Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KEJURUAN


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Andi Hudiah,M.Pd
Dr. Hj.Nahriana,M.pd
Andi Muadz,S.Pd

Disusun oleh :
Putri Aulia Masakaka 230208500030
Wulandari Putri 230208501011
Wirda Usman 230208501012

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJATERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKHNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini berisi tentang “Konsep Dasar Pendidikan” pada mata kuliah
pengantar pendidikan.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Pendidikan, sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Ibu Artifa Sorraya, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tidaklah sempurna, karena kesempurnaan
semata-mata datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Amin.

Makassar,31 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Pendidikan ........................................................................................... 2
2.2 Fungsi Pendidikan ........................................................................................................ 3
2.3 Tujuan Pendidikan ....................................................................................................... 4
2.4 Batasan-Batasan Pendidikan ....................................................................................... 7
2.5 Batasan-Batasan Pendidikan Menurut Fungsinya ..................................................... 7
2.6 Unsur-Unsur Pendidikan ............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 10
3.2 Saran ............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan semua usaha atau kebutuhan yang diperlukan oleh manusia
baik secara formal maupun informal agar manusia memperoleh ilmu dan dapat melakukan
atau menggapai apa yang diinginkannya dalam jangka waktu pendek ataupun jangka waktu
yang lama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah konsep dasar pendidikan itu?
2. Apa saja fungsi dan tujuan pendidikan?
3. Bagaimakah batasan-batasan pendidikan menurut fungsinya?
4. Terdiri dari apa sajakah unsur-unsur pendidikan itu?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui konsep dasar pendidikan
2. Mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan
3. Mengetahui batasan-batasan pendidikan
4. Mengetahui unsur-unsur pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pendidikan


bagi manusia menjadi penting sebagai upaya untuk melakukan proses yang
terencana dan berkesinambungan sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dan
hakikat kemanusiaannya. Pendididkan di selenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik. Pendidikaan bukan hanya berlangsung
di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat kuliah kita. Pendidikan akan di
mulai setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia,
sepanjang hidup ia akan mampu menerima pengaruh pengaruh yang posistif. Oleh
karena itu proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga , sekolah dan
masyarakat. Negara – negara berkembang di seluruh dunia, pada umumnya
menyelengarakan dua jenis pendidikan utama yaitu pendidikan umum (general
education) dan pendidikan kejuruan (vocational education). Hal tersebut seperti
dinyatakan oleh Jandhyala B G Tilak (2002:46) dalam Vocational Handbook on
Educational Research in the Asia Pasific Region sebagai berikut : Pendidikan umum
atau kejuruan ? Ini merupakan pilihan di banyak negara-negara berkembang. Dalam
kehidupan manusia, pendidikan umum menciptakan “manusia umum” dan pendidikan
kejuruan dan vokasional menciptakan “manusia khusus“. Pendidikan kejuruan
mempunyai keuntungan, ketrampilan-ketrampilan khusus yang sesuai dengan
pekerjaan, yang dapat membuat pekerja lebih siap terhadap pekerjaan yang diperoleh
dan membuat mereka lebih produktif.

Prosser dan Quigley dalam Surya Dharma (2013) menyatakan bahwa esensi dari
pendidikan kejuruan adalah mengajarkan kebiaaan berfikir dan bekerja melalui pelatihan yang
berulang – ulang. Terdapat tiga kebiasaan yang harus diajarkan yaitu :

1.Kebiasaan beradaptasi dengan lingkungan kerja,

2.Kebiasaan dalam proses pelaksanaan kerja, dan

3.Kebiasaan berfikir ( dalam pekerjaan ).

Wenrich dan Galloway (1988) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan sama


dengan pendidikan teknik dan sama dengan pendidikan okupasi. Istilah pendidikan
kejuruan, pendidikan teknik, dan pendidikan okupasi dapat digunakan secara bergantian.

2
Istilah-istilah tersebut memiliki konotasi yang berbeda, namun ketiga istilah tersebut
merupakan pendidikan untuk bekerja.

Lebih lanjut Wenrich dan Galloway lebih lanjut mengemukakan bahwa pendidikan
kejuruan dapat diartikan sebagai pendidikan yang spesial yang berfungsi menyiapkan peserta
didik untuk memasuki pekerjaan tertentu atau pekerjaan keluarga, atau untuk meningkatkan
kemampuan tenaga kerja. Calhoun (1982) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah
suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja
profesional, juga siap untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Clarke dan Winch (2007) mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan yang
menyiapkan anak-anak muda dan orang dewasa untuk memasuki lapangan kerja, dimana
proses pembelajarannya berkaitan dengan masalah dan praktik.

Henry dan Thomson dalam Berg (2002) mendeskripsikan pendidikan kejuruan sebagai
berikut, pendidikan kejuruan itu identik dengan belajar “bagaimana untuk bekerja”,
pendidikan kejuruan berupaya bagaimana untuk meningkatkan kompetensi teknik dan posisi
seseorang di lingkungan melalui penguasaan teknologi dan pendidikan kejuruan berkaitan erat
dengan kebutuhan pasar kerja. Oleh karena itu sering dipandang sebagai sesuatu yang
memberikan kontribusi yang kuat terhadap ekonomi nasional.

Manusia hidup di dalam lingkungan tertentu, di dalam lingkungannyalah setiap


orang memperoleh berbagai pengalaman yang turut berpengaruh terhadap perkembangan
pribadinya. Dalam arti luas semua pengalaman hidup yang berpengaruh positif terhadap
perkembangan pribadi seseorang adalah pendidikan. Sebab itu dimana lingkungan
seseorang hidup merupakan lingkungan pendidikan baginya. Ada tiga jenis lingkungan
pendidikan yaitu :

1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan
seseorang sekaligus merupakan dasar kepribadian anak. Pendidikan anak di perolah
melalui interaksi antara orang tua dan anak. Keluarga juga merupakan unit dasar
dalam masyarakat yang terdiri dari individu yang terkait secara emosional, biologis,
atau hukum. Fungsi keluarga meliputi reproduksi, sosialisasi, perlindungan, dan
dukungan emosional bagi anggotanya. Terdapat berbagai jenis keluarga, termasuk
keluarga inti (orangtua dan anak-anak), keluarga diperluas (ditambah dengan kerabat
lainnya), keluarga terpencil, dan keluarga samawi (pilihan spiritual atau agama).

3
Dalam struktur keluarga, terdapat peran-peran yang dibagi antara anggota
keluarga, seperti peran sebagai orangtua, anak, atau saudara. Dinamika keluarga juga
melibatkan pola komunikasi, konflik, dan resolusi yang mempengaruhi hubungan
antaranggota keluarga.

Keluarga memainkan peran penting dalam membentuk identitas individu, norma,


nilai, dan budaya. Kekuatan keluarga dapat membantu memperkuat individu dalam
menghadapi tantangan, serta memberikan dukungan sosial dan emosional yang
penting.Namun, setiap keluarga juga menghadapi tantangan dan krisis, seperti konflik
interpersonal, perceraian, atau masalah kesehatan mental. Pemahaman yang mendalam
tentang dinamika keluarga dan keterlibatan yang aktif dari anggotanya dapat
membantu mengatasi masalah dan memperkuat hubungan dalam keluarga.
Berbagai faktor yang terjadi dalam keluarga mempengaruhi kualitas hasil pendidikan
anak. Jenis keluarga, gaya kepemimpinan orang tua, kedudukan anak dalam urutan
anggota keluarga , fasilitas yang ada dalam keluarga, hubungan keluarga dengan dunia
luar status ekonomi orang tua akan mempengaruhi situasi pendidikan anak. Yang pada
akhirnya akan mempengaruhi pribadi anak.

2. Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan
lembaga tempat dimana terjadi sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga
mempengaruhi pri badi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah di selenggarakan
secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada dalam kehidupan dala kata
lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu sekolah
tidak bisa di pisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
perkembangan budayanya. Materi yang di berikan di sekolah berhungan langsung
dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral, dan agama berhubungan
langsung dengan pengembangan teknologi dan sains serta pengembangan kecakapan
kecakapan tertentu. Sekolah merupakan institusi pendidikan formal yang berperan
penting dalam proses pembelajaran dan pengembangan individu. Berikut adalah
ringkasan mengenai sekolah:
Sekolah merupakan lingkungan tempat siswa belajar, berkembang, dan bersiap untuk
1.Tujuan Pendidikan:Sekolah bertujuan memberikan pendidikan formal kepada siswa
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Pendidikan di
sekolah melibatkan pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran serta pengembangan
aspek sosial dan emosional.

4
2.Struktur Organisasi:Sekolah umumnya memiliki struktur organisasi yang terdiri dari
pengurus, guru, dan siswa. Kepala sekolah atau kepala madrasah memimpin
administrasi, sedangkan guru bertanggung jawab atas memberikan pelajaran kepada
siswa.
3. Kurikulum:Sekolah memiliki kurikulum yang merinci mata pelajaran dan materi
pembelajaran yang harus diajarkan kepada siswa. Kurikulum mencakup berbagai
disiplin ilmu seperti matematika, bahasa, sains, seni, dan lainnya.
4.Metode Pembelajaran:Metode pembelajaran di sekolah bervariasi, termasuk
ceramah, diskusi, praktik, dan penugasan. Guru berperan sebagai fasilitator
pembelajaran, membimbing siswa untuk memahami dan menguasai materi.
5.Evaluasi:Proses evaluasi di sekolah melibatkan penilaian terhadap kemajuan siswa
melalui ujian, tugas, dan proyek. Hasil evaluasi ini digunakan untuk memberikan
umpan balik kepada siswa dan mengukur pencapaian mereka.
6.Pendidikan Karakter:Selain pengetahuan akademis, sekolah juga berperan dalam
membentuk karakter siswa. Pendidikan karakter melibatkan pengembangan nilai-nilai
moral, etika, dan sikap positif.
7.Sarana dan Prasarana:Sekolah dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti ruang
kelas, perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas olahraga. Ini mendukung pengalaman
belajar yang holistik.
8.Peran Sosial:Sekolah membentuk lingkungan sosial di mana siswa dapat
berinteraksi, membentuk persahabatan, dan mengembangkan keterampilan sosial.
Selain itu, sekolah juga berperan dalam membentuk identitas dan rasa kebersamaan.
9.Inklusi Pendidikan:Banyak sekolah mempromosikan inklusi pendidikan, yang
mencakup pendidikan bagi semua siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus.
Tujuannya adalah menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung keberagaman.
10.Kemitraan dengan Orang Tua:Kerjasama antara sekolah dan orang tua dianggap
penting. Komunikasi yang baik antara sekolah dan keluarga mendukung
perkembangan holistik siswa.
menghadapi tantangan kehidupan. Pendidikan di sekolah memiliki dampak besar
pada pembentukan individu dan kontribusinya terhadap masyarakat.

3. Masyarakat
Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang di selenggarakan di
luar keluarga dan sekolah. Philip H. Coombs (Uyoh Sadulloh 1994:65)
mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat antara lain :
a. Program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah
b. Program pemberantasan buta huruf
c. Penitipan bayi dan penitipaan anak pra sekolah
d. Kelompok pemuda tani
e. Perkumpulan olahraga dan rekreasi
f. Kursus kursus ketrampilan

5
Pada masyarakat tradisional pendidikan cukup di laksanakan di lingkungan
keluarga dan masyarakat saja. Akan tetapi dalam masyarakat modern, keluarga tidak
dapat lagi memenuhi semua kebutuhan dan aspirasi pendidikan bagi anak anaknya,
baik menyangkut pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan untuk melaksanakan
perannya di dalam masyarakat. Dengan demikian sekolah dan masyarakat berfungsi
untuk melengkapi pendidikan yang tidak dapat di berikan oleh keluarga. Keluarga di
harapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pendidiakan di sekolah dan di
masyarakat. Masyarakat merupakan entitas yang lebih besar daripada keluarga dan
mencakup sejumlah individu yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah atau
lingkungan tertentu. Sistem sosial ini diatur oleh norma, nilai, aturan, dan struktur
yang memengaruhi perilaku anggotanya. Beberapa elemen kunci dalam masyarakat
meliputi:
1.Struktur Sosial:Masyarakat memiliki struktur yang terorganisir, termasuk kelas
sosial, kelompok etnis, dan hierarki sosial. Struktur ini dapat memengaruhi akses
terhadap sumber daya dan kesempatan.
2.Budaya:Budaya mencakup nilai-nilai, norma, bahasa, seni, dan tradisi yang
diterima dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya menjadi landasan identitas
kolektif suatu masyarakat.
3.Ekonomi:Sistem ekonomi dalam masyarakat menentukan cara produksi,
distribusi, dan konsumsi sumber daya. Ada berbagai model ekonomi, termasuk
kapitalisme, sosialisme, dan campuran.
4.Politik:Masyarakat memiliki struktur politik yang mencakup pemerintahan, lembaga
politik, dan partisipasi warganya. Sistem politik dapat bervariasi, mulai dari demokrasi hingga
otoriterisme.
5.Pendidikan:Sistem pendidikan dalam masyarakat berperan penting dalam
mentransmisikan pengetahuan, nilai, dan keterampilan kepada generasi yang akan
datang. Pendidikan memainkan peran kunci dalam pembentukan individu dan
masyarakat.
6.Agama:Agama sering menjadi bagian integral dari masyarakat, memberikan
kerangka nilai, etika, dan ritual. Beragam kepercayaan agama dapat eksis dalam satu
masyarakat.
7.Interaksi Sosial:Masyarakat ditandai oleh interaksi sosial antarindividu.
Hubungan sosial dapat bersifat kooperatif atau konflik, dan interaksi ini membentuk
dinamika sosial masyarakat.
8.Perubahan Sosial:Masyarakat mengalami perubahan seiring waktu, baik melalui
evolusi alami maupun perubahan yang dipicu oleh inovasi, teknologi, atau peristiwa
sejarah.

6
Pemahaman yang mendalam tentang struktur dan dinamika masyarakat penting
untuk memahami bagaimana individu berinteraksi, bagaimana keputusan dibuat, dan
bagaimana nilai-nilai bersama dibentuk.

2.2 Fungsi Pendidikan


Fungsi pendidikan antara lain:
1. Menanamkan keterampilan yang diperlukan untuk ikut ambil bagian dalam demokrasi.
2. Mengembangkat bakat yang dimiliki oleh setiap orang demi kepentingan pribadi dan
masyarakat.
3. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk dapat mencari nafkah.
4. Melestarikan budaya.
5. Mengurangi pengendalian orang tua.
6. Sebagai sarana untuk mengakomodir perselisihan paham atau perbedaan pandangan
antara pihak satu dan lainnya.
7. Menjaga sistem kelas sosial.
8. Pendidikan sekolah sianggap mampu memperpanjang masa remaja seseorang karena
peserta didik dianggap masih bergantung secara psikologis dan finansial orang tua.

Menurut Davis Popenoe, pendidikan memiliki fungsi-fungsi yang berhubungan


dengan perkembangan persepsi soaial seseorang seperti sumber inovasi sosial, sarana
pengajaran tentang danya berbagi corak daan kultur kepribadiaan.

2.3 Tujuan Pendidikan


Tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju
oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat
dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan juga
dapat didefinisikan sebagai salah satu unsur dari pendidikan yang berupa rumusan
tentang apa yang harus dicapai oleh para peserta didik.
Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde
Baru, demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu
mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan
perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.

7
Ada empat macam tujuan pendidikan yang tingkatan dan luasnya berlainan.
Yaitu tujuan umum atau pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan
tujuan instruksional.
A. Tujuan Umum atau Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada tujuan ini
digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang ciri-ciri seorang manusia yang
dihasilkan proses pendidikan atau manusia yang terdidik. Adapun yang dimaksud
dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang hendak dicapai oleh
seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan kualifikasi terbentuknya setiap
warga negara yang dicita-citakan bersama.
Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat memberikan arah yang
jelas bagi setiap usaha pendidikan di Indonesia. Untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang
masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras dengan tujuan nasional.
Oleh karena itu, setiap usaha pendidikan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan
tujuan pendidikan nasional, bahkan harus menopang atau menunjang tercapainya
tujuan tersebut.
Tujuan pendidikan menurut Langeveld adalah membentuk manusia dewasa
baik jasmani maupun rohani. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah
membangun manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat
meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai warga Negara yang berjiwa pancasila
yang mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti luhur dan
berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil dan dapat mengembangkan dan
menyuburkan tingkat demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama
manusia dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu megembangkan daya
estetika, sanggup membangun diri dan masyarakat.

B. Tujuan Intitusional
Tujuan Institusional adalah tujuan pendidikan yang akan di capai oleh suatu
lembaga pendidikan tertentu. Tujuan Institusianal itu sendiri harus bersumber dari
tujuan umum pendidikan dan merupakan penjabaran tujuan umum yang telah
digariskan oleh negara.
Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola
kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang berbeda-

8
beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap lembaga dalam
rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan tertentu.
Sebagai subsistem pendidikan nasional, tujuan institusional untuk setiap
lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini
disebabkan setiap lembaga pendidikan ingin menghasilkan lulusan yang akan
menunjang tinggi martabat bangsa dan negaranya, yang bertekad untuk
mempertahankan falsafah Pancasila sebagai dasar Negara, di samping kemampuan
dan keterampilan tertentu sesuai dengan kekhususan setiap lembaga.
Dengan demikian, perumusan tujuan institusional dipengaruhi oleh tiga
hal: Tujuan Pendidikan Nasional, Kekhususan setiap lembaga dan Tingkat usia
peserta didik. Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai pengalaman
belajar kepada peserta didiknya.

C. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler yaitu untuk mencapai pola perilaku dan pola kemampuan
serta keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga, yang sebenarnya
merupakan tujuan intitusional dari oleh bagan pendidikan tersebut. Atau dapat juga
diartikan sebagai tujuan yang ingin dicapai dari suatu bidang studi pada suatu
sekolah/lembaga pendidikan, yang masih bersifat umum. Tujuan Kurikuler adalah
tujuan yang dirumuskan secara formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada
lembaga-lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler sifatnya lebih khusus jika
dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak boleh menyimpang dari tujuan
institusional. Seperti misalnya, tujuan kurikulum di sekolah-sekolah ada mata
pelajaran kewarganegaraan yang berbeda dibandingkan dengan SMP.
Tujuan mata pelajaran untuk Kewarganegaraan di sekolah-sekolah tersebut
disebut tujuan kurikuler sesuai dengan kurikulum pada masing-masing sekolah.
Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, yang berarti lebih
khusus dari pada tujuan Institusional.

D. Tujuan instruksional
Adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa dan
anak didik sesudah melewati kegiatan instruksional yang bersangkuatan dengan
berhasil.
Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah selesai
proses belajar mengajar/program pengajaran. Tujuan tersebut merupakan penjabaran

9
dari tujuan kurikuler, yang merupakan perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas.
Tujuan Instruksional dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tujuan Instruksional Umum
(TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
Dalam merumuskan tujuan tujuan instruksional ini, terlebih-lebih tujuan
instruksional khusus harus berorientasi kepada peserta didik, atau kepada output-
oriented. Tujuan Instruksional akan mempengaruhi pemilihan materi, metode, strategi,
dan lainnya demi mencapai tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
Tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan
Nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multi dimensional.
Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan
anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan: Kepribadian kuat, religius dan
menjunjung tinggi budaya luhur, Kesadaran demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Kesadaran moral hukum yang tinggi dan
kehidupan yang makmur dan sejahtera.

2.4 Batasan-Batasan Pendidikan


Batasan-batasan pendidikan dipaparkan sebagai berikut.
a. Pendidikan Sebagai Proses
Pendidikan mengacu pada tindakan mengembangkan kecerdasan, kemampuan berpikir
kritis, pemahaman sosial dan budaya dan pemahaman diri sendiri. Pendidikan
dipandang sebagai proses aktif dan dinamis yang berlangsung terus menerus baik
secara formal maupun informal. Dalam proses ini seseorang akan mempelajari hal-hal
baru dan dapat dijadikannya pengalaman dan dapat berlangsung sepanjang hidupnya.
b. Pendidikan Sebagai Produk
Pendidikan sebagai produk yaitu sesuatu yang dihasilkan dari input tertentu yang
dalam hal ini adalah intruksi atau pengalaman. Pengalaman yang diterima melalui
pembelajaran (pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai) merupakan hasil dari sebuah
pembelajaran tersebut.

Pendidikan sebagai produk hanya ketika mengasimilasi budaya masyarakat


manapun dan di transmisikan dari satu generasi ke generasi lainnya.

2.5 Batasan-Batasan Pendidikan Menurut Fungsinya

10
Batasan-batasan pendidikan menurut fungsinya dibagi menjadi beberapa bagian,
antara lain.
1. Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal-hal yang perlu
ditransformasikan misalnya bahasa sehari-hari, kebiasaan menerima tamu, makanan
sehari-hari, proses perkawinan, dll.
Ada tiga bentuk transformasi budaya antara lain nilai-nilai budaya yang cocok
atau sesuai untuk diteruskan, kejujuran dan tanggung jawab.

2. Proses Pembentukan Pribadi


Pendidikan dikatakan sebagai kegiatan yang sistematis dan terarah. Oleh
karena itu dapat berlangsung dalam semua situasi dan kondisi, disemua lingkungan
yang saling mengisi (rumah, sekolah, masyarakat).

3. Proses Menyiapkan Warga Negara


Suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik menjadi warga
negara yang baik.

4. Proses Penyiapan Tenaga Kerja


Penyiapan tenaga kerja industry kompeten diantaranya pendidikan vokasi
industry berbasis kompetensi, pelatihan industry, pemagangan industri dan
penempatan kerja dan sertifikasi kompetensi wajib.

5. Definisi Pendididkan Menurut GBHN


GBHN 1988 (BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan
nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan
untuk meningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

2.6 Unsur-Unsur Pendidikan


Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:

11
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Oleh karena itu peserta didik
adalah subjek atau pribadi yang otonom yang ingin diakui keberadaannya.

2. Orang yang membimbing (pendidik)


Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasarannya adalah peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Oleh karena itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang
tua, guru , pemimpin program pembelajaran, latihan dan masyarakat.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)


Pada dasarnya interaksi ini adalah sebuah komunikasi timbal balik antara
peserta didik dan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan secara optimal maka perlu melalui proses komunikasi intensif
dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)


a. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat
melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitas
penggunannya.

b. Tempat peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)


Lingkungan pendidikan biasanya disebut dengan tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.

5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)


6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep dasar pendidikan berisi tentang fungsi pendidikan, tujuan pendidikan,
batasan-batasan pendidikan dan juga unsur-unsur pendidikan. Tujuannya untuk memuat
gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan.
Pendidikan harus berkontribusi untuk menyelesaikan pengembangan setiap orang. Semua
orang di masa kecil dan remaja harus menerima pendidikan yang melengkapi mereka
untuk mengembangkan bakat dan pengetahuan mereka. Pendidikan dapat diadapatkan
baik dari keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat sekitar.

3.2 Saran
Sebagai calon pendidik kita harus dapat melaksanakan tugas dengan baik oleh karena
itu sebaiknya sebagai calon pendidik kita harus benar-benar mengkaji pengertian
pendidikan, unsur-unsur pendidikan dan system pendidikan. Karena semakin luas
pengetahuan seseorang maka akan semakin baik pula pemahaman orang tersebut dalam
pendidikan dilingkungannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Fatturrahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser

Harun Ahmad, Yunita Anas, Artifa Sorraya. 2020. Jendela Pengantar Pendidikan. Jawa
Barat: Goresan Pena

14

Anda mungkin juga menyukai