisa), belajar ilmu seni (Gandharva), belajar
ilmu politik (Dhandaniti atau nitisastra). belajar ilmu gaib atau kjnanan, termasuk belajar
pengendalian diri lewat yoga, dan sebagainya. Sistem pendidikan Hindu pada Asram tersebut
di laksanakan dengan sistem yang sangat ketat atau disiplin tinggi. Peserta didik dilatih dan
dibina untuk mengembangkan diri dengan pola disiplin yang baik, mantap, konsisten, dan
bertanggungjawab. Peserta didik tidak diperkenankan bergaya hidup mewah, hura-hura, acak-
acakan, dan liar keluar masuk secara bebas menurut kehendak masing-masing. Hal atau
perilaku seperti itu tidak di ijinkan belajar pada pasraman atau asram. setiap peserta didik
mendapatkan pengawasan yang sangat ketat dan di bina secara lembut, ramah, sopan,
simpati, cinta kasih, penuh rasa sayang, dan suka menolong.

 PENDIDIKAN HINDU DI MASA KINI

Dalam kekinian, bahwa sepanjang yang pernah dialami dan diamati mengenai sistem
pendidikan Hindu di India dapat dikatakan baik dan memiliki kemajuan yang sangat
signifikan, jika di bandingkan dengan negara-negara maju lainnya di Asia, seperti Singapura,
Jepang, Cina, Malaysia, dan sebagainya. Negara India memiliki perhatian dan prestasi yang
baik di mata dunia. Hal tersebet di buktikan bahwa di bidang teknologi telah berhasil
diciptakan teknologi canggih oleh generasi India bernama Caulana yang telah mampu
mengangkasa lewat ciptaannya. Beberapa hal yang patut ditiru dalam sistem pendidikan
Hindu dari India berikut ini: Pustakalaya, Catrawas, Catrawerti, Catra Yatra, Adhyapaka-
Adhyapika,Sanggrahalaya, Yuva Mahotsava,Nokari,Karyalaya.

 SISTEM PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM KITAB SUCI

Berdasarkan fakta sejarah, pendidikan agama Hindu telah dimulai sejak zaman Veda. Dalam
pendidikan ashram (gurukula) pelajaran diberikan oleh seorang guru kepada para siswanya
terutama pengetahuan kerohanian selain pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup. Pendidikan ashram ini, Rabindranath Tagore menyatakan bahwa pendidikan yang
sejati, adalah pendidikan ashram gurukula. Sistem ini adalah sistem yang dikelola oleh para
Maharsi dan dilaksanakan di tempat-tempat yang sunyi dan jauh dari keramaian dunia.
Sistem ini mengharuskan guru dan siswa selalu berada dalam hubungan yang erat. Karena
mereka tinggal bersama, maka seorang guru mengetahui benar kepribadian siswanya. Dalam
ashram, seorang siswa yang dikenal dengan nama brahmacarin, harus benar-benar dapat
melaksanakan kewajiban asewaka guru atau melaksanakan silakramaning aguron-guron, di
dalam ngangsu kaweruh yakni hidup berdisiplin menimba dan menerima ilmu pengetahuan
yang disampaikan oleh seorang guru. Nilai-nilai luhur dan mendasar yang dianut dalam
pendidikan brahmacari adalah nilai-nilai moral dan spiritual berupa disiplin berguru, dengan
mematuhi berbagai peraturan yang sangat ketat. Seorang brahmacarin dituntut untuk hidup
sederhana, mampu mengendalikan indria dan tekun mempelajari ilmu pengetahuan.
Bhagavadgita IV.34, menekankan tiga cara yang harus dipatuhi dalam pendidikan (belajar
ilmu pengetahuan), sehingga usaha pendidikan yang dilakukan mendapatkan hasil yang
optimal. Adapun uraiannya dinyatakan sebagai berikut : ”Belajarlah dengan sujud disiplin,
dengan bertanya dan dengan kerja berbakti, guru budiman yang melihat kebenaran akan
mengajarkan padamu ilmu budi pekerti”. Tiga cara belajar yang dimaksud dalam sloka di
atas, merupakan proses pelaksanaan pendidikan itu sendiri yang harus ditaati sehingga
mendapat hasil yang sebaik-baiknya. Cara-cara ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Adapun cara-cara yang dimaksud adalah
pranipatena yaitu hormat, sujud dan disiplin kepada guru yang memberi pendidikan,
papariprasnena yaitu bertanya, mencari dan memikirkan sendiri ilmu pengetahuan yang
diberikan kepadanya, dan sevaya yaitu berbakti, melayani dan setia dengan tulus ikhlas
kepada Guru. Di dalam kitab Niti Çastra IV. 20, yang menguraikan mengenai penjenjangan
dalam pendidikan yang dilakukan kepada anak sebagai sistem dari pelaksanaan pendidikan.
Hal ini dimaksudkan untuk dapat mencapai hasil pendidikan yang memuaskan. Adapun
pernyataannya adalah : ”Tingkahning sutaçasaneka kadi raja tanaya ri sedeng limang tahun.
Saptang warsa wara bulun sapuluhing tahun ika wuruken ring aksara. Yapwan sodaçawarsa
tulya wara mitra tinaha-taha denta midane. Yan wus putra suputra tinghalana solahika
wuruken ing nayenggita”, artimya anak yang sedang berumur lima tahun, hendaknya
diperlakukan seperti anak raja; jika sudah berumur tujuh tahun, dilatih supaya suka menurut;
jika sudah sepuluh tahun diajari membaca. jika sudah enam belas tahun diperlakukan sebagai
sahabat; kalau kita mau menunjukkan kesalahannya, harus dengan hati-hati sekali. Jika ia
sendiri sudah beranak, diamat-amati saja tingkahnya; kalau hendak memberi pelajaran
kepadanya, cukup dengan gerak dan alamat. Sistem pendidikan menurut ketentuan di atas,
mengandung isyarat agar peserta didik itu benar-benar diperhatikan sesuai dengan jenjang
umur (tingkat perkembangan) anak itu. Termasuk pula secara informal, orang tua sebagai
pendidik di dalam kehidupan berumah tangga, harus ikut berperan juga, dalam
pendekatannya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anaknya. Misalnya
anak pada tingkat usia lima tahun, maka anak itu harus diperlakukan sebagaimana lazimnya
seorang anak raja. Dalam hal ini, seorang anak tentu memperoleh perlakuan yang istimewa,
dalam arti segala kehendaknya bisa dituruti. Orang tua harus melayani segala yang
diperlukan anak. Demikianlah seterusnya, hingga anak mencapai masa berumah tangga,
sebagaimana diungkap dalam sloka di atas. Ajaran-ajaran tersebut patut dijadikan pola
terapan di dalam meningkatkan pembinaan dan pendidikan anak dalam keluarga.

Kesimpulan :

Sistem gurukula, sebagai sistem pendidikan agama Hindu telah dimulai sejak zaman Veda.
Dalam sistem ashram (gurukula), pendidikan dilaksanakan di tempat-tempat yang sunyi dan
jauh dari keramaian dunia. Dalam penerapan sistem ini seorang guru (acharya) dan siswa
(sisya/brahmacarin) selalu berada dalam hubungan yang erat dan tinggal bersama di ashram.
Nilai-nilai luhur dan mendasar yang dianut dalam pendidikan di ashram, adalah nilai-nilai
moral dan spiritual, disiplin, dan mematuhi berbagai peraturan berguru yang tentunya itu
dilakukan demi kebaikan bersama. Sistem pendidikan tradisional Hindu ini (gurukula)
yangnantinya akan melatih siswa untuk belajar hidup mandiri dan bertanggungjawab yang
didasari dengan rasa kekeluargaan.
 SISTEM PENDIDKAN AGAMA HINDU MENURUT PARA AHLI

Pendidkan agama hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinabungan
dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi
spiritual sesuai dengan ajaran agama hindu. Tujuan Pendidikan agama hindu adalah
membentuk kepribadian sikap, mental dan budi pekerti dalam diri siswa. Agar siswa tersebut
mempu memahami yang suputra , Susila dan subiarta serta astiti bhakti dalam kehidupan
sosial rligius. Hal-hal yang yang dipelajari dalam agama hindu yaitu sebagai ilmu
pengetahuan, mengetahui sejarah atau asal muasal kedatangan hindu bhuda di Indonesia,
saling harga menghargai untuk menciptakan suatu kesatuan, dan meningkatkan rasa toleransi.

Menurut sujana (2019,p.29) mengatakan Pendidikan adalah upaya untuk membantu jiwa
anak- anak dididk bak lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju kearah peradaban
manusiawi yang lebih baik, sebagai contoh dapat dikemukakan anjuran atau arahan untuk
anak duduk lebih baik tidak berisik agar tidak mengganggu ornag lain, mengetahui badan
bersih seperti apa rapi pakaan , hormat seorang yang lebih tua dan menyayangi ang muda,
saling peduli satu sama lain, itu merupakan sebagian contoh Pendidikan.

Menurut Munib(2004) Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-
orag yang diserahi tagung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat
dan tabiat sesuai dengan cita-cita Pendidikan. Menurut Kemdiknas (2003) Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan berproses pembelejaran
agar peserta didik lebih aktif mengembangkan potensi dirinya. Menurut Soeprapto (2013)
Pendidikan terutama Pendidikan formal adalah salah satu proses dalam hidup bermasyaerakat
dan berbangsa yang penting.

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU DI PASRAMAN GURUKULA

Pasraman Gurukula Bangli menjadi salah satu potret sistem pendidikan hindu tradisional
yang pernah ada,pada ratusan tahun yang lalu di Indonesia. Jauh sebelum bangsa Belanda
datang dan memperkenalkan sistem pendidikannya. Pendidikan pasraman merupakan sistem
pendidikan yang menjaga keselarasan alam dan mempertahankan kearifan lokal masyarakat
hindu. Namun, sistem pendidikan tradisional pasraman tidak membuat Pasraman Gurukula
Bangli tertinggal dari instansi pendidikan lainnya, justru membuat mereka meroket dalam
Berbagai bidang prestasi, baik akademik maupun non akademik. Sistem pendidikan gurukula
pada masyarakat hindu di Bali. Sistem pendidikan tradisional gurukula seperti, murid yang di
asramakan, tidak diperkenankan membawa gawai, dan melibatkan semua siswa dalam
pengelolaan sekolah merupakan sistem pendidikan tradisional hindu yang melatih siswa
untuk belajar hidup mandiri dan bertanggungjawab yang di dasari dengan rasa kekeluargaan.
Sistem pendidikan tradisional gurukula telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, sebagaimana
dikisahkan dalam epos Mahabharata, kemudian sempat ditinggalkan oleh masyarakat hindu.
Pada1900-an,sistem pendidikan gurukula di hidup kan kembali di India mulai dari jenjang
pendidikan usia dini sampai dengan pendidikan tinggi, sehingga proses perkembangan anak
bisa diketahui dengan baik.

 PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI ERA GLOBALISASI

Pendidikan agama memerlukan strategi dan toleransi beragama secara global di muka bumi
ini terlebih dahulu kita harus paham defenisi agama. Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. (Tim,1996:4).Kata Agama dari bahasa Sansekerta Aartinya
tidak “GAM” artinya pergi. (Kata“gam”ini, di pakai juga dalam bahasa Inggris GO, bahasa
Belanda GA, yang artinya sama juga yaitu “pergi.). Jadikata “AGAMA” berati “tidak pergi”,
“tetap di tempat”, “langgeng” diwariskan secara turun temurun. Inilah arti istilah kata agama.
Tetapi artinya dalam Jiwa kerohaniannya Agama itu bagi pemeluknya ialah Dharma dan
kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan (wayoflife) manusia (Parisada
Hindu Dharma,2002:4).”tradisi” “tradisi” Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerjare-ligare yang
berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan. Émile Durkheim dalam Duija (2006:109) mengatakan bahwa agama adalah suatu
sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna
kesuciannya Agama Hindu bukanlah hanya sekedar doktrin semata yang mutlak bersumber
dari buku tanpa ada budaya di dalamnya. Tapi bagi masyarakat yang beragama Hindu adalah
agama merupakan cermin tingkah laku dan obor penerang dalam hidup dimarcapadaini,
contoh orang bali yang mayoritas beragama Hindu, Pulau Bali yang kental dengan tradisinya
yang khas selalu melakukan praktek keagamaan disertai dengan budaya.Dan tidak berhenti
disini, agama Hindu menyusup sampai keintiter dalam dari kepercayaan dan praktek
keagamaan. Nilai-nilai Hindu sangat kuat mempengaruhi budaya orang Bali, dari kulit hingga
intinya yang terdalam, dan tentu etika yang berada diantaranya yang menghubungkan
keyakinan dengan praktek kehidupan sehari hari kebudayaan yang kental dalam Agama
Hindu merupakan sebuah kunci strategi untuk menghadapi segala perubahan yang dialami
oleh masyarakat dunia, Hinduisme tidak pernah lepas atau terpisah dengan kehidupan
manusia dan budaya. Hal ini disebabkan Hinduisme merupakan milik dan alat manusia dan
budaya untuk mencapai keselarasan (keharmonisan) hubungan/kesejahteraan dalam hidup,
dan merupakan suatu keyakinan terhadap keberadaan Sang Hyang Widhi Wasa/Ranying
Hatala Langit (TuhanYangMaha Esa). Kebudayaan di dapat melalui belajar, maka dapat
dikatakan bahwa membudayakan manusia atau memanusiakan anak manusia hanya bisa
melalui pendidikan agar anak manusia menjadi manusia. Agama Hindu hanya sebagai jalan
dalam mengerjakan aspek dalam kehidupan kebudayaan tetapi kebudayaan hanya bisa
dibentuk oleh pendidikan. Kebudayaan sesungguhnya bukan hanya sekedar membuat umat
manusia menjadi memiliki budaya, sopan, jujur, hormat, menguasai teknologi dan lainnya
tetapi kebudayaan diarahkan Untuk membantu sebuah proses dengan penuh kesadaran untuk
mengembangkan sikap, dan kemampuan secara individu, masyarakat dan umat Tuhan secara
oftimal kearah yang positif. Seperti yang kita ketahui ada tujuh unsur kebudayaan, yang ada
di dunia ini, adalah; (a)sistem relegi dan upacara keagamaan, (b)Sistem organisasi
kemasyarakatan, (c)sistem pengetahuan.

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU MENURUT WEDA

Sistem Pendidikan menurut kitab suci Weda lebih menekankan pada pendidikan budi pekerti
luhur karena kita tahu tujuan akhir pendidikan adalah karakter yang baik. Karakter yang baik
akan menjadi modal awal dalam melakukan kerja yang baik sehingga diharapkan anak didik
dapat mencapai kesuksesan. Proses pendidikan Hindu pada masa lampau telah dibuktikan
oleh Para Maharsi dan sisyanya untuk belajar Ilmu Weda melalui perguruan yang
menghasilkan lulusan berkualitas dalam menyebarkan ajaran Weda ke seluruh dunia.
Walaupun pada dasarnya saat ini telah berkembang pendidikan modern namun Sistem
pendidikan Hindu secara tidak langsung memiliki kontribusi besar dan terkemas melalui
kebudayaan atau keadaan suatu wilayah. Sistem pendidikan Hindu tidak akan terlepas dari
kitab suci Weda sebagai sumber ajarannya. Hal tersebut menjadikan kitab suci Weda dan
susatra Hindu lain menjadi sebuah pedoman untuk menuntun manusia dalam melaksankan
kegiatan atau tingkah laku. Pada awal perkembangan agama Hindu di Indonesia, gurukula
menjadi system pendidikan yang mengalami perubahan nama menjadi mandala. Berdasarkan
hasil peneltian Pigeaud (1983) dan Koentjaraningrat (1985), bahwa di zaman majapahit
terdapat lembaga pendidikan Hindu bernama mandala yang merupakan pusat pendidikan
agama bagi rakyat diselenggarakan oleh kerajaan (Atmaja, 2010:43). Namun setelah Islam
berkembang pesat di Indonesia, mandala tersebut berubah menjadi pesantren. Namun
Mandala lambat laun diubah menjadi Pasraman yang memiliki arti sama yaitu tempat
menimba ilmu. Pendidikan Hindu adalah bidang studi yang harus dipelajari di setiap jenjang
pendidikan guna memnuhi syarat dan membentuk karakter yang semakin baik. Tujuan
pendidikan Hindu sejalan dengan pendidikan nasional seperti yang dijelaskan dalam UU
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 29 Tahun 2003, yakni untuk meningkatkan rasa
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa , mempertinggi budi pekerti, semangat
kebangsaan yang semakin dipupuk, dan menumbuhkan sikap toleransi juga bertanggung
jawab dalam pembangunan bangsa. Pendidikan utamanya moral sangat penting ditanamkan
sejak anak-anak bahkan prenatal (bayi dalam kandungan).

 SISTEM PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM CATUR ASRAMA

Brahmacari,Grahasta,Wanapastha,dan Bhisuka (Sanyasin) merupakan empat tahapan hidup


manusia. Pada masa hidup Brahmacari untuk melaksanakan dharma (berguru) daripada
mendapatkan kekayaan (artha),untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ,namun artha juga
penting untuk menunjang memperoleh ilmu mengisi segala keinginan nafsu (kama),dalam
mencapai kebahagiaan (moksa) sebagai tujuan hidup. Pada masa Grahastha lebih
mengusahakan dan mengutamakan artha dan kama,artha dari berlandaskan dharma dan
keinginannya untuk mewujudkan rumah tangganya yang harmonis,karena artha merupakan
sarana untuk memenuhi kama dan kama merupakan dorongan hidup yang harus dipenuhi.
Pada masa Wanaprastha pelaksanaan dharma dengan melepaskan kehidupan duniawi
kemudian memperdalam ilmu agama /kerohanian untuk dijadikan bekal dalam mengabdikan
sisa hidup pada umat mausia dan makhluk hidup. Pada masa Bhisuka (sanyasin) merupakan
tujuan akhir dari umat manusia yakni untuk mencapai rohani yakni Moksa. Ajaran catur
asrama menganut jenjang Pendidikan seumur hidup yakni dari anak-anak sampai mati. Juga
merupakan konsepsional dari Pendidikan hindu. Tingkatan hidup (asrama) akan berhasil
apabila ditunjang oleh ilmu pengetahuan,keterampilan,sikap yang baik dan benar dan tepat
yang relevan dengan asrama. Untuk mewujudkan tujuan agama dan tujuan hidup umat
manusia dari terjalinnya hubungan antara catur asrama dengan catur purusa artha. Catur
purusa artha merupaan landasan moral umat melaksanakan catur asrama, tanpa landasan catur
purusa artha nampaknya sulit konsep ajaan catur asrama dapat diwujudkan dalam kehidupan
ini. Dampak positif dari penerapan catur purusa artha secara konsisten adalah dapat
terwujudnya tujuan agama dan tujuan hidup umat manusia,sebaliknya jika tidak ditepati
maka kehancuran yang akan didapatkan setiap umat yang melanggarnya.

 SISTEM PENDIDIKAN HINDU DI PASRAMAN GURUKULA BANGLI,


BALI

Pasraman Gurukula merupakan lembaga pendidikan yang berusaha menghidupkan kembali


sistem pendidikan Hindu di masa lampau. Pasraman Gurukula diresmikan pada 23 Maret
2003 oleh Menteri Agama Republik Indonesia. Pasraman ini didirikan gagasan I Negah
Arnawa, menempati lahan dengan luas 2000 m2 di Jalan Puncak Hyang Ukir, Bangli,
Bali.Pelajar di Pasraman Gurukula adalah anak-anak yang berasal dari kalangan keluarga
tidak mampu dari segi ekonomi, tetapi memiliki kemauan untuk belajar. Biaya pendidikan di
Pasraman Gurukula Bangli adalah semua gratis, mulai dari biaya sekolah formal, asrama,
kebutuhan sehari-hari siswa, hingga jaminan kesehatan siswa.Untuk saat ini Pasraman
Gurukula Bangli terdapat pendidikan mulai dari Play Group, Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Pasraman Gurukula Bangli menggunakan
dua kurikulum, yaitu kurikulum 2013 untuk sekolah formal, dan kurikulum pasraman yang
digunakan untuk mengembangkan sistem pendidikan tradisional hindu.Sistem pendidikan
tradisional gurukula telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, sebagaimana dikisahkan dalam
epos Mahabharata, kemudian sempat ditinggalkan oleh masyarakat hindu. Pada 1900-an,
sistem pendidikan gurukula dihidupkan kembali di India mulai dari jenjang pendidikan usia
dini sampai dengan pendidikan tinggi, sehingga proses perkembangan anak bisa diketahui
dengan baik. Pasraman Gurukula Bangli menjadi salah satu pasraman yang berusaha
menghidupkan kembali sistem pendidikan gurukula pada masyarakat hindu di Bali.Sistem
pendidikan tradisional gurukula seperti, murid yang di asramakan, tidak diperkenankan
membawa gawai, dan melibatkan semua siswa dalam pengelolaan sekolah merupakan sistem
pendidikan tradisional hindu yang melatih siswa untuk belajar hidup mandiri dan
bertanggungjawab yang didasari dengan rasa kekeluargaan.Usaha menghidupkan kembali
sistem pendidikan pasraman yang sempat hilang di masyarakat, sangat terasa ketika tim
kajian Museum Kebangkitan Nasional sampai di Pasraman Gurukula Bangli pada 13 Juli
2018. Pasraman disambut dengan berbagai pertunjukkan kesenian siswa, salah satunya adalah
Tari Rejang Renteng yang sempat puluhan tahun hilang di Bali. Selain itu mereka juga
menampilkan permainan tabuh gamelan, yoga, barong, dan lain sebagainya.Pasraman
Gurukula Bangli menjadi salah satu potret sistem pendidikan hindu tradisional yang pernah
ada, pada ratusan tahun yang lalu di Indonesia. Jauh sebelum bangsa Belanda datang dan
memperkenalkan sistem pendidikannya. Pendidikan pasraman merupakan sistem pendidikan
yang menjaga keselarasan alam dan mempertahankan kearifan lokal masyarakat hindu.
Namun, sistem pendidikan tradisional pasraman tidak membuat Pasraman Gurukula Bangli
tertinggal dari instansi pendidikan lainnya, justru membuat mereka meroket dalam berbagai
bidang prestasi, baik akademik maupun non akademik.

Anda mungkin juga menyukai