Anda di halaman 1dari 5

‘ RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP KOLONIALISME DAN

IMPERIALISME DALAM BIDANG PENDIDIKAN’

Abelino Arya M (01) - Adinda Nadya F.P (03) - Chantika Regillia P (05) - Efril Efida (10) -
Galuh Pramudya (14) - Nadiva Aisyah (21) - Naisya Humaira (22) - Rizky Dwi (26)

Chantikaregellia@gmail.com

Bangsa Indonesia telah berdiri selama 76 tahun, sejak proklamasi bangsa Indonesia
dibacakan pada 17 Agustus 1945. Yang dikenal sebagai hari kemerdekaan bangsa Indonesia.
Melewati banyak rintangan dan tantangan dalam mencapai titik kemerdekaan yang di cita –
citakan dengan usaha dan jerih payah. Melewati banyak kisah atau sejarah, bahkan jika
diperiodisasikan sejarah perjalanan bangsa indonesia dikutip dari id.wikipwedia (2021)
dibedakan menjadi 5 periodisasi yaitu; era prakolonial, dimana munculnya kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha dan Islam; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa; Era Kemerdekaan
Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945); Era Orde Baru, 32 tahun masa
pemerintahan Soeharto; serta Orde Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.

Namun dalam perjalanan bangsa Indonesia dalam melalui setiap periodisasinya tak
terlepas dari pengaruh bangsa lain. Terutama pada Era Kolonial atau biasa dikenal dengan era
masuknya orang orang eropa ke Indonesia. Pada era ini bangsa Indonesia sangat tertekan,
karena adanya sistem politik Imperialisme dan Kolonialisme, Imperialisme sendiri memiliki
arti yaitu sistem politik yang tujuannya adalah menjajah bangsa atau negara lain demi untuk
memperoleh kekuasaan dan keuntungan secara sepihak yang jauh lebih besar. Sedangkan
Kolonialisme menurut kompas.id (2021) adalah paham tentang penguasaan oleh suatu
negara/bangsa terhadap daerah/wilayah lain dengan maksud memperluas wilayah. Kedua hal
tersebut bertujuan untuk memperluas kekuasaan dan mendapatkan keuntungan ekonomi.

Imperialisme dan kolonialisme terjadi dalam berbagai bidang seperti bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya, serta didunia Pendidikan. Dalam bidang pendidikan Pemerintah
Kolonial berhasil memanfaatkan rakyat Indonesia untuk dijadikan pegawai administrasi yang
terdidik, terampil, tapi dihargai murah. Secara pendidikan formal, Belanda menyusun
kurikulum pengajarannya sendiri sampai abad ke-19. Makanya, ada kecenderungan politik
dan kebudayaan yang dimasukkan melalui pendidikan. Namun dalam menyikapi niat licik
bangsa eropa, bangsa indonesia mengambil kesempatan ini untuk menimba ilmu sebanyak
banyaknya demi mencapai kemerdekaan. Maka dari itu akses pendidikan dibatasi dengan
sistem kasta oleh pemerintahan eropa terutama bangsa Belanda karena takut rakyat Indonesia
menjadi lebih pintar dan dapat menggulingkan pemerintahan.

Akses pendidikan yang dibatasi oleh sistem kasta tersebut tidak menyurutkan
semangat dan respon rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sehingga mulai
bermunculan akademisi yang mementingkan pendidikan di Indonesia, yaitu;

A. Taman Siswa
Didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar Dewantara. Tujuan didirikannya
Taman Siswa adalah untuk membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan
berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang
mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada
umumnya.
Taman Siswa berpendapat bahwa pendidikan nasional merupakan sarana untuk tumbuh
dengan jiwa nasionalisme. Melalui pendidikan yang berjenjang dapat menghasilkan elit
kultural yang akan berperan besar dalam pergerakan nasional.
Setelah didirikannya Taman Siswa pada 1922, Taman Siswa ini terus berkembang dalam
menumbuhkan rasa Nasionalisme. Meskipun menggunakan sistem pendidikan modern
Belanda, akan tetapi Taman Siswa tidak meniru semua kepribadian Belanda. Dengan
demikian anak didik Taman Siswa tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia dan
juga dapat berkembang sesuai revolusi yang positif.

Prinsip dasar pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru
dikenal sebagai Patrap Triloka. Yang terdiri dari Unsur- unsur :

a) Ing Ngarso sung Tulodo yang artinya Di depan seorang pendidik guru atau orang
tua harus memberi teladan dan memberi contoh tindakan yang baik

b) Ing Madya Mangun karso yang artinya di tengah atau di anatara murid guru atau
orangtua harus menciptakan prakarsa, ide, serta kerja sama.

c) Tut Wuri Handayani yang maksudnya adalah di belakang seorang pendidik guru
atau orang tua harus bisa memberi daya semangat, dorongan dan arahan

B. 2. INS Kayutanam
Didirikan di Kayutanam, padang pariaman, Sumbar, 31 Oktober 1926 oleh
Muhammad Syafei seorang Kemendikbud ketiga. Indonesisch Nederlansche School
Kayutanam di sebut juga dg Ruang Pendidik INS Kayutanam. INS Kayutanam merupakan
lembaga pendidikan menengah swasta. INS menggunakan sistem sekolah kerja yg kreatif dan
tidak terikat oleh kurikulum. Visi pendidikan Mohammad Syafei adalah head, heart, dan
hand.

I. Masa awal berdirinya INS Kayutanam


INS adalah lembaga pendidikan yang merupakan akronim dari Indonesche
Netherlandsche school.Awalnya sekolah ini milik jawatan kereta api yang dipimpin
oleh ayahnya, yang kemudian diserahkan kepada Muhammad Syafei untuk
mengelolanya dan kemudian tersohor dengan nama Ruang pendidikan Indonesche
Netherlandsche school (RP INS) Kayutanam

Pada awal didirikan, RP INS Kayutanam memiliki asas asas sbg brikut :

 Berpikir logis dan rasional

 Keaktifan atau kegiatan

 Pendidikan masyarakat

 Memperhatikan pembawaan anak (parenting)

 Menentang iintelektualism

INS juga merupakan sekolah umum yang unik dengan memberikan bidang-bidang sebagai
berikut.

 1) Pendidikan keterampilan .
 2) Pendidikan pertanian
 3) Pendidikan karya seni
 4) Pendidikan manajemen
II. Zaman Penjajahan Belanda

RP INS Kayutanam tahun 1926 memiliki 75 orang siswa terdiri atas dua kelas (1A dan 1B)
dengan pengantar bahasa Indonesia. Gedung sekolah RP INS Kayutanam dibangun sendiri
oleh siswa tahun 1927 terbuat dari bambu beratap rumbia. Karena membutuhkan lahan luas
maka padatahun 1937 dipindahkan ke Pelabihan, dan selesai pada tahun
1939.kemajuanvterus tercapai dengan adanya:

 Terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan 3 perumahan guru


 600 orang murid.
 Asrama dilengkapi dengan satu ruang makanan dan dapur
 1 pesang.gerahan
III. Zaman penjajahan Jepang

Pecahnya PD II 1941 INS diduduki secara paksa oleh Belanda dan proses pembelajaran
terhenti. setelah Jepang menang tahun 1942 RP INS berubah terjemahannya menjadi
Indonesche Nippon School. Di zaman ini pembelajaran merosot tajam yang disebabkan oleh
sulitnya memperoleh Alat-alat pelajaran dan digunakan untuk bekerja serta berlatih demi
kepentingan perang Jepang.

IV. Zaman Kemerdekaan

Nama INS tetap dipakai akan tapi sebagai singkatan dari Indonesia Nasional school. Pada
masa kemerdekaaan, Kayutanam mengalami perkembangan, dilihatdari :

 Atas izin pemerintah Kayutanam mendirikan ruang pendidikan pengajaran, dan


budaya di bekas kantor penyelidikan di Padang Panjang, Perpustakaan ini pada
masa saat itu memiliki koleksi buku sebanyak 23.000 buku.
 Pada tahun 1952 sudah percetakan dan penerbitan sendiri yang bernama
Sridharma, dan menerbitkan majalah bulanan Sendi serta mengarang buku 'Kunci
18 untuk memberantas buta huruf.’
 Pada tanggal 31 Oktober 1952 INS dijadikan SGBN istimewa.
 Moh Syafei tidak 100% sedang oleh peraturan-peraturan pemerintah.
 Murid-murid INS berasal dari seluruh Indonesia.
 Pelajaran yang untuk adalah ekspresi,seperti menggambar, musik, tari
tarian,pekerjaan tangan.
A. Daftar Rujuk
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
2. https://www.academia.edu/41934311/
Respon_Bangsa_Indonesia_Terhadap_Kolonialisme_dan_Imperialisme_
di_Bidang_Pendidikan?pop_sutd=false
3. https://www.harianhaluan.com/pendidikan/pr-101533933/respon-bangsa-
indonesia-terhadap-imperialisme-dan-kolonialisme-di-berbagai-bidang
4. https://keyzaregita.wordpress.com/2020/01/15/respon-bangsa-indonesia-
terhadap-imperialisme-dan-kolonialisme-di-bidang-pendidikan/
5. https://pahamify.com/blog/kolonialisme-dan-imperialisme-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai