PENGANTAR PENDIDIKAN
PILAR-PILAR PENDIDIKAN
OLEH
1. FADILAH NURUL ANJANI
2. IRAWATI OKE
3. NURAFIFAH ALFINA. M
4. HERI ADRIANI
5. CITRA WAHYUNI
6. NADYRA DARA BUDIMAN
7. EKA FADILLAH AKSARI
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang
membahas mengenai empat pilar utama pendidikan menurut UNESCO dan model
pembelajaran Dick & Carey. Pendidikan sebagai suatu proses dapat dilaksanakan
karena adanya tujuan yang jelas. Pencapaian tujuan pendidikan salah satunya
didukung oleh pilar-pilar dasar pendidikan. UNESCO sebagai unit kerja dari PBB
menctapkan empat pilar utama pendidikan yang dapat menjadi acuan bagi
pelaksanaan pendidikan secara universal. Pelaksanaan pendidikan juga tidak dapat
dilepaskan dari adanya model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
sistemik dikenalkan oleh Dick & Carey.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Landasan
Pendidikan dan Pembelajaran. Penulis menyadari bahwa isi dari makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya.
Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca agar dapat menjadi makalah yang lebih baik. Akhirnya,
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai empat pilar utama pendidikan menurut UNESCO dan
model pembelajaran Dick & Carey.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………… 3
A. LATAR BELAKANG ………………………………………………….. 4
B. TOPIK BAHASAN …………………………………………………….. 5
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH …………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 6
A. EMPAT PILAR UTAMA DALAM UNESCO ………………………. 6
B. MODEL PEMBELAJARAN DICK AND CARAY ………………… 9
C. MDGs, SDGs, NAEP, PISA, dan NAWACITA ……………………... 13
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dipandang suatu hal yang sangat penting. Dengan adanya
pendidikan, manusia dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan,
mengembangkan keterampilan hidup, dan menjadi manusia yang semakin
bermartabat. Pengertian pendidikan sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 20
tahun 2003 adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kualitas suatu bangsa dapat dinilai dari berbagai indikator, salah satunya
adalah pendidikan. Proses pendidikan yang berjalan dengan baik akan membawa
hal-hal baru yang dapat digunakan untuk menghadirkan sumber daya manusia
yang semakin berkualitas. Perkembangan dunia yang begitu pesat apalagi di era
yang semakin modern ini menuntut adanya persaingan yang sangat kompetitif.
4
Proses pembelajaran dapat dilaksanakan dalam berbagai desain atau model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran (Helmiati, 2012). Salah
satu model pembelajaran yang dikenalkan oleh Walter Dick dan Lou Carey pada
tahun 1985 yang disebut dengan model Dick and Carey (Aji, 2016). Model
pembelajaran ini menggunakan pendekatan sistem yang tiap komponennya
penting sekali bagi keberhasilan belajar siswa (Munandir, 1987).
B. Topik Bahasan
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa topik yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini yang diuraikan sebagai berikut.
1. Deskripsi empat pilar utama pendidikan menurut UNESCO.
2. Model pembelajaran Dick and Carey.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Berkaitan dengan belajar sebagai proses yang berlangsung
sepanjang hidup, Salam (1997) mendorong masing-masing orang sebagai
subyek belajar yang bertanggung jawab atas pendidikan diri sendiri untuk
menyadari bahwa:
7
setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda dimana hal itu
akan berpengaruh ketika proses belajar berlangsung.
f. Guru sebagai mediator Guru selalu dituntut untuk memiliki
pengetahuan mengenai media pendidikan dan juga harus memiliki
keterampilan memilih dan menggunakan media dengan baik.
g. Guru sebagai evaluator Guru berperan sebagai penilai hasil belajar
siswa.
8
ditekankan sebuah skema untuk mendorong siswa mampu memiliki
kepercayaan diri yang tinggi.
9
b. Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang dikehendaki.
c. Menerangkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan
perencanaan desain pembelajaran.
10
d. Merumuskan tujuan performansi
Dari analisis tingkah laku, pengajar kemudian menyusun
pernyataan spesifik tentang apa yang akan mampu dilakukan oleh siswa
ketika menyelesaikan proses pembelajaran. Dick and Carey menyebut
bahwa tujuan performansi terdiri dari: tujuan harus menguraikan hal yang
akan dilakukan siswa, menyebutkan tujuan: dan menyebutkan kriteria
yang digunakan untuk menilai aksi atau kerja siswa.
i. Merevisi pembelajaran
Setelah melakukan penilaian, langkah selanjutnya adalah
memperbaiki dan merancang kembali pembelajaran. Revisi dilakukan
dengan cara menafsirkan data yang diperoleh dari penilaian formatif
untuk dapat mengenali kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
mencapai tujuan. Revisi pembelajaran tidak saja digunakan itu sendiri
untuk merevisi pembelajaran tetapi juga untuk mengkaji kembali
11
keabsahan analisa pembelajaran yang dilakukan dan asumsi-asumsi
tentang tingkah laku masukan serta karakteristik siswa.
j. Melakukan penilaian sumatif
Penilaian sumatif merupakan penilaian mengenai nilai atau harga
pengajaran secara mutlak dan dilakukan hanya setelah pengajaran
melewait proses revisi atau perbaikan sesuai dengan tujuan semestinya.
Maka langkah ini bukan lagi dipandang sebagai kesatuan atau terpadu
dengan proses pembelajaran karena penilaian ini bukan melibatkan
pengajar tetapi pihak independenatau evaluator.
b. Kekurangan
1) Model pembelajaran Dick and Carey terkesan kaku karena sangat menonjolkan
prosedur yang harus dilewati satu persatu.
2) Model pembelajaran Dick and Carey akan mengalami kesulitan ketika proses
pembelajaran berbasis internet dilaksanakan. Hambatan terjadi pada tahap
menganalisis karakteristik siswa, karena proses pembelajaran yang tidak ada tatap
muka atau bertemu langsung.
12
C. MDGs, SDGs, NAEP, PISA, dan Nawacita
13
dilaksanakan sebelumnya, yaitu MDGs (Millennium Development Goals) yang
telah dilaksanakan dari tahun 2000 sampai tahun 2015. SDGs merupakan tujuan
pembangunan lanjutan dari MDGs untuk periode tahun 2016 sampai tahun 2030.
Adanya SDGs menjadi sebuah harapan baru bagi masyarakat dunia secara
umum, karena ada tujuan bersama yang lebih konkret untuk menjadikan dunia
yang lebih baik dengan mewujudkan ketujuh belas tujuan yang telah disepakati.
Ketujuh belas target atau tujuan pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam
Sustainable development goals
a. Menghapus kemiskinan
b. Mengakhiri kelaparan
c. Kesehatan yang baik dan kesejahteraan
d. Pendidikan bermutu
e. Kesetaraan gender
f. Akses air bersih dan sanitasi
g. Energi bersih dan terjangkau
h. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
i. Insfraktuktur, industri, dan inovasi
j. Mengurangi ketimpangan
k. Kota dan komunitas yang berkelanjutan
I. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
m. Penanganan perubahan iklim
n. Menjaga ekosistem laut
o. Menjaga ekosistem darat
p. Perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat
q. Kemitraan untuk mencapai tujuan.
14
kepentingan yang lebih luas. SDGs dirancang dengan mempertimbangkan
berbagai aspek dan melibatkan partisipasi berbagai pihak baik pemerintah,
masyarakat sipil, akademisi, yang berada di negara maju dan berkembang. Hal itu
berdampak pada adanya perbedaan yang mencolok antara MDGs dengan SDGs.
Perbedaan yang pertama antara MDGs dengan SDGs adalah dimana SDGs
dirancang dan dirumuskan berdasarkan prinsip-prinsip HAM, inklusivitas, dan
anti diskriminasi. Kedua terkait dengan agenda dimana SDGs tidak hanya
berfokus pada masalah ekonomi yaitu kemiskinan, tetapi lebih luas lagi yang
mencakup keberlangsungan hidup masyarakat dunia. Artinya agenda SDGs
dilaksanakan bukan sekadar untuk kepentingan masa sekarang tetapi juga untuk
menyiapkan kehidupan di masa yang akan datang. Ketiga, SDGs ditujukan untuk
memastikan bahwa semua orang dapat hidup dengan baik sejahtera. Keempat,
SDGs dirancang untuk mendorong adanya perdamaian dunia. Kelima, SDGs
mengutamakan sinergi antar pemangku kepentingan untuk kesejahteraan
masyarakat MDGs dan SDGs juga memiliki perbedaan dalam hal jumlah tujuan
dan indikator. Sebelumnya, MDGs terdapat sebanyak selapan tujuan dengan enam
puluh indikatornya. Pada agenda SDGs mengalami perkembangan menjadi tujuh
belas tujuan dengan 232 indikator. Di antara tujuh belas tujuan yang ada pada
SDGs, terdapat empat tujuan yang sebelumnya tidak ada di MDGs, yaitu tujuan
ke sembila mengenai industri, inovasi, dan infrastruktur, tujuan ke sepuluh
mengenai mengurangi ketimpangan, tujuan ke sebelas mengenai masyarakat dan
kota yang berkelanjutan, dan tujuan ke enam belas mengenai perdamaian,
keadilan, dan institusi yang kuat.
3. NAEP
National Assessment of Educational Progress (NAEP) merupakan sebuah
metode pengukuran prestasi belajar siswa secara nasional. Sering disebut sebagai
kartu laporan bangsa. (NAEP) adalah satu satunya perwakilan nasional,
melanjutkan penilaian dari apa yang siswa Amerika tahu dan dapat dilakukan
dalam berbagai mata pelajaran. NAEP memberikan ukuran pembelajaran siswa
yang komprehensif pada titik titik kritis dalam pengalaman sekolah mereka.
Penilaian telah dilakukan secara rutin sejak 1969. Karena itu membuat
informasi objektif tentang kinerja siswa tersedia bagi para pembuat kebijakan di
tingkat nasional dan negara. NAEP memainkan peran integral dalam
mengevaluasi kondisi dan kemajuan pendidikan suatu bangsa. Dalam program ini,
15
hanya informasi yang berkaitan dengan pencapaian akademik yang dikumpulkan.
NAEP menggunakan prosedur sampel yang dirancang sedemikian rupa sehingga
penilaian dapat masuk pada rabah keragaman geografis, ras, etnis, dan sosial
ekonomi sekolah dan siswa di Amerika. Penilaian NAEP diberikan secara
seragam kepada semua siswa yang berpartisipasi dengan menggunakan booklet
test yang sama dengan prosedur yang sama secara nasional.
4. PISA
PISA merupakan singkatan dari Programme for International Student
Assessment yang digagas oleh OECD (Organization for Economic Cooperation
and Development) yang berkedudukan di Paris, Perancis. Menurut Kemendikbud
(dalam Rahmawati, 2016) PISA adalah studi internasional mengenai prestasi
literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah yang berusia lima belas
tahun. PISA diselenggarakan setiap tiga tahun sekali yang dimulai pada tahun
2000.
Indonesia mulai berpartisipasi dalam PISA sejak tahun 2000. Pada tahun
tersebut, terdapat sebanyak 41 negara yang ikut berpartisipasi sebagai peserta.
Dengan mengikuti PISA, Indonesi memperoleh manfaat untuk mengetahui posisi
prestasi literasi siswa jika dibandingkan dengan literasi siswa dari negara lain
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil ini digunakan oleh pemangku
kepentingan untuk dapat menyusun kebijakan mengenai peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia.
PISA dilaksanakan dalam bentuk tes bacaan, matematika, dan sains yang
dikerjakan dengan durasi waktu dua jam (Novita, 2018). Dalam pelaksanaannya,
Indonesia menunjuk anak didik yang akan ikut tes ini secara acak dari berbagai
daerah (sampling). Pengujian biasanya diberikan kepada antara 4.500 dan 10.000
siswa di setiap negara (Wulandari, 2015). Untuk memperlihatkan bahwa tingkat
literasi baik dalam membaca, matematika, maupun sains sudah baik, maka OECD
memiliki standar ratarata internasional skor 500. Dari hasil PISA yang telah
diikuti oleh Indonesia, pada tahun 2000, Indonesia berada pada peringkat 39 dari
41 negara peserta. Untuk edisi selanjutnya pada tahun 2003, Indonesia menempati
peringkat 39 dari 40 negara peserta. Dan pada edisi tahun 2006, Indonesia
menempati peringkat 48 dari 56 negara peserta. Hasil ini tentu merupakan hal
yang tidak menggembirakan. Menjadi sebuah tantangan besar bagi p pendidikan
16
di Indonesia untuk dapat meningkatkan mutunya. Hal ini berkaitan dengan
persaingan global yang semakin ketat.
5. Nawacita
Nawacita adalah kata yang berasa! dari bahasa sansekerta, yaitu Nawa
yang berarti sembilan dan Cita yang berarti tujuan. Jadi Nawacita adalah sembilan
tujuan yang hendak dicapai. Dalam kaitannya dengan Negara Indonesia, Program
Nawacita berarti sembilan program yang hendak dicapai dalam bernegara.
Nawacita adalah konsep besar untuk memajukan Indonesia yang berdaulat,
mendiri, dan berkepribadian. Untuk mewujudkannya, diperlukan kerja nyata pada
tahap demi tahap yang diawali dengan pembangunan fondasi dan dilanjutkan
dengan upaya percepatan di berbagai bidang. Berikut adalah sembilan program
yang disebut sebagai Nawacita Pemerintah Indonesia (KPU RI).
a. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan
meberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
b. Membuat pemerintahan tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan
desa dalam kerangka Negara Kesatuan.
d. Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hokum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
f. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
h. Melakukan revolusi karakter bangsa.
i. Memperteguh Ke-Bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
17
BAB IlI
PENUTUP
Kesimpulan
18
6) Mengembangkan siasat pembelajaran:
7) Mengembangkan dan memilih meteri pembelajaran,
8) Merancang dan melakukan penilaian formatif:
9) Merevisi pembelajaran: dan
10) Melakukan penilaian sumatif.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aji, W.N. (2016). Model Pembelajaran Dick and Carrey Dalam Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, 1 (2).
(Online), tersedia: https://journals.ums.ac.id.
Badan Pusat Statistik. (2016). Potret Awal Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals) di Indonesia. (Online) tersedia :
http://www.bps.go.id/publication/2017/02/01/9a002f0067c89e511f042c13
/kajian-indikator-lintas-sektor--potret-awal-tujuan-pembangunan-
berkelanjutan-sustainable-development-goals--di-indonesia.html
Fakhurdin. (2010). Menjadi Guru Faforit. Yogyakarta: Diva Press.
Helmiati. (2012). Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Horkay, N.(1999). The NAEP Guide. Washington DC: U.S Depatement of
Education.
Isjoni. (2018). Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
KPU. (2014). Visi Misi Program Aksi Joko Widodo dan Jusuf Kalla. (Online)
tersedia: http://www.kpu.go.id/Visi_Misi_JOKOWI-JK.pdf.
Mudyahardjo, R. (2001). Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang
Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Munandir. (1987). Rancangan Sistem Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Novita, F.(2018). PISA dan Literasi Indonesia. Kompasiana.com (Online)
tersedia:
http://www.kompasiana.com/frncscnvt/5c1542ec677ffb3b533d6105/pisa-
dan-literasi-indonesia?page=all
Rahmawati, E.(2016). Analisis Matematika Bertipe PISA. Jurnal Pendidikan
Matematika, 2(2). (Online) tersedia: http://ejournal.upp.ac.id,
Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik.Jakarta: Rineka Cipta.
Wulandari,I.C. (2015). Uji Coba PISA Untuk Mengetahui Tingkat Kemampuan
Literasi Matematis pada Siswa SMP. Bandung:UPI (online) tersedia:
http://repository.upi.edu/17965/6/S_MTK_0800440_Chapter1.pdf
20
21