Anda di halaman 1dari 4

YAYASAN PERGURUAN PARISADA AMLAPURA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA HINDU AMLAPURA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Jalan Ngurah Rai No. 35 Amlapura, Tlp/Fax (0363) 23549 Kode Pos 80811
Website : http://www.stkipagamahinduamlapura.ac.id, e-mail : stkipamlapura@ymail.com
================================================================================
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
NAMA : I KADEK AGUS CATRA GUNAWAN
NPM : 194044
MATA KULIAH : Mapel SD IPS 2
JENJANG /SMT : S1.4.IV.
HARI/TGL. : Kamis, 27 Mei 2021
DOSEN PENGUJI : I GUSTI AYU ADI RAHAYUNI, S.Pd, M.Pd

SOAL

1. Jelaskan, dimanakah letak perbedaan pendekatan penyusunan materi dengan pendekatan


monodisipliner, interdisipliner, crosdisipliner dan pendekatan pradisipliner!
Jawab:
Perbedaan pendekatan monodisipliner, interdisipliner, crosdisipliner dan pendekatan
pradisipliner:
a. Pendekatan Monodisipliner, sering disebut sebagai pendekatan struktural, suatu model
pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa menghubungkan dengan
struktur ilmu yang lain.
b. Pendekatan Interdisipliner, lebih memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial
dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu sosial. Penggunaan pendekatan dengan
menggunakan konsep atau generalisasi yang berdimensi jamak, karena masalah sosial
menuntut pemecahan masalah dari berbagai bidang kajian keilmuan social
c. Pendekatan Crossdisipliner, merupakan perluasan dan pengembangan kajian IPS,
permasalahan yang menjadi obyek kajian tidak cukup hanya mengandalkan konsep-konsep
dari ilmu sosial, tetapi juga membutuhkan bantuan konsep disiplin ilmu-ilmu dari luar IPS.
d. Pendekatan Pradisipliner, Pendekatan ini digunakan untuk penyajian IPS pada tingkat SD.
Untuk anak SD pengajaran IPS cukup kiranya menjalinkan aspek-aspek waktu, ruang,
budaya, kegiatan memenuhi kebutuhan, dan sebagainya, tanpa menuntut mereka kenal lebih
dulu dengan ilmu ekonomi, sejarah dan lain sebagainya.

2. Apa langkah-langkah yang akan anda lakukan sehingga menghasilkan bahan ajar IPS khusus
untuk siswa SD yang dapat mendorong siswa mengembangkan keterampilan sosialnya,
intelektualnya, emosionalnya dan aspek spiritualnya?
Jawab:
Langkah-langkah menyusun bahan ajar yang akan saya lakukan:
a. Mengidentifikasi faktor yang ada pada kompetensi dasar dan standar kompetensi.
Ketika pendidik memutuskan bahan ajar ada baiknya untuk mengidentifikasi dan menganalisis
faktor pada kompetensi yang harus diraih. Diantaranya adalah menganalisis dan
mempertimbangkan faktor kognitif, psikomotorik dan afektif. Contohnya adalah pada faktor
kognitif didalamnya terdapat empat elemen yang ada, yakni, konsep, prosedur, fakta dan
prinsip.
b. Menentukan jenis bahan ajar yang cocok untuk kompetensi yang harus diraih.
Dengan kebijakan ini maka guru akan dimudahkan secara tidak langsung. Rencana tersebut
diantaranya adalah menganalisis dan mengidentifikasi ranah konsep, afektif, prinsip,
prosedur atau paduan dari materi yang lebih dari satu.
c. Menentukan referensi bahan ajar.
Sesudah memutuskan jenis bahan ajar, tahap selanjutnya adalah memilih referensi dari bahan
ajar. Materi dari bahan ajar bisa diperoleh pada media seperti video, internet, jurnal, majalah,
koran dan buku. Disamping itu guru juga harus berperan aktif dan kreatif agar siswa bisa
memperoleh bahan ajar alternatif.

3. Setujukah anda bahwa metode pembelajaran konvensional tidak lagi efektif diterapkan dalam
pembelajaran IPS di SD? Berikan alasan anda dengan merujuk pada hasil penelitian berupa artikel,
atau merujuk pada buku dan sumber lainnya yang relevan untuk menguatkan pendapat anda.
Jawab:
Saatnya Tinggalkan Metode Pembelajaran Konvensional

Metode pembelajaran konvensional memang masih banyak digunakan dalam berbagai


pembelajaran di kelas pada setiap jenjang pendidikan. Masih seringnya metode konvensional
digunakan dalam pembelajaran di kelas tidak semata bukan karena guru yang tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan tentang metode pembelajaran kekinian.
Namun ada berbagai faktor yang pada akhirnya "memaksa" guru untuk menggunakan metode
pembelajaran konvensional dalam setiap pembelajaranya. Faktor tersebut antara lain: Tuntutan
sistem, maksud dari tuntutan sistem dalam hal ini berkaitan dengan target dan capaian kurikulum
yang harus diselesaikan. Dengan struktur kurikulum yang cukup gemuk, para guru dituntut untuk
menyelesaikan materi pelajaran dengan waktu yang terbatas. Untuk mengantisipasi tidak
tercapainya target kurikulum, maka pengemasan pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan
menggunakan metode konvensional. Dengan harapan semua materi pelajaran bisa tersampaikan
dan diselesaikan dengan waktu yang tersedia. Kebiasaan, belum terbiasanya para guru dan siswa
dengan metode pembelajaran kekinian menjadi salah satu penyebab metode pembelajaran
konvensional masih sering digunakan. Sebagian guru tidak terbiasa dengan metode pembelajaran
kekinian yang mungkin secara sintaks (tahapan pembelajaran) memiliki berbagai kekhasan dan
ketentuan. Hal tersebut membuat sebagian guru merasa ribet ketika menerapkan metode
pembelajaran kekinian. Begitupun dengan para siswa, karena sudah terbiasa melaksanakan
pembelajaran secara konvensional (mendengarkan, mencatat, mengerjakan soal, mengumpulkan)
menyebabkan mereka pun tidak terbiasa ketika diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran
kekinian. Pada akhirnya mereka merasa bingung dan tidak semangat ketika belajar. Faktor
kebiasaan ini tentunya harus dihilangkan, meskipun pastinya akan menemui tantangan yang besar.
Karena menghilangkan kebiasaan yang sudah tertanam lebih sulit daripada membentuk kondisi
awal dan membiasakannya. Dua faktor tersebut menjadi penyebab masih seringnya metode
pembelajaran konvensional digunakan dalam pembelajaran di kelas. Semua pihak yang bertemali
dengan pendidikan perlu menyadari dua faktor tersebut sehingga bisa mencari solusi tepat untuk
menyelesaikannya. Jika metode pembelajaran konvensional masih terus digunakan dalam
pembelajaran di kelas pastinya akan memberi dampak yang negatif, baik untuk guru, kualitas
pembelajaran dan tentunya untuk para siswa.
Sumber : Kompasiana. 2018. “Saatnya Tinggalkan Metode Pembelajaran Konvensional.”
https://www.kompasiana.com/altip/5c0db2cbab12ae71c8361e04/saatnya-tinggalkan-
metode-pembelajaran-konvensional diakses pada 31 Mei 2021 pukul 18.14.

Berdasarkan artikel diatas ada beberapa alasan kenapa pembelajaran konvensional tidak
lagi cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS di SD
a. Dari Segi Guru
Bagi guru, penggunakan metode pembelajaran konvensional dalam setiap pembelajaran akan
berdampak pada kualitas dan kompetensi seorang guru. Dengan mengulangi metode
pembelajaran yang sama dalam setiap pembelajarannya akan menjadikan pembelajaran sebagai
aktivtas rutin yang membosankan, hal tersebut akan menyebabkan seorang guru menjadi cepat
jenuh ketika mengajar. Seorang guru akan merasa sudah terbiasa dengan model tersebut
sehingga tidak perlu menyiapkan segala kebutuhan penunjang pembelajaran.
b. Dari Segi Siswa
Bagi siswa, penggunaan metode pembelajaran konvensional sangat merugikan bagi siswa.
Pada pelaksanaan metode pembelajaran konvensional, jalannya pembelajaran didominasi oleh
guru dan siswa cenderung pasif mendengarkan, menyimak dan mencatat. Keterampilan yang
terasah dari siswa pun mungkin hanya pada tataran menyimak dan mencatat. Sementara
keterampilan yang sangat dibutuhkan saat ini, seperti berpikir kritis dan berpikir kreatif tidak
terasah dengan baik. Begitupun dengan keterampilan lain, seperti komunikatif dan
kolaboratifnya pun tidak terasah jika aktivitas pembelajarannya hanya pada tataran menyimak
dan mencatat.

4. Metode pembelajaran apa yang akan anda pergunakan pada kelas dengan latar belakang yang
cenderung pasif, kurang berinisiatif dan cenderung teacher centered? Berikan alasan anda.
Jawab:
Metode yang akan saya gunakan adalah metode Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan permasalahan, menjawab
pertanyaan dan memahami pengetahuan peserta didik, serta untuk membuatu suatu keputusan.
Dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan
memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari yang didalamnya terdapat proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara
global dan saling berdiskusi mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar
menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Kelebihan metode diskusi adalah:
a. Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah.
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c. Memperluas wawasan
d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan

Anda mungkin juga menyukai