Anda di halaman 1dari 3

Masa penjajahan barat:

Sistem politik adu domba (devide et Impera) yaitu kedudukan para bupati dianggap pegawai negeri yang
digaji pemerintah kolonial Belanda. Dengan pengawasan ketat Belanda memanfaatkan para penguasa
pribumi untuk menekan dan memeras rakyat Indonesia sehingga kewibawaan para bupati jatuh dimata
rakyat. Dengan demikian rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi dan kehidupan politik menjadi buntu
masa sekarang :
d. Pendidikan pada masa pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Jepang menghapus sistem pendidikan warisan Belanda (diantaranya Sekolah Hukum dan MOSVIA) dan
menggantinya dengan:
• Sekolah Rakyat (RS) untuk semua golongan masyarakat tanpa membedakan status sosial dan asal-
usulnya
• SMP (3 tahun)
• Sekolah Menengah Tinggi (SMT) selama 3 tahun
• Sekolah kejuruan seperti Sekolah Pertukangan, Sekolah Pelayaran Tinggi, Sekolah Menengah Teknik
Menengah
• Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta
• Sekolah Tinggi Teknik di Bandung
Masa penjajahan barat:
Sistem perdagangan dikuasai oleh pihak
penjajah (monopoli) seperti Portugis, Spanyol,
dan VOC, dan kolonial Belanda.
Salah satunya adalah pelaksanaan
sistem tanam paksa (cultuurstelsel) dan
sistem Ekonomi Liberal Politik Pintu Terbuka).
Hal ini tidak memberikan keuntungan
apa pun untuk rakyat Indonesia.
Sebaliknya, banyak rakyat yang hidup dalam
kemiskinan dan kelaparan.

Dampak Politik, Budaya, Sosial-Ekonomi, dan Pendidikan


pada masa Penjajahan Barat dalam Kehidupan Bangsa
Masa Kini
b. Pendidikan zaman VOC
Diawali dengan misi dagang kemudian diikuti oleh misi penyebaran agama dengan cara mendirikan
sekolah-sekolah asrama. Di sana diajarkan agama Kristen-Protestan dengan bahasa Belanda dan
Melayu.
Kemudian pada awal abad ke-16 VOC mendidirikan sekolah di pulau-pulau seperti Ambon dan Banda.
Selanjutnya didirikan pula sekolah dengan jenis dan tujuan yang lebih beragam. Tujuan utamanya untuk
kepentingan misi VOC di Nusantara.
Masa sekarang:
Sampai sekarang kebudayaan Eropa yang bertentangan dengan nilai budaya bangsa seperti pergaulan
bebas masih banyak dijumpai di Indonesia.
e. Pendidikan di Indonesia
pasca kemerdekaan (1945 – 1969)

Pendidikan

1
Masa penjajahan barat:
Diskriminasi dan intimidasi berdasarkan golongan dalam kehidupan masyarakat dan suku bangsa.
Contohnya:
• Orang Eropa (kulit putih) memiliki hak isitimewa daripada rakyat pribumi yang dibebani oleh kewajiban
dan tidak dilindungi hukum
• Tidak semua anak pribumi dapat memperoleh pendidikan
• Di bidang pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia untuk orang pribumi
a. Pendidikan Katolik dan Kristen-Protestan masa penjajahan Portugis
Pendidikan Katolik berkembang sejak abad ke-16 melalui orang-orang Portugis yang menguasai Malaka.
Sembari berlayar dan mencari rempah-rempah di pulau-pulau mereka selalu membawa misionaris
Katolik-Roma yang berperan ganda sebagai penasihat spiritual dalam perjalanan jauh dan penyebar
agama di tanah yang didatangi.
Kemudian Belanda menyebarkan agama Kristen-Protestan dan mengembangkan sistem pendidikannya
sendiri bercorak Kristen-Protestan.
Pendidikan dan pengajaran sampai 1945 diselenggarakan oleh Kantor Pengajaran (Bunkyo Kyoku) yang
merupakan bagian dari kantor penyelenggaran pamong praja (Naimubu).
Setelah proklamasi, pemerintah Indonesia yang baru menunjuk:
1. Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran mulai 19 Agustus – 14 November
1945
2. Mr. T.G.S.G Mulia mulai 14 November 1945 – 12 Maret 1946
3. Mohamad Syafei mulai 12 Maret 1946 – 2 Oktober 1946
Pendidikan nasional sekarang dikembangkan dengan prioritas pelaksanaan wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun.
• 2 Mei 1984 diberlakukan wajib belajar 6 tahun untuk SD berdasarkan UU RI No. 2 Tahun 1989 pasal 6
menyatakan tentang hak warga negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya tamat
pendidikan dasar.
• 2 Mei 1994 dicanangkan wajib belajar pendidikan 9 tahun untuk SLTP berdasarkan PP No. 28 Tahun
1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9
tahun meliputi SD selama 6 tahun dan SLTP selama 3 tahun.
Masa sekarang:
Kaum kapital (pemilik modal Barat) masih menguasai perekonomian Indonesia di bidang industri
c. Pendidikan zaman kolonial Belanda
Setelah VOC pudar pada akhir abad ke-18 datanglah zaman kolonial Belanda. Sistem pendidikan diubah
dengan memisah antara sekolah Eropa (khusus anak-anak Belanda dan orang Eropa) dan sekolah
Bumiputera (tingkatan lebih rendah untuk anak-anak bumiputera terpilih).
Akhir abad ke-19 – 20, mulai muncul sekolah dasar, sekolah menengah,sekolah kejuruan, sekolah
khusus untuk perempuan dan pribumi, sekolah dokter, perguruan tinggi hukum, dan perguruan tinggi
teknik.

Ekonomi
Masa penjajahan barat:
Ditengah kehidupan tradisional rakyat Indonesia pada abad ke-15 mulai diterapkan kebudayaan Eropa
seperti cara bergaul, gaya hidup, cara berpakaian, bahasa, dan sistem pendidikan. Beberapa diantaranya
berlawanan dengan nilai budaya bangsa seperti mabuk-mabukan, pergaulan bebas, pemerasan,
penindasan,
dan masuk dan berkembangnya agama Kristen Protestan di Nusantara.

Kebudayaan

2
Untuk mengimbangi pendidikan Belanda, berdiri pula lembaga pendidikan bercorak keagamaan dan
kebangsaan oleh Muhamadiyah, taman siswa, INS kayutaman, Ma’arif, dan perguruan Islam yang lain.
Karena masa jabatan yang singkat, tidak banyak yang dapat diperbuat oleh para menteri karena
Indonesia masih disibukkan dengan persoalan bangsa setelah diproklamasikannya kemerdekaan.

Politik
Masa sekarang:
Budaya feodalisme (sistem sosial yg mengagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan
mengagung-agungkan prestasi kerja)

Sosial
Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar pertama di sekolah dan kantor pemerintahan dan bahasa
Jepang menjadi bahasa pengantar kedua.
Sejak saat itu Bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa pengantar dan bahasa komunikasi ilmiah.
Tujuan pendidikan Jepang untuk mendukung pendudukan Jepang dengan menyediakan tenaga kerja
kasar secara cuma-cuma (romusha).
Tujuan utamanya:
• Meningkatkan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi umur 7 – 15 tahun
• Meningkatkan mutu sumber daya Indonesia hingga mencapai SLTP
Masa sekarang:
Kitab undang-undang hukum pidana dan perdata yang dipakai di pengadilan

 A. Fajar Aditya B.A.


 A. Madani
 Annisa Maghfira
 Cindy Stevany R.S.
 Ilham Athallah
 M. Satya Nugraha
 Noor Isna Azizah
 Zairinur Primadan

Anda mungkin juga menyukai