Anda di halaman 1dari 38

Rangkuman

Sejarah Indonesia
Politik Etis
Pengertian: Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran
yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab
moral bagi kesejahteraan pribumi.
Tanggal: 17 September 1901, ditegaskan oleh Ratu Wilhelmina yang baru
naik tahta dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa
pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een
eerschuld) terhadap bangsa bumiputera di Hindia Belanda.
Isi politik etis:
1. Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-
pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian.
2. Imigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.
3. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan
pendidikan.
Tujuan Politik Etis
Tujuan politik etis adalah untuk memajukan tiga bidang yakni edukasi dengan mengadakan
pendidikan, irigasi dengan membuat sarana dan jaringan pengairan, dan transmigrasi dengan
mengorganisasi perpindahan penduduk.
Politik etis yang dijalankan Belanda dengan perbaikan pada bidang irigasi pertanian,
transmigrasi dan pendidikan sepintas terlihat mulia. Namun dibalik itu, tujuan program-program
itu dimaksudkan untuk kepentingan Belanda sendiri.

Dampak Politik Etis


1. Adanya pembangunan infrastruktur seperti pembuatan rel
4. Berdirinya sekolah-sekolah seperti Hollandsc Indlandsche
kereta api menjadikan perpindahan barang dan manusia
School (HIS) setara SD untuk kelas atas dan yang untuk
menjadi lancar.
kelas bawah dibentuk sekolah kelas dua, Meer Uitgebreid
2. Pembangunan infrastruktur pertanian dalam hal ini
Lagare Onderwijs (MULO) setara SMP, Algemeene
bendungan yang nantinya bermanfaat dalam pengairan
Middlebare School (AMS) setara SMU, Kweek School
3. Terdapat berbagai sekolah menjadikan muncul kaum
(Sekolah Guru) untuk kaum bumi putra dan Technical Hoges
terpelajar atau cendekiawan yang nantinya menjadi pelopor
School (Sekolah Tinggi Teknik), School Tot Opleiding Van
Pergerakan Nasional seperti misalnya Soetomo Mahasiswa
Indische Artsen (STOVIA) sekolah kedokteran.
STOVIA yang mendirikan Organisasi Budi Utomo.
Pendukung Politik Etis

Dr. Ernest François Eugène Van Vollen Hoven P. Brooshoof


Douwes Dekker
Pergerakan nasional adalah suatu bentuk
periawanan terhadap kepada kaum penjajah yang
dilaksanakan tidak dengan menggunakan kekuatan
bersenjata, tetapi menggunakan organisasi yang
bergerak di bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Demikian halnya dengan pergerakan nasional yang
terjadi di Indonesia.
Tokoh pelopor: Dr. Wahidin Sudirosuhodo, Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T.
Ario Tirtokusumo .

Ketua: Dr. Sutomo

Berdiri: di Jakarta, tanggal 20 Mei 1908

Tujuan: menjamin kemajuan kehidupan sebagai bangsa yang terhormat. Kemajuan ini
dapat dicapai dengan mengusahakan perbaikan pendidikan, pengajaran, kebudayaan,
pertanian, peternakan, dan perdagangan.
Tokoh pendiri : H. Samanhudi
Lahir : di Surakarta, pada tahun 1911 Organisasi SI.
Semula bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), untuk memperluas gerak usahanya maka SDI diubah menjadi Sl.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
A. Mengembangkan jiwa berdagang,
B. Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
C. Memajukan pengajaran den semua yang mempercepat naiknya
D. Derajat bumi putera,
E. Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
F. Tidak bergerak dalam bidang politik, dan
G. Menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.

Pada Oktober 1921 Sl pecah menjadi dua, yaitu:


SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama
menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi
menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis
berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat
Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tokoh pendiri: Tiga serangkai (Dr. Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat).
Lahir: di Bandung, tanggal 25 Desember 1912
Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun
terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasan Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda
meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut.
Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya
aku orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan
kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.
Usaha-usaha yang dilakukan, antara lain:
a. menerapkan cita-cita kesatuan nasional Indonesia;
b. berusaha mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Indonesia (Hindia);
c. memperbesar pengaruh pro Hindia (Indonesia) di dalam pemerintahan;
d. memperbaiki ekonomi rakyat Indonesia dengan memperkuat mereka yang lemah
ekonominya.
Tokoh pendiri: H. Ahmad Dahlan
Berdiri: Di Yogyakarta, tanggal 18 November 1912
Tujuan organisasi ini memberikan pengertian ilmu agama yang benar, memberikan pengarahan hidup menurut ajaran
agama, dan memajukan pengajaran berdasarkan agama Islam. Kegiatan nyata yang dilakukan Muhammadiyah meliputi:
•bidang pengajaran
Pengajaran dalam Perguruan Muhammadiyah menggunakan bahasa Belanda dengan tujuan mengadakan pembernatasan
buta huruf.
•bidang sosial dan kesehatan
Organisasi ini menyelenggarakan rumah yatim dan kegiatan dakwah sehingga masyarakat memperoleh pengarahan
kehidupan bergama yang modern. Mereka juga mengadakan bank Islam untuk membantu pengusaha-pengusaha lemah.
Selain itu, mereka juga membangun rumah sakit demi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
•bidang agama
Mereka membentuk badan perjalanan haji yang mengurus perjalanan haji ke tanah suci.
Tokoh pendiri : Ir. Soekarno
Lahir : di Bandung pada 4 Juli 1927

Pada tahun 1930, para tokoh PNI ditangkap karena kegiatan-kegiatannya dianggap membahayakan kolonialis Belanda.

Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help
(berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar
perjuangannya adalah marhaenisme.

Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks. Pemberontakan PKI pada tahun 1926
membangkitkan semangatuntuk menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian
partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo.
PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor
berikut.
1. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa
menggerakkan massa.
2. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang
bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
4. Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno
mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi
tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan
perbuatan nasional.
MASA
KEDUDUKAN
JEPANG
(Gerakan 3A, PUTERA, Jawa Hokokai, Seinendan, Keibodan, dan Fujinkai)
Pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada 17 Agustus 1945 bersama dengan proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas
nama bangsa Indonesia. Selama pendudukan, Jepang juga bentuk
persiapan untuk kemerdekaan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha -usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau (Dokuritsu JUNBI Chosa -kai)
Dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk persiapan untuk
pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI
bertugas mempersiapkan kemerdekaan.
Gerakan 3A
3A adalah propaganda Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia
II yaitu "Nippon Pemimpin Asia", "Nippon Pelindung Asia" dan "Nippon Cahaya
Asia". Gerakan 3A didirikan pada tanggal 29 Maret 1942. Pelopor gerakan 3A
ialah Shimizu Hitoshi. Ketua Gerakan 3A dipercayakan kepada Mr. Syamsuddin.
Gerakan 3A bukanlah gerakan kebangsaan Indonesia.
Gerakan ini lahir semata - mata untuk memikat hati dan
menarik simpati bangsa Indonesia agar mau membantu Jepang. Gerakan 3A
pertama kali melakukan kegiatan di Surabaya. Gerakan ini kurang mendapat
perhatian rakyat, karena bukan gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh karena
kurang berhasil menggerakkan rakyat Indonesia dalam membantu usaha tentara
Jepang, maka gerakan ini dibubarkan pada tahun 1943 dan digantikan
oleh Putera.
Putera
Pusat Tenaga Rakyat (disingkat Putera) adalah organisasi yang
dibentuk pemerintah Jepang di Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin
oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan
K.H. Mas Mansyur. Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis
dan kaum Intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk
kepentingan perang melawan Sekutu dan diharapkan dengan adanya
pemimpin orang Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan
ini. Dalam tempo singkat Putera dapat berkembang sampai ke daerah
dengan anggotanya adalah kumpulan organisasi profesi seperti: Persatuan
Guru Indonesia, Perkumpulan Pegawai Pos, Radio, dan Telegraf,
Perkumpulan Istri Indonesia, Barisan Banteng dan Badan Perantara Pelajar
Indonesia, serta Ika.

Latar belakang gerakan putera berhubungan dengan gerakan


BPUPKI dan kemerdekaan karena gerakan putera dan BPUPKI dibentuk
oleh pemerintah jepang, dan orang-orang yang ada di BPUPKI adalah
orang-orang yang ada di gerakan putera. Hubungannya adalah tidak resmi,
karena apabila hubungan itu resmi, maka Jepang dapat mengetahui
rencana para pahlawan untuk memerdekakan indonesia,
Jawa Hokokai
Himpunan Kebaktian Rakjat Djawa (ジャワ奉公会 Jawa Hōkōkai) merupakan perkumpulan yang dibentuk
oleh Jepang pada 1 Januari 1944 sebagai pengganti Pusat Tenaga Rakyat. Jawa Hokokai merupakan organisasi
resmi pemerintah dan berada langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang.Tujuan pendirian organisasi ini adalah
untuk penghimpunan tenaga rakyat, baik secara lahir ataupun batin sesuai dengan hokosishin (semangat kebaktian).
Adapun yang termasuk semangat kebaktian itu di antaranya mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan
melaksanakan sesuatu dengan bukti. Pemimpin tertinggi perkumpulan ini adalah Gunseikan dan Soekarno menjadi
penasihat utamanya.

Jawa Hokokai dibentuk


sebagai organisasi pusat yang merupakan kumpulan
dari Hokokai (奉公会 Hokokai, secara literal Himpunan
Pengabdi Masyarakat) atau jenis pekerjaan (profesi), antara
lain Himpunan Kebaktian Dokter (医師 奉公会 Izi Hokokai,
modern: Ishi Hokokai), Himpunan Kebaktian Pendidik (教
育奉公会 Kyōiku Hokokai), Organisasi Wanita (婦人
会 Fujinkai) dan Pusat Budaya (啓民文化指導所 Keimin
Bunka Shidōsho). Perkumpulan ini adalah pelaksana
pengerahan atau mobilisasi (penggerakan) barang yang
berguna untuk kepentingan perang. Keanggotaan Jawa
Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun
dan maksimal 22 tahun.
Fujinkai
Pengertian fujinkai adalah barisan tenaga perempuan yang
dibenuk oleh Jepang pada bulan Agustus 1943. Orgnaisasi ini bertugas
untuk mengerahkan perempuan turut serta dalam memperkuat
pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib. Dana wajib dapat
berupa perhiasan, bahan makanan, hewan ternak ataupun keperluan-
keperluan lainnya yang digunakan untuk perang.
Seinendan
Seinendan atau Korps Pemuda dibentuk pada 29 April 1943. Tujuannya, mendidik dan melatih pemuda
pribumi agar dapat menjaga pertahanan. Jepang sebenarnya membutuhkan para pemuda terlatih ini untuk jadi
prajurit perangnya. Rencananya, Seinendan akan ditempatkan sebagai barisan cadangan yang akan
mempertahankan garis belakang. Pembinaan Seinendan dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Bagian
Pengajaran, Olah Raga, dan Seinendan. Pemuda yang direkrut yang berusia 14-22 tahun.

Tidak hanya pemuda di desa dan sekolah, Jepang juga merekrut


hingga ke pabrik dan perumahan. Ada bagian khusus putri yakni Josyi
Seinendan yang dibentuk pada 1944. Untuk menyukseskan Seinendan,
Jepang juga memperluas Seinen Kunrensyo atau Lembaga Pelatihan-
pelatihan Pemuda. Seinen Kunrensyo kemudian diubah menjadi Cuo
Seinen Kunrensyo atau Lembaga Pusat Pelatihan Pemuda. Para peserta
diajarkan latihan dasar kemiliteran tanpa menggunakan senjata. Hingga
akhir pendudukan Jepang, jumlah anggota Seinendan mencapai dua juta.
Keibodan
Jepang juga membentuk Keibodan, yang berfungsi sebagai pembantu polisi. Keibodan bertugas
menjaga lalu lintas dan menjaga keamanan di desa. Awalnya, mereka yang direkrut Keibodan adalah yang
berusia 20-35 tahun. Belakangan, diubah menjadi 25-25 tahun. Untuk menjadi anggota harus berbadan sehat dan
berkelakuan baik. Pembina keibodan adalah Departemen Kepolisian (Keimubu). Di daerah (syu), dibina oleh
Bagian Kepolisian (Keisatsubu).

Pelatihan digelar di Sukabumi yang kelak menjadi


Sekolah Kepolisian. Lama waktu pelatihan satu bulan. Anggota
Keibodan sengaja dijauhkan agar tidak terpengaruh golongan
nasional. Sebagian mereka terpaksa bergabung Keibodan karena
takut pada Jepang yang mengumpulkan massa secara paksa.
Organisasi ini besar di Jawa hingga ke tingkat desa. Namun di
Sumatera dan di daerah yang dikuasai Angkatan Laut, ada
organisasi serupa namanya Bogodan. Sementara di Kalimantan
namanya Borneo Konan Hokokudan. Adapun di kalangan
keturunan Tionghoa, namanya Kakyo Keibotai. Jumlah anggota
Keibodan mencapai satu juta.
GERAKAN
MASA AWAL
KEMERDEKAAN
(Peristiwa Rengasdengklok sampai Proklamasi, Tritura, Supersemar, Masa Orde
Baru, dan Masa Reformasi)
Peristiwa Rengasdengklok
Menuju Proklamasi

Peristiwa Rengasdengklok secara singkat adalah peristiwa dimana terjadinya penculikkan terhadap
Ir. Soekarno bersama Drs. Moh Hatta oleh golongan muda menuju kemerdekaan Indonesia
Golongan Muda dan Golongan Tua Kediaman Djiaw Kie Siong Soekarno-Hatta
Golongan muda : Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sebuah rumah kediaman seseorang Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai
Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. keturunan Tiongkok yang di gunakan oleh presiden Republik Indonesia
Golongan tua : Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad golongan muda saat menculik Soekarno-
Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Hatta
Iwa Kusumasumantri.
Tujuan Gerakan
1. Mencegah terpengaruhnya Soekarno-Hatta
terhadap pengaruh Jepang

2. Untuk mendesak kedua tokoh supaya


segera memproklamasikan kemerdekaan
Indoesia terlepas dari segala ikatan Jepang
Deretan Peristiwa

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh


sejumlah pemuda dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Muhammad
Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00, dengan membawa
kedua tokoh ini ke Rengasdengklok, sebuah kota kecil di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa
Barat.Peristiwa ini dilatarbelakangi perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan
tua dalam menentukan waktu proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda yang menginginkan kemerdekaan Indonesia segera
diproklamasikan setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945 kepada Sekutu. Para
pemuda khawatir bila menunggu terlalu lama, maka akan terjadi vacuum of power
(kekosongan kekuasaan) dan Belanda akan kembali ke Indonesia dengan membonceng
Sekutu yang memenangi Perang Dunia II.Para pemuda membawa Sukarno dan Hatta ke
Rengasdengklok, dan berharap Soekarno dan Mohammad Hatta bersedia menyatakan
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945. Namun Sukarno dan Hatta menolak
usul ini.
Deretan Peristiwa

Setelah Ahmad Subarjo datang, dia menengahi perdebatan anatar golongan tua
dan golongan muda, serta memastikan bahwa kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan
tanggal 17 Agustus 1945, maka para pemuda bersedia melepaskan Soekarno dan
Moh.Hatta beserta rombongannya untuk kembali ke Jakarta.
Ahmad Subarjo (1896 – 1978) adalah pejuang kemerdekaan yang kemudian
menjadi menteri luar negeri pertama di Indonesia.Malam harinya, Soekarno dan Hatta
kembali ke Jakarta. Keesokannya, pada tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan
Indonesia dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat, yang saat ini dinamakan
Jalan Proklamasi. Tempat ini merupakan kediaman Ir Sukarno.
MASA
ORDE BARU
TRITURA TRITURA
Tri Tuntutan Rakyat.

Merupakan tiga tuntutan kepada pemerintah yang diserukan para

mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa

Indonesia.
Tujuan Tritura
Tujuan utama tritura terletak pada isi tritura itu sendiri.
Tujuannya adalah membubarkan PKI (Partai Komunis
Indonesia), membersihkan cabinet dari unsur-unsur G
30 S PKI, dan menurunkan harga/perbaikan ekonomi.

Isi Tritura
1. Pembubaran PKI (Partai Komunis Indonesia)
2. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G 30 S / PKI.
3. Penurunan harga/perbaikan ekonomi.
Latar Belakang

Yang melatar belakangi terjadinya tritura berkaitan dengan gerakan


30 September dalangnya adalah PKI. Setelah kejadian gerakan 30 september,
banyak ormas-ormas terutama mahasiswa mengadakan demostran besar-
besaran menuntut kepada pemerintah beberapa hal.
Tuntutan tersebut biasa di sebut dengan Tritura (tri tuntutan
rakyat). Salah satu tuntutannya adalah pembubaran PKI terkait tragedy 30
september. Tetapi pemerintah tidak mengambil tindakan dengan tegas
terhadap PKI. Selain itu ekonomi semakin memburuk, harga-harga semakin
melambung tinggi sehingga menambah keresahan masyarakat.
SURAT PERINTAH 11 MARET
Tokoh-tokoh Supersemar

Brigjen Amir Mahmud Mayjen Basuki Rahmat Brigjen M. Yusuf


Akhir masa Demokrasi terpimpin, kekuasaan Soekarno semakin lemah,
sehingga tanggal 11 Maret 1966 di tanda tangani SUPERSEMAR yang berisi
“”Pemberian Mandat Kepada Letjen Soeharto (Panglima Kostrad) untuk
memulihkan keamanan negara.
LATAR BELAKANG :
• Situasi negara dalam keadaan kacau dan genting
• Untuk mengatasi situasi negara akibat pemberontakan G 30 SPKI
• Menyelamatkan NKRI
• Memulihkan dan menyelamatkan keadaan dan wibawa pemerintah
ISI SUPERSEMAR
SURAT PERINTAH
1. Mengingat:
1.1. Tingkatan Revolusi sekarang ini, serta keadaan politik baik nasional maupun Internasional
1.2. Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Presiden/Panglima Besar Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966
2. Menimbang:
2.1. Perlu adanja ketenangan dan kestabilan Pemerintahan dan djalannja Revolusi.
2.2. Perlu adanja djaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi, ABRI dan Rakjat untuk memelihara kepemimpinan dan
kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi serta segala adjaran-adjarannja

III. Memutuskan/Memerintahkan:
Kepada: LETNAN DJENDERAL SOEHARTO, MENTERI PANGLIMA ANGKATAN DARAT
Untuk: Atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi:
1. Mengambil segala tindakan jang dianggap perlu, untuk terdjaminnja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja
Pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima
Tertinggi/Pemimin Besar revolusi/mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan
melaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi.
2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan-Angkatan lain dengan sebaik-baiknja.
3. Supaya melaporkan segala sesuatu jang bersangkuta-paut dalam tugas dan tanggung-djawabnja seperti tersebut diatas.
S4. elesai.
Djakarta, 11 Maret 1966

INSPIREOS SUSTANNDBLE DESIGN


98 98
98
MASA
REFORMASI 98

(Peristiwa tumbangnya Soeharto)

98
Deretan Peristiwa

Kronologi Gerakan Reformasi 1988 :


Jum’at 1 Mei 1998 Desakan mahasiswa agar Presiden Soeharto mengambil sikap untuk reformasi disegala bidang.
Pernyataan Presiden Soeharto melalui Mendagri R. Hartono “ Kalau ada keinginan Reformasi dibidang politik, silahkan
mempersiapkan diri setelah tahun 2003”
Menpen Alwi Dahlan “ Reformasi hanya bias dilakukan melalui MPR/DPR sebagai jalur konstitusional, tetapi jika ada
yang tidak mau mengerti mengenai konstitusi bahwa Reformasi itu harus tahun 2003, maka akan dihadapi dengan
suatu tindakan “
Sabtu, 2 Mei 1998 Reaksi keras mahasiswa mengadakan demonstrasi Kampus UMY, ISI, UGM, GAPCI
Senin 4 Mei 1998 Mentamben Kuntoro Mangkusubroto menjelaskan berdasarkan Keppres No. 69/1998 tgl 5 Mei 1998 BBM dan TDL
dinaikkan antara 25 -71%
Selasa, 5 Mei 1998 Senat Mahasisw UI datang ke gedung DPR/MPR untuk menyumbangkan pikirannya
Sabtu, 9 Mei 1998 Presiden Soeharto ke Kairo menghadiri KTT VIII G-15 Mengutip peribahasa jawa “JER BASUKI MAWA BEYA” tidak ada
sesuatu hal yang ingin dicapai tanpa pengorbanan
Senin, 11 Mei 1998 Beliau memberikan sambutan dalam KTT tersebut bahwa Krisis yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1997
belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, sehingga membawa dampak selain ekonomi juga bidang politik dan sosial

Selasa, 12 Mei 1998 Peristiwa “ Tragedi Trisakti” Bentrokan antara aparat dengan mahasiswa yang demonstarsi disekitar kampus Trisakti,
terjadi penembakan yang menyebabkan gugurnya :
Elang Mulya Lesmana ( Teknik Arsitektur )
Hafidin Royan ( Ekonomi )
Hery Hariyanto ( Ekonomi )
Hendriawan Sie (Ekonomi )

Rabu, 13 Mei 1998 Mahasiswa Indonesia Berkabung akibat peristiwa penembakan 4 mahasiswa Trisakti.
Amien Rais : Gugurnya mahasiswa jangan membuat nyali kalian menjadi kecil, tetapi jadikan semangat untuk
melanjutkan perjuangan Reformasi.

Kamis, 14 Mei 1998 Pernyataan Lengser Presiden Soeharto dari Kairo Kerusuhan merebak diberbagai daerah di Indonesia

Jum’at, 15 Mei 1998 Presiden Soeharto kembali ke Indonesia

Sabtu, 16 Mei 1998 Rencana Reshuffle Kabinet Pembangunan VII

Minggu, 17 Mei 1988 Pengerahan massa di Monas untuk peringatan hari Kebangkitan Nasional 20 Mei.
Sekneg : Saadillah Mursyid dan Nurcholis Madjid menyampaikan ide untuk mempercapat pemilu

Senin, 18 Mei 1998 Mahasiswa menguasai Gedung MPR/DPR, menolak Reshuffle Kabinet , tuntut Soeharto mundur
Ketua MPR Harmoko menghimbau agar Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya.
Panglima ABRI Jendral TNI Wiranto : Pernyataan Harmoko agar Presiden Soerharto mundur merupakan pendapat
individu yang disampaikan secara kolektif
Selasa, 19 Mei 1988 Presiden Soeharto mengundang tokoh masyarakat
Dr. Nurcholish Madjid (cendikiawan)
Prof Dr. Yusril Ihza Mahendra (pakar hukum Tatanegara)
Prof. KH. Ali Yafie dan Drs. Amidhan ( MUI )
KH. Abdurahman Wahid, dr. Fahmi Syaifuddin, KH. Maruf Amin, KH Ahmad Bagdja ( NU )
Emha Ainun Nadjib (budayawan)
KH. Cholil Baidlowi (DDII)
Prof. Malik Fadjar S, Sutrisno Muhdam, Soewarsono (Muhammadiyah) Beliau mengumumksn membentuk Komite
Reformasi, reshuffle cabinet, mempercepat Pemilu dan tidak bersedia mencalonkan diri sebagai Presiden

Rabu, 20 Mei 1998 Peringatan hari Kebangkitan Nasional Jakarta Lapangan Monas dipimpin Amien Rais tetapi batal Yogyakarta aksi damai
menuntut reformasi total Bandung menuntut reformasi total Surakarta menuntut reformasi total
Rapat konsultasi Presiden Soeharto dan Pimpinan MPR/DPR menghasilkan :
Tuntutan masyarakat ttg reformasi akan dilaksankana secara berkelanjutan
Berkenaan dengan aspirasi masyarakat yang menghendaki Presiden mengundurkan diri

Kamis, 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri pukul 10.00 WIB “ Dengan memperhatikan kepentingan nasional sesuai pasal 8
UUD 1945 dan secara secara sunguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan MPR/DPR dan pimpinan fraksi-
fraksi yang ada didalamnya , saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI,
terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis 21 Mei 1998, dan Sesuai pasal 8 UUD 1945 Wapres Prof. Dr.
Ing. B.J. Habibie akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden/Mandataris MPR periode 1998 - 2003
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai