Anda di halaman 1dari 4

A.

TERBENTUKNYA KESADARAN NASIONAL


1. Pelaksanaan Politik Etis
Perubahan politik di negeri Belanda membawa pengaruh bagi kebijakan pada
negara-negara jajahan Belanda, termasuk Indonesia (Hindia Belanda). Golongan
liberal di negeri Belanda yang mendapat dukungan yang besar dari kalangan
masyarakat, mendesak pemerintah Belanda untuk meningkatkan kehidupan di
wilayah jajahan. Salah satu penganut politik liberal adalah Van Deventer.
Desakan ini mendapat dukungan dari pemerintah Belanda. Dalam pidato
negara pada tahun 1901, Ratu Belanda, Wihelmina mengatakan "Negeri Belanda
mempunyai kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran dari penduduk Hindia
Belanda". Pidato tersebut menandai awal kebijakan memakmurkan Hindia Belanda
yang dikenal sebagai Politik Etis atau Politik Balas Budi. Adapun tujuan politik etis
adalah:
a. Edukasi: menyelenggarakan pendidikan.
b. Irigasi: membangun sarana dan jaringan pengairan.
c. Thansmigrasi/imigrasi: mengorganisasi perpindahan penduduk.
Politik etis yang dilaksanakan Belanda dengan melakukan perbaikan bidang
irigasi, pertanian, transmigrasi, dan pendidikan, sepintas kelihatan mulia. Namun di
balik itu, program-program ini dimaksudkan untuk kepentingan Belanda sendiri.

2. Timbulnya Elite Nasional (Kaum Terpelajar Pribumi)


Salah satu dampak pelaksanaan Politik Etis adalah melahirkan golongan
cerdik, karena berkat diselenggarakannya pendidikan (cendikiawan). Sekolah-sekolah
yang ada pada waktu itu adalah HIS (Holands lnlandsche School) yang diperuntukkan
bagi keturunan Indonesia asli yang berada pada golongan atas, sedangkan untuk
golongan Indonesia asli dari kelas bawah disediakan sekolah kelas dua. Dalam
pendidikan tingkat menengah disediakan HBS (Hogere Burger School), MULO (Meer
Uiterbreit Ondewijs), AMS (Algemene Middlebared School). Di samping itu ada
beberapa sekolah kejuruan/keguruan seperti Kweek School, Normal School.
Adapun untuk pendidikan tertinggi, ada Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk
Institut or Hoger Technisch Ondewijs in Nether-lands Indie), Sekolah Tinggi Hukum
(Rechshool) dan Sekolah Tinggi Kedokteran yang berkembang sejak dari sekolah
Dokter Jawa, Stovia, Nias, dan GHS (Geneeskundige Hoge School).
Pendidikan kesehatan (kedokteran tersebut di atas) yang sejak 2 Januari 1849
semula lahir sebagai sekolah dokter Jawa, kemudian pada Tahun 1875 diubah menjadi
Ahli Kesehatan Mani Bumi Putra (Inlaends Geneekundige). Dalam perkembangannya
pada tahun 1902 menjadi Dokter Bumi Putra (Inlands Arts), Sekolah ini diberi nama
STOVIA (School Tot Opleideng Van Indische Artsen) kemudian pada tahun 1913
diubah menjadi N1AS (Netherlands Indische Artesen School).
Dengan kemajuan di bidang pendidikan ini golongan cerdik dan pandai yang
mulai memikirkan perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajah.

3. Latar Belakang Pembentukan Organisasi Pergerakan Nasional


Sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Nusantara pada abad ke-
16, bangsa Indonesia telah mengadakan perlawanan.
Namun segala bentuk perlawanan yang dilakukan tersebut selalu mengalami
kegagalan. Adapun faktor penyebab gagalnya perjuangan bangsa Indonesia dalam
mengusir penjajah adalah:
a. Perjuangan bersifat kedaerahan.
b. Perlawanan tidak dilakukan secara serentak.
c. Masih tergantung pimpinan (jika pemimpin tertangkap. perlawanan terhenti).
d. Kalah dalam persenjataan.
e. Belanda menerapkan politik adu domba (devide et impera).
Berdasarkan pengalaman tersebut, kaum terpelajar ingin berjuang dengan cara
yang lebih modern yaitu menggunakan kekuatan organisasi. Pada tanggal 20 Mei
1908 kaum terpelajar mendirikan wadah perjuangan yang dikenal dengan Budi
Utomo. Lahimya Budi Utomo ini kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi-organisasi
sosial, ekonomi, dan politik yang lain. Lahirnya organisasi-organisasi tersebut
menandai lahirnya masa pergerakan nasional.
Pergerakan nasional ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan pergerakan
bangsa Indonesia sebelumnya. Pergerakan. nasional setelah tahun 1908 mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut.
a. Pergerakan bersifat kebangsaan (nasional).
b. Pergerakan menggunakan sistem organisasi yang modern dan demokratis,
serta tidak terpusat pada pimpinan.
c. Pergerakan didirikan oleh kaum terpelajar yang memiliki pandangan luas dan
jauh ke depan.
d. Bentuk perjuangan tidak bersifat fisik, melainkan gerak sosial. ekonomi, dan
pendidikan.
Adapun laju pergerakan nasional Indonesia disebabkan oleh faktor dari dalam
negeri maupun dari luar negeri.
a. Faktor Dari Dalam Negeri
Faktor-faktor yang mendorong pergerakan nasional yang inuncul dari
bangsa sendiri di antaranya adalah:
1) penderitaan yang berkepanjangan,
2) lahimya golongan cendikiawan, dan
3) kenangan kejayaan masa Iampau yang pernah dialami bangsa Indonesia
pada zaman Sriwijaya dan Majapahit.
b. Faktor Dari Luar Negeri
Faktor yang berpengaruh terhadap munculnya pergerakan nasional
Indonesia yang berasal dari luar negeri adalah:
1) kemenangan Jepang atas Rusia 1905,
2) kebangkitan nasional negara-negara tetangga seperti In-dia dan Filipina,
3) pengaruh masuknya paham-paham barn seperti nasional-isme dan
demokrasi.

4. Peranan Pers dalam Pergerakan Nasional


Pergerakan nasional merupakan hal yang baru dalam sistem perjuangan
bangsa dalam menghadapi penjajah. Hal yang baru tersebut tidak akan bisa
berkembang dan dimengerti oleh masyarakat luas tanpa adanya informasi yang
disebarluaskan di kalangan masyarakat umum. Pers merupakan sarana yang sangat
penting dalam menyebarluaskan informasi. Media pers yang berupa surat kabar dan
majalah memiliki andil yang besar di dalam menyebarluaskan suara nasionalisme
(kebangsaan) Indonesia. Pers yang ada pada waktu itu antara lain:
a. Darmo Kondo, dikelola oleh Budi Utomo.
b. Oetoesan Hindia, dikelola oleh Sarekat Islam.
c. Het Tijdschrift dan De Expres, yang diterbitkan Indische Partij.
De Expres dipimpin oleh Dauwes Dekker (Dr. Danudirja Setyabudi), yaitu
keturunan Indo Belanda yang memiliki jiwa nasionalis Indonesia.
d. Surat kabar Mataram. Surat kabar Mataram banyak menulis tentang
pendidikan, seni, dan budaya penderitaan rakyat dan penindasan, serta
perkembangan pergerakan nasional. Tokoh yang banyak menulis pada surat
kabar Mataram yaitu Suwardi Suryaningrat.
e. Majalah Hindia Putra. Majalah ini diterbitkan pada tahun 1916 oleh Indesche
Vereeniging, yakni organisasi mahasiswa Indonesia di negara Belanda. Pada
tahun 1924 Majalah Hindia Putra diubah namanya menjadi Indonesia Merdeka
f. Majalah Indonesia Merdeka
Majalah ini memiliki peran penting yaitu:
1) Menyebarkan cita-cita mencapai kemerdekaan.
2) Memperkuat cita-cita kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia. Majalah
ini beredar di berbagai negara seperti Belanda, Jerman, Prancis, Mesir,
Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1930 pemerintah Hindia Belanda
melarang peredaran majalah Indonesia Merdeka di wilayah lndonesia.

Anda mungkin juga menyukai