1. Apa yang membedakan komunikasi publik dengan komunikasi pada umumnya?
Komunikasi pada umunya adalah komunikasi yang dilakukan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat atau organisasi dengan menggunakan tertentu dan bahasa yang mudah dipahami untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi Interpersonal memeiliki beberapa tujuan diantaranya menyampaikan informasi, berbagi pengalaman, menumbukan simpati, melakukan kerjasama, menumbuhkan motivasi dan keluh kesah. Menurut Everest M. Rogers ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran komunikasi Interpersonal, yaitu : - Arus pesan yang cenderung dua arah - Konteks komunikasinya dua arah - Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi - Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi - Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relative lambat - Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap Komunikasi Publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam sebuah organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui media. Tujuan dari komunikasi publik adalah memberi informasi kepada sejumlah besar orang mengenai organisasi misalnya mengenai aktivitas-aktivitas organisasi dan hasil produksi organisasi, untuk menjalin hubungan antara organisasi dengan masyarakat di luar organisasi, dan untuk memberi hiburan. Sebagai salah satu jenis komunikasi, maka tidaklah heran apabila komunikasi Publik memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan jenis komunikasi lain, adapun ciri-ciri dari komunikasi publik adalah : - Satu pihal (pendengar) cenderung pasif - Interaksi antara sumber dan penerima terbatas - Umpan balik yang diberikan terbatas - Dilakukan di tempat umum seperti di kelas, auditorium, tempat ibadah - Dihadiri oleh sejumlah besar orang - Bisanya telah direncanakan - Sering bertujuan untuk memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan dan membujuk.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi publik?
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi publik, diantaranya: Kontak mata, mbantu untuk menjaga perhatian pendengar. Kontak mata dengan pendengar membantu si pembicara mengetahui dan memonitor pendengar dan merupakan balikan bagi si pembicara mengenai pesan yang disampaikan. Vokalik, kecepatan berbicara, nada dan irama suara, serta penekanan pada kata-kata tertentu perlu diperhatikan dalam penyampaian presentasi lisan. Ketepatan, kadang-kadang suatu presentasi disampaikan dalam situasi informal atau dalam suasana pendengar rileks, maka penyampaian presentasipun hendaknya disesuaiakan dengan situasi tersebut. Begitu juga sebaliknya, bila kondisi formal maka cara penyampaian presentasi juga hendaknya bersifat formal. Perencanaan, kunci strategi yang terbaik adalah perencanaan. Oleh karena itu sebelum penyampaian presentasu, si pembicara terlebih dahulu telah membuat perencanaan yang matang.
3. Strategi apa yang dapat dilakukan oleh speaker/pembicara untuk meningkatkan
keberhasilan ketika berbicara di depan umum? Ada 3 strategi yang harus diperhatikan oleh speaker untuk meningktkan keberhasilan ketika berbicara di depan umum, yaitu: Gusur Belenggu Mental Menganggap bahwa belenggu mental hanya menghinggapi mereka yang belum pernah atau baru pertama kali berbicara di depan umum. Ternyata tidak. Mereka yang sudah kerap tampil pun tak jarang mengalami apa yang disebut sebagai demam panggung. Juga saya. Ada saat-saat tertentu saya merasa grogi—level belenggu mental yang ringan, ketika merasa audiens yang bakal mendengarkan saya lebih hebat, lebih berilmu, lebih berpengalaman, dan lebih-lebih yang lain. Kadang juga merasa tidak terlalu menguasai materi, terutama ketika diminta berbicara dadakan di sebuah acara. Kadang sepele: salah kostum. Setelah belajar NLP (neuro-linguistic programming), belenggu mental seperti itu sangat mudah dan cepat saya atasi. Anda bisa dengan mudah menirunya. Saat anda diminta berbicara di depan publik, bersyukurlah, sambil tarik-lepas nafas sewajarnya, bahwa anda mendapatkan kepercayaan, dan mampu menunjukkan bahwa anda layak dipercaya. Bayangkan bagaimana tepuk tangan audiens akan bergemuruh saat kita selesai berbicara nanti. Akrabi Audiens Hadir lebih awal adalah prinsip saya dalam acara apa pun, lebih-lebih di acara yang menempatkan saya sebagai pembicara, baik sebagai salesmanship trainer maupun sebagai leadership coach. Satu jam lebih awal setidaknya. Secara teknis, datang lebih awal penting untuk memastikan bahwa ruangan telah tertata sesuai dengan keinginan kita, sistem tata suara sudah bagus, dan perlengkapan lain sudah tersedia di tempatnya. Secara mental—ini yang lebih penting, datang lebih awal menempatkan kita sebagai “penguasa arena”. Kita yang menyambut audiens. Bisa betul-betul menyambut secara fisik lewat menyalami audiens, bisa menyambut secara imajiner lewat mengamati dari balik tirai satu per satu audiens yang datang. Pengenalan kita akan audiens sangat mempengaruhi kesiapan kita berbicara. Dengan mengenali profil mereka, kita bisa menyapa mereka secara personal. Audiens yang disapa biasanya lebih apresiatif karena merasa dimanusiakan. Fokus pada Topik Nah, ternyata, menurut pengalaman para pembicara publik terkemuka, seperti saya juga alami, kesiapan mental lebih penting didulukan daripada kesiapan materi bicara. Artinya, begitu tiba saatnya kita berbicara, kesiapan mental lebih menentukan keberhasilan penampilan kita—sebab kesiapan materi sudah semestinya beres saat kita berangkat ke acara.