Anda di halaman 1dari 11

Bab II

Pembahasan

Peradaban Lembah Sungai Indus (sekitar 2300 SM) merupakan sebuah peradaban
kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus salah satu sungai besar di India. Terletak di sekitar
daerah Punjab yang mana sekarang ini terbagi menjadi 2, sebagian di India dan sebagian di
Pakistan. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappa dan Peradaban
Mohenjodaro karena dua peradaban inilah yang berkembang di daerah tersebut sekitar masa
2300 SM.
Penemuan arkeologis di Mohenjodaro-Harappa mulai terjadi ketika para pekerja
sedang memasang rel kereta api dari Karachi ke Punjab pada pertengahan abad ke-19. Pada
waktu itu, ditemukan benda-benda kuno yang sangat menarik perhatian Jenderal
Cunningham, yang kemudian diangkat sebagai Direktur Jendral Arkeologi di India. Sejak saat
itu, maka dimulailah penggalian-penggalian secara lebih intensif di daerah Mohenjodaro-
Harappa.1
1. Letak Geografis
Seperti yang telah
dijelaskan di atas sungai Indus
merupakan salah satu sungai
yang dianggap suci di India.
Panjang total sungai adalah 3.180
kilometer (1.976 mil) dan
merupakan sungai terpanjang di
Pakistan. Sungai ini memiliki
total luas pengeluaran melebihi
1.165.000 kilometer persegi
(450.000 mil persegi).
Diperkirakan sungai mengaliri
secara tahunan terdiri dari sekitar
Peta Sungai Indus 207 kilometer kubik, sehingga
termasuk sebagai dua puluh satu
sungai terbesar di dunia dalam hal pengairan tahunan.2

1
Su’ud, Hal 38
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Indus diakses 9 Maret 2014

2
lembah sungai Indus atau Sindhu3 meupakan sungai yang dianggap paling suci
di oleh orang India di masa kuno yang dijuluki ‘raja sungai’. Di namakan Sindhu
menurut bahasa sansekerta berarti Samodera atau Perairan Besar. Sumber sungai
beasal dari dataran tinggi Tibet di sekitar Danau Mansarovar, bagian dari Himalaya,
dan setelah mengalir menerobos negeri Kashmir membasahi bumi Pakistan dan
bermuara di Laut Arab.
Daljoeni dalam bukunya Geografi Kesejarahan I menjelaskan lebih terperinci
letak georafis Sungai Indus :
Letak Bagian hulu sungai Indus mengalir di seberang Himalaya yang
panjangnya sekitar 3000 km. Dari barat daya tibet itu aliran sungai langsung
menerobos pegunungan yang keras untuk terjun di daratan Punjab yang
terletak di Jazirah India. Lebih tepatnya di dekat kota Kalabagh, mulai dari
kota Minthankot sungai Indus kemasukan lima anak sungainya yaitu Jhelum,
Chenab, Ravi, Beas, dan sutlej.dan bermuara di Laut Arab. 4
Adapun letak daerah Harappa dan Mohenjodaro yang merupakan pusat kebudayannya
lebih kurang 800 km, dan kebanyakan tempat terletak di sepanjang aliran sungai Indus sampai
ke Hyderabad sekarang, yaitu sekitas 200 km ke selatan, di Baluchistan dan Makran 300 km
ke sebelah barat, dan sampai ke utara Rupar pada sungai Sutlej di kaki bukit Silma.
Secara geografis wilayah yang ditempati peradaban lembah sungai Indus lebih luas
dibanding dengan wilayah peradaban Mesir dan Mesopotamia. Harappa terletak di tepi sungai
Ravi letaknya 560 km dari Mohenjo-daro yang ada di sebelah Baratnya lagi ke arah muara
sungai Indus.5
2. Kondisi Alam
Pada musim hujan sungai sering mengalami banjir besar hal inilah yang dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar sungai untuk membuat irigasi tanah pertanian. Dan berkat banjir
bandang yang sering terjadi inilah yang membuat daerah ini subur.6
Lembah Sungai Indus tepatnya di daerah Balusyitan dulunya merupakan tempat yang
subur hal tersebut dapat dilihat dengan adanya sisa-sisa dam sungai dan bangunan lumbung

3
Nama lain dari sungai Indus dalam bahasa Sansekerta, juga terdapat nama lainnya seperti (Sanskrit: सिन्धु
Sindhu; Urdu: ‫ سندھ‬Sindh; Sindhi: ‫ سندھو‬Sindhu; Punjabi ‫ سندھ‬Sindh; Hindko ‫ سندھ‬Sindh; Avestan: सिन्धु Sindhu;
Pashto: ّ‫ آباسن‬Abasin "Father of Rivers"; Persian: ‫" سند‬Nilou" "Hindu"; bahasa Arab: ‫" السند‬Al-Sind"; Tibet: སེང་གེ།་
གཙང་པོ; Wylie: "Sênggê Zangbo" "Lion River"; Tionghoa: 森 格 藏 布 / 狮 泉 河 / 印 度 河 ; pinyin: Sēngé
Zàngbù/Shīquán Hé/Yìndù Hé; Greek: Ινδός Indos; Turki: Nilab) dimuat dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Indus diakses 9 Maret 2014
4
Daldjoeni. 1987. Geografi Kesejarahan I. Bandung : Alumni, Hal 106-107
5
Abu Suud. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan. Jakarta: DEPDIKBUD DIKTI, hal 38-39
6
Daldjoeni. Hal 108

3
yang menunjukan sekitar 3000 tahun SM di sana merupakan daerah yang subur karena curah
hujannya yang cukup lebat. Namun sekarang Balusyitan sudah begitu kering alamnya.

3. Proses Perkembangan Kebudayaan & Manusia Pendukung


Menurut Clark salah seorang prehistori7 Bangsa yang pertama kali membangun
peradaban Mohenjo Daro dan Harappa ini diperkirakan adalah Bangsa Dravida yang
merupakan ras kulit hitam (Australoid). Dengan karakteristik bibir tebal, kulit hitam, hidung
pesek, berbadan tegap dan berambut ikal. Mereka sudah menetap dan tinggal di Lembah
Indus dengan bercocok tanam sesuai keadaan alam sekitar lembah yang subur dan dialiri
sungai.
Dalam perkembangannya pada tahun 1750 SM mulai masuk
suku-suku baru yaitu suku Aria dari arah Barat Laut. Mereka datang
dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya
memasuki melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya. Bangsa
Arya (Indo-Eropa)8 adalah bangsa peternak yang memuja dewa Indra
dengan kehidupan yang terus mengembara. Mereka juga sudah
Bangsa Dravida
mengenal barang perunggu tetapi belum menfenal besi. Bangsa
pendatang inilah yang membawa kitab suci RG Weda.
Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan menguasai
daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap. Bangsa Arya ini mendesak bangsa
Dravida ke bagian selatan India dan membentuk Kebudayaan Dravida namun, sebagian lagi
ada yang bercampur antara bangsa Arya dan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu.
Oleh karena itu, kebudayaannya disebut kebudayaan Hindu.9
Penggalian-penggalian di situs Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa
pendukung peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti
peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-
Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakatnya. Misalnya, banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai
azimat yang berlubang-lubang, diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga
materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam
huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini

7
Sebuah disiplin ilmu sejarah yang membahas mengenai peninggalan-peninggalan kuno
8
Ciri Khas Bangsa Arya: berkulit putih, postur tubuh tinggi, bentuk hidung mancung, rambut pirang, bola mata
biru
9
DalJoeni, Hal 104

4
sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum
terungkap.10
Namun yang menjadi permasalahan pada ahli adalah faktor runtuhnya peradaban
lembah sungai Indus. Terdapat beberapa spekulatif yaitu :
1. Faktor Alamiah
Yaitu adanya kekringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat dahsyat
serta lama yang dialami oleh para pendukung kebudayaan itu. Atau mungkin hal
itu terjadi oleh bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung merapi meletus.
2. Faktor Wabah Penyakit
Wabah penyakit yang melanda masyarakat pada waktu itu nampaknya juga sangat
mungkin bila dikaitkan dengan kemusnahan peradaban itu.
3. Adanya Penyerangan Bangsa Lain
Kelangsungan kehidupan politik setelah zaman Harappa hingga masa Arya
nampaknya tergangu oleh hal-hal seperti menyusutnya jumlah penduduk.
Menyusutnya jumlah penduduk tersebut diduga musnah akibat penyerangan
bangsa Arya ataupun melarikan diri ke daerah lain, sementara para penyerang
tidak bermaksud melanjutkan tata pemerintahan dalam waktu lama.11

4. Karakteristik Berdasarkan 7 Unsur Kebudayaan


a. Bahasa
Belum diketahui pasti bahasa apa yang digunakan oleh bangsa di peradaban lembah
sungai Indus. Karena seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya meskipun dalam penggalian peninggalan
peradaban lembah Sungai Indus banyak ditemukan materai
yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat

Cap/ Stempel tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan


yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini
sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum
terungkap. Namun diduga terdapat dua bahasa dalam yang dipakai yaitu bahasa Dravida yang
merupakan bahasa awal yang dipakai, lalu setelah invasi bangsa Arya maka bahasa Arya lah
yang dipakai.

10
Abu Suud, hal 40
11
Tim Penyusun. 1990. Negara dan Bangsa: Asia. Jakarta: Grolier international-Widyadara, Hal 50

5
b. Sistem Pengetahuan
Menyangkut tentang Sistem Pengetahuan Masyarakat pada peradaban ini dapat dilihat
dari tata kota yang diatur sedemikian rupa dengan
sangat strategisnya.
Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung
dan rumah tinggal serta pertokoan dibangun secara teratur
dan berdiri kokoh. Gedung-gedung dan rumah tinggal dan
pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata yang dicampur
dengan semacam semen . Jalannya lebar sampai 10 m dan
membujur sejauh 2 km. Jalan-jalan itu membujur membentk
Tata Kota
sudut siku-siku ke utara selatan dan timur Barat.
Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok. Masing-masing bagian atau blok
berbentuk persegi panjang. Tiap-tiap blok dibagi oleh lorong-lorong yang sama dengan
lainnyaan saling berpotongan. Di tempat itulah mereka mendirikan rumah-rumah dan gedung-
gedung untuk menjalankan pemerintahan.
Lorong-lorong dan jalan-jalan dilengkapi dengan saluran air, sebagai tempat
menyalurkan air dari rumah-rumah ke sungai. Kemudian mereka menjaga saluran itu dengan
baik kebersihannya sehingga saluran tersebut dapat berfungsi dengan baik.12
Dalam kota tidak dijumpai candi-candi, sebagai gantinya di jumpai istana tempat
mandi umum dengan ukuran 11 x 7 m, yang dilengkapi bilik-bilik untuk orang mandi.
Lurus ke arah selatan tempat pemandian umum terdapat sebuah bekas gedung yang
amat besar, lebih kurang 600x300 m yang dulu adalah istana.13

c. Organisasi Sosial
Berdasarkan penelitian, di kota Mohenjo Daro dan Harappa ditemukan benteng yang
mengelilingi kedua kota tersebut. Kota Harappa dikelilingi benteng sepanjang 450 meter dan
di sekitar benteng tersebut dibangun barak-barak untuk tempat tinggal para pasukan. Di dekat
barak-barak tersebut dibangun lumbung-lumbung tempat menyimpan hasil pertanian dengan
ukuran panjang 15 meter dan lebar 6 meter. Dari peninggalan-peninggalan tersebut para ahli
menduga bahwa peradaban lembah Sungai Indus telah menjalankan sistem pemerintahan

12
Atlas Dunia Zaman Kuno. 2003. Jakarta: Erlangga, Hal: 18
13
Abu Suud, Hal : 38

6
yang bersifat theokrasi14. Tiap kota dipimpin oleh pendeta yang berkuasa secara mutlak. Jadi,
kedua kota tersebut diperkirakan telah memiliki pemerintahan pusat.
d. Teknologi dan Peralatan Hidup
Terdapat beberapa penemuan arkeolog yang berkenaan tentang Teknologi dan
Peralatan Hidup bangsa Sungai Indus:
1. Periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu
ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga
digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain. Dari hasil penggalian
benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan
sudah tinggi. Mereka dapat membuat piala-piala emas. Mereka dapat membuat piala-
piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu.
2. Penduduk Mohenjodaro-Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa
benda tajam yang dibuat dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak
panah, ataupun pedang, sangat rendah mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan
bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai,
atau dengan kata lain tidak suka berperang.
3. Cara penguburan jenazah nampaknya mempunyai bermacam cra tergantung dari suku
bangsa. Di Mohenjodaro misalnya, tidak adanya kuburan seolah-olah menunjukan
adanya kebiasaan membakar jenazah, dan abu jenazahnya kemudian ditempatkan
dalam tempayan khusus. Namun adakalanya tulang-belulang yang tidak dibakar
disimpan dalam tempayan pula. Bukti ini menunjukan bahwa Harappa kebiasaan
menguburkan jenazah.
e. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Jika dilihat dari segi geografisnya yang berada di lembah sungai maka dapat
disimpulkan bahwa Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat
bergantung pada pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Selain itu mereka juga
beternak sapi, kerbau, domba,. Selain pertanian dan peternakan, perdagangan juga merupakan
aspek perekonomian penting bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Secara ekonomis pula
mereka mengenal pembagian kerja yang intensif.15
f. Sistem Kepercayaan

14
Teokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana prinsip-prinsip Ketuhanan memegang peran utama.
Kata "teokrasi" berasal dari bahasa Yunani θεοκρατία (theokratia). θεος (theos) artinya “tuhan” dan κρατειν
(kratein) “memerintah”. Teokrasi artinya “pemerintahan oleh wakil tuhan”. Teokrasi adalah bentuk
pemerintahan di mana dijalankan berdasarkan prinsip Ketuhanan. (adalah negara yang menjadikan prinsip-
prinsip Ketuhanan sebagai pedoman pemerintahan) dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Teokrasi diakses
tanggal 9 Maret 2014
15
Abu Suud, Hal: 38-39

7
Sistem kepercayaan sangatlah dipengaruhi oleh letak geografis suatu pradaban
tersebut. Selain itu peninggalan-penginggalan kuno nampaknya sangat dipengaruhi oleh
keyakinan yang dianuat oleh masyarakat. Obyek yang paling umum dipuja orang-orang
mohenjodaro dan harappa menyembah patung yang di sebut ibu dewi (Mother Goddess) yang
melabangkan kesuburan, yang banyak dipuja di daerah Asia Kecil.
Seorang Dewa bermuka tiga dan bertanduk juga dijumpai pada lukisannya disebuah
matere batu, dengan sikap duduk dikelilingi oleh binatang. Namun tidak dapat dipastikan
secara jelas apakah metere-metere tersebut merupakan objek pemujaan. Namun ditemukannya
adanya patung hewan lembu jantan yang kemudian disebut tokoh Nandi, yaitu hewan
tunggangan Siwa menjadi salah satu penguat bahwa metere tersebut adalah objek pemujaan
masyarakat.16
Namun dengan adanya invansi dari bangsa Arya. Mendorong lahirnya Polithisme
yang dipengaruhi oleh gejala-gejala alami. Dewa Surya, Agni, Indra, Varuna, dan pada taraf
terakhir munculnya dewa Prajati, Sharadda dan Dewa Manyu 17.
Pada akhir milenium ke-1 SM, perkembangan peradaban lembah sungai Indus
memasuki periode Weda, menurut estimasi masa penyusunan Regweda (sekitar 1700 SM
hingga 1100 SM), kumpulan himne keagamaan yang menjadi fondasi bagi agama Hindu dan
aspek kultural lainnya pada masyarakat India awal. Rentang waktu periode ini tidak diketahui
dengan pasti, dan masa berakhirnya diperkirakan sekitar abad ke-6 SM. Pada periode tersebut
sudah ada religi yang menjadi perintis bagi agama Hindu seperti yang dikenal pada masa
kini.18
g. Kesenian
Dalam bidang kesenian terdapat beberapa penemuan yang menunjukan perkembangan
Kesenia n dalam masyarakata peradaban lembah Sungai Indus:
1. masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal
hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di
tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat
permainan berupa papan bertanda serta kepingan-
kepingan lain.
2. Di reruntuhan Mohenjo Daro dan Harappa banyak ditemukan berbagai bentuk
perhiasan wanita yang terbuat dari logam, kulit, dan gading.19
5. Penyebaran dan Pengaruh Terhadap Budaya Lain

16
Michael Keene. 2006. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta :Kanisisus, Hal 8
17
Djaljoeni, hal :105
18
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_dunia#Lembah_Sungai_Indus diakses 9 Maret 2014
19
Atlas Sejarah Zaman Kuno. Hal : 18

8
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase,
yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan
benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang
tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu
peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa.
Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah
dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai
Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida
kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban
tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan
sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan
perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang
sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rta". Pada jaman ini, masyarakat dibagi
atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan
keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa
pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya "Tata Cara Upacara"
beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan
upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan
yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada
Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi,
yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman
pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar
Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian
dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan
Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.20
Selanjutnya, pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang
bernama "Sidharta", menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga
dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.21
Mitologi Hindu mudah beradaptasi dengan budaya lokal tanpa melupakan format
aslinya (Weda, Purana, Itihasa). Pada masa penyebaran agama Hindu ke wilayah Asia
20
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=79 diakses tanggal 10
Maret 2014
21
Michael, hal 10

9
Tenggara, seperti: Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Nusantara (terutama Semenanjung
Malaka, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan lain-lain), beberapa bagian dari mitologi Hindu
yang asli dari India telah bercampur dengan budaya lokal dan diadaptasi agar lebih mudah
dicerna. Mitologi Hindu tersebut diadaptasikan sesuai dengan kepercayaan lokal (seperti
Islam, Animisme dan Dinamisme), dengan menambahkan atau mengurangi format aslinya. 22
Beberapa pengaruh peradaban Lembah Sungai Indus terhadap kebudayaan dan seluruh
aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut :
1. Pembakaran dupa dan kemenyan ketika akan melakukan upacara.
2. Munculnya Kerajaan-Kerajaan Hindu, seperti kutai
3. Keyakinan tentang zimat atau benda yang mempunyai kesaktian tertentu.
4. Banyaknya kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta dan
Pali.

22
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi_Hindu, Diakses 10 Maret 2014

10
Bab III
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan dapat diambil kesimpulan bahwa peradaban lembah sungai
Indus merupakan salah satu peradaban yang paling berpengaruh di dunia. Di area Asia
Tenggara, khususnya di Indonesia peradaban lembah sungai Indus memberikan pengaruh
besar dalam budaya Indonesia mulai dari segi bahasa hingga seni arsitektur Indonesia. Kita
mengenal kerajaan, sistem kasta, di era awal abad masehi yang merupakan warisan dari
agama Hindu yang berkembang di Peradaban Lembah Sungai Indus.

11
Daftar Pustaka

Abu Suud. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan. Jakarta: DEPDIKBUD
DIKTI
Atlas Dunia Zaman Kuno. 2003. Jakarta: Erlangga
Daldjoeni. 1987. Geografi Kesejarahan I. Bandung : Alumni
Michael Keene. 2006. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta :Kanisisus
Tim Penyusun. 1990. Negara dan Bangsa: Asia. Jakarta: Grolier international-Widyadara

Sumber Online:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Indus diakses tanggal 9 Maret 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi_Hindu, Diakses 10 Maret 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Indus diakses 9 Maret 2014
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=79
diakses tanggal 10 Maret 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Indus_river.svg diakses tanggal 10 Maret 2014

http://3.bp.blogspot.com/_KsbSPFAFMdk/TRLL3ZMPpZI/AAAAAAAAAb4/v6tspski8aA/
s320/indus-cart.jpg diakses tanggal 10 Maret 2014

http://pututristi.files.wordpress.com/2011/01/3100-2900-bc-mesopotamian-administrative-
tablet-with-cylinder-seal-impression-of-a-male-figure-hunting-dogs-and-boars.jpg diakses
tanggal 10 Maret 2014

12

Anda mungkin juga menyukai