Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Model-Model Pembelajaran

Dosen Pengampuh : M. Ahkam A, S.Psi, M.Si


Andi Halima, S.Psi.,M.A

TUGAS UAS

Al Ikhwan Bakkarang

1771040044

Kelas A

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
1. Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis
untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap
mengerucut pada tujuan khusus.
Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran yang
sudah menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru lebih luas lagi
cakupannya.
Definisi di atas senada dengan pendapat Suprihatiningrum (2013) yang menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
pembelajaran dengan sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa agar tujuan
belajar tertentu yang diinginkan bisa tercapai.

2. Discovery Learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara


maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran discovery learning yaitu:
 Menyita banyak waktu karena mengubah cara belajar yang biasa digunakan
 Kadangkala terjadi kebingungan pada para pembelajar ketika tidak disediakan
semacam kerangka kerja, dan semacamnya.
 Pembelajar yang lemah mempunyai kecenderungan untuk belajar di bawah standar
yang diinginkan, dan guru seringkali gagal mendeteksi pembelajar semacam ini.
 Menimbulkan miskonsepsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
yang kurang memiliki kemampuan kognitif yang rendah akan mengalami kesulitan
dalam berfikir abstrak.
Dari beberapa kekurangan/kelemahan di atas untuk dapat mengatasi kekurangan
metode discovery learning, yaitu guru perlu persiapan yang cukup matang, sehingga guru
mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model
pembelajaran discovery learning dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil
yang optimal; guru harus membagi sama rata dalam kelompok yang kemampuan lebih dan
yang kurang dicampur agar yang kemampuannya kurang bisa dibimbing oleh yang
kemampuannya lebih.
3. Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang benar-benar bisa efektif untuk
diterapkan ke mahasiswa. Karena di sini peran dosen sangat berpengaruh besar untuk bisa
menilai/menjiwai karakter masing-masing mahasiswanya. Terkadang model pembelajaran
yang menurut dosen efektif, sangat memungkinkan kurang efektif bagi mahasiswa.
Satu model pembelajaran saja tidak cukup untuk bisa dikatakan efektif diterapkan.
Butuh lebih dari satu model pembelajaran yang diterapkan karena bisa jadi mahasiswa
mengalami kejenuhan dalam menerima pembelajaran/perkuliahan. Dosen perlu
memberikan metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian mahsiswa dan
kelas menjadi hidup. Jadi, intinya adalah model pembelajaran yang digunakan harus
bersifat fleksibel dan tentunya dilihat dari output selama pembelajaran.
Sebagai mahasiswa, adapun model pembelajaran yang saya rasa efektif diterapakan
adalah model pembelajaran contextual learning, konsep belajar ini membantu
dosen/pengajar mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata
dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan nilai karakter diantarannya peduli
sosial dan lingkungan, kerja keras, kemandirian, tanggung jawab, berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, ingin tahu, cinta ilmu, kejujuran, religious.
Dalam pembelajaran contextual learning ini penanaman karakter sangat perlu
diperhatikan karena menjadi pintar/ahli dalam bidang keilmuan saja tidak cukup. Tidak
sedikit di luar sana banyak mahasiswa kaya akan ilmu pengetahuan, tapi miskin akhlak
akibatnya sifat sombong, merasa lebih tinggi dengan teman-temannya. Sifat seperti ini bisa
saja terbawa sampai ke dunia kerja dan sebagianya. Dengan demikian kiranya dalam model
pembelajran contextual ini saya rasa efektif, bukan hanya sekedar efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa, tapi bisa sangat efektif menanamkan nilai-nilai
moral/adab dengan mengaitkan antara ilmu pengetahuan dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Suprihatiningrum, Jamil (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai