Anda di halaman 1dari 13

EMPAT PILAR PENDIDIKAN UNESCO

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila dan Kewarganegaraan Keperawatan

Dosen Pengampu:
Dr. Dyah Adriantini Sintha Dewi, S.H., M. Hum

Oleh:
1. Audry Tika Widya Kinasih 21.0601.0014
2. Hervina Isnanti 21.0601.0016
3. AndiniFrisca Putri Wulandari 21.0601.0029
4. Laila Dwi Rahmawati 21.0601.0031
5. Rindi Nur Safitri 21.0601.0032
6. Nina Rahmawati 21.0601.0034
7. Shella Oktavia Cahyaningrum 21.0601.0037
8. Artika Amri Budyaningsih 21.0601.0038

PRODI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan

hidayahNya, sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan

Makalah ini, tak lain untuk memenuhi tugas Pancasila dan Kewarganegaraan tahun ajaran

2021/2022.

Kami berharap semoga Makalah ini dapat menambah wawasan dalam pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan tentang Empat Pilar pendidikan UNESCO dari pengetahuan yang telah

dibaca. Kami sadar benar bahwa dalam menuliskan makalah ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, mohon ketersediannya untuk memberikan kritik dan saran dalam perbaikan

makalah berikutnya.

Magelang, 30 September 2021

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa yaitu dengan


meningkatkan mutu pendidikan dalam suatu bangsa. kualitas pendidikan sangat
penting sehingga hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa
depan. Sehingga diharapkan dalam pembahasan mengenai pilar-pilar pendidikan kita
sebagai calon perawat nantinya dapat mengaplikasikan pilar-pilar ini ketika melakukan
pelayanan masyarakat.

Pendidikan merupakan pilar yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan juga merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia.
Pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Indonesia sebagai Negara
konstitusional mengatur pendidikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.”

Tujuan pendidikan menurut UNESCO dalam upaya meningkatkan kualitas mutu


pendidikan. Hakikat dari pemikiran ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui
lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization)
mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan,
yakni: 1). learning to know, 2). learning to do 3). learning to be, 4). learning to live
together. Dimana pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan
SQ.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis membatasi permasalahan agar


mengarah pada pokok pembicaraan sehingga lebih mudah untuk dipahami. Oleh sebab itu
dalam penguraiannya di rumuskan permasalahan untuk membahas 4 pilar pendidikan
menurut UNESCO.
Untuk itu, kita dapat mengajukan beberapa permasalahan sebagai titik permbahasan lebih
lanjut pada pembicaraan kita yaitu :
1.2.1 Apa saja empat pilar pendidikan UNESCO?
1.2.2 Apa garis besar mengenai empat pilar pendidikan UNESCO?
1.2.3 Apa keterkaitan perawat dalam empat pilar pendidikan UNESCO?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang akan dicapai untuk penulisan makalah ini yaitu :


1.3.1 Untuk mengetahui empat pilar pendidikan UNESCO
1.3.2 Untuk mengetahui garis besar mengenai empat pilar pendidikan UNESCO
1.3.3 Untuk mengetahui keterkaitan perawat dalam empat pilar pendidikan UNESCO
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO


2.1.1 Learning to know
Learning to know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar harus dapat
memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus dimengerti.
Learning to know tidak sekadar memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai
teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Level ini berfungsi sebagai pondasi
untuk membangun kompetensi klinis. Menurut (Syafril & Zen, 2007) pilar ini
berperan untuk membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan
intelektual dan akademik yang tinggi. (Kodir, 2011) berpendapat bahwa learning
to know bukan sebatas proses belajar di mana peserta didik mengetahui dan
memiliki materi informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat,
namun juga kemampuan untuk dapat memahami makna dibalik materi ajar yang
telah diterimanya.

Peran mahasiswa keperawatan dalam konsep learning to know adalah sebagai


berikut:

2.1.1.1 Kuliah pakar

Kuliah pakar adalah bentuk kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan


mahasiswa dan mendukung Program Penguatan Pendidikan Tinggi
Vokasi, dalam kuliah ini mahasiswa progam studi keperawatan
dapat mengambil pelajaran dan menggali lebih dalam
pengetahuan tentang ilmu keperawatan

2.1.1.2 Discovery learning


Discovery learning diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi
ketika mahasiswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman
mengenai sebuah informasi secara mandiri, metode belajarnya
memanfaatkan informasi yang tersedia, baik dari dosen maupun literatur.
2.1.1.3 Contextual learning
Contextual learning merupakan konsep belajar dari dosen dalam
mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi kehidupan sehari-hari dan
meningkatkan motivasi mahasiswa untuk membuat keterhububungan
antar keduanya, dalam konteks ini dosen dan mahasiswa memanfaatkan
pengetahuan untuk mencapai kompetensi mata kuliah.
2.1.1.4 Problem based learning
Problem based learning adalah metode belajar yang memanfaatkan
rumusan masalah dari dosen dan mahasiswa menganalisis masalah
tersebut. Metode ini mampu meningkatkan kemampuan menganalisis
masalah dalam suatu mata pelajaran (Handayani&Hadi, 2015).
2.1.1.5 Small group discussion
Small group discussion merupakan salah satu metode pembelajaran aktif
dengan pembagian kelompok-kelompok kecil guna memecahkan dan
mendiskusikan topik permasalahan.
Implementasinya dalam Pancasila dengan nilai-nilai sila keempat mengenai
kebebasan berpendapat pada small group discussion :
a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
b. Menyampaikan saran atau usul dalam berdiskusi
c. Mengutamakan kepentingan bersama
d. Mempunyai sikap menghargai serta menghormati terhadap orang lain

Selain itu, belajar dengan giat sebagai mahasiswa merupakan implementasi


dari sila kelima pancasila.

2.1.2 Learning to do

Menurut (Kodir, 2011), learning to do merupakan konsekuensi dari learning to


know. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft skill. Soft
skill dan hard skill sangat penting dalam dunia pendidikan, karena pendidikan
merupakan bagian dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang
berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman.

Menurut Lindsey Pollak, pakar karier multigenerasi dan penulis buku ‘Becoming


The Boss’, soft skill adalah aspek yang paling penting untuk dimiliki dalam dunia
kerja. Soft skill adalah kemampuan non-teknis yang ada pada diri seseorang,
termasuk kemampuan dalam komunikasi, kepemimpinan, dan sosialisasi.

Hard skills disebut dengan keterampilan teknis (technical skill). Hard


skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan
teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Alison Doyle, seorang pakar
karir dan pencarian kerja, menyebut bahwa hard skill adalah kemampuan yang
bisa dipelajari, dievaluasi, dan diukur. Sedangkan Doyle menyebut bahwa hard
skill adalah aspek yang dilihat pertama kali oleh perekrut pada proses interview,
untuk membandingkan antara satu pelamar dan pelamar lain.

Implementasi mahasiswa keperawatan dalam pilar ini adalah kegiatan simulasi.


Simulasi merupakan proses belajar untuk menganalisis situasi klinis, untuk
merumuskan perawatan yang tepat, memprioritaskan, dan untuk memberikan
tindakan asuhan keperawatan. Pada proses pengajaran, pendidik hanya
mengarahkan saat mahasiswa kesulitan dan mahasiswa yang aktif dalam
melakukan simulasi. Pada proses inquiry masing-masing berorientasi bagaimana
mahasiswa dituntut untuk critical thinking untuk mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan asuhan keperawatan, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan rasa kepercayaan mahasiswa dalam melakukan tindakan tersebut.

Implementasi pilar ini dengan sila pancasila adalah dengan sila keempat terkait
dengan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah cara berpikir manusia untuk
merespon seseorang dengan menganalisis fakta untuk membentuk penilaian.
Seperti saat bermusyawarah, tentu kita akan berpikir kritis sebelum kita
melontarkan pendapat.

2.1.3 Learning to be

Learning to be memiliki arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk jati
diri seseorang. Menurut (Hamdani, 2011). Kemampuan diri yang terbentuk di
sekolah secara maksimal memungkinkan siswa untuk mengembangkan diri pada
tingkat yang lebih tinggi. Manusia harus tumbuh menjadi dirinya sendiri.
Perkembangan manusia, dimulai dari lahir hingga sepanjang hidupnya, adalah
sebuah proses dialektika yang didasarkan pada pengetahuan dan hubungan pribadi
dengan orang lain.

Peran mahasiswa keperawatan dalam konsep learning to be adalah sebagai


berikut:

2.1.3.1 Cooperative learning


Cooperative learning merupakan metode pembelajaran yang terstruktur
dan sistematis yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu kasus
atau mengerjakan suatu tugas dilakukan pada kelompok-kelompok kecil
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dimana masing-masing
anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi
pembelajaran dan menjelaskan ke teman lainnya (komunikasi).
Komunikasi merupakan hal yang vital dalam keperawatan, karena
komunikasi yang baik dapat menunjang keberhasilan asuhan
keperawatan sebaliknya komunikasi yang buruk dapat menimbulkan
kesalahan medis.
2.1.3.2 Collaborative learning
Collaborative learning adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih
orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama
(tidak belajar sendirian) orang yang terlibat dalam collaborative learning
memanfaatkan keterampilan satu sama lain.
2.1.3.3 Project based learning
Project based learning adalah salah satu metode pembelajaran yang
melibatkan seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang melakukan kegiatan
diluar kampus. Ruang lingkupnya adalah kegiatan promotif, preventif,
kuratif, rehabilitative di masyarakat.
2.1.3.4 Self directed learning
Self directed learning adalah proses belajar atas inisiatif sendiri, mulai
dari diagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, identifikasi bahan
dan referensi belajar, pemilihan strategi dan evaluasi hasil belajar.

Implementasi pilar ini dengan sila pancasila adalah dengan sila kedua, terkait
dengan project basic learning yang kegiatannya bergerak diluar
kampus(masyarakat), contoh penerapannya:

a. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

b. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa

c. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

d. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.


2.1.4 Learning to live together

Learning to live together mengajarkan, melatih dan membimbing seseorang agar


mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi
prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya
perselisihan dan konflik. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka,
mandiri, dan menerima perlu ditumbuhkembangkan. (Hamdani, 2011).

Menurut (Kodir, 2011), learning to live together ini mengajarkan seseorang untuk
hidup bermasyarakat dan menjadi manusia berpendidikan yang bermanfaat baik
bagi diri sendiri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia.

Peran mahasiswa keperawatan dalam konsep learning to live together adalah


sebagai berikut:

1) Membiasakan untuk hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan


menerima. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses belajar untuk
menjalani kehidupan bersama.
2) Bekerja tim dengan teman sejawat

Implementasi pilar ini dengan sila pancasila adalah dengan sila kedua, terkait
dengan menghargai sesama manusia, saling terbuka satu sama lain, dan lain-lain
dalam konteks kemanusiaan.Melayani pasien dengan sepenuh hati
2. 2 Garis besar empat pilar pendidikan menurut UNESCO
2.2.1 Kekuatan
Empat pilar pendidikan dirancang sangat bagus, tujuannya sesuai dengan keadaan
zaman yang menuntut tidak hanya diajarkan IPTEK, harapannya dapat bekerja
sama dan memecahkan masalah dan juga hidup toleran.
2.2.2 Peluang
Apabila pendidikan di Indonesia diarahkan kepada empat pilar pendidikan ini,
pada saatnya masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat bermatabat di
kancah dunia.
2.2.3 Kelemahan
Meskipun telah dirancang sedemikian rupa, namun masih banyak aspek
penghalang dalam pelaksanaan pilar tersebut. kurangnya SDM, perbedaan pola
piker setiap masyarakat atau daerah dalam memandang pentingnya pendidikan
dan fasilitas yang minim.
2.2.4 Ancaman
Empat pilar pendidikan UNESCO bisa menjadi boomerang apabila tujuan atau
keinginanya yang hendak dicapai tidak kunjung terwujud. Bisa jadi muncul sikap
pesimis dan kehilangan kepercayaan diri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan pendidikan menurut UNESCO dalam upaya meningkatkan kualitas mutu


pendidikan. Hakikat dari pemikiran ini adalah mencanangkan empat pilar pendidikan
baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: 1). learning to know, 2).
learning to do 3). learning to be, 4). learning to live together. Dimana pilar
pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

Peran mahasiswa keperawatan dalam pilar UNESCO antara lain, kuliah pakar,
discovery learning, contextual learning, problem based learning, small group
discussion, berpikir kritis, dsb. Implementasinya dalam nilai-nilai pancasila sebagian
besar berkaitan dengan sila keempat pancasila. 4 garis besar pendidikan menurut
UNESCO adalah kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman.

Dengan adanya 4 pilar UNESCO ini diharapkan mahasiswa mahasiswi keperawatan,


baik program vokasi atau sarjana dapat menerapkan pilar-pilarnya dalam kehidupan
perkuliahan. Seperti pada contoh, para mahasiswa mahasiswi keperawatan yang
menerapkan pilar-pilar tersebut dapat berpikir kritis dan dapat belajar aktif, baik
dengan group discuss atau belajar mandiri, agar mahasiswa dapat mencapai
kompetensi mata kuliah. Dan kaitannya dengan dunia perawat adalah komunikasi.
Komunikasi antara perawat dan pasien merupakan hal yang vital, dan dapat dibantu
dengan 4 pilar UNESCO ini.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyarankan agar lebih banyak memiliki referensi
dari berbagai macam sumber baik media cetak maupun internet dan sebaiknya
meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok. Sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini dengan semaksimal mungkin. Sebaiknya makalah ini tidak hanya dipelajari
tapi juga dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat begitu pentingnya peran
dan fungsi seorang perawat, maka mahasiswa keperawatan diharapkan mampu
menerapkan 4 pilar UNESCO dalam dunia perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA

Asatiza. Jurnal Pendidikan. 2021. Riau: STAI Auliaurrasyidin Tembilahan.

Fendik, Muhammad. Pengembangan Kemampuan Koneksi Matematis dan Habits of Mind


Pada Siswa. 2019. Surabaya: Media sahabat Cendekia.

Dr. Hj. Sutiah, M.Pd. Pengembangan Pembelajaran Hybrid Learning: Implementasi


Pendidikan Karakter berbasis Ulul Albab. 2019. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

http://eprints.undip.ac.id/71929/5/sharing_experience_dalam_pembelajaran_klinik_materi_ag
us.pdf

jurnal.dpr.co.id
https://www.idntimes.com/life/education/uswatun-niswi/self-directed-learning-baik-untuk-
pengembangan-diri-exp-c1c2/1

Anda mungkin juga menyukai