Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH PEMINATAN

RESPONS BANGSA INDONESIA TERHADAP KOLONIALISME DAN

IMPERIALISME DI BIDANG PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

1. DIYAH MARTA RAMADAN (08)


2. NISRINA NABILA MEYSUN (22)
Pengertian Kolonialisme

Secara etimologi, kata Koloni berasal dari kata lain yaitu colonus (colonia)
yang berarti (pertanian/pemukiman), sehingga koloni berarti pemukiman suatu
negara di luar wilayah negaranya yang dicap sebagai bagian dari wilayahnya.

Pengertian kolonialisme adalah usaha untuk memperluas atau menguasai


suatu daerah dengan kekuasaan satu negara di luar wilayah negara tersebut. Untuk
menguasai suatu daerah biasanya dilakukan dengan cara paksa untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi motherland atau negara
induk.Umumnya wilayah koloni adalah wilayah yang mempunyai bahan mentah
yang banyak untuk memenuhi keperluan negara yang melakukan kolonialisme.

Pengertian Imperialisme

Kata Imperialisme berasal dari bahasa latin “imperare” yang berarti


memerintah. Hak untuk memerintah disebut imperium. Orang yang diberi hak
imperium disebut imperator. Umumnya yang diberi imperium adalah raja, dan
selang waktu berjalan raja disebut imperator dan daerah dimana imperiumnya
berlaku (kerajaannya) disebut imperium. Pengertian Imperialisme adalah usaha
(politik) untuk menguasai negara lain atau memperluas kerajannya dengan paksa
untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya.

Tujuan kolonialisme dan imperialisme

Tujuan Kolonialisme :

Memperbanyak sumber daya alam dan juga sumber daya manusianya


negara tersebut, ekspansi budaya contohnya budaya inggris yang dahulu
melancarkan kolonialisme besar-besaran yang hasilnya bahasa inggris tidak asing
lagi di telinga, dan perluasan wilayah penduduk martabat sebuah negara.

Tujuan Imperialisme:

1. Penguasaan atau dominasi dunia yang teragisir secara politis


2. Imperium ataupun hegemoni yang kira – kira mempunyai dimensi
kontinental.
3. Semata – mata pengaruh yang lebih besar dari kekuatan yang diloklisir

Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Pendidikan.

Dalam bidang pendidikan, Pemerintah Kolonial berhasil memanfaatkan


rakyat kita untuk dijadikan pegawai administrasi yang terdidik, terampil, tapi
dihargai murah. Secara pendidikan formal, Belanda menyusun kurikulum
pengajarannya sendiri sampai abad ke-19. Makanya, ada kecenderungan politik
dan kebudayaan yang dimasukkan melalui pendidikan. Masalahnya, akses untuk
pendidikan ini dibatasi oleh mereka. Belanda lagi-lagi membuat sekat dan kasta.
Karena mereka takut kalau rakyat kita terlalu pintar, kita bisa bersatu untuk
menggulingkan kekuasaan mereka. Makanya, hanya orang-orang "berada" yang
bisa masuk. Seperti keturunan raja, bangsawan, dan pengusaha kaya. Lama-
kelamaan, hal ini membuat sebagian kalangan menjadi geram. Alhasil, mulai
bermunculan akademisi yang mementingkan pendidikan di Indonesia. Mulai dari
berdirinya Budi Utomo. Masuknya pendidikan berbasis agama seperti
Muhammadiyah. Dan tentu saja lewat bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.

Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di


Bidang Pendidikan.

Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di


Bidang Pendidikan yaitu munculnya Taman Siswa Dan INS (Indonesische
Nederlandsce School).

1. Taman Siswa

Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar


Dewantara. Ki Hajar Dewantara merupakan putera dari KPH Suryaningrat
dan cucu dari Pakualam III. Nama kecilnya adalah R. M. Suwardi
Suryaningrat, pada usia 39 tahun, ia berganti nama menjadi Ki Hajar
Dewantara. Kelahiran Taman Siswa dianggap sebagai titik balik dalam
pergerakan Indonesia, karena kaum revolusioner yang mencoba
menggerakkan rakyat dengan semboyan-semboyan asing dan ajaran-ajaran
Marxis terpaksa memberikan tempat untuk gerakan baru, yang benar-benar
berasas kebangsaan dan bersikap kooperatif dengan pemerintahan.

Perguruan Taman Siswa untuk pertama kali berdiri pada tahun


1922 dengan pimpinannya Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).
Taman Siswa merupakan organisasi yang bertujuan menggembangkan
edukasi dan cultural, yang direalisasikan dengan baik. Berdirinya sekolah-
sekolah dilingkungan Taman Siswa adalah bukti dari edukasi Nasional dan
pengembangan kebudayaan Nasional adalah kreasi Taman Siswa.
Merupakan salah satu senjata yang digunakan untuk menghadapi dominasi
kolonial. Taman Siswa berpendapat bahwa pendidikan nasional
merupakan sarana untuk menumbuhkan nasionalisme. Melalui pendidikan
yang berjenjang di lingkungan Taman Siswa itu akan dapat menghasilkan
elit Kultural yang akan berperan besar dalam pergerakan nasional.
Pendiri Taman Siswa adalah bapak pendidikan nasional yang lahir
di yogyakarta pada tanggal 2 mei 1889. Hari lahirnya lalu hingga kini
diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Ia terlahir dengan nama
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, yang berasal dari lingkungan keratin
Yogyakarta. Lalu ia berganti nama dengan Ki Hajar Dewantara, tujuannya
yaitu supaya ia dapat dengan bebas bergaul dengan rakyat. Perjalanan
hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi
kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah
Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera). Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat
kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,
Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong
penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik
sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain ulet sebagai wartawan muda Ia juga aktif dalam organisasi


sosial dan politik. Tahun1908, Ia tergabung dalam organisasi Budi Utomo
untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia
pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
berbangsa dan bernegara. Kemudia bersama dengan teman-temanya
tergabung dalam Tiga Serangkai yang beranggotakan Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat (Ki Hajar Dewantara), Douwes Dekker dan dr.
Cipto Mangoenkoesoemo, mereka mendirikan Indische Partij (partai
politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25
Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka
berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan
hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Namun organisasi ini ditolak
Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan
untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Kemudian setelah
ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut
membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu
sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun
Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan
kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus
tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik
uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Lalu Ki Hajar Dewantara mengkririk pemerintahan Kolonial


Belanda dengan tulisan yang berjudul antara lain yaitu Seandainya Aku
Seorang Belanda, Als Ik Eens Nederlander Was. Akibat dari tulisan
tersebut pemerintahan Kolonial Belanda menjatuhkan hukuman tanpa
proses kepada Ki Hajar Dewantara, hukuman tersebut berupa hukuman
Buang, lalu Ia pun dihukum dan dibuang ke Bangka. Lalu Douwes Dekker
dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan
tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela
Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat
untuk memusuhi dan memberontak pada pemerintah kolonial. Akibatnya
keduanya juga terkena hukuman Buang juga. Douwes Dekker dibuang di
Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda. Namun
mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka
bisa mempelajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya
mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian
dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk
mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, Kemudian ia kembali ke
tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang
pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan bersama dengan rekan-rekannya Ia
mendirikan sebuah perguruan yang bercorak Nasional yang di beri nama
Onderwijs Instituut Taman Siswa ( Perguruan Taman Siswa).

Tujuan pendidikan Tamansiswa adalah membangun anak didik


menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan,
serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang
mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta
manusia pada umumnya.

Sejak berdirinya pada tahun 1922 hingga kini Taman siswa sangat
dikenal sebagai lembaga pendidikan yang menasional. Meski beberapa
dekade belakangan ini nama Tamansiswa agak surut, termasuk dalam
dunia pendidikan yang menjadi andalannya itu sendiri. Hal tersebut tidak
semata-mata karena semakin banyaknya bermunculan lembaga-lembaga
pendidikan yang kompetif, meski cenderung menjadi pasar, namun juga
karena tampaknya Tamansiswa sendiri kehabisan energi, terutama energi
pembaruan, di bidang pendidikan.

Setelah didirikannya Taman Siswa pada tanggal 3 juli 1922,


perjalanan Taman Siswa ini tidak berhenti disitu saja melainkan Taman
Siswa ini terus berkembang dimana Taman Siswa ini berperan dalam
menumbuhkan rasa Nasionalisme bangsa Indonesia. Seperti kita ketahui
sejak awal Taman Siswa dibentuk memberikan pendidikan yang
berdasarkan pada kepribadian bangsa. Meskipun menggunakan sistem
pendidikan modern Belanda akan tetapi Taman Siswa tidak mengambil
kepribadian Belanda. Dengan demikian, anak didiknya tidak kehilangan
jati diri sebagai bangsa Indonesia yang sangat berbeda dengan Belanda.
Peran Guru Taman Siswa berasal dari bangsa Indonesia dan umumnya
berasal dari para aktivis pergerakan nasional yang bercita-cita
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Dimana Taman Siswa ini mempunyai prinsip dasar atau semboyan


dalam pendidikan yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita dan menjadi
semboyan pendidikan sampai sekarang. Isi dari prinsip dasar pendidikan
tersebut antara lain:

 Ing Ngarso sung Tulodo Maksudnya Di depan seorang pendidik


harus memberi teladan dan memberi contoh tindakan yang baik.
 Ing Madya Mangun karso Maksudnya Di tengah atau di antara
murid guru harus menciptakan prakarsa, ide serta kerja sama.
 Tut Wuri Handayani Maksudnya Di belakang seorang guru harus
bisa memberi daya-semangat, dorongan dan arahan.

2. INS ( Indonesische Nederlandsche School ) Kayu Tanam

INS Kayutanam merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berdiri


sejak zaman Belanda, tetapi dengan sistem pendidikan di luar Belanda. INS
(Indonesisch-Nederlandsche School) didirikan oleh Muhammad Sjafei pada
31 Oktober 1926. Lembaga pendidikan ini lahir sebagai reaksi spontan
terhadap corak pendidikan Barat di masa itu yang hanya mementingkan segi
intelektual dan bercorak verbalistis, suatu pendidikan yang hanya
menghasilkan pegawai rendahan yang dibutuhkan oleh si penguasa pada
waktu itu. Sekalipun demikian, kesadaran berpikir Barat yang logis mendapat
tempat di dalam sistem pengajaran di lembaga ini. INS Kayutanam ingin
melaksanakan pengajaran praktik yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat
banyak. Sekolah INS Kayutaman di kota Padang ini akhirnya berkembang
menjadi institusi pendidikan bumiputra yang terkenal dengan fasilitas
terlengkap pada masanya. Cikal bakal sekolah ini milik jawatan kereta api
yang dipimpin oleh Marah Sutan, ayah Mohammad Syafei. Agar tercipta
perguruan yang mempunyai hubungan erat dengan masyarakat untuk saling
bekerja sama demi kebahagiaannusa, bangsa, dan kemanusiaan, INS bermitra
dengan organisasi buruh (VBPSS) dan para perantau Minangkabau di Jakarta.
Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut :

• Berpikir logis dan rasional

• Keaktifan atau kegiatan


• Pendidikan masyarakat

• Memperhatikan pembawaan anak

• Menentang intelektualisme Sistem pendidikan INS Kayutanam

Siswa dididik dengan tujuan supaya menjadi manusia yang beriman,


harmonis dalam perkembangan, berbudi luhur, kreatif, aktif, dan produktif.
Mata pelajarannya, antara lain mencakupi bidang-bidang pengetahuan umum,
kesenian, olahraga, pertanian, dan pertukangan. Olahraga merupakan mata
pelajaran yang amat diperhatikan. Mata pelajaran kerajinan tangan, ilmu bumi,
ilmu alam, dan menggambar diarahkan untuk dapat menajamkan daya
pengamatan, sedangkan bahasa ditujukan untuk mencapai kesanggupan
berpikir dan merumuskan sesuatu secara teratur. Di lembaga ini pendidikan
dan pengajaran seni, termasuk seni sastra, mendapat tempat yang layak. Oleh
karena itu, sesuai dengan prinsip pendidikan yang dicanangkan di awal
pembentukannya, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan bakatnya.
Pendidikan seni, misalnya, memberikan kesempatan pada siswa yang berbakat
untuk mengekspresikan karya seni pilihannya.

Pada zaman penjajahan Belanda, INS Kayutaman memiliki 75 siswa


dengan pengantar bahasa Indonesia. Tahun 1939 lembaga ini telah berhasil
membangun gedung sekolah lengkap dengan asrama dan perumahan guru.
Biaya operasional ISN ini diperoleh dari hasil penjualan dari berbagai
kerajinan siswa dan kreativitas lainnya, seperti menggelar pertunjukkan.
Lembaga ini tidak mau menerima subsidi dari pihak mana pun, termasuk dari
pemerintah Belanda. Tahun 1941 ketika pecah Perang Dunia II, INS
Kayutaman diduduki secara paksa oleh Belanda sehingga proses pembelajaran
terhenti. Setelah Jepang menang, tahun 1942 INS berubah terjemahannya
menjadi Indonesche Nippon School Di zaman ini pembelajaran merosot
karena kesulitan memperoleh alat-alat pelajaran dan digunakan untuk bekerja
serta berlatih demi kepentingan perang Jepang.

Pada zaman perang kemerdekaan INS ditutup. Selanjutnya, pemerintah


mendirikan Sekolah Guru Bantu (SGB) lalu diserahkan sepenuhnya kepada
Mohammad Syafei. Dalam perkembangan selanjutnya, INS Kayutaman
memiliki tujuan yang sejalan dengan Undang-Undang Pendidikan No. 20,
Tahun 2003, Pasal 26 yang menyatakan bahwa pendidik dan tenaga
kependidikan berkewajiban menciptakan pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Nama INS tetap dipakai akan
tetapi sebagai singkatan dari Indonesia Nasional School, pada masa
kemerdekaaan Kayu tanam mengalami perkembangan ini dilihat dari :
1. Atas ijin pemerintah Kayutaman mendirikan ruang pendidikan
pengajaran, dan kebudayaan di bekas kantor penyelidikan di
Padang Panjang. Perpustakaan ini pada masa itu memiliki koleksi
buku sebanyak 23.000 buku.

2. Pada tahun 1952 mendirikan percetakan dan penerbitan sendiri


yang bernama Sridharma, dan menerbitkan majalah bulanan Sendi,
serta mengarang buku Kunci 18 untuk memberantas buta huruf.

3. Pada tanggal 31 Oktober 1952 INS dijadikan SGBN Istimewa,


keistimewaan ini terletak pada :

• Moh Syafei tidak 100% terikat oleh peraturan-peraturan


pemerintah.

• Murid-murid INS berasal dari seluruh Indonesia.

• Pelajaran yang diutamakan adalah ekspresi, seperti menggambar,


musik, tari-tarian, pekerjaan tangan

Selain itu, INS Kayutaman memiliki konsep dan nilai-nilai, yaitu

1. Menyosialisasikan konsep dan nilai INS kepada kepala dinas,


pengawas, kepala sekolah, dan guru;
2. Mengadakan diklat untuk guru-guru;
3. Mengadakan sekolah percobaan yang melaksanakan nilai-nilai INS
Kayutaman.

Beberapa sastrawan Indonesia tercatat sebagai alumnus INS


Kayutanam adalah A.A. Navis yang terkenal dengan cerpennya
"Robohnya Surau Kami" (1956), Chairul Harun penulis novel Warisan
(1976), dan Wisran Hadi penulis drama modern tahun 70-an yang banyak
menggali tradisi Minangkabau.

Kesimpulan :

Dampak Imperialisme dan Kolonialisme dibidang pendidikan sangat


berpengaruh besar terhadap bangsa Indonesia teruma di bidang Pendidikan.
Rakyat Indonesia sudah bisa mengenal huruf dan membaca dimasa itu dan
menjadi tenaga kerja Belanda
Sumber: 
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/INS_Kayutanam  |
Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
https://fe.ustjogja.ac.id/index.php?r=profil/index&id=4
https://www.smktamansiswa-mjk.sch.id/sejarah-tamansiswa/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/21/180214069/sejarah-
indonesisch-nederlandsche-school-ins-kayu-tanam

Anda mungkin juga menyukai