Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

Pendahuluan:

Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia (Periode Kolonial hingga K 2013)

Pada dasarnya, perkembangan kurikulum di Indonesia berpijak dari sejarah perkembangan


pendidikan di Indonesia itu sendiri. Secara formal, sejak zaman Belanda sudah terdapat sekolah,
dan artinya kurikulum juga sudah ada. Pada zaman Belanda, pelaksanaan pendidikan dan
persekolahan memiliki ciri khas, yang mana kurikulum pendidikan diwarnai oleh misi
penjajahan Belanda, begitu juga dengan kurikulum zaman Jepang, sehingga dapat dikatakan
bahwa keberadaan atau tujuan pendidikan pada zaman ini adalah untuk menciptakan sumber
daya manusia yang dapat membantu misi penjajahan Belanda, misalnya dengan memanfaatkan
pribumi untuk mengeruk kekayaan alam seoptimal mungkin; sedangkan Jepang dikenal dengan
Asia Timur Raya dalam membantu misinya dalam peperangan (Hamalik, 1990: 123)

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, pendidikan di


tanah air terus berkembang, termasuk dalam hal perhatian pemerintah dalam perkembangan
kurikulum Sehubungan dengan itu, pada bab ini akan diungkapkan perkembangan kurikulum di
tanah air dalam perspektif sosio-historis, yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga periode,
yakni: 1) Periode sebelum kemerdekaan (penjajahan), 2) Periode Orde Lama, 3) Periode Orde
Baru, dan 4) Periode Reformasi.

A. Periode Sebelum Kemerdekaan (Periode Penjajahan) Sejarah perkembangan kurikulum pada


periode penjajahan, sejak sebelum datangnya orang-orang Eropa sampai Periode
Kemerdekaan, dapat dilihat dari

kurikulum dasar atau Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

1. Kurikulum Sekolah Dasar pada Masa Kompeni (sampai 1960)


Pada awalnya, bangsa Eropa baik Portugis maupun kompeni (Belanda) belum memerhatikan
pendidikan, dan tujuan mereka hanya mencari rempah rempah dan berdagang. Meskipun
demikian, tidak dapat dipungkiri bah bangsa Eropa ini datang ke Indonesia mempunyai tujuan
lain, misal menyebarkan misi agamanya. Hal ini dilakukan agar mempermudah pelaksanaan
misi perdagangan dan misi agama itu sendiri. Pada abad ke-16 dan ke-17, berdirilah lembaga-
lembaga pendidikan dalam upaya penyebaran agama Kristen di tanah air (oleh kompeni).
Sedangkan Portugis mendirikan lembaga pendidikan di Maluku dalam upaya mengembangkan
agama Katolik Pendidikan tersebut adalah untuk bangsa Belanda dan ada juga pribuminya
khususnya di daerah pantai dan terbatas untuk hanya agama Kristen.

Tahun 1848, biaya pendidikan di tanah air agak besar jumlahnya Berdirilah sekolah-sekolah bagi
bangsa Belanda dan juga bagi pribumi. Sekolah bagi bangsa Belanda sangat diutamakan, Pada
tahun 1892, terdapat 2 (dua) macam sekolah rendah, yaitu: a Sekolah Kelas Dua untuk anak
pribumi, dengan lama pendidikan 3 tahun dan pelajaran yang diprogramkan: Berhitung,
Menulis dan Membaca b. Sekolah Kelas Satu untuk anak pegawai pemerintah Hindia Belanda.
Lama pendidikan awalnya 4 tahun, kemudian 5 tahun dan akhirnya 7 tahun. Tujuannya untuk
mendidik pegawai-pegawai rendahan untuk keperluan kantor-kantor pemerintah dan kantor-
kantor dagang. Programnya Bumi, Sejarah, Ilmu Hayat Menggambar, dan Ilmu Mengukur Tanah
Bahasa pengantarnya adalah Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda.

2. Kurikulum SD pada Zaman Kolonial Belanda

Pada awal abad ke-20, dengan munculnya revolusi sosial dan industri di Eropa, muncullah
paham humanistis. Di Indonesia, muncul Politik Etisch yang memberi pengaruh terhadap
perluasan sekolah bagi putra-putri Indonesia. Pada masa ini, di Jawa telah dibangun Sekolah
Dasar yang lamanya 3 tahun, semacam Sekolah Kelas Dua. Sekolah-Sekolah Kelas Dua pada
waktu itu (1905) sudah menjadi 5 tahun yang pada tahun 1914 didirikan Sekolah Sambungan
yang lamanya 2 tahun setelah Sekolah Desa
Undang-undang Hindia Belanda membagi jenis penduduk menjadi 3 golongan: Eropa, Timur
Asing dan Bumiputera, sehingga didirikan pula 3 (tiga) jenis sekolah rendah bagi anak-anak
berdasarkan 3 (tiga) jenis penduduk tersebut, yakni:

a. ELS (Europe Lagere School), untuk anak-anak Eropa, Tionghoa, dan Indonesia yang menurut
undang-undang haknya disamakan dengan bangsa Eropa

b. HCS (Holland Chinese School) untuk golongan Tionghoa.

c. HIS (Holland Inlandse School) untuk rakyat golongan Pribumi atau Bumiputera kalangan atas.

d Sekolah Desa dan Sekolah Sambungan, untuk Pribumi dari kalangan bawahan

Gambaran pendidikan rendah di Indonesia pada zaman Belanda, sebagaimana diungkapan di


atas, berlangsung hingga 1942.

3. Kurikulum SD pada Zaman Jepang

Pada masa Jepang perkembangan pendidikan mempunyai arti tersendiri bagi bangsa Indonesia,
yakni terjadinya keruntuhan sistem pemerintahan kolonial Belanda. Pada masa ini, semua
sekolah rendah yang bermacam-macam tingkatnya itu dihilangkan sama sekali, dan tinggallah
Sekolah Rendah untuk bangsa Indonesia yaitu sekolah rakyat yang disebut Kokumin Gako (6
tahun) lamanya.

Jenis pendidikan ini kurang memerhatikan isinya. Anak didik (pada waktu itu) harus membantu
Jepang dalam peperangan, sehingga anak-anak pribumi harus mengikuti latihan militer di
sekolah Pelajaran olahraga sangat penting, karenanya anak didik harus mengumpulkan batu,
kerikil dan pasir untuk kepentingan pertahanan. Kemudian, anak-anak sekolah juga disuruh
untuk menanam pohon jarak untuk membuat minyak demi kepentingan perang. Selanjutnya,
pelajaran berbau Belanda dihilangkan, dan Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
pengantar.
4. Kurikulum SD Pascakemerdekaan (sampai 1964)

a. Masa Setelah Merdeka sampai 1952

Setelah merdeka, pedoman pelaksanaan pendidikan berdasarkan UUD 1945 Atas usul dari
Badan Pekerja KNIP pada bulan Desember 1945 dibentuklah Panitia Penyelidikan Pendidikan
oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K)

Pada masa pendudukan Belanda (NICA), Indonesia dibagi menjadi negara-negara bagian (RIS),
sehingga perbedaan-perbedaan dalam pendidikan dari negara-negara itu pun terjadi. Setelah
kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang diresmikan pada tanggal 17
Agustus 1950, pendidikan pun disatukan kembali atau seragam kembali. Keadaan in
berlangsung sampai 1952

b. Sejak 1952 sampai 1964

Pada masa ini, pendidikan di Indonesia mengalami penyempurnaan Tujuan pendidikan dan
pengajaran Republik Indonesia pada waktu itu ialah membentuk manusia susila yang cakap dan
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air. Pada tahun 1952 pemerintah Republik Indonesia c.q Kementerian Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan Rencana pengajaran terurai untuk Sekolah Rakyat Ill
dan IV yang berguna untuk guru sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar pada sekolah
dasar

Jenis-jenis pelajarannya adalah: Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah Berhitung, Ilmu Alam Ilmu
Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah Dalam 1 (satu) tahun, terdapat 8 (delapan) bulan waktu untuk
belajar, dan tiap mata pelajaran diuraikan menjadi 8 (delapan) bagian untuk masing-masing
kelas, yakni untuk bulan pertama, kedua, ketiga sampai bulan kedelapan Pendidik (guru) dalam
tiap kelas sudah memiliki pedoman mengenai hal-hal yang perlu diajarkan berdasarkan waktu
yang telah ditentukan (delapan bulan) tersebut.

C. Sejak 1952- 1964


Kurikulum ini merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya (yang berlaku sejak tahun 1952
sampai 1964). Pada tahun 1964, Direktorat Pendidikan Dasar/Prasekolah, Departemen PP dan
K, menerbitkan suatu buku yang dinamakan Rencana Pendidikan Taman Kanak Kanak dan
Sekolah Dasar Tujuan pendidikan pada masa ini adalah membentuk manusia Pancasila dan
Manipol/Usdek yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat adil dan makmur,
materiil dan spiritual

Sistem pendidikan dinamakan Sistem Panca Wardana atau sistem 5 (lima) aspek
perkembangan: a) Perkembangan moral, b) Perkembangan inteligensi, c) Perkembangan
emosional artistik (rasa keharuan), d) Perkembangan keprigelan, dan e) Perkembangan
jasmaniah. Kelima Wardana tersebut diuraikan menjadi beberapa bahan pelajaran, yakni:

1) Perkembangan moral pendidikan kemasyarakatan, pendidikan agama/ budi pekerti

2) Perkembangan inteligensi: Bahasa Indonesia, bahasa daerah, berhitung dan pengetahuan


alamiah:

3) Perkembangan emosional/artistik seni sastra/musik, seni lukis/rupa, seni tari, dan seni
sastra/drama;

4) Perkembangan keprigelan pertanian/peternakan, industri kecil/pekerjaantangan,


koperasi/tabungan, dan keprigelan-keprigelan yang lain,

5) Perkembangan jasmaniah: pendidikan jasmaniah, pendidikan kesehatan.

Semua pelajaran tersebut diberikan sejak kelas 1. II dan III. Jumlah jam pelajaran dalam satu
minggu, yakni:

1) Kelas 1 & 11: 26 jam pelajaran dan @ 30 menit

2) Kelas III & IV : 36 jam pelajaran dan @ 40 menit


d. Kurikulum SD Sejak Orde Baru (1965) hingga 1968

Pemerintah c.q Departemen P dan K, pada tahun 1968, menerbitkan buku Pedoman Kurikulum
Sekolah Dasar yang dinamakan kurikulum SD, sebe reaksi terhadap Rencana Pendidikan TK dan
SD, yang di dalamnya berbau politik Orla (Orde Lama). Perubahan-perubahan terletak pada
landasan pendidikannya yang berdasarkan Falsafah Negara Pancasila. Uraian selanjutnya
adalah:

1) Dasar Pendidikan Nasional

Dasar Pendidikan Nasional adalah Falsafah Negara Pancasila (Ketetapan MPRS No.
XXVI/MPRS/1966 Bab II Pasal 2).

2) Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional ialah membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan


ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dan isi Undang-Undang Dasar 1945 (Ketetapan MPRS No.XXVII/Bab II Pasal 3).

3) Isi Pendidikan Nasional

Untuk mencapai dasar dan tujuan di atas, isi pendidikan adalah:

a) Memperingati mental budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama

b) Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan

c) Membina dan mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat (Ketetapan MPRS No
XXVII/MPRS/1966 Bab II Pasal 4).

B. Kurikulum SMP
SMP merupakan Lembaga Pendidikan Formal sesudah SD dan merupakan persiapan bagi
Sekolah Menengah Atas (SMA). Perkembangan kurikulum SMP di Indonesia mengalami masa
yang meliputi:

1 Masa Penjajahan Belanda

2. Masa Penjajahan Jepang

3. Masa Republik Indonesia

1. Masa Penjajahan Belanda

Pada masa pemerintah Belanda, kurikulum Sekolah Menengah Pertama yang formal sudah ada
kesesuaiannya dengan masa sekarang. Untuk memudahkan pemahaman pembagian kurikulum
pada masa penjajahan Belanda ini dapat diperinci sebagai berikut: (1) Periode sebelum 1900,
(2) Periode 1900-1914, (3) Periode 1914-1935, dan (4) Periode 1935-1945.

a.Periode sebelum 1900

Sekolah Menengah Pertama mulai ada pada zaman Penjajahan Belanda dan didirikan pada
1960 yang bernama Gymnasium. Lamanya belajar 3 tahun, dan siswa-siswanya hanya terbatas
pada orang-orang Barat/golongan ningrat. Hal ini didasarkan atas kebutuhan akan pegawai-
pegawai yang terdidik, baik untuk jawatan-jawatan pemerintahan maupun untuk organisasi-
organisasi. Kalau pegawai-pegawai itu didatangkan dari Belanda tentu bayarannya mahal.

b. Periode 1900-1914

Situasi politik dunia pada akhir abad ke-19 mengalami perubahan, karena disebabkan oleh
adanya revolusi sosial, industri dan sebagainya juga karena semakin berpengaruhnya
pandangan atau aliran humanisme. Hal ini berlaku pula bagi negara Belanda, sehingga timbul
paham yang disebut politis etnis atau erschuld. Aliran ini menuntut agar pemerintahan jajahan
memerhatikan rakyat jajahannya, sehingga dibukalah sekolah-sekolah untuk penduduk pribumi
(bumiputera) agar mendapat pekerjaan yang agak tinggi.

c. Periode 1914-1935
Dengan dilatarbelakangi oleh meluasnya paham humanitas di kalangan orang Belanda, akhirnya
pemerintah didesak untuk memperluas pendidikan bagi kaum pribumi. Dengan demikian,
didirikanlah sekolah MULO yang lama belajarnya 4 tahun Rencana pelajaran MULO ini tidak
jauh berbeda dari HBS dan Gymnasium, tetapi lama belajarnya ditambah 1 tahun. Hal ini
mengingat anak-anak Bumiputera dianggap terlalu sukar, dan untuk mempermudah
pemerintah serta anak-anak pribumi (Bumiputera) dalam memahami pelajaran, bahasa Melayu
mulai dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah lanjutan. Mata pelajaran MULO dapat dilihat
pada lampiran 3 (tiga)

d. Periode 1935-1945

Karena keterbatasan pendidikan yang bersifat skill pada sekolah MULO, pemerintah Belanda
pun dituntut untuk meninjau kembali rencana pendidikan dan pelajaran MULO. Berdasarkan
hal itu, pemerintah Belanda mengubah struktur organisasi MULO dengan mengembangkan
bahasa Indonesia (yang dulunya bahasa Melayu) pada kelas tiga, dan hal itu dilakukan untuk
memenuhi tuntutan masyarakat Pengembangan ini meliputi bagian bahasa sastra, bagian ilmu
pasti alam, dan bagian sosial ekonomi Dari perubahan tersebut, dengan sendirinya isi dan
materi kurikulum juga turut berubah Perubahan mata pelajaran pada MULO dapat dilihat pada
lampiran 4 (empat).

2. Kurikulum SMP pada Masa Jepang (1942-1945)

Pada masa penjajahan Jepang, kurikulum yang diterapkan bertujuan agar rakyat dapat
membantu pertahanan Jepang Karena itu, vak yang diajarkan pada masa pemerintahan Belanda
diubah sesuai dengan keinginan bangsa Jepang.

Mata pelajaran Gymnasium/pendidikan jasmani diberikan tiap hari sebelum masuk sekolah,
sedangkan latihan dasar kemiliteran diberikan pada murid-murid sekolah. Musik nyanyian
Belanda diganti menjadi musik nyanyian Jepang Asia Jaya dan diajarkan di sekolah Gayo, serta
dilaksanakan pula semacam SAPTA USAHA TAMA, di mana murid diharuskan menanam
halaman sekolah dan rumahnya dengan tanam-tanaman yang berguna, seperti jeruk, ketela
dan sebagainya. Jadi, kurikulum pada masa penjajahan Jepang banyak mengalami perubahan,
yang dapat dilihat pada lampiran 5 (lima)

3. Masa Republik Indonesia

a. Masa 1945-1950

Seperti yang telah dijelaskan, isi kurikulum pendidikan masa penjajahan Belanda
berorientasikan kepada tujuan untuk mempersiapkan tenaga pegawai yang diperlukan oleh
pemerintah Belanda, dan pada masa penjajahan Jepang isi kurikulumnya bertujuan untuk
membantu kelancaran dan pertahanan Jepang selama mereka berada di Indonesia. Sedangkan
pada masa Indonesia merdeka, yang diawali dengan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus
1945, telah menimbulkan hidup baru dalam segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan.

Ki Hadjar Dewantara, Menteri PP dan K, mengeluarkan instruksi umum yang memerintahkan


kepada semua kepala sekolah dan guru-guru, yakni

1) Pengibaran Sang Saka Merah Putih di halaman sekolah pada setiap harinya 2 Menyanyikan
lagu Indonesia Raya, sebagai lagu kebangsaan

3) Menurunkan Bendera Jepang dan menghilangkan Kimigayo;

4) Menghapuskan Bahasa Jepang dan semua upacara yang berasal dan balatentara Jepang:

5) Memberikan semangat kebangsaan kepada anak didik atau murid.

Kemudian, atas usul BPKNIP, tertanggal 29 Desember 1945, Menteri P & K membentuk Panitia
Penyelidikan dan Pengajaran.

b. Masa 1950-1962

Meskipun sebelumnya Indonesia telah memiliki SMP, yakni pada masa 1945-1950, sebagai
revisi dari MULO, namun belum semua anak Indonesia dapat mengenyamnya, karena pada
waktu itu belum semua wilayah Indonesia telah dikuasai pemerintah RI.
Dengan terbentuknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada tanggal 17 Agustus
1950, struktur dan sistem pendidikan harus diseragamkan dan sebagai pedomannya adalah
SMP di Yogyakarta (milik RI) dan aku diberlakukan pada semua SMP di tanah air, yang namanya
diubah menjadi SMP Otomatis dengan kurikulum SMP RI (Yogyakarta). Adapun kurikulum SMP
periode 1950-1962 tersebut dapat dilihat pada lampiran 6 (enam)

C. Kurikulum SMA

Kurikulum SMA di Indonesia sejak masa penjajahan dan pasa kemerdekaan dapat dikategorikan
sebagai berikut:

1. Kurikulum SMA pada Masa Belanda

Sekolah Menengah Atas (SMA) pada zaman Belanda adalah AMS (Algement Midelbare School)
Sekolah ini berdiri pada 1919, setelah mendirikan Sekolah Menengah Pertama, seperti MULO
(Meer Lifgebried Order Wijs) pada 1914 Gymnasium Villen 3 tahun (1897), dan HBS (1875)
dengan lama pendidikan tahun, kemudian berubah menjadi 5 tahun

AMS mempunyai tujuan:

a. Memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia (tamatan MULO untuk meneruskan


pelajaran).

b Sebagai jembatan untuk meneruskan ke perguruan tinggi

C.Mendidik anak didik untuk menjadi pegawai-pegawai Kolonial dan mempertahankan


kekuasaannya.

d. Lamanya pendidikan AMS adalah 3 tahun, yang terbagi menjadi bagian A dan bagianB

e. Bagian A : Ilmu Pengetahuan Kebudayaan, yakni Kesusastraan Timur (AI), Kesusastraan Klasik
Barat (AlI)

f Bagian B: Ilmu Pengetahuan Kealaman.


2. Kurikulum SM pada Masa Jepang

Pada 1942, AMS (milik Belanda) diganti oleh Jepang menjadi Sekolah Tinggi (SMT) dengan lama
pendidikan 3 tahun. Isi di dalam rencana pelajaran SMT yang sangat penting untuk diketahui
adalah:

a Pemakaian Bahasa Belanda dilarang

b. Bahasa resmi dan pengantar Bahasa Indonesia

C.Bahasa Jepang menjadi mata pelajaran wajib

d. Pengajaran adat istiadat Jepang

e.. Sejarah Jepang sangat penting

f. Pelajaran Ilmu Bumi dalam aspek geopolitik perlu dipelajari

Terdapat hal positif bagi Indonesia dari jenis pelajaran di atas, antara lain: Bahasa Indonesia
dipelajari secara merata di seluruh tanah air, cinta kebudayaan dan kemerdekaan muncul dan
tidak ada diskriminasi dalam memperoleh kesempatan belajar. Namun, tetap diakui bahwa misi
Jepang datang ke Indonesia menjadi tujuan utamanya, yakni dalam membantu perang Pasifik
dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia,

3. Kurikulum SMA Masa RI

a.Masa 1950-1965

Pada 1950, lahirlah UUD Pendidikan dan Pengajaran di sekolah yang berlaku untuk seluruh
wilayah Indonesia, yakni Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 yang kemudian diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 12 Tahun.
1945. Pada Bab II Pasal 3, diungkapkan tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah yakni:
membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Pada Bab III Pasal 4 berbunyi: Pendidikan dan
pengajaran berdasarkan atas

asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara RI dan atas
kebudayaan kebangsaan Indonesia.

Implikasinya kedua pasal tersebut sangat penting dalam membawa tujuan dan arah pendidikan
bagi anak atau pengelola pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian:

1) Bagian A : Jurusan Kesusastraan

2) Bagian B Jurusan Ilmu Pasti dan Ilmu Alam

3) Bagian C Jurusan Sosial Ekonomi

Tujuannya: menyiapkan calon anggota masyarakat yang berguna dan mendidik anak didik agar
dapat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Sejak Juli 1959, Indonesia menganut
paham Demokrasi Terpimpin, sehingga pendidikan yang sedang berlangsung pun harus
disesuaikan dengan paham ini.

b. Masa 1965-1985

Perkembangan kurikulum sekolah meliputi beberapa dimensi dasar (landasan falsafah), tujuan
pendidikan nasional, orientasi pelajaran, kualifikasi lulusan yang dikehendaki, orientasi dan isi
kurikulum, desain kurikulum pendekatan metodologis, pembimbing dan fasilitas. Uraian
selanjutnya sebagai berikut:

1) Kurikulum SD:

a) Dasar
-Kurikulum SD, 1968

-Falsafah Negara Pancasila (Tap MPRS XXVII/MPRS/1996, Bab II, Pasal 32)

b. Tujuan Pendidikan Nasional:

Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan ketentuan seperti yang


dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945 dan isinya.

c) Orientasi Pelajaran:

Mampu hidup mandiri di masyarakat

d) Keaktifan Lulusan

Warga negara yang memiliki mental, moral, budi pekerti yang baik; keyakinan agama yang baik,
kuat, cerdas, terampil serta fisik sehat dan kuat

e) Isi Kurikulum

Kelompok pembinaan jiwa Pancasila: kelompok pembinaan pengetahuan dasar, kelompok


pembinaan kecakapan khusus.

f. Desain Kurikulum

Menuju ke integrasi kurikulum (TK sampai PT), setiap segi pendidikan terdapat tujuan,
pedoman pelaksanaan dan cara merangsang a anak melakukannya secara aktif

g) Pendekatan Metodologis : tidak jelas

h) Penilaian : Sistem ujian negara

i) Bimbingan : -

2) Kurikulum SMP:
a) Dasar

Demokrasi Terpimpin, SMA Gaya Baru 1962 Pendidikan sesuai dengan Haluan Negara

b) Tujuan Pendidikan:

Mempersiapkan anak menjadi warga negara yang baik.

c) Orientasi Pelajaran:

Bahasa Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, Kewarganegaraan, yang mendapat tempat teratas
dalam hal jumlah jam maupun ujian-ujian

d) Kualifikasi Lulusan:

Dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan bakat, belajar di perguruan tinggi, dan siap menjadi
anggota masyarakat yang baik,

e) Isi Kurikulum:

Penyesuaian dengan pengembangan anak berdasarkan bakat Diferensiasi dimulai kelas II (dua),
dan terdapat pendidikan Karya dan Kesenian.

f) Pendekatan Metodologi Mengajar:

Ditentukan dengan jelas, penggunaan persiapan mengajar biasa, dan ada pedoman yang
ditetapkan P dan K.

g) Penilaian

sistem ujian negara

h) Bimbingan : oleh Tim Khusus (terutama pada awal diferensiasi)

i) Fasilitas : tidak dibakukan

3.) Kurikulum SPG


a) Dasar : Falsafah Negara Pancasila (Tap MPRS No.XXVII/1966, Bab II, Pasal 2)

b) Tujuan Pendidikan:

Membentuk manusia Pancasilais semata berdasarkan keinginan pembukaan UUD 1945 dan
isinya.

c) Orientasi Pelajaran:

Menekankan pada pembinaan kecakapan khusus, Ilmu Keguruan, Praktik Pendidikan Ekspresi,
Pengetahuan Bahasa Pengetahuan

Alam, Berhitung dan kemasyarakatan d) Kualifikasi Lulusan Guru TK, Guru SD, Guru SLB

e) Organisasi Kurikulum:

Pengelompokan mata pelajaran pembinaan jiwa Pancasila, pembinaan pengetahuan dasar, dan
pembinaan kecakapan khusus (termasuk ilmu keguruan dan lain-lain)

f) Desain Kurikulum:

Pengelompokan mata pelajaran:

Waktu. : Kelas I dan II (40%) dan III (60%)

Asas :Kemungkinan peralihan demokrasi pendidikan, tahap bakat mata pelajaran, interaksi
pendidikan

g) Pendekatan Metodologi Mengajar Pengajaran unit pada tingkat Broadfield

h) Penilaian : sistem ujian negara

i) Bimbingan : -

4) Kurikulum SD, SMP, SMA, SPG (1975-1985)


a) Dasar:

KPTD, MPR-RI No IV/MPR/1973

Pendidikan Nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa

b) Tujuan Pendidikan dan Pengajaran

Tujuan Pendidikan Umum, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, Tujuan Instruksional Umum,
Tujuan Instruksional Khusus.

c) Orientasi Pelajaran:

Keseimbangan antara kognitif, keterampilan, sikap, antara pelajaran teori dan praktik,
menunjang akan tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran

d) Kualifikasi Lulusan:

Jelas dan terarah pada lapangan pekerjaan tertentu, mengandung aspek-aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.

e) Organisasi Kurikulum: Pendekatan bidang studi program yang terdiri dari program umum.

akademik/kejuruan, pendidikan keterampilan.

f.) Pendekatan Metodologi Pengajaran

-Pendekatan PPSI dan Model Santun Pelajaran

-Menggunakan konsep CBSA

-Lengkap dengan pedoman metode, evaluasi, bimbingan administrasi dan supervisi


g) Desain Kurikulum

-Berorientasi pada tujuan

-Efisiensi dan efektivitas

-Relevansi dengan kebutuhan

-Keluwesan dan keadaan

-Pendidikan seumur hidup

h) Penilaian:

Penilaian formulatif dan sumatif TPB, EBTA, EBTANAS

4. Kurikulum Pendidikan Dasar (1994)

Tujuannya adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan
anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menegah (PP No 28 Tahun 1990)

Isi kurikulum pendidikan dasar merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan dasar (Pasal 14: 1), dan is kurikulum pendidikan dasar wajib memut
sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran: a) Pendidikan Pancasila, b) Pendidikan Agama,
e) Pendi Kewarganegaraan, d) Bahasa Indonesia, e) Membaca dan Menulis, ) Matematika
(termasuk berhitung), g) Pengantar Sains dan Teknologi, h) Ilmu Bumi, i) Sejarah Nasional dan
Sejarah Umum, j) Kerajinan Tangan dan Kesenian, k) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, 1)
Menggambar, m) Bahasa Inggris (Pasal 14:2)
Jadi, dapat dipahami bahwa kurikulum pendidikan dasar (SD/MI, SMP/ MTs) pada tahun 1994
menempatkan pengantar sains dan teknologi pada tempat yang penting bagi anak didik untuk
dipelajari, tentunya dengan tidak mengabaikan aspek-aspek yang lain. Hal ini barangkali sebagai
upaya untuk mempersiapkan anak didik memasuki era industrialisasi pada abad ke 21 dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

5. Kurikulum SMA (1994)

Pada PP No. 29/1990, dikemukakan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
pengetahuan siswa untuk melancarkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
(Pasal 2 1). Kemudian, tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai
anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya alam dan sekitarnya (Pasal 2: 2). Untuk mencapai tujuan di atas, penyelenggaraan
pendidikan menengah berpedoman pada tujuan pendidikan nasional.

Dapat dipahami bahwa kurikulum Sekolah Menengah (SM) pada tahun 1994 sangatlah fleksibel
yang merupakan pengembangan daripada kurikulum SM sebelumnya Pendidikan menengah
umum, misalnya mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi (Pasal 3: 1); dan pendidikan menengah kejuruan mementingkan penyiapan
siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Selanjutnya,
pada Pasal 3: 3 dinyatakan pula bahwa pendidikan menengah keagamaan mengutamakan
penyiapan siswa dalam penugasan pengetahuan khusus mengenai ajaran agama yang
bersangkutan

Isi kurikulum pendidikan menengah merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan menengah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional,
yang mana isi kurikulumnya wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran mengenai
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (Pasal 15: 2).
6. Kurikulum KBK (2004)

Secara umum, pada era reformasi ini prinsip implementasi Kurikulum 2004 adalah lahirnya KBK,
yang meliputi antara lain kegiatan belajar mengajar (KBM), penilaian berbasis kelas, dan
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah Dalam hubungannya dengan KBM, proses belajar tidak
hanya berlangsung di lingkungan sekolah, tetapi di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Kurikulum 2004 merupakan kurikulum eksperimen yang diterapkan secara terbatas di sejumlah
sekolah/madrasah untuk eksperimen kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Ketentuan tentang
kurikulum termasuk kerangka dasar dan struktur kurikulumnya serta pengembangannya pada
dasarnya ditetapkan oleh peraturan pemerintah dalam hal ini PP No. 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (baca: UU No. 20/2003
tentang Sisdiknas pada Pasal 36, 37 dan 38). Selanjutnya Mendiknas menyatakan bahwa yang
benar adalah pada tahun 2006 pemerintah telah menetapkan rambu- rambu Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan pendidikan nasional
seperti tercantum dalam penjelasan UU No 20/2003 tentang Sisdiknas, yang salah satunya ialah
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) (Muhaimin, et al, 2009:
5)

7. Kurikulum KTSP (2006)

Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional No. 22/2005 tentang Standar Isi (SI) untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah yang selama ini dipermasalahkan karena lambat
disosialisasi, hanya memberi kesempatan peranan orang tua dalam pelaksanaan kurikulum
struktur pendidikan dasar dan menengah yang menurut Permen itu, ialah: (1) mata pelajaran,
(2) muatan lokal, (3) pengembangan diri. Komponen ke-3 bukanlah komponen mata pelajaran
yang harus diampu oleh guru. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh
konselor, guru dan tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk ekstrakurikuler
(Basis, 2006: 51).
Dalam pengembangan KTSP, seperti dikatakan Muhaimin, et.al (2009: 6), pada dasarnya, tidak
dapat dipisahkan dengan KBK, di mana pendekatan pengembangan KTSP menggunakan
pendekatan KBK. Pendekatan KBK memiliki ciri-ciri pertama, menitikberatkan pada pencapaian
target (attainment targets) kompetensi daripada penguasaan materi; kedua, lebih
mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan tersedia dan ketiga,
memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk
mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan (Muhaimin,
et al, 2009 6). Pihak "pusat" tidak perlu mengatur urutan topik per bulan/minggu dan
seterusnya yang diterapkan di sekolah/madrasah di daerah, apalagi sampai menganjurkan
penggunaan suatu teori dan metode tertentu dalam pembelajaran.

Dikatakan Muhaimin et al. (2009:2-5) bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan (sekolah/madrasah) Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu
yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) Undang-Undang No. 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan; (3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22/2006 tentang Standar
Isi; (4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; (5) Peraturan Menteri Nasional
No 24/2006 tentang dari kedua Peraturan Menteri Nasional tersebut; dan (6)panduan dari
BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan).

8. Kurikulum 2013

Perubahan suatu kurikulum suatu hal biasa demi memperbaiki kualitas pendidikan suatu
negara. Sama halnya, untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, salah satunya, dapat
dilakukan dengan evaluasi dan memperbarui kurikulum pendidikan nasional Evaluasi perlu
dilakukan secara berkala sebagai upaya penilaian relevansi kurikulum dengan anak. anak dalam
konteks tempat dan waktu yang terus berubah secara dinamis. Reformasi suatu kurikulum
bertujuan agar peserta didik menjadi cerdas, bermoral, berakhlak, kreatif, komunikatif, dan
toleran dalam kehidupan keberagaman

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mempersiapkan proses penyusunan K 2013


sejak 2010. Wacana itu semakin berkembang dan populer sejak dilontarkan Wakil Presiden,
Budiono (Kompas, 29/8/2012), bertalian dengan ide tentang relevansi dan beban di sekolah.
Budiono, ketika itu, mengungkapkan konsepsi substansi pendidikan hingga kini belum jelas
sehingga memunculkan kecenderungan memasukkan segala yang dianggap penting ke dalam
kurikulum. Akibatnya, terjadilah beban berlebihan pada peserta didik, meskipun kurang jelas
apakah anak mendapatkan sesuatu yang seharusnya dari pendidikannya. Sudah saatnya untuk
memikirkan apa yang seharusnya diajarkan agar anak-anak mampu berkontribusi bagi
kemajuan bangsa nantinya

Perubahan Kurikulum KTSP 2006 ke K 2013 merupakan salah satu upaya untuk memperbarui
setelah dilakukan evaluasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak bangsa atau generasi
muda. Inti dari K 2013 terletak pada upaya penyederhanaan dan sifatnya yang tematik-
integratif Seperti diungkapkan Amin Haedari (2013) bahwa K 2013 disiapkan untuk mencetak
generasi yang siap di dalam menghadapi tantangan masa depan Karena itu, kurikulum disusun
untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik berat K 2013 adalah bertujuan agar
peserta didik atau siswa memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya (wawancara), bernalar, dan mengomunikasikan (mempresentasikan) apa yang
diperoleh atau diketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun objek pembelajaran
dalam K 2013 berupa: fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu
diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap keterampilan, dan pengetahuan yang lebih
baik. Mereka juga diharapkan akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya
mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan zamannya, memasuki
masa depan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai