Anda di halaman 1dari 15

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

Volume 16, No 1, Maret 2020


Tersedia Online: https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria

MOHAMMAD SJAFE’I
DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK
INS KAYUTANAM

Hera Hastuti
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
herahastuti@fis.unp.ac.id

ABSTRAK
Salah satu aspek yang penting bagi bangsa yang sedang memperjuangkan
kemerdekaannya adalah pendidikan. Hal ini sudah disadari oleh para tokoh pendiri
bangsa jauh sebelum kemerdekaan. Hakekatnya pemikiran awal tentang pendidikan
yang berlandaskan pada kebangsaan, muncul sebagai alternatif terhadap pendidikan
kolonial Belanda. Adalah Mohammad Sjafe’i (1893-1969) putra Ranah Minang yang
mendirikan sebuah sekolah alternatif tersebut pada 31 Oktober 1926 di daerah
Kayutanam, atau yang lebih dikenal dengan Ruang Pendidik INS Kayutanam. Sjafe’i
merupakan antitesis terhadap sistem pendidikan kolonial bentukan Belanda. Meski ia
merupakan produk pendidikan Belanda, akan tetapi ia justru tidak sepakat dengan
pola pendidikan Belanda tersebut. Sjafe’i melalui INS-nya mengusung pendidikan yang
ditujukan pada zendings arbeid, yaitu mencari bentuk pendidikan yang selaras dengan
bangsa Indonesia, dan sesuai dengan watak anak Indonesia. Secara khusus artikel ini
mengkaji tentang konsepsi pemikiran pendidikan Sjafe’i yang diterapkannya pada
sekolah yang ia dirikan, Ruang Pendidik INS Kayutanam.

Kata Kunci: Ruang Pendidik, Pendidikan Kebangsaan, Pendidikan Kolonial.

ABSTRACT

One important aspect for a nation that is struggling for its independence is
education. This was realized by the founding fathers of the nation long before
independence. In essence, the initial thought about education based on nationality
emerged as an alternative to Dutch colonial education. It was Mohammad Sjafe'i (1893-
1969) Ranah Minang's son who founded an alternative school on 31 October 1926 in
the Kayutanam area, or better known as the INS Kayutanam Educator Room. Sjafe'i is
the antithesis of the colonial education system formed by the Dutch. Even though this
is a Dutch educational product, it does not agree with the Dutch education pattern.
Sjafe'i through her INS brought education aimed at zendings arbeid, who sought forms
of education that were in harmony with the Indonesian nation, and in accordance with
the character of Indonesian children. Specifically this article discusses the conception
of Sjafe'i's educational thought which was applied to the school he founded, INS
Kayutanam Educator's Room.

Keywords: Educator Room, National Education, Colonial Education.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah


p-ISSN: 1858-2621 e-ISSN: 2615-2150
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 3
KAYUTANAM
Hera Hastuti

PENDAHULUAN dilaksanakan oleh pemerintah Hindia


Menjelang akhir abad ke-19 dalam Belanda. Reaksi yang demikian di
masyarakat Minangkabau, pendidikan Sumatera Barat juga menunjukkan
menjadi alternatif terhormat, sama dirinya dengan nyata dalam berbagai
halnya menjadi saudagar kaya dengan gerakan. Ruang Pendidik INS
prospek ekonominya, atau prestise Kayutanam merupakan salah satu
menjadi ulama terdidik dalam bidang bentuk gerakan tersebut, yang lahir
keagamaan. Sehingga tidaklah sebagai reaksi bangsa Indonesia di
mengherankan, jika hanya ada tiga jenis Sumatera Barat melalui M. Sjafe’i dalam
pekerjaan yang berstatus tinggi bagi bidang pendidikan.
masyarakat Minang, yaitu angku doktor, Tujuan utama INS adalah untuk
angku laras, dan angku guru. Munculnya mendidik rakyat kearah kemerdekaan,
dokter dan guru merupakan kemajuan merupakan landasan keyakinan Sjafe’i
baru yang penting.1 untuk mendirikan INS. Apabila rakyat
Pada perkembangannya, Indonesia telah mengerti arti
masyarakat Minangkabau menjadi suku kemerdekaan dan dapat melihat
bangsa yang ‘lapar’ pada pendidikan kehidupan rakyat terjajah, maka mereka
sekolah, sehingga masa sehabis Perang akan ikut secara sadar dalam setiap
Dunia Pertama lahirlah gerakan yang gerakan mencapai Indonesia merdeka.
luar biasa untuk membuka sekolah Melalui pendidikan, rakyat dapat
untuk anak-anak mereka. Mulanya mempunyai idiologi politik dan dapat
alasan menyekolah anak karena mengetahui sasaran untuk
ekonomi, menjadi pegawai, menerima diperjuangkan. Pendidikan
gaji tetap dan lebih baik dari pada kemerdekaan yang diberikan Sjafe’i
menjadi petani. Setelah pemerintah melalui INS adalah kemerdekaan dalam
kolonial mendirikan sekolah berbahasa arti yang luas, yaitu kemerdekaan
Belanda, muncul pendapat umum, berfikir, berbuat, menentukan pilihan,
bahwa orang yang bersekolah dan berpikir berdasarkan kenyataan.
dinamakan ‘orang terpelajar’ dan masuk Menarik mengkaji pemikiran
pada dunia ‘kemajuan’, siapa yang tidak pendidikan Sjafe’i yang mengusung
sekolah dipandang ‘orang kolot’.2 pendidikan kebangsaan sebagai anti
Alam Minangkabau yang terpelajar tesis terhadap pendidikan kolonial,
inilah yang menjadi cikal-bakal dengan filosofi, ‘menyelaraskan hati,
munculnya tokoh-tokoh nasional dari otak, dan tangan.’
Minangkabau, salah satunya adalah
Mohammad Sjafe’i, pencetus dan pendiri PEMBAHASAN
Ruang Pendidik INS Kayutanam. Sekilas Tentang Pemikiran
Indonesische Nederlandsche School Pendidikan
atau INS Kayutanam didirikan pada Pemikiran adalah awal dari
tanggal 31 Oktober 1926, sebagai reaksi peradaban. Salah satu kenikmatan
terhadap sistem pendidikan yang utama dalam mempelajari sejarah

1 Elizabeth E. Graves, Asal-usul Elite 2 A.A. Navis, Filsafat dan Strategi.... hal. 51.
Minangkabau Modern. (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 2007), hal. 213.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


4 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

adalah menemukan betapa gagasan- membebaskan dan memperbaharui,


gagasan orang terdahulu, atau lebih sehingga membentuk manusia utuh,
tepatnya kerangka pemikiran mereka, yakni manusia yang berhasil menggapai
muncul kembali dalam perjalanan segala keutamaan dan moralitas jiwa
sejarah. Menurut Gilbert Highet, sejarah yang mengantarkannya ke idea yang
pemikiran sebenarnya merupakan tinggi yaitu kebajikan, kebaikan dan
suatu gejala yang hampir-hampir tidak keadilan.5
dapat dijelaskan. Dalam hal ini sejarah Senada dengan Plato, Paulo Freire
pemikiran dihadapkan dengan mereka menyatakan bahwa pendidikan
yang merupakan gambaran dari waktu merupakan jalan menuju pembebasan
dan lingkungan di mana mereka dididik, yang permanen. Dengan pendidikan
namun dengan imajinasi mereka yang manusia menjadi sadar
tinggi, jangkauan pengetahuan yang luas akan pembebasannya dan mengubah
dan serba bisa, mereka menonjol di atas keadaannya. Pendidikan juga
zaman dan rekan-rekannya, yang merupakan sebuah proses tindakan
menjadikan mereka tokoh zamannya kultural yang membebaskan.6 Begitu
dan abadi sesudah itu.3 pentingnya peranan pendidikan dalam
Lebih lanjut mengenai sejarah kehidupan, tidaklah mengherankan jika
pemikiran, Kuntowijoyo menyatakan Al-Ghazali (filosof pendidikan Islam)
bahwa sejarah pemikiran merupakan mengatakan, pendidikan merupakan
terjemahan dari history of though, satu-satunya jalan untuk mencapai
history of ideas, atau intellectual history. kesempurnaan hidup.7
Sejarah pemikiran di mata Kuntowijoyo Mohammad Hatta dalam beberapa
tidak hanya sekedar pemikiran seorang kumpulan tulisannya tentang
individu secara sempit, melainkan lebih pendidikan, menyatakan bahwa
luas, yaitu menyangkut semua aktivitas pendidikan adalah tonggak utama
pemikiran manusia secara keseluruhan, perjuangan, bukan politik. Pendidikan
aliran pemikiran, konsep, analisis membentuk budi pekerti yang sangat
intelektual dan lain-lain. 4 diperlukan dalam pergerakan. Dengan
Kemudian berbicara tentang jalan pendidikan, rakyat tahu akan hak
pendidikan, pendidikan merupakan dan harga dirinya, serta mendapat
pondasi dari kemerdekaan. Seorang keyakinan bahwa Indonesia merdeka
filosof dan tokoh pendidikan Yunani tidak dapat dicapai oleh pemimpin-
Kuno, Plato menyatakan bahwa pemimpin saja, rakyat harus ikut
pendidikan adalah suatu tindakan memperjuangkannya. Jika rakyat sudah
pembebasan dari belenggu terdidik, maka ia sudah merdeka,
ketidaktahuan dan ketidakbenaran. biarpun Indonesia masih diperintah
Peranan pendidikan yang utama adalah oleh orang asing. Diri orang boleh

3 Gilbert Highet, “Pikiran Manusia Yang Tak 5 Seperti yang dikutip oleh Jalaluddin dan
Tertundukkan” dalam Jujun S. Suriasumantri Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia,
(ed), Ilmu dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan Filsafat, dan Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers.
Karangan Tentang Hakekat Ilmu. (Jakarta: 2011), hal. 72.
6 Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas.
Yayasan Obor Indonesia. 2009), hal. 43.
4 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (edisi (Jakarta: LP3ES. 1985), hal. 26-27.
7 Seperti yang dikutip oleh Syamsudin
2). (Yogyakarta; Tiara Wacana, 2003), hal. 3, dan
189-191. Asyrofi, Beberapa Pemikiran Pendidikan.
(Malang: Aditya Media Publishing. 2012), hal. 88.
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 5
KAYUTANAM
Hera Hastuti

dirantai, akan tetapi semangat merdeka kemauan kerja sebagai orang merdeka,
tidak akan dapat diikat.8 bukan sebagai kuli atau tenaga kerja.10
Kemudian H.A.R. Tilaar
menegaskan bahwa pada hakekatnya Pengaruh Latar Belakang Budaya dan
pendidikan adalah penyemaian, Pendidikan
pengembangan, dan perwujudan nilai- Berbicara tentang konsepsi
nilai dalam proses hidup bersama atau pemikiran pendidikan yang diusung
masyarakat. Nilai-nilai hidup bersama oleh Sjafe’i dalam pendirian Ruang
itu meliputi, nilai-nilai sosial, kerja Pendidik INS Kayutanam, tentunya tidak
sama, toleransi, nilai-nilai keindahan terlepas dari berbagai faktor yang
yang tumbuh dan berkembang di dalam melingkupi sejarah hidup sang pendiri,
kesenian, dan berbagai bentuk karya seperti latar belakang budaya dan
budaya, nilai-nilai ilmu pengetahuan, pendidikan yang ditempuhnya. Kedua
nilai-nilai agama, dan sebagainya.9 faktor ini memberi pengaruh yang besar
Pemikiran pendidikan sebagai dalam membentuk karakter dan pola
suatu kajian sejarah adalah merupakan fikir sang tokoh. Pada hakekatnya
serangkaian proses kerja akal dan kalbu keberadaan manusia yang selalu terkait
yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan terikat dengan kebudayaan
oleh seseorang dalam melihat berbagai memberi potensi manusia untuk belajar
persoalan yang ada dalam pendidikan mengembangkan diri secara maksimal.
dan berupaya untuk membangun Seorang sosiolog, James M. Henslin
sebuah paradigma pendidikan baru menyatakan bahwa kebudayaan
yang mampu menjadi wahana bagi menyentuh hampir semua segi tentang
pembinaan dan pengembangan manusia manusia. Kebudayaan menjadi lensa
secara paripurna. Hal ini tercermin dari melalui mana seseorang
pernyataan tegas Sjafe’i kepada mempersepsikan dan mengevaluasi apa
Mohammad Hatta saat di Belanda. Hatta yang terjadi.11
pernah menanyakan kepada Sjafe’i Mohammad Sjafe’i lahir pada 31
kenapa hanya untuk mempelajari Oktober 1893 di Pontianak, Kalimantan
kerajinan tangan harus jauh-jauh ke Barat. Ibu kandungnya bernama Sjafiah,
Belanda, menurut Sjafe’i ‘pelajaran dan ia tidak mengenal ayah kandungnya,
kerajinan tangan’ dengan ‘pendidikan karena telah meninggal sewaktu ia bayi.
kerajinan tangan’ jauh bedanya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
Pelajaran kerajinan tangan dapat keluarga, ibu kandungnya membuat kue
diberikan melalui pelatihan atau kursus, yang kemudian dijualkan oleh Sjafe’i.
yang fungsinya untuk keterampilan Latar belakang keluarga yang tidak
tenaga kerja. Sementara, pendidikan mampu membuat Sjafe’i tidak dapat
kerajinan tangan berfungsi mengikuti pendidikan sebagaimana
membangkitkan minat kerajinan dan anak-anak sebayanya. Akan tetapi

8 Mohammad Hatta, Untuk Negeriku, 10 Lebih lanjut baca, Hasril Chaniago, 101
Sebuah Otobiografi (Jilid 2); Berjuang dan Orang Minang...hal. 389 dan A. A. Navis, ‘Moh.
Dibuang. (Jakarta: Kompas. 2011), hal. 26-28. Sjafei Pendiri..., hal. 89.
9 H.A.R. Tilaar, Kaleidoskop Pendidikan 11 James M. Henslin, Sosiologi dengan

Nasional. (Jakarta: Kompas. 2012), hal. 978 dan Pendekatan Membumi (jilid 1). (Jakarta:
1136. Erlangga. 2007) hal. 39.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


6 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

semangat Sjafe’i untuk belajar begitu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.


tinggi, setiap hari Sjafe’i mengintip dari Meski Chalidjah buta huruf, tetapi ia
jendela kelas untuk mengikuti pelajaran sangat disiplin dalam mendidik Sjafe’i.
yang diberikan oleh guru Marah Sutan. Hal ini ia lakukan agar Sjafe’i tumbuh
Menyaksikan ketekunan Sjafe’i untuk menjadi anak yang cerdas dan
menyimak pelajaran dari luar kelas mandiri.13
membuat Marah Sutan mengizinkannya Gambaran karakter Chalidjah yang
untuk belajar di dalam kelas. Kemudian dominan dalam proses pendidikan
pada akhirnya Sjafe’i diangkat anak oleh Sjafe’i kecil, dapat dipahami dari budaya
Marah Sutan.12 masyarakat Minangkabau yang dikenal
Sejak diangkat anak oleh Marah dengan masyarakat yang menganut
Sutan, Sjafe’i dididik dengan karakter sistem matrilineal. Pendidikan
dan budaya masyarakat Minang. matrilineal menggunakan pendekatan
Mohammad Sjafe’i memang lahir di yang mengutamakan upaya ibu dengan
Pontianak Kalimantan Barat, tetapi ia segala kodrat perempuannya. Peran
merupakan putra Minangkabau, karena seorang ibu diharapkan mampu
ia tumbuh dan besar dalam alam dan mengangkat harkat dan martabat anak-
budaya Minangkabau. Pendidikan dalam anak dan keluarganya. Agama Islam
keluarga Minangkabau, menjadikan hadir untuk melengkapi dan
unsur budaya sangat dominan. Sehingga menyempurnakan adat Minangkabau
proses pewarisan budaya dari generasi tersebut. Pembelajaran dalam keluarga
ke generasi berupaya agar setiap menjadi proses akomodasi nilai-nilai
aktivitas pembelajaran diwarnai oleh budaya dan Islam, melalui aktivitas
unsur budaya yang mereka miliki. sehari-hari dalam membelajarkan
Sejak menjadi anak angkat Marah anggota keluarganya. Unsur-unsur
Sutan dan Chalidjah, kehidupan Sjafe’i budaya yang tidak menyimpang dari
mulai teratur. Dia harus berpakaian ajaran Islam, semakin dipertegas
bersih dan rapi, yang dicuci dan keberadaannya, sesuai dengan falsafah
disetrika sendiri. Tidak ada waktu yang ‘adat basandi syarak, syarak basandi
boleh terbuang percuma, jika ia sudah Kitabullah’. Implikasi falsafah ini
selesai mengerjakan tugas dan belajar, menjadikan setiap anggota keluarga
maka Sjafe’i membantu ibu angkatnya atau masyarakat semakin tinggi tingkat

12 A.A. Navis, Filsafat dan Strategi Sjafe’i yang sedang berbicara dengan tamunya di
Pendidikan M. Sjafei; Ruang Pendidik INS aula sekolah bahwa ibunya memanggil. Serta
Kayutanam. (Jakarta: Grasindo. 1996), hal. 14, merta Sjafe’i berdiri, minta maaf pada Residen
dan Sufyarma M, Manajemen Berbasis Sekolah.... Jepang dan tergesa-gesa Sjafe’i menemui
hal. 14, dan A.A. Navis, Filsafat dan Strategi....., Chalidjah. Chalidjah mengingatkan Sjafe’i untuk
hal. 14. menyalakan lampu-lampu karena senja sudah
13 Didikan Chalidjah memiliki peran yang
datang. Sebagaimana biasanya menyalakan
besar dalam keberhasilan Sjafe’i kelak, maka tak lampu semprong di rumah itu adalah tugas
heran jika Sjafe’i begitu menghormati dan Sjafe’i setiap hari. Sjafe’i mengerjakannya
mencintai ibu angkatnya tersebut. Salah satu dengan kepatuhan yang luar biasa, padahal
peristiwa ‘luar biasa’ penghormatan Sjafe’i banyak orang yang bisa ia suruh melakukannya
terhadap ibunya yaitu, ketika zaman Jepang. selagi dia bertemu seorang penguasa di masa
Sjafe’i dikunjungi Residen Jepang untuk perang itu. Lebih lanjut baca A.A. Navis, Filsafat
Sumatera Barat pada suatu sore di INS Kayu dan Strategi....., hal. 14-15, dan A.A. Navis, Yang
Tanam. Seorang pembantu rumah mendekati Berjalan Sepanjang...., hal. 457.
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 7
KAYUTANAM
Hera Hastuti

penghambaannya pada Maha Pencipta, menunjang kemajuan mereka. Juga


dan semakin bangga dengan untuk mempelajari ilmu pendidikan
budayanya.14 yang berguna baginya dan untuk
Selain latar belakang budaya dan mendirikan sekolah di tanah air
adat istiadat Minangkabau, Sjafe’i juga nantinya. Sebelum berangkat ke negeri
diasuh dan dibesarkan dalam keluarga Belanda, Sjafe’i bersumpah bahwa ia
yang memiliki latar belakang tidak akan menikah sebelum cita-
pendidikan yang tinggi. Sehingga citanya berhasil. Sumpah itu memang
tidaklah mengherankan jika Sjafe’i dipegang dengan setia, ia baru menikah
memiliki semangat yang tinggi dalam dengan Johanna Sirie, kemenakan M.
dunia pendidikan. Pendidikan yang ia Natsir tanggal 31 Oktober 1954 di
peroleh dari keluarga barunya inilah kampus INS Kayutanam, bertepatan
yang memberikan corak yang begitu dengan ulang tahun INS ke-28.16
kental dalam pemikiran pendidikan Sjafe’i berangkat ke Negeri Belanda
Sjafe’i kelak. pada 31 Mei 1922 dan belajar di sana
Pada salah satu ceritanya Sjafe’i selama lebih kurang 3 tahun. Sjafe’i lebih
mengakui bahwa lahirnya konsep memilih masuk sekolah privat pada
pendidikannya banyak dipengaruhi oleh guru yang terkenal dalam bidang
didikan kedua orang tua angkatnya. pengajaran ekspresi (pekerjaan tangan,
Sejak kecil ia telah dipompa dengan menggambar, dan seni suara),
cerita dan riwayat orang-orang yang dibanding masuk ke sekolah formal,
memiliki karya yang besar di dunia, yang agar ia dapat menerima pelajaran
intinya tentang pengabdian orang-orang dengan baik, mendalam dan cepat.17
tersebut kepada sesama manusia untuk Sehingga tidaklah mengherankan dalam
memajukan hidup di segala bidang. waktu yang singkat keberadaannya di
Bahkan setelah Sjafe’i duduk di sekolah Belanda, Sjafe’i memperoleh ijazah
guru di Bukittinggi yaitu Sekolah Raja, ia dalam empat bidang, yakni Guru Eropa,
sering mendapat kiriman dari ayahnya, Menggambar, Pekerjaan Tangan, dan
Marah Sutan, berupa karangan Dr. Tjipto Musik.18
Mangunkusumo dan Douwes Dekker.15 Selain belajar, selama di Negeri
Marah Sutan kemudian mengirim Belanda Sjafe’i juga mengunjungi
Sjafe’i belajar ke Negeri Belanda. hampir seluruh sentra industri dan
Beberapa alasannya yaitu, untuk sekolah kerajinan di Eropa untuk
mengetahui dinamika yang keperluan studinya. Ia juga
menyebabkan bangsa Belanda itu maju mengunjungi sekolah Dr. George
dan kuat. Kemudian untuk mempelajari Kershensteiner yang mengajarkan
industri kerajinan yang dapat pelajaran kerajinan tangan serta sistem

14 Jamaris Jamna, Pendidikan Matrilineal. 17Selain itu, keputusan Sjafe’i untuk


(Padang: Pusat Pengkajian Islam dan bersekolah di sekolah private mencerminkan
Minangkabau. 2004), hal. 118-120 sikapnya yang tidak mementingkan ijazah dan
15 Thalib Ibrahim, Pendidikan Mohd. Sjafei; titel, bagi Sjafe’i yang terpenting adalah skill atau
INS Kayutanam. (Jakarta: Mahabudi. 1978), hal. keahlian yang dimiliki oleh seseorang.
11-12. 18 Departemen P dan K, Sejarah Pendidikan
16 Sufyarma M, Manajemen Berbasis
Daerah..., hal. 129 dan Sufyarma M, Manajemen
Sekolah.... hal. 16. Berbasis Sekolah.... hal. 16.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


8 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

sosial yang berdasarkan atas Kemudian pemikir pendidikan yang


kecintaannya kepada sesama manusia. menjadi ‘rujukan’ Sjafe’i adalah
Untuk praktik pendidikan, ia dapat izin Kerschensteiner. Landasan pemikiran
mengajar pada sekolah rendah di Kerschensteiner ialah ilmu akademik
Mookhoek, Rotterdam. Waktu senggang, tak terpisah dari keterampilan. Dengan
Sjafe’i menulis banyak buku pelajaran mengasah keterampilan, daya
membaca Arab dan Latin untuk sekolah intelektual dengan sendirinya akan
rendah. Semua buku itu kemudian berkembang. Sewaktu belajar di
diterbitkan J.B. Wolters, Jakarta.19 Belanda, Sjafe’i juga berkunjung ke
Terlihat jelas, bahwa sejak awal negara Eropa lainnya, bahkan sempat ke
sebelum Sjafe’i berangkat ke Belanda, ia Jerman. Di Jerman inilah Sjafe’i
sudah mengemban cita-cita untuk berjumpa Kerschensteiner, dan
mendirikan sekolah sendiri. Sehingga menyukai metode sekolah Arbeitschule
ketika ia di Belanda, ia banyak belajar Kerschensteiner.21
privat dan keliling Eropa untuk Kepercayaan diri Sjafe’i yang begitu
menimba ilmu tentang pendidikan dan besar untuk mendirikan sekolah sendiri
industri, khususnya pendidikan yang sesuai dengan konsep dan
kerajinan. Sjafe’i meyakini bahwa pemikirannya, mencerminkan sifat
pengembaraannya dalam mencari ilmu orang Minang yang tidak merasa rendah
di Eropa akan sangat berguna dalam dari orang lain. Masyarakat Minang
mengembangkan materi pelajaran INS tidak mengenal pembedaan kedudukan
kelak. manusia berdasarkan garis
Pemikiran pendidikan Sjafe’i juga 22
keturunannya. Prinsip ini dipegang
dipengaruhi oleh pemikiran John oleh Sjafe’i sehingga ia tidak merasa
Dewey, yang menyatakan bahwa proses rendah diri meski pada awalnya banyak
belajar berarti menangkap makna yang menyangsikan sekolah diriannya.
dengan cara sederhana dari sebuah Penerapan adat dan budaya Minang
praktek, benda, proses atau peristiwa. juga tampak dari keputusan Sjafe’i
Menangkap makna berarti mengetahui untuk mewakafkan INS menjadi milik
kegunaannya. Sesuatu yang mempunyai masyarakat pada tahun 1937. Dalam
makna berarti memiliki fungsi sosial. adat istiadat Minang dikenal pembagian
Oleh karena itu pendidikan harus harta waris, yaitu harta pusaka dan
mampu mengantar kaum muda untuk harta pencaharian. Harta pusaka
memahami aktivitas yang mereka merupakan milik bersama suatu kaum
temukan dalam masyarakat. Semakin dan diwariskan kepada kemenakan,
banyak aktivitas yang mereka pahami sedangkan harta pencaharian
berarti semakin banyak pula makna merupakan milik suami istri yang
yang mereka diperoleh.20 bersangkutan dan boleh diwariskan
kepada anak. Sehubungan dengan

19 Sufyarma M, Manajemen Berbasis 21 Fauzani Mufid, “Menanam Kemandirian

Sekolah.... hal. 16-17 dan A.A. Navis, Filsafat dan di Kayutanam” dalam Jurnal Selarung, (online).
Strategi....., hal. 20. Edisi 14 th 1, 16 - 22 April 2012. Diunduh pada
20 Ardi Al-Maqassary, “John Dewey; Tokoh
14 Maret 2013, pukul 22:19.
Aliran Pragmatisme”. (Makalah Online) diunduh http://www.prioritasnews.com.
pada 14 Maret 2013, pukul 21:56 Wib. 22 A.A. Navis, Alam Terkembang..., hal. 63-

http://www.psychologymania.com 64.
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 9
KAYUTANAM
Hera Hastuti

pembagian harta waris dalam mana bumi dipijak, di situ langit


masyarakat Minangkabau itulah yang dijunjung.’ Sikap seseorang dilandaskan
ditakutkan oleh Sjafe’i, karena INS pada kondisi dan situasi di mana ia
merupakan jerih payahnya bersama berada.
ayah angkatnya, jadi dapat dianggap Adat dan kearifan lokal (local
sebagai harta pencaharian yang dapat wisdom) menjadi bagian tak
diwarisi oleh kemenakan maupun terpisahkan dari kurikulum yang
anaknya. Supaya jangan terjadi silang diciptakan Sjafe’i. Hal ini terlihat dari
sengketa di kemudian hari antara beberapa nasehat dan petuah adat yang
keluarga yang ditinggalkan, maka INS ‘terselip’ dalam falsafah pendidikan
disumbangkan kepada masyarakat dan yang ia gagas. Pengaruh kultur
menjadi hak milik negara.23 Minangkabau yang kuat tampak dalam
Sjafe’i sering merubah pemaknaan falsafah yang memanifestasikan alam
singkatan INS, mulai dari zaman kolonial sebagai sumber dari segala disiplin ilmu.
yakni Indonesische Nederlandsche Bahwa alam adalah guru bagi orang
School, kemudian pada masa Jepang yang ‘membaca’ dengan sepenuh jiwa.
berubah menjadi Indonesia Nippon Filsafat INS Kayutanam yang berkaitan
School, dan setelah Indonesia merdeka dengan alam sesuai dengan falsafah adat
pemaknaan INS ditukar menjadi Minangkabau yang menjadi acuan
Indonesia Nationale School.24 Terakhir kegiatan dalam hidup dan kehidupan
pasca peristiwa PRRI, dirubah lagi masyarakat. Landasan ilmiah, ‘alam
menjadi Institut Nasional Sjafe’i tahun takambang jadi guru’ menjadi rujukan
1967, nama ini bertahan sampai dalam pengembangan filsafat INS yaitu
sekarang. Seringnya perubahan filsafat alam. Segala fenomena yang
pemaknaan dari singkatan INS ini terjadi di alam ini dapat menjadi acuan
menggambarkan sikap inkonsistensi dan sumber ajaran layaknya guru bagi
Sjafe’i. Sjafe’i terkesan dengan mudah seseorang untuk lebih menggali dan
merubah makna INS untuk kelancaran mendalami ilmu pengetahuan. 25
eksistensi INS pada zamannya. Masa
kolonial pemaknaan INS dibubuhi Anti Tesis Pendidikan Kolonial
dengan ‘Nederlandsche’, masa Jepang Pemikiran pendidikan Mohammad
dibubuhi dengan ‘Nippon’, masa Sjafe’i bermula dari pengamatannya
kemerdekaan dibubuhi dengan terhadap pribadi masyarakat Indonesia
‘Nationale’. Kecewa dengan republik yang malas dan elitis akibat dari
(peristiwa PRRI) maka INS dikenai pengaruh kolonialisasi. Untuk itu,
dengan pembubuhan nama ‘Sjafe’i’ Mohammad Sjafe’i beranggapan bahwa
dibelakangnya. Sifat Sjafe’i ini juga untuk menyelesaikan permasalahan
menjadi cerminan dari watak orang tersebut, pendidikan adalah jalan yang
Minang secara umum yang bersifat tepat bagi bangsa Indonesia. Pendidikan
fleksibel sesuai dengan ungkapan ‘di watak yang berorientasi kepada

23 Departemen P dan K, Sejarah Pendidikan 24 Departemen P dan K, Sejarah Pendidikan


Daerah Sumatera Barat. (Padang: Departemen P Daerah..., hal. 127.
dan K, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi 25 A.A. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru;

Kebudayaan Daerah. 1980), hal. 131. Adat dan Kebudayaan Minangkabau. (Jakarta:
Grafiti pers. 1984), hal. 59.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


10 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

keterampilan tangan dalam Keyakinan ini mendorong


pemanfaatan kekayaan alam adalah kami untuk mendirikan
kunci utama dalam pendidikannya. perguruan, di mana dilakukan
Selain itu Sjafe’i ingin pembentukan kader-kader
menghilangkan penyakit pendidikan untuk gerakan Nasional
pada waktu itu, yaitu verbalisme. Indonesia, mencapai tujuan,
Verbalisme dalam pendidikan akan yaitu kemerdekaan.27
menghasilkan anak ibarat orang
membuat kue, bagaimana bentuk Lebih lanjut prinsip pendidikan INS
cetakannya begitulah bentuk kuenya. Kayutanam yang dirumuskan Sjafe’i
Sistem pendidikan yang begini akan diantaranya yaitu; 1) Mengutamakan
menghasilkan manusia yang sempit pendidikan watak (Karakter
alam fikirannya atau akan menghasilkan Opvoeding), 2) Mendidik dan mengajari
anak didik yang serba tanggung murid agar aktif dan dinamis, 3)
menghadapi kehidupan masyarakat dan ‘sekolah tidak untuk mencari ijazah’
pendidikan yang demikian tidak atau berani berdiri kari dan percaya
berguna dan tidak dibutuhkan pada diri sendiri (mampu menciptakan
masyarakat. Anak didik dilatih dengan lapangan kerja sendiri), 4)
bekerja sambil belajar, kecerdasan Pengembangan daya cipta dan bakat
berpikir anak didik dengan cara ini secara aktif, 5) ‘Murid diajar agar bisa
dapat dikembangkan seluas-luasnya, bekerja dan gandrung bekerja’ atau giat
karena mereka dibiasakan bekerja bekerja.28
dengan teratur, intensif, dan kreatif. Kemudian dasar-dasar sistem
Penyakit verbalisme dapat dihilangkan pendidikan Ruang Pendidik INS
secara berangsur, sehingga setiap berlandaskan pada;
pendidikan bermanfaat bagi a) Natuur Paedagogisch; Pendidikan
masyarakat. 26
yang memetik dan menerapkan
Sjafe’i berpandang bahwa nilai-nilai esensiil yang dinamis dari
pergerakan nasional Indonesia hanya proses hidup makhluk alam semesta
akan berhasil mencapai tujuannya ciptaan Tuhan.
dengan cepat dan tepat hanya melalui b) Pendidikan Modern; Pendidikan
pendidikan, yakni pendidikan yang tidak hanya mewariskan nilai-nilai
sesuai dengan kebutuhan perjuangan lama, tetapi merangsang anak untuk
mencapai Indonesia merdeka. Dalam hal menemukan hal-hal baru.
ini Sjafe’i menyatakan; Pendidikan modern tidak hanya
..... kami mendapat keyakinan memiliki ilmu pengetahuan tetapi
bahwa partai politik baru kuat, mempraktekkan ilmu pengetahuan
kalau anggota-anggotanya tersebut dalam kehidupan.
mempunyai ideologi politik, c) Gabungan Ilmu pengetahuan umum
kalau tidak demikian tidak dan keterampilan; Ilmu
akan bisa menghadapi pengetahuan umum adalah ilmu
penjajahan dengan baik. yang diberikan untuk kekayaan

26 Departemen P dan K, Sejarah Pendidikan 28 Baharudin M.S., Mengenang Kembali

Daerah..., hal. 125. Cita-cita Pendidikan INS Moh. Syafei


27 Departemen P dan K, Sejarah Pendidikan Kayutanam.( Jakarta: Koleksi A.A Navis. 1978),
Daerah...., hal. 123. hal. 283-284.
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 11
KAYUTANAM
Hera Hastuti

rohani, sedangkan keterampilan sub bidang keterampilan seperti


adalah alat pendidikan untuk pertukangan, keramik, kriya, seni ukir,
membina bakat anak didik sebagai seni lukis, sanggar musik, teater, sastra,
modal untuk hidup dalam dan beberapa keterampilan lainnya.
masyarakat. 29 Sedangkan hal-hal yang menyangkut
kecerdasan spiritual, diramu dan
Menyelaraskan Hati, Otak, dan diaplikasikan dalam bidang akhlak
Tangan mulia. Ketiga bidang ini tak bisa
Konsepsi pemikiran pendidikan dipisahkan satu sama lain. Ketiganya
Sjafe’i yang mengusung konsep saling mengisi dan saling menopang
pemikiran tentang keseimbangan antara dalam wacana menciptakan intelektual
kerja, pikiran, dan perasaan. Hal ini yang berakhlak mulia, berintegritas dan
kemudian diwujudkannya ke dalam tiga beretos kerja keras.
bidang pendidikan, yakni ‘tangan’, ‘otak’
dan ‘hati’. Tangan merupakan Filosofi pendidikan yang ia gagas,
merupakan metafora dari kreativitas “Jangan minta buah mangga pada pohon
dan kerja keras; Otak merupakan rambutan, tapi jadikanlah setiap pohon
perlambangan dari pendidikan berbuah manis.”31 Apa yang
akedemis dan hal-hal yang berkaitan diungkapkan oleh Sjafe’i ini memiliki
dengan psikomotor; sedangkan hati makna yang begitu mendalam dan
merupakan simbolisasi dari spritualitas terkesan sangat demokratis. Bahwa
atau hal-hal menyangkut kehidupan setiap peserta didik, sebagai manusia
pribadi, akhlak mulia dan ibadah. biasa, tentu tidak akan terlepas dari
Menurut Sjafe’i ketiga unsur ini yang berbagai kekurangan dan
akan menjadikan anak didik menjadi ketidaksempurnaan, serta mempunyai
menjadi sosok yang kreatif, pintar serta keistimewaan masing-masing. Watak
berakhlak mulia. Kekurangan salah satu (characteristic), kegemaran, cita-cita,
dari yang tiga itu akan membuat ketrampilan (skill) serta pandangan
seeorang sulit diterima dengan baik hidup (way of life) manusia tentu
dalam masyarakat.30 berbeda satu sama lain. .
Rumusan keselarasan hati, otak,
dan tangan tercermin dalam kurikulum Pendidikan Keterampilan untuk
INS dalam tiga bidang pengajaran, yakni Kemerdekaan dan Kemandirian
akademik (otak), kreativitas (tangan) Menurut Mohammad Sjafe’i,
dan akhlak mulia (hati). Dibidang keterampilan tangan memiliki beberapa
akademis, siswa dibekali pengetahuan kebaikan, selain bersifat produktif, juga
umum layaknya sekolah biasa, meski dapat memupuk watak yang baik dalam
lebih ditekankan pada penguasaan diri manusia. Berdasarkan
materi dan aplikasi di lapangan. Bidang keyakinannya itulah Mohammad Sjafei
kreativitas ditekankan pada beberapa mendirikan sekolah yang khusus

29 Lebih lengkap baca, Mohammad Sjafei, 30 Afri Meldam, Pendidikan Karakter di INS
Dasar-dasar Pendidikan. ( Jakarta: CSIS. 1979), Kayutanam. (artikel online), .
hal 3-22 dan A. Hamid, Sistem Pendidikan Ruang http://edukasi.kompasiana.com
Pendidikan INS. (Kayutanam: Ruang Pendidik 31 A.A.Navis, Filsafat dan Strategi........hal. 17.

INS Kayutanam. 1977), hal. 3-5.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


12 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

mendidik pribadi yang baik melalui dialog Sjafe’i dan Hatta di Belanda.
pelajaran keterampilan tangan. Menurut Sjafe’i pendidikan kerajinan
Pendidikan yang diselenggarkannya tangan berfungsi untuk membangkitkan
tidak menjadikan manusia Indonesia minat kerajinan dan kemauan kerja
jauh dari masyarakatnya, sebagaimana sebagai orang merdeka, bukan sebagai
pendidikan kolonial. kuli atau tenaga kerja. Bagi Sjafe’i
Sistem pendidikan INS berangkat bangsa yang merdeka ialah bangsa yang
dari pemikiran filsafat alam sebagai terdidik sebagai bangsa merdeka. Bukan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Alam hanya oleh semangatnya saja, tetapi juga
bergerak dalam sistem yang tetap secara kadar intelektual dan kemampuan
dinamis yang dialektik seimbang. menjadi bangsa yang mandiri di bidang
Manusia sebagai substansi alam, dengan ekonomi. Ekonomi bangsa dapat
tenaga, pikiran dan perasaannya tidak ditegakkan melalui industri. Industri
boleh tidak mengikuti sistem alam itu. hanya dapat dikelola oleh bangsa yang
Keluar dari sistem berarti lepas dari memiliki mental yang rajin, ulet, teliti,
keseimbangan. Manusia yang berbeda dan disiplin.33
dengan alam benda diberi Tuhan tenaga, Jika pendidikan akademis
otak dan jiwa, hanya dapat bertahan menekankan pada kemampuan
dalam hidupnya apabila menggunakan menyerap ilmu pengetahuan sebagai
rahmat Tuhan secara optimal; dengan bekal kekayaan intelektual, pendidikan
tenaga ia bekerja, dengan otak ia kreativitas lebih mendorong dan
berpikir, dan dengan jiwa ia merasa. merangsang siswa untuk menjadi
Dengan ketiga komponen utama itu, pribadi yang kreatif, inovatif dan
manusia mencipta apa-apa yang mempunyai daya saing, selain
diperlukan untuk mencapai kehidupan menjadikan siswa sebagai generasi yang
yang lebih baik, aman dan damai, mandiri dan mempunyai keterampilan
sentosa dan makmur, serta adil dan hidup. Dengan demikian, siswa tidak
rahim. Apabila manusia itu tidak hanya diajarkan untuk bersikap kreatif,
memanfaatkan ketiga komponen utama tapi juga dibimbing untuk tidak ‘hanya’
yang diberikan Tuhan itu, dia tidak menjadi orang yang ‘dipekerjakan’
mampu menjawab dan melainkan menjadi orang yang
mempertanggungjawabkan kewajiban- ‘memperkerjakan’ (menciptakan
kewajibannya sebagai khalifah Tuhan di lapangan kerja baru).34
bumi.32 Meski kedua bidang tersebut
Konsep pemikiran ‘pendidikan (akademis dan kreativitas) sudah
kerajinan tangan’ yang diusung oleh dikuasai, namun tujuan pendidikan yang
Sjafe’i pada hakekatnya ia dapatkan dari digagas Sjafe’i belum cukup sampai di
ayah angkatnya, Marah Sutan. Pengaruh situ. Kecerdasan akademis dan
besar sang ayah dalam pemikiran Sjafe’i kreativitas hanyalah modal untuk
tentang konsep pemikiran pendidikan kehidupan duniawi. Oleh karena itu,
yang ia kembangkan terlihat ketika Sjafe’i juga menekankan pentingnya

32 A.A. Navis, Filsafat dan Strategi.... hal. 34 Afri Meldam, Pendidikan Karakter di
102-103. INS.... http://edukasi.kompasiana. com.
33 Hasril Chaniago, 101 Orang Minang di

Pentas Sejarah. (Padang: Yayasan Citra Budaya


Indonesia. 2010) hal. 389.
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 13
KAYUTANAM
Hera Hastuti

kecerdasan spiritual. Sebab, ranah


kecerdasan ini akan menjadi penyelaras Aktif Kreatif sebagai Landasan
bagi peserta didik dalam menjalani Pembelajaran
kehidupan. Kecerdasan spiritual akan
mendorong manusia untuk tetap Pelaksanaan pendidikan
berjalan pada rel yang telah ditentukan keterampilan tangan dilakukan dengan
oleh Yang Maha Kuasa, yang pada metode pembelajaran aktif kreatif.
gilirannya akan menciptakan lulusan Landasan filosofis metode aktif kreatif
yang berkarakter, dengan gaya hidup adalah akal yang diberikan Tuhan
yang madani dan terhindar dari kepada manusia yang dapat
berbagai tindak amoral.35 mengadakan pembaharuan melalui
Pendidikan ala Sjafe’i tidak terbatas kreativitas. Kecerdasan dan kreativitas
hanya pada ruang kelas. Pendidikan dapat dikembangkan secara bersama
merupakan proses panjang yang melalui proses pendidikan. Kemauan
melibatkan keseluruhan aktivitas dan kemampuan mencipta adalah suatu
sehari-hari, mulai dari bangun tidur tabiat yang sangat diperlukan oleh
hingga kembali tidur. Setiap gerak-gerik setiap negara di tingkat apa pun juga
dan tindak-tanduk para peserta didik posisinya. Pendidikan dan pengajaran
tak terlepas dari pantauan Sjafe’i. Jika perlu diarahkan pada pendidikan
ada yang kedapatan melakukan kreatif, agar bangsa Indonesia tidak
kesalahan, maka yang bersangkutan hanya menjadi tukang tiru. Dengan lebih
akan ditanyai apakah ia tahu dan sadar banyak lagi pendidikan kreatif, akan
akan kesalahan yang telah ia perbuat. membangkitkan semangat
Hukuman kemudian diberikan bukan kemerdekaan jiwa yang besar, lepas dari
sekadar ‘efek jera’ belaka, namun juga kungkungan yang sangat mengikat.
sebagai bagian dari proses pendidikan Hanya murid yang mempunyai rasa
tersebut. kemerdekaan yang bisa menghasilkan
Sjafe’i paham bahwa setiap anak kreasi. Sjafe’i berkeyakinan bahwa
dilahirkan dengan bakat serta watak Indonesia bisa menjadi besar dan mulia
yang berbeda-beda. Hukuman yang dalam arti yang sebenarnya hanya akan
diberikan bagi mereka yang berbuat tercapai apabila bangsanya mempunyai
salah bisa jadi dipandang berbeda oleh kretivitas yang tinggi dan besar. Oleh
para peserta didik. Namun, satu hal yang karena itu, pemupukan kreativitas
pasti, Sjafe’i percaya bahwa suatu saat bukanlah suatu pekerjaan yang sia-sia
kelak peserta didik akan sadar dan atau tidak ada gunanya. Malahan sangat
mengetahui hakihat dari hukuman yang penting bagi pribadi, bangsa maupun
diberikan kepadanya, sehingga akan bagi dunia seumumnya.36
menjadi pelajaran yang sangat berharga Sjafe’i percaya jika metode aktif
dan melekat sepanjang hidupnya. kreatif rutin dilaksanakan pada setiap
Karakter peserta didik dibangun secara proses pembelajaran, maka
bertahap, namun pasti. kemandirian siswa akan tumbuh dan

35 Afri Meldam, Pendidikan Karakter di Navis, dalam Filsafat dan Strategi.... hal. 223 –
INS... http://edukasi.kompasiana. com. 224.
36 Lebih lanjut baca tulisan M. Sjafe’i

tanggal 31 Mei 1956 yang ditulis ulang oleh A.A.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


14 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

berkembang baik dalam belajar maupun merasakan dan mengalami sendiri


dalam berbuat dan bersikap. Metode pembuatannya. Ketika mereka
pembelajaran ini membutuhkan mengerjakan atau membuat benda yang
profesionalisme guru, Proses mengajar ia inginkan maka saat itu mereka adalah
yang tepat bukan proses pembelajaran subjek, bukan objek. Para siswa lah yang
yang membiarkan siswa menerima apa bertindak dan berbuat, bukan guru,
saja yang diberikan guru dengan penuh sehingga siswa menjadi manusia
kepatuhan dan perhatian. Metode aktif berpikir, mencipta dan berbuat. Mereka
kreatif adalah metode yang tidak lagi menjadi manusia pendengar,
memperhatikan pentingnya diajarkan tetapi telah berubah menjadi manusia
kesesuaian antara siswa dengan tenaga yang menghasilkan benda (produceren).
endogennya (dari dalam diri siswa). Ketika siswa melakukan pekerjaannya,
Kemudian juga disesuaikan dengan beranekaragam yang dialaminya, itulah
bakat siswa, karena hal ini membantu yang sangat berharga dalam mata
siswa belajar dengan penuh semangat, pelajaran pekerjaan tangan dan lebih
tekun dan rajin. Untuk menjaga agar tinggi nilainya dari benda yang
aktivitas belajar siswa menumbuhkan diciptakannya.39
kreativitas maka diaplikasikan pada Selain sumbangsihnya dalam
bengkel keterampilan.37 pendidikan karakter terhadap
Metode aktif kreatif merangsang pembangunan bangsa, terutama pada
siswa membuat benda yang berlainan perkembangan IPTEK dewasa ini. Sjafe’i
bentuknya. Penciptaan benda yang juga membangun konsep kemandirian
seragam dihindarkan, karena kalau disetiap mata pelajaran yang ia berikan.
mereka dibiarkan membuat bentuk Sjafe’i memberi kebebasan kepada
yang serupa, dikhawatirkan akan siswanya untuk berkreasi sesuai dengan
menghasilkan watak penjiplak dan minat dan bakat masing-masing siswa.
peniru yang kurang kreatif. Dalam Kemudian Sjafe’i juga berusaha
konteks ini guru tidak membuat membangun jiwa entrepreneur
rancangan apapun, tetapi siswa yang (pengusaha) dalam diri para siswanya.
membuat rancangan benda apa yang Siswa dididik memasarkan sendiri
akan dikerjakannya. Apabila siswa secara langsung hasil karya mereka,
memperoleh kesulitan, guru membantu baik berupa lukisan, seni patung, dan
mengajak siswa berdiskusi, sehingga hasil kerajinan lainnya.
siswa dimotivasi berpikir aktif
memecahkan persoalan tersebut. Guru PENUTUP
hanya bersifat sebagai fasilitator Perjuangan suatu bangsa dalam
sedangkan penilaian ditekankan pada melawan penjajahan dilakukan dengan
proses dan bukan pada hasil.38 berbagai cara, seperti melalui
Lebih lanjut Sjafe’i menjelaskan perperangan, melalui jalur politik salah
bahwa dengan menyuruh siswa satunya dengan membentuk partai-
melakukan pekerjaan tangan, membuat partai, dan melalui pendidikan.
suatu barang, berarti mereka Pendidikan merupakan hal yang

37 Sufyarma M., Manajemen Berbasis 39 Mohammad Sjafe’i, Pendidikan Mohd.

Sekolah.... hal. 57 Sjafe’i INS Kayutanam, disadur oleh Thalib


38 Sufyarma M., Manajemen Berbasis
Ibrahim. (Jakarta: Mahabudi. 1978) hal. 79.
Sekolah.... hal. 58
Volume
MOHAMMAD SJAFE’I DAN KONSEPSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN RUANG PENDIDIK INS 15
KAYUTANAM
Hera Hastuti

substansial dalam perjuangan, karena bangsa lain. Jika suatu bangsa, meskipun
pendidikan memberi kesadaran akan ia sudah merdeka tetapi masih
pentingnya kemerdekaan. Hanya tergantung pada bangsa lain, maka ia
pendidikanlah yang mampu melahirkan belum bisa dikatakan merdeka secara
tokoh-tokoh intelektual yang menjadi utuh.
ujung tombak dalam melawan segala
bentuk penjajahan. Kemerdekaan yang
telah diraih tidak akan sempurna jika DAFTAR PUSTAKA
masyarakatnya tidak berpendidikan.
Latar belakang budaya sangat A. A. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru;
mempengaruhi pemikiran Sjafe’i. Adat dan Kebudayaan
Pemikiran tokoh pendidikan bangsa ini Minangkabau. Jakarta: Grafiti
sedikit banyak dipengaruhi oleh latar pers. 1984.
belakang budaya atau akar budaya yang A. A. Navis, Filsafat dan Strategi
dimilikinya. Selain dengan Sjafe’i Pendidikan M. Sjafei; Ruang
dengan falsafah ‘Minangnya’, riwayat Pendidik INS Kayutanam.
pendidikan mulai dari pendidikan yang Jakarta: Grasindo. 1996.
ada dalam lingkungan keluarga, maupun A. Hamid, Sistem Pendidikan Ruang
pendidikan dalam artian yang luas juga Pendidikan INS. Kayutanam:
ikut mempengaruhi pemikiran Ruang Pendidik INS
pendidikan Sjafe’i. Meskipun pemikiran Kayutanam. 1977.
Sjafe’i berlandaskan pada budaya Afri Meldam, Pendidikan Karakter di INS
bangsa secara umum, akan tetapi tidak Kayutanam. (artikel online),
dapat dipungkiri bahwa pendidikan http://edukasi.kompasiana.co
kolonial atau ‘barat’ ikut memberi m.
pengaruh yang besar dalam Ardi Al-Maqassary, “John Dewey; Tokoh
pemikirannya, karena Sajfe’i adalah Aliran Pragmatisme”. (Makalah
‘produk’ pendidikan kolonial pada Online) .
zamannya. Di sinilah titik tolaknya, http://www.psychologymania.
walaupun ia adalah ‘produk’ pendidikan com
kolonial, tetapi ia mampu menciptakan Baharudin M.S., Mengenang Kembali
atau melahirkan pendidikan alternatif Cita-cita Pendidikan INS Moh.
sebagai anti tesis terhadap pendidikan Syafei Kayutanam. Jakarta:
kolonial. Koleksi A.A Navis. 1978.
Sjafe’i melalui INS-nya mengusung Departemen P dan K, Sejarah
pendidikan yang ditujukan pada Pendidikan Daerah Sumatera
zendings arbeid, yaitu mencari bentuk Barat. Padang: Departemen P
pendidikan yang selaras dengan bangsa dan K, Proyek Inventarisasi dan
Indonesia, dan sesuai dengan watak Dokumentasi Kebudayaan
anak Indonesia. Konsepsi pemikiran Daerah. 1980.
pendidikan Sjafe’i lebih menitik Elizabeth E. Graves, Asal-usul Elite
beratkan pada keselarasan kerja antara Minangkabau Modern. Jakarta:
otak, hati dan tangan. Bagi Sjafe’i, bangsa Yayasan Obor Indonesia. 2007.
yang mandiri adalah bangsa yang Fauzani Mufid, “Menanam Kemandirian
mampu hidup dari hasil kerjanya di Kayutanam” dalam Jurnal
sendiri, dan tidak tergantung pada Selarung, (online). Edisi 14 th 1,
16 - 22 April 2012.

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan SejarahVolume


16 – ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah

http://www.prioritasnews.co Syamsudin Asyrofi, Beberapa Pemikiran


m. Pendidikan. Malang: Aditya
Gilbert Highet, “Pikiran Manusia Yang Media Publishing. 2012.
Tak Tertundukkan” dalam Thalib Ibrahim, Pendidikan Mohd. Sjafei;
Jujun S. Suriasumantri (ed), INS Kayutanam. Jakarta:
Ilmu dalam Perspektif; Sebuah Mahabudi. 1978.
Kumpulan Karangan Tentang
Hakekat Ilmu. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia. 2009.
H.A.R. Tilaar, Kaleidoskop Pendidikan
Nasional. Jakarta: Kompas.
2012.
Hasril Chaniago, 101 Orang Minang di
Pentas Sejarah. Padang:
Yayasan Citra Budaya
Indonesia. 2010.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat
Pendidikan: Manusia, Filsafat,
dan Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers. 2011.
Jamaris Jamna, Pendidikan Matrilineal.
Padang: Pusat Pengkajian Islam
dan Minangkabau. 2004.
James M. Henslin, Sosiologi dengan
Pendekatan Membumi (jilid 1).
Jakarta: Erlangga. 2007.
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (edisi
2). Yogyakarta: Tiara Wacana.
2003.
Mohammad Hatta, Untuk Negeriku,
Sebuah Otobiografi (Jilid 2);
Berjuang dan Dibuang. Jakarta:
Kompas. 2011.
Mohammad Sjafe’i, Pendidikan Mohd.
Sjafe’i INS Kayutanam, disadur
oleh Thalib Ibrahim. (Jakarta:
Mahabudi. 1978) hal. 79.
Mohammad Sjafei, Dasar-dasar
Pendidikan. Jakarta: CSIS. 1979.
Paulo Freire, Pendidikan Kaum
Tertindas. Jakarta: LP3ES.
1985.
Sufyarma M, Manajemen Berbasis
Sekolah dan Sistem Pendidikan
INS Kayutanam. Padang: UNP
Press. 2011.

Volume

Anda mungkin juga menyukai