Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN

“PERADABAN LEMBAH SUNGAI HINDUS”

Dosen Pengampu:
Dr. Ernawati,SS.,M.Hum
Abdul Salam,S.Ag.,M.Hum

Kelompok 1:
Latifah Rizki (21046067)
Yane Desafitri (21046077)
Siska Oktavia (21046149)
Deva Kristy Mayrezk (21046106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa rahmat dan pertolongannya kami
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak .

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmatnya,
sehingga makalah tentang PERADABAN LEMBAH SUNGAI HINDUS dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun guna untuk penugasan dalam diskusi mata kuliah Sejarah Kebudayaan.
Kami menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan
kekurangannya dalam hal penulisan. Penulis terbuka terhadap kritik dansaran pembaca agar
makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhirkata semoga amakalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang,21 Februari 2023

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN. ........................................................................................... 3

1.1. Latar Belakang. ..................................................................................................... 3

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3

1.3.Tujuan Masalah ...................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4

2.1. Letak Geografis ...................................................................................................... 4

2.2. Kondisi Alam ......................................................................................................... 5

2.3. Perkemangan Kebudayaan..................................................................................... 6

2.4. Karakteristik Berdasarkan 7 Unsur Kebudayaan....................................................9

2.5. Pengaruh Terhadap Budaya Lain...........................................................................12

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 13

3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 13

3.2. Saran. ................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peradaban Lembah Sungai Indus menurut para arkeolog pernah berlangsung di Lembah
Sungai Indus pada tahun 3000-500 SM. Zaman ini sering disebut zaman Chalcolithicum. Letak
lembah Sungai Indus tepatnya berada di daerah perbukitan Baluchistan. Peradaban Sungai
Indus dialiri lima anak anak sungai: Yellum, Ravi, Chenab, Beas, dan Suttly (Punjab). Daerah
lembah sungai yang subur sehingga memungkinkan tumbuhnya kehidupan masyarakat yang
menghasilkan peradaban yang cukup tinggi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Letak Geografis, dan Kondisi Alam di Peradaban Lembah


Sungai Hindus??

2. Bagaimana Perkembangan budaya dalam Peradaban Lembah sungai


Hindus?

3. Bagaimana Karakteristik Peradaban tersebut dalam Unsur Kebudayaan?

4. Bagaimana pengaruh peradaban ke kebudayaan lain?


1.3. Tujuan

1. Untuk Mengatahui Bagaimana Letak Geografis dan Kondisi Alam Lembah


Sungai Hindus

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Kebudayaan di Lembah sungai


Hindus

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Peradaban tersebut dalam Unsur


Kebudayaan

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh peradaban ke kebudayaan lain.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Letak Geografis

Wilayah India kuno merupakan salah satu negara di Asia Selatan di bagian Utara
berbatasan dengan pegunungan Himalaya dan Hindu Kush, sedangkan bagian Selatan berbatasan
dengan Samudera Indonesia. Sekarang, wilayah ini bisa dilihat di peta yang meliputi negara India,
Nepal, Pakistan dan Afganistan.
Peradaban Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di Pakistan sekarang ini.
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang
hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan India
barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota
penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai
Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus
berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang
pernah mengalir.
4
Sumber sungai berasal dari dataran tinggi Tibet di sekitar Danau Mansarovar
(30°40′25.68″LU,81°28′07.90″BT) di Daerah Otonomi Tibet kemudian sungai mengalir melalui
wilayah Ladakh Jammu dan Kashmir dan memasuki wilayah utara (Gilgit-Baltistan), mengalir
kembali melalui Utara ke arah selatan sepanjang seluruh negeri dan bergabung ke Laut Arab di
dekat kota pelabuhan Karachi di Sindh. Panjang total sungai adalah 3.180 kilometer (1.976 mil)
dan merupakan sungai terpanjang di Pakistan. Sungai ini memiliki total luas pengeluaran
melebihi 1.165.000 kilometer persegi (450.000 mil persegi). Diperkirakan sungai mengaliri
secara tahunan terdiri dari sekitar 207 kilometer kubik, sehingga termasuk sebagai dua puluh satu
sungai terbesar di dunia dalam hal pengairan tahunan. Dimulai pada ketinggian dunia dengan
gletser, sungai yang mengairi hutan, dataran dan pedesaan yang kering dan gersang bersama
dengan sungai-sungai Chenab, Ravi, Sutlej, Jhelum, Beas dan dua anak sungai dari perbatasan
barat daya dan Afghanistan kemudian membentuk aliran Sapta Sindhu (Tujuh Sungai) pada delta
di Pakistan.candu.

2.2 KONDISI ALAM

Sungai Indus memilki banyak anak sungai yang berasal dari wilayah Punjab di Pakistan
Utara. Punjab artinya daearah aliran lima sungai. Sungai Indus mengalir melalui Pakistan dan
menyebabkan tanah di negeri itu menjadi subur. Sungai tersebut bermuara di Laut Arab.
Penduduk asli yang berada di Lembah Sungai Shindu adalah bangsa Dravida,
5
diperkirakan telah mendiaminya sejak 3000 SM. Bangsa ini meninggalkan sisa-sisa
peradabannya di Mahenjo Daro dan Harappa.
Bangsa yang pertama kali membangun peradaban Mohenjo Daro dan Harappa ini
diperkirakan adalah Bangsa Dravida. Bangsa Dravida termasuk ras australoid dengan bibir tebal,
kulit hitam, hidung pesek, berbadan tegap dan berambut ikal. Mereka sudah menetap dan tinggal
di Lembah Indus dengan bercocok tanam sesuai keadaan alam sekitar lembah yang subur dan
dialiri sungai.

2.3 PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN

Peradaban Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di Pakistan sekarang ini.
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang
hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan India
barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota
penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai
Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus
berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang
6
pernah mengalir.

Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum
sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Troya mendirikan kota
Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah aliran sungai India. Tahun 1500
sebelum masehi, suku Arya baru menjejakkan kaki di bumi India Kuno.

Bangsa yang pertama kali membangun peradaban Mohenjo Daro dan Harappa ini diperkirakan
adalah Bangsa Dravida. Bangsa Dravida termasuk ras australoid dengan bibir tebal, kulit hitam,
hidung pesek, berbadan tegap dan berambut ikal. Mereka sudah menetap dan tinggal di Lembah
Indus dengan bercocok tanam sesuai keadaan alam sekitar lembah yang subur dan dialiri sungai.

Lambat laun, Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai 30
hingga 40 ribu orang. Jumlah populasi sebanyak itu terbagi menjadi dua, yaitu wilayah
administratif dan wilayah kota. Wilayah administratif adalah daerah permukiman, banyak
ditemui rumah tempat tinggal padat dengan jalan raya yang saling menyilang, serta toko-toko
penjual tembikar di kedua sisi jalan.

Sementara itu, wilayah kota adalah daerah pusat pemerintahan. Penghuninya adalah raja dan
pimpinan lain beserta keluarganya. Antara wilayah pemukiman dan wilayah pemerintahan
dibatasi pagar tinggi besar yang dilengkapi menara dan sistem saluran air bawah tanah.

Bangsa Dravida akhirnya dikalahkan oleh bangsa Arya. Bangsa Arya adalah bangsa peternak
dengan kehidupan yang terus mengembara. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di
Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap.
Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan
kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida
dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu.

Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan sistem


pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya
menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan
kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya
7
kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan
Harsha.

– Kerajaan Gupta

Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga.
Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun
agama Buddha masih tetap dapat berkembang. Masa kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa
pemerintahan Samudragupta (Cucu Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai
Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai
ibukota kerajaan.

Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal sebagai


Wikramaditiya. Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit
perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi
agama Buddha di Nalanda. Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin
makmur dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada
masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul “Syakuntala”. Perkembangan
seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-
patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.

Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja


Candragupta II. India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad

-Kerajaan Harsha

Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha
dengan rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana
merupakan seorang pujangga besar. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan
berkembang dan pesat. Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana
adalah pujangga Bana dengan karyanya berjudul “Harshacarita”.

Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di
8
tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat penginapan
dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru.
Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-11 M tidak pernah diketahui
adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.

2.4 KARAKTERISTIK BERDASARKAN 7 UNSUR KEBUDAYAAN

2.4.1 TEKNOLOGI
Peninggalan- peninggalan kebudayaan masyarakat lembah Hindus menunjukkan bahwa
masyarakat telah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah tinggi. Mereka telah
mengenal cara-cara membuat pakaian dari kapas dan wol, cara membuat perhiasan dari emas,
perak dan bat berharga yang indah, cara membuat bermacam-macam perkakas rumah tangga dan
cara membuat alat-alat senjata seperti panah, tombak, kapak, belati, dan alat-alat yang terbuat
dari perunggu. Tingginya teknologi yang mereka kenal pada saat itu terlihat pula dari teknik-
teknik pembangunan tata kota Mohenjo-Daro dan Harrappa yang teratur dan berencana.
2.4.2 KEPERCAYAAN
9
Sama halnya dengan sistem kepercayaan bangsa Mesir dan Mesopotamia, tumbuh
dan berkembangnya sistem kepercayaan masyarakat lembah Sungai Indus selalu berkaitan
dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya. Kebudayaan agraris yang dikembangkan
masyarakat lembah Sungai Indus telah melandasi kepercayaan yang mereka anut. Untuk itu,
masyarakat lembah Sungai Indus sangat mengagungkan dan memuja akan kesuburan. Hal ini
terbukti dengan ditemukannya sejenis patung “Dewi Ibu” yang terbuat dari tanah liat. Patung
dewi Ibu dipercayai sebagai perwujudan dari dewi kesuburan.
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah manusia berwajah tiga dan binatang
yang banyak ditemukan dalam cap stempel. Diduga cap stempel manusia berkepala tiga ini adalah
dewa utama mereka yang pada perkembangan selanjutnya menjadi Dewa Syiwa dalam agama
Hindu.
2.4.3 BAHASA
Masyarakat Mohenjodarro dan Harappa telah mengenal sistem aksaranya sendiri. Aksara
tersebut didokumentasikan melalui media tanah liat dan dikenal dengan nama piktogram.
Sayangnya, hingga saat ini, belum ditemukan pemahaman yang baik dari aksara ini.
Di India terdapat berbagai bahasa, di antaranya yang terpenting yaitu sebagai berikut.
Bahasa Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.
1. Bahasa Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam,
Gondhi, dan Berahui.
2. Bahasa Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya
adalah bahasa Sanskerta dan Prakreta.
3. Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara
bahasa Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.
Mempelajari bahasa Sanskerta merupakan salah satu upaya untuk mengetahui perjalanan
sejarah bangsa Indonesia pada masa lalu. Hal ini juga ditujukan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada masyarakat Indonesia, di luar pengaruhnya pada
politik, ekonomi, dan pemerintahan. William Jones berpendapat bahwa bahasa Sanskerta
merupakan bahasa yang serumpun dengan bahasa Parsi, Germania, dan Kelt.
2.4.4 SISTEM MATA PENCAHARIAN DAN EKONOMI
Mata pencaharian penduduk telah dapat diidentifikasi. Pertanian memainkan peran yang
penting. Gandum dan katun ditanam dalam skala besar mata pencaharian lain dalam masyarakat
adalah pembuat barang pecah belah, penenun, tukang pembuat hiasan dinding, dan pemotong
batu. Kemajuan teknik ditunjukkan oleh roda untuk membuat barang pecah belah, pembakaran
10
batu-batu, pencetakan dan pengolahan logam.
Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat bergantung pada
pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Di kawasan ini, petani menanam padi, gandum,
sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan babi.
Selain pertanian dan peternakan, perdagangan juga merupakan aspek perekonomian penting bagi
masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat mereka dapat melakukan
perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan penduduk Mesopotamia. Barang dagangan
yang diperjual-belikan masyarakat lembah Sungai Indus adalah barang-barang dari perunggu dan
tembaga, bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit dan gading.
Materai-materai yang ditemukan itu berkaitan dengan dunia perdagangan. Rakyat lembah
Indus tidak hanya berdagang dengan bagian lain wilayah India, tetapi juga dengan negara-negara
Asia lain seperti Bangsa Sumeria. Dri perdagangan itu, didatangkan timah, tembaga, dan batu
mulia dari luar India.
2.4.5 KESENIAN
Adanya gambar-ambar dalam materai menunjukkan seni yang tinggi. Di Harappa ditemukan
potongan-potongan bat yang dipahat.
2.4.6 ORGANISASI KEMASYARAKATAN
Berdasarkan penelitian, di kota Mohenjodaro dan Harappa ditemukan benteng yang
mengelilingi kedua kota tersebut. Kota Harappa dikelilingi benteng sepanjang 450 meter dan di
sekitar benteng tersebut dibangun barak-barak untuk tempat tinggal para pasukan. Di dekat barak-
barak tersebut dibangun lumbung- lumbung tempat menyimpan hasil pertanian dengan ukuran
panjang 15 meter dan lebar 6 meter. Dari peninggalan-peninggalan tersebut para ahli menduga
bahwa peradaban lembah Sungai Indus telah menjalankan sistem pemerintahan yang bersifat
theokrasi. Tiap kota dipimpin oleh pendeta yang berkuasa secara mutlak. Menurut Tan Ta Sen
dkk (2010:74), bahwa perencanaan 2 kota yang canggih ini menunjukkan bahwa sebuah negara
tunggal terpusat mungkin telah lama ada di tempat itu.
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya),
tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah
Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan
Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak
bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena
diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum
mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar
11
kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.
Kota dibagi 2 bagian yaitu kota pemerintahan dan kota administratif. Kota administratif
adalah daerah pemukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang menyilang,
kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang tembikar. Kota pemerintahan
adalah wilayah istana kerajaan. Fondasi bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk,
pagar tembok yang tinggi besar disekeliling dan menara gedung mencerminkan kewibawaan
Raja.

2.4.7 SISTEM PENGETAHUAN


Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan mereka
dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti ditemukan
materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf
piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai
sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum terungkap.
Bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus telah mampu menghasilkan bermacam-macam
perkakas rumah tangga dan peralatan senjata, seperti panah, tombak, kapak, belati, lempengan
tanah liat (terracotta). Peralatan-peralatan itu, ada yang terbuat dari logam ada pula yang dari
batu. Selain peralatan , ditemukan pula perhiasan emas dan perak. Sebenarnya ditemukan pula di
sana suatu tulisan dan huruf Piktograf, namun belum bisa terbaca hingga saat ini.

2.5 PENGARUH TERHADAP BUDAYA LAIN

Sebelum kedatangan bangsa Arya di Asia Selatan, di Lembah Sungai Indus telah berkembang
suatu peradaban yang cukup tinggi untuk masa itu. Peradaban itu berkembang lebih kurang antara
3000 sampai 2500 SM.Hasil penggalian di bekas reruntuhan kota Mahenjo Daro dan Harappa
oleh Jawatan Purbakala India tahun 1922 telah membuktikan hal tersebut. Di dua tempat itu,
ditemukan banyak benda purbakala yang merupakan peninggalan masa purba itu. Kebudayaan
tersebut dinamakan “ Kebudayaan Mahenjo Daro dan Harappa “, dan karena terletak di sekitar
Sungai Indus, maka disebut “ Kebudayaan Lembah Sungai Indus “.
Peradaban Lembah Sungai Indus memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan
kebudayaan Hindu di India. Ini terjadi lewat akulturasi budaya dengan kebudayaan bangsa Arya.
Sebagai contoh ditemukannya patung mirip dewa Siwa yang dalam kepercayaan Hindu
merupakan dewa tertinggi , menunjukkan pengaruh kepercayaan bangsa Dravida terhadap Hindu.
12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sumber sungai berasal dari dataran tinggi Tibet di sekitar Danau Mansarovar
(30°40′25.68″LU,81°28′07.90″BT) di Daerah Otonomi Tibet kemudian sungai mengalir
melalui wilayah Ladakh Jammu dan Kashmir dan memasuki wilayah utara (Gilgit-Baltistan),
mengalir kembali melalui Utara ke arah selatan sepanjang seluruh negeri dan bergabung ke
Laut Arab di dekat kota pelabuhan Karachi di Sindh. Panjang total sungai adalah 3.180
kilometer (1.976 mil) dan merupakan sungai terpanjang di Pakistan. Sungai ini memiliki total
luas pengeluaran melebihi 1.165.000 kilometer persegi (450.000 mil persegi). Diperkirakan
sungai mengaliri secara tahunan terdiri dari sekitar 207 kilometer kubik, sehingga termasuk
sebagai dua puluh satu sungai terbesar di dunia dalam hal pengairan tahunan.

3.2. Saran

Penulis tentunya menyadari masih banyak kekurangan yang ada didalam makalah ini dan jauh
dari kata sempurna, penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak
sumber serta kritik yang membangun dari pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aizid,Rizem.2018.Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia. Yogyakarta:Noktah Hlm 152


CIVICS,Volume1,No.1.

I Wayan Badrika. 1996. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Jakarta : Erlangga

XIX.Prajnya Paramita. Jakarta

Supriyadi, Y. 2012. Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Kalika.

Suud, Abu. 1998. Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia Selatan (sejak masa purba sampai
masa kedatangan Islam). Jakarta: Dedikbud, direktorat jendral pendidikan tinggi, proyek
pengembangan lambaga kependidikan.

Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak.

Sejarah Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK .Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

14

Anda mungkin juga menyukai