Broosshooft dikenal sebagai wartawan yang kritis terhadap pemerintah dan masyarakat
Belanda, dimana pada tahun antara 1883 dan 1884 dia menulis karangan sindiran yang
menyoroti sikap tak acuh Eropa di Hindia Belanda Ketika wabah kolera yang
menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan rakyat pribumi. Mereka baru peduli
setelah ada warga kulit putih yang ikut menjadi koran dari penyakit tersebut.
Hal ini disebutkan oleh seorang sastrawan Indo-Belanda, Rob Nieuwenhuys dalam
bukunya “Oost Indische Spiegel” (Cermin Hindia Timur).
C. T. van Deventer membuat karangan terkenal dalam majalah De Gids (Panduan) tahun
1899 yang berjudul “Een Eereschuld” (Utang Budi), tentang Belanda menjadi negara
Makmur dan aman karena adanya dana yang mengalir dari tanah jajahan. Jadi sudah
sepantasnya Belanda mengembalikannya.
Lahirnya paham atau aliran etis dalam kancah politik kolonial pada tgl 17 September 1901,
akibat kritikan dari van Deventer.
2. Migrasi
Yaitu mendororng transmigrasi sehingga terjadi keseimbangan jumlah penduduk.
3. Edukasi
Yaitu menyelenggarakan pendidikan dengan memperluas bidang pengajaran dan
pendidikan.
Penyimpangan-penyimpangan dalam penerapan politik etis di lapangan:
Irigasi
Pengairan dialirkan hanya ke perkebunan swasta, bukan ke tanah pertanian rakyat.
Edukasi
Pengajaran ada 2 macam:
1. Untuk anak pegawai negeri, bangsawan dan orang mampu – dengan Bahasa
Belanda sebagai Bahasa pengantar.
2. Untuk rakyat biasa – dengan Bahasa Melayu sebagai Bahasa pengantar dan
hanya diberi pelajaran membaca, menulis dan berhitung setingkat kelas 2 SD.
Emigrasi
Perpindahan penduduk ditujukan ke perkebunan swasta, pengusaha Belanda dan
swasta asing, sedangkan rakyat dijadikan kuli kontrak.
Kelompok etis yang sangat berjasa mendirikan sekolah untuk kaum priayi dan rakyat jelata
di Hindia Belanda adalah Mr. J. H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan
Kerajinan (1900-1905).
Nama Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh J. R. Logan dan G. S. W. Earl pada tahun
1847 di Singapura dalam sebuah jurnal ilmiah.
Orang Indonesia yang pertama kali menggunakan kata “ Indonesia” adalah Suwardi
Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara.
Faktor pendorong/ faktor yang memicu gerakan nasionalisme di Indonesia adalah:
Faktor Internal
a. Kondisi social, politik, dan ekonomi yang parah akibat penjajahan
b. Munculnya Kaum Terpelajar
c. Tumbuhnya kenangan akan kejayaan bangsa pada masa lampau.
Faktor Eksternal
a. Kesuksesan pergerakan nasional di negara Asia-Afrika seperti Tiongkok, India,
Turki, dll.
b. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1904-1905
c. Masuk dan berkembangnya paham liberalisme, demokrasi dan nasionalisme.
Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Wahidin
Soedirohoesodo (1857-1917), tamatan sekolah dokter pribumi School Tot Opleiding van
Indische Artsen (STOVIA).
Organisasi Sarekat Islam (SI) atau Sarekat Dagang Islam (SDI), didasarkan pada:
1. Agama, yaitu agama Islam
2. Ekonomi, yaitu menghimpun dan memperkuat kemampuan para pedagang Islam
agar dapat bersaing dengan pedagang Tionghoa dan India.
Pada tahun 1913, SI (Sarekat Islam) mengadakan kongres pertamanya di Surabaya. Dalam
kongres tersebut diputuskan:
SI bukan partai politik
SI tidak bermaksud melawan pemerintah Belanda
HOS Cokroaminoto dipilih sebagai ketua SI, dan menetapkan Surabaya sebagai
pusat organisasi.
Dalam Kongres SI pada Februari 1923 di Madiun, SI mengganti Namanya menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI), karena adanya anggapan ikatan dalam SI lemah.
Tujuan Muhammadiyah:
Memajukan Pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam.
Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara hidup menurut agama Islam.
Belanda merencanakan penangkapan Ki Hajar Dewantara karena bermula dari Ketika Beliau
menulis di surat kabar “De Expres” yang berjudul Als ik eens Nederlander was (Seandainya
Saya Seorang Belanda) terbitan 13 Juli 1913. Isinya berupa sindiran terhadap ketidakadilan
di daerah jajahan.
2. Migrasi
Yaitu mendororng transmigrasi sehingga terjadi keseimbangan jumlah penduduk.
3. Edukasi
Yaitu menyelenggarakan pendidikan dengan memperluas bidang pengajaran dan
pendidikan.
Faktor Eksternal
a. Kesuksesan pergerakan nasional di negara Asia-Afrika seperti Tiongkok, India,
Turki, dll.
b. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1904-1905
c. Masuk dan berkembangnya paham liberalisme, demokrasi dan nasionalisme.
Ada muncul 2 (dua) kubu dalam SI, yaitu:
a. Kubu nasionalis religious (nasionalis keagamaan)
b. Kubu ekonomi dogmatis (komunisme) dibawah pimpinan Semaun dan Darsono
Demi menegakkan disiplin organisasi, Semaun dan semua pengurus organisasi dikeluarkan
dari keanggotaan SI, karena berhaluan kiri (komunis).
Dalam Kongres SI pada Februari 1923 di Madiun, SI mengganti Namanya menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI), karena adanya anggapan ikatan dalam SI lemah.
Para anggota PI menerbitkan Kembali majalah Hindia Poetra, kemudian tahun 1924
diganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Pada tahun 1914, Sneevliet mendirikan sebuah organisasi bercorak marxis yang
Bernama Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang. Awalnya
tidak mendapat tanggapan di Indonesia, akhirnya Sneevliet bergabung dengan
organisasi lain, yaitu SI. Politik infiltrasi ini berhasil mempengaruhi pimpinan SI, yaitu
Semaun dan Darsono. Keduanya berdiri di atas SI dan ISDV. Akhirnya menciptakan 2
(dua) kubu dalam SI.
PNI Baru ini berhaluan nasionalis dan demokrasi. Partai ini lebih menekankan
Pendidikan politik dan kesadaran berbangsa bagi para anggotanya.