MOHAMMAD SJAFE’I
DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK
INS KAYUTANAM
Hera Hastuti
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
herahastuti@fis.unp.ac.id
ABSTRAK
Salah satu aspek yang penting bagi bangsa yang sedang memperjuangkan
kemerdekaannya adalah pendidikan. Hal ini sudah disadari oleh para tokoh pendiri
bangsa jauh sebelum kemerdekaan. Hakekatnya pemikiran awal tentang pendidikan
yang berlandaskan pada kebangsaan, muncul sebagai alternatif terhadap pendidikan
kolonial Belanda. Adalah Mohammad Sjafe’i (1893-1969) putra Ranah Minang yang
mendirikan sebuah sekolah alternatif tersebut pada 31 Oktober 1926 di daerah
Kayutanam, atau yang lebih dikenal dengan Ruang Pendidik INS Kayutanam. Sjafe’i
merupakan antitesis terhadap sistem pendidikan kolonial bentukan Belanda. Meski ia
merupakan produk pendidikan Belanda, akan tetapi ia justru tidak sepakat dengan
pola pendidikan Belanda tersebut. Sjafe’i melalui INS-nya mengusung pendidikan yang
ditujukan pada zendings arbeid, yaitu mencari bentuk pendidikan yang selaras dengan
bangsa Indonesia, dan sesuai dengan watak anak Indonesia. Secara khusus artikel ini
mengkaji tentang konsepsi pemikiran pendidikan Sjafe’i yang diterapkannya pada
sekolah yang ia dirikan, Ruang Pendidik INS Kayutanam.
ABSTRACT
One important aspect for a nation that is struggling for its independence is
education. This was realized by the founding fathers of the nation long before
independence. In essence, the initial thought about education based on nationality
emerged as an alternative to Dutch colonial education. It was Mohammad Sjafe'i (1893-
1969) Ranah Minang's son who founded an alternative school on 31 October 1926 in
the Kayutanam area, or better known as the INS Kayutanam Educator Room. Sjafe'i is
the antithesis of the colonial education system formed by the Dutch. Even though this
is a Dutch educational product, it does not agree with the Dutch education pattern.
Sjafe'i through her INS brought education aimed at zendings arbeid, who sought forms
of education that were in harmony with the Indonesian nation, and in accordance with
the character of Indonesian children. Specifically this article discusses the conception
of Sjafe'i's educational thought which was applied to the school he founded, INS
Kayutanam Educator's Room.
1 Elizabeth E. Graves, Asal-usul Elite 2 A.A. Navis, Filsafat dan Strategi.... hal. 51.
Minangkabau Modern. (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 2007), hal. 213.
3 Gilbert Highet, “Pikiran Manusia Yang Tak 5 Seperti yang dikutip oleh Jalaluddin dan
Tertundukkan” dalam Jujun S. Suriasumantri Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia,
(ed), Ilmu dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan Filsafat, dan Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers.
Karangan Tentang Hakekat Ilmu. (Jakarta: 2011), hal. 72.
6 Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas.
Yayasan Obor Indonesia. 2009), hal. 43.
4 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (edisi (Jakarta: LP3ES. 1985), hal. 26-27.
7 Seperti yang dikutip oleh Syamsudin
2). (Yogyakarta; Tiara Wacana, 2003), hal. 3, dan
189-191. Asyrofi, Beberapa Pemikiran Pendidikan.
(Malang: Aditya Media Publishing. 2012), hal. 88.
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 5
KAYUTANAM
Hera Hastuti
dirantai, akan tetapi semangat merdeka kemauan kerja sebagai orang merdeka,
tidak akan dapat diikat.8 bukan sebagai kuli atau tenaga kerja.10
Kemudian H.A.R. Tilaar
menegaskan bahwa pada hakekatnya Pengaruh Latar Belakang Budaya dan
pendidikan adalah penyemaian, Pendidikan
pengembangan, dan perwujudan nilai- Berbicara tentang konsepsi
nilai dalam proses hidup bersama atau pemikiran pendidikan yang diusung
masyarakat. Nilai-nilai hidup bersama oleh Sjafe’i dalam pendirian Ruang
itu meliputi, nilai-nilai sosial, kerja Pendidik INS Kayutanam, tentunya tidak
sama, toleransi, nilai-nilai keindahan terlepas dari berbagai faktor yang
yang tumbuh dan berkembang di dalam melingkupi sejarah hidup sang pendiri,
kesenian, dan berbagai bentuk karya seperti latar belakang budaya dan
budaya, nilai-nilai ilmu pengetahuan, pendidikan yang ditempuhnya. Kedua
nilai-nilai agama, dan sebagainya.9 faktor ini memberi pengaruh yang besar
Pemikiran pendidikan sebagai dalam membentuk karakter dan pola
suatu kajian sejarah adalah merupakan fikir sang tokoh. Pada hakekatnya
serangkaian proses kerja akal dan kalbu keberadaan manusia yang selalu terkait
yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan terikat dengan kebudayaan
oleh seseorang dalam melihat berbagai memberi potensi manusia untuk belajar
persoalan yang ada dalam pendidikan mengembangkan diri secara maksimal.
dan berupaya untuk membangun Seorang sosiolog, James M. Henslin
sebuah paradigma pendidikan baru menyatakan bahwa kebudayaan
yang mampu menjadi wahana bagi menyentuh hampir semua segi tentang
pembinaan dan pengembangan manusia manusia. Kebudayaan menjadi lensa
secara paripurna. Hal ini tercermin dari melalui mana seseorang
pernyataan tegas Sjafe’i kepada mempersepsikan dan mengevaluasi apa
Mohammad Hatta saat di Belanda. Hatta yang terjadi.11
pernah menanyakan kepada Sjafe’i Mohammad Sjafe’i lahir pada 31
kenapa hanya untuk mempelajari Oktober 1893 di Pontianak, Kalimantan
kerajinan tangan harus jauh-jauh ke Barat. Ibu kandungnya bernama Sjafiah,
Belanda, menurut Sjafe’i ‘pelajaran dan ia tidak mengenal ayah kandungnya,
kerajinan tangan’ dengan ‘pendidikan karena telah meninggal sewaktu ia bayi.
kerajinan tangan’ jauh bedanya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
Pelajaran kerajinan tangan dapat keluarga, ibu kandungnya membuat kue
diberikan melalui pelatihan atau kursus, yang kemudian dijualkan oleh Sjafe’i.
yang fungsinya untuk keterampilan Latar belakang keluarga yang tidak
tenaga kerja. Sementara, pendidikan mampu membuat Sjafe’i tidak dapat
kerajinan tangan berfungsi mengikuti pendidikan sebagaimana
membangkitkan minat kerajinan dan anak-anak sebayanya. Akan tetapi
8 Mohammad Hatta, Untuk Negeriku, 10 Lebih lanjut baca, Hasril Chaniago, 101
Sebuah Otobiografi (Jilid 2); Berjuang dan Orang Minang...hal. 389 dan A. A. Navis, ‘Moh.
Dibuang. (Jakarta: Kompas. 2011), hal. 26-28. Sjafei Pendiri..., hal. 89.
9 H.A.R. Tilaar, Kaleidoskop Pendidikan 11 James M. Henslin, Sosiologi dengan
Nasional. (Jakarta: Kompas. 2012), hal. 978 dan Pendekatan Membumi (jilid 1). (Jakarta:
1136. Erlangga. 2007) hal. 39.
12 A.A. Navis, Filsafat dan Strategi Sjafe’i yang sedang berbicara dengan tamunya di
Pendidikan M. Sjafei; Ruang Pendidik INS aula sekolah bahwa ibunya memanggil. Serta
Kayutanam. (Jakarta: Grasindo. 1996), hal. 14, merta Sjafe’i berdiri, minta maaf pada Residen
dan Sufyarma M, Manajemen Berbasis Sekolah.... Jepang dan tergesa-gesa Sjafe’i menemui
hal. 14, dan A.A. Navis, Filsafat dan Strategi....., Chalidjah. Chalidjah mengingatkan Sjafe’i untuk
hal. 14. menyalakan lampu-lampu karena senja sudah
13 Didikan Chalidjah memiliki peran yang
datang. Sebagaimana biasanya menyalakan
besar dalam keberhasilan Sjafe’i kelak, maka tak lampu semprong di rumah itu adalah tugas
heran jika Sjafe’i begitu menghormati dan Sjafe’i setiap hari. Sjafe’i mengerjakannya
mencintai ibu angkatnya tersebut. Salah satu dengan kepatuhan yang luar biasa, padahal
peristiwa ‘luar biasa’ penghormatan Sjafe’i banyak orang yang bisa ia suruh melakukannya
terhadap ibunya yaitu, ketika zaman Jepang. selagi dia bertemu seorang penguasa di masa
Sjafe’i dikunjungi Residen Jepang untuk perang itu. Lebih lanjut baca A.A. Navis, Filsafat
Sumatera Barat pada suatu sore di INS Kayu dan Strategi....., hal. 14-15, dan A.A. Navis, Yang
Tanam. Seorang pembantu rumah mendekati Berjalan Sepanjang...., hal. 457.
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 7
KAYUTANAM
Hera Hastuti
Sekolah.... hal. 16-17 dan A.A. Navis, Filsafat dan di Kayutanam” dalam Jurnal Selarung, (online).
Strategi....., hal. 20. Edisi 14 th 1, 16 - 22 April 2012. Diunduh pada
20 Ardi Al-Maqassary, “John Dewey; Tokoh
14 Maret 2013, pukul 22:19.
Aliran Pragmatisme”. (Makalah Online) diunduh http://www.prioritasnews.com.
pada 14 Maret 2013, pukul 21:56 Wib. 22 A.A. Navis, Alam Terkembang..., hal. 63-
http://www.psychologymania.com 64.
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 9
KAYUTANAM
Hera Hastuti
Kebudayaan Daerah. 1980), hal. 131. Adat dan Kebudayaan Minangkabau. (Jakarta:
Grafiti pers. 1984), hal. 59.
29 Lebih lengkap baca, Mohammad Sjafei, 30 Afri Meldam, Pendidikan Karakter di INS
Dasar-dasar Pendidikan. ( Jakarta: CSIS. 1979), Kayutanam. (artikel online), .
hal 3-22 dan A. Hamid, Sistem Pendidikan Ruang http://edukasi.kompasiana.com
Pendidikan INS. (Kayutanam: Ruang Pendidik 31 A.A.Navis, Filsafat dan Strategi........hal. 17.
mendidik pribadi yang baik melalui dialog Sjafe’i dan Hatta di Belanda.
pelajaran keterampilan tangan. Menurut Sjafe’i pendidikan kerajinan
Pendidikan yang diselenggarkannya tangan berfungsi untuk membangkitkan
tidak menjadikan manusia Indonesia minat kerajinan dan kemauan kerja
jauh dari masyarakatnya, sebagaimana sebagai orang merdeka, bukan sebagai
pendidikan kolonial. kuli atau tenaga kerja. Bagi Sjafe’i
Sistem pendidikan INS berangkat bangsa yang merdeka ialah bangsa yang
dari pemikiran filsafat alam sebagai terdidik sebagai bangsa merdeka. Bukan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Alam hanya oleh semangatnya saja, tetapi juga
bergerak dalam sistem yang tetap secara kadar intelektual dan kemampuan
dinamis yang dialektik seimbang. menjadi bangsa yang mandiri di bidang
Manusia sebagai substansi alam, dengan ekonomi. Ekonomi bangsa dapat
tenaga, pikiran dan perasaannya tidak ditegakkan melalui industri. Industri
boleh tidak mengikuti sistem alam itu. hanya dapat dikelola oleh bangsa yang
Keluar dari sistem berarti lepas dari memiliki mental yang rajin, ulet, teliti,
keseimbangan. Manusia yang berbeda dan disiplin.33
dengan alam benda diberi Tuhan tenaga, Jika pendidikan akademis
otak dan jiwa, hanya dapat bertahan menekankan pada kemampuan
dalam hidupnya apabila menggunakan menyerap ilmu pengetahuan sebagai
rahmat Tuhan secara optimal; dengan bekal kekayaan intelektual, pendidikan
tenaga ia bekerja, dengan otak ia kreativitas lebih mendorong dan
berpikir, dan dengan jiwa ia merasa. merangsang siswa untuk menjadi
Dengan ketiga komponen utama itu, pribadi yang kreatif, inovatif dan
manusia mencipta apa-apa yang mempunyai daya saing, selain
diperlukan untuk mencapai kehidupan menjadikan siswa sebagai generasi yang
yang lebih baik, aman dan damai, mandiri dan mempunyai keterampilan
sentosa dan makmur, serta adil dan hidup. Dengan demikian, siswa tidak
rahim. Apabila manusia itu tidak hanya diajarkan untuk bersikap kreatif,
memanfaatkan ketiga komponen utama tapi juga dibimbing untuk tidak ‘hanya’
yang diberikan Tuhan itu, dia tidak menjadi orang yang ‘dipekerjakan’
mampu menjawab dan melainkan menjadi orang yang
mempertanggungjawabkan kewajiban- ‘memperkerjakan’ (menciptakan
kewajibannya sebagai khalifah Tuhan di lapangan kerja baru).34
bumi.32 Meski kedua bidang tersebut
Konsep pemikiran ‘pendidikan (akademis dan kreativitas) sudah
kerajinan tangan’ yang diusung oleh dikuasai, namun tujuan pendidikan yang
Sjafe’i pada hakekatnya ia dapatkan dari digagas Sjafe’i belum cukup sampai di
ayah angkatnya, Marah Sutan. Pengaruh situ. Kecerdasan akademis dan
besar sang ayah dalam pemikiran Sjafe’i kreativitas hanyalah modal untuk
tentang konsep pemikiran pendidikan kehidupan duniawi. Oleh karena itu,
yang ia kembangkan terlihat ketika Sjafe’i juga menekankan pentingnya
32 A.A. Navis, Filsafat dan Strategi.... hal. 34 Afri Meldam, Pendidikan Karakter di
102-103. INS.... http://edukasi.kompasiana. com.
33 Hasril Chaniago, 101 Orang Minang di
35 Afri Meldam, Pendidikan Karakter di Navis, dalam Filsafat dan Strategi.... hal. 223 –
INS... http://edukasi.kompasiana. com. 224.
36 Lebih lanjut baca tulisan M. Sjafe’i
substansial dalam perjuangan, karena bangsa lain. Jika suatu bangsa, meskipun
pendidikan memberi kesadaran akan ia sudah merdeka tetapi masih
pentingnya kemerdekaan. Hanya tergantung pada bangsa lain, maka ia
pendidikanlah yang mampu melahirkan belum bisa dikatakan merdeka secara
tokoh-tokoh intelektual yang menjadi utuh.
ujung tombak dalam melawan segala
bentuk penjajahan. Kemerdekaan yang
telah diraih tidak akan sempurna jika DAFTAR PUSTAKA
masyarakatnya tidak berpendidikan.
Latar belakang budaya sangat A. A. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru;
mempengaruhi pemikiran Sjafe’i. Adat dan Kebudayaan
Pemikiran tokoh pendidikan bangsa ini Minangkabau. Jakarta: Grafiti
sedikit banyak dipengaruhi oleh latar pers. 1984.
belakang budaya atau akar budaya yang A. A. Navis, Filsafat dan Strategi
dimilikinya. Selain dengan Sjafe’i Pendidikan M. Sjafei; Ruang
dengan falsafah ‘Minangnya’, riwayat Pendidik INS Kayutanam.
pendidikan mulai dari pendidikan yang Jakarta: Grasindo. 1996.
ada dalam lingkungan keluarga, maupun A. Hamid, Sistem Pendidikan Ruang
pendidikan dalam artian yang luas juga Pendidikan INS. Kayutanam:
ikut mempengaruhi pemikiran Ruang Pendidik INS
pendidikan Sjafe’i. Meskipun pemikiran Kayutanam. 1977.
Sjafe’i berlandaskan pada budaya Afri Meldam, Pendidikan Karakter di INS
bangsa secara umum, akan tetapi tidak Kayutanam. (artikel online),
dapat dipungkiri bahwa pendidikan http://edukasi.kompasiana.co
kolonial atau ‘barat’ ikut memberi m.
pengaruh yang besar dalam Ardi Al-Maqassary, “John Dewey; Tokoh
pemikirannya, karena Sajfe’i adalah Aliran Pragmatisme”. (Makalah
‘produk’ pendidikan kolonial pada Online) .
zamannya. Di sinilah titik tolaknya, http://www.psychologymania.
walaupun ia adalah ‘produk’ pendidikan com
kolonial, tetapi ia mampu menciptakan Baharudin M.S., Mengenang Kembali
atau melahirkan pendidikan alternatif Cita-cita Pendidikan INS Moh.
sebagai anti tesis terhadap pendidikan Syafei Kayutanam. Jakarta:
kolonial. Koleksi A.A Navis. 1978.
Sjafe’i melalui INS-nya mengusung Departemen P dan K, Sejarah
pendidikan yang ditujukan pada Pendidikan Daerah Sumatera
zendings arbeid, yaitu mencari bentuk Barat. Padang: Departemen P
pendidikan yang selaras dengan bangsa dan K, Proyek Inventarisasi dan
Indonesia, dan sesuai dengan watak Dokumentasi Kebudayaan
anak Indonesia. Konsepsi pemikiran Daerah. 1980.
pendidikan Sjafe’i lebih menitik Elizabeth E. Graves, Asal-usul Elite
beratkan pada keselarasan kerja antara Minangkabau Modern. Jakarta:
otak, hati dan tangan. Bagi Sjafe’i, bangsa Yayasan Obor Indonesia. 2007.
yang mandiri adalah bangsa yang Fauzani Mufid, “Menanam Kemandirian
mampu hidup dari hasil kerjanya di Kayutanam” dalam Jurnal
sendiri, dan tidak tergantung pada Selarung, (online). Edisi 14 th 1,
16 - 22 April 2012.
Volume