Anda di halaman 1dari 4

RESUME

“Landasan historis pendidikan indonesia pada zaman purba hingga jaman pemerintahan
kolonial belanda dan pendidikan yang diselenggarakan pergerakan kebangsaan dan
pendidikan pada jaman militerisme jepang”

Disusun oleh : Marisa 200217


A. PENDIDIKAN PADA ZAMAN PURBA HINGGA ZAMAN PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA

Kegiatan belajar ini menyajikan sejarah pendidikan Indonesia pada zaman Purba hingga zaman
Pemerintahan Kolonial Belanda. Kajian sejarah pendidikan ini meliputi dua hal pokok, yaitu latar
belakang sosial budayanya dan implikasinya terhadap pendidikan. Dengan demikian, melalui
kegiatan belajar ini Anda akan dapat menjelaskan kondisi pendidikan di Indonesia pada zaman
Purba, zaman kerajaan Hindu/Budha, zaman kerajaan Islam, zaman pengaruh Portugis dan
Spanyol, dan pada zaman Pemerintahan Kolonial Belanda yang turut mewarnai perkembangan
pendidikan di Indonesia pada zaman berikutnya hingga dewasa ini.

1. Zaman Purba.

Latar Belakang Sosial Budaya. Setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan, kebudayaan yang
berkembang dalam masyarakat nenek moyang bangsa Indonesia pada zaman Purba disebut
kebudayaan paleolitik. Adapun kebudayaan pada kurang lebih 1500 tahun SM yang lalu disebut
kebudayaan neolitik. Kebudayaan masyarakat pada zaman purba tergolong kebudayaan
maritim. Kepercayaan yang dianut masyarakat antara lain animisme dan dinamisme.
Masyarakat dipimpin oleh oleh ketua adat. Namun demikian ketua adat dan para empu (pandai
besi dan dukun yang merupakan orang-orang pandai) tidak dipandang sebagai anggota
masyarakat lapisan tinggi, kecuali ketika mereka melaksanakan peranannya dalam upacara adat
atau upacara ritual, dll. Sebab itu, mereka tidak memiliki stratifikasi sosial yang tegas, tata
masyarakatnya bersifat egaliter. Adapun karakteristik lainnya yakni bahwa mereka hidup
bergotong-royong.

Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela
diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap adapt dan terhadap nilai-nilai religi (kepercayaan)
yang mereka yakini. Karena kebudayaan masyarakat masih bersahaja, pada zaman ini belum
ada lembaga pendidikan formal (sekolah).

2. Zaman Pemerintahan Kolonial Belanda.

Latar Belakang Sosial Budaya. Pada tahun 1596 bangsa Belanda telah datang ke negeri kita.
Tujuan kedatangan mereka adalah untuk berdagang. Pada tahun 1602 mereka mendirikan VOC.
Karena VOC merupakan badan perdagangan milik orang-orang Belanda yang beragama
Protestan, maka selain berupaya menguasai daerah untuk berdagang, juga untuk menyebarkan
agama Protestan. Kekuasaan VOC akhirnya diserahkan kepada Pemerintah Negeri Belanda,
karena itu sejak tahun 1800-1942 negeri kita menjadi jajahan Pemerintah Kolonial Belanda.
Karaketristik kondisi sosial budaya pada zaman ini antara lain: (1) berlangsungnya kolonialisme,
(2) dalam bidang ekonomi berlangsung monopoli perdagangan hasil pertanian yang dibutuhkan
dan laku di pasar dunia, (3) terdapat stratifikasi sosial berdasarkan ras atau suku bangsa dengan
urutan dari lapisan tertingi s.d. terbawah sebagai berikut: bangsa Belanda, golongan orang
Timur Asing, golongan Priyayi/Bangsawan Pribumi, dan golongan Rakyat Jelata Pribumi. Sejak
berkuasanya bangsa Belanda, bangsa kita ditindas dan diadu domba, kekuasaan para raja
dirampasnya, dan kekayaan alam Indonesia diangkutnya. Sesungguhnya bangsa Indonesia terus
berjuang melawan penjajahan ini, perlawanan dan pemberontakan dilakukan oleh berbagai
kelompok bangsa kita di berbagai daerah di tanah air. Penjajahan yang telah berlangsung lama
benar-benar telah mengungkung kemajuan bangsa Indonesia, dan mengakibatkan kemelaratan
serta kebodohan. Seiring perjuangan bangsa yang tak pernah padam, pada awal abad ke-20
muncul tekanan serta kecaman kaum humanis dan kaum sosial demokrat di Belanda atas
kekeliruan politik penjajahan pemerintah kolonial Belanda. Keadaan ini akhirnya memaksa
pemerintah kolonial Belanda untuk melaksanakan Politik Etis (1901).

B.  Kondisi Pendidikan Nasional Pada Masa Militerisme Jepang

Zaman penjajahan Jepang berlangsung pendek (7 Maret 1942 – 17 Agustus 1945). Karena
Indonesia dikuasai Jepang di masa perang, segala usaha Jepang ditujukan untuk perang. Murid-
murid disuruh bergotong-royong mengumpulkan batu, kerikil dan pasir untuk pertahanan.
Pekarangan sekolah ditanami dengan ubi dan sayur-mayur untuk bahan makanan. Murid
disuruh menanam pohon jarak untuk menambah minyak untuk kepentingan perang.

Yang terpenting bagi kita di zaman Jepang ialah dengan kerobohan kekuasaan Belanda diikuti
pula tumbangnya sistem pendidikan kolonial yang pincang. Karena pemerintahan militer Jepang
menginternir banyak orang Belanda, maka sekolah-sekolah untuk anak Belanda dan Indonesia
kalangan atas ikut lenyap. Tinggal susunan sekolah yang semata-mata untuk anak-anak
Indonesia saja. Sekolah rendah seperti Sekolah Desa 3 tahun, Sekolah Sambungan 2 tahun, ELS,
HIS, HCS yang masing-masing 7 tahun, Schakel School 5 tahun, dan MULO dihapus semua.

Yang ada hanya Sekolah Rakyat (Kokomin Gakko) yang memberikan pendidikan selama 6 tahun,
sekolah menengah yang dibuka ialah Cu Gakko (laki-laki) dan Zyu Gakko (perempuan) yang
lama pendidikannya selama 3 tahun. Selain sekolah menengah, banyak pula didirikan sekolah
kejuruan, yang terbanyak ialah sekolah guru. Jepang menganggap sekolah guru penting sekali,
karena sekolah itu yang akan menyiapkan tenaga dalam jumlah yang besar untuk
memompakan dan mempropagandakan semangat Jepang kepada anak didik.

Pendidikan Guru Indonesia Dalam Zaman Jepang


Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Bala Tentara Kerajaan Jepang pada 9 Maret
1942, dan Pemerintahan Militer Jepang berkuasa di Indonesia sampai 17 Agustus 1945. Jadi
Jepang berkuasa di Indonesia selama 3 tahun, 5 bulan (1311 8 hari. Dalam jangka waktu yang
pendek ini Tentara Ke-16 (The 16th Army) dari Tentara Kerajaan Jepang di bawah pimpinan
Létnan Jendral Hitoshi Imamura membentuk Pemerintahan Militer Jepang untuk seluruh
kawasan bekas Hindia Belanda, kecuali Nederlands-Nieuw-Guinea (Irian Barat). Di pulau ini ada
dua tempat yang sampai akhir Perang Dunia II tidak pernah diduduki J epang, yaitu Manokwari
dan Merauke.

Pemerintahan Militer Jepang memutuskan untuk .memulihkan kehidupan sehari hari secepat
mungkin, keputusan lni dilaksanakan antaxa lain dengan membuka .kembali herbagai
pelayanan umum, seperti hubungan kereta api antar-kota, pelayanan pos, telepon, dan
telegram, dan‘penyelenggaraan pendidikan. Ini dilakukan dengan membuka kembali sekolah-
sekolah yang ditutup pada waktu tentara Jepang mulai menduduki daerah  daerah Indonesia, 
Sekolah-sekolah Pemerintah dibuka secara otomatis, tanpa harus melalui prosedur-prosedur
birokrasi yang berliku-liku. Tetapi untuk sekolah-sekolah swasta diperlukan izin dari
Pemerintahan Militer Jepang. Ada perguruan swasta yang boleh dibuka kembali, tetapi ada pula
yang tidak boleh dibuka kembali.

Populasi Siswa Yang Heterogen. Karena dalam zaman Jepang hanya ada satu jenis sekolah guru)
sedangkan dalam zaman Hindia Belanda terdapat dua jenis pendidikan guru untuk orang
Indonesia yaitu CVO/ OVVO pada satu pihak dan MULO/HIK pada pihak yang lain-maka harus
dilakukan penggabungan terhadap para siswa pada waktu mereka mendaftarkan diri untuk
menjadi siswa Sekolah Guru Pemerintah zaman Jepang Ini. Penggabungan ini dilakukan dengan
ketentuan: berikut Mereka yang dahulu terdaftar pada berbagai jenis sekolah guru
–CVO/OVVO. Normaalschool, MULO/ HIK-harus digabungkan menjadi satu kelompok dan
mendapatkan pelajaran yang sama.

Dalih yang dipergunakan oleh Pemerintah Militer Jepang untuk memberikan justifikasi kepada
penutupan semua Sekolah Guru Swasta ialah bahwa Pemerintah Militer Jepang ingin
memberikan pendidikan yang sama kepada semua penduduk Indonesia.  Berdasarkan
kebijaksanaan ini pendirian sekolah swasta baru tidak diizinkan. Sekolah-sekolah swasta yang
sudah ada sebelum kedatangan Jepang hanya boleh dibuka kembali jika ada izin dari
Pemerintah Pendudukan Jepang. Perguruan Muhammadiyah dan Taman Siswa merupakan dua
perguruan swasta yang diizinkan Pemerintah Pendudukan Jepang untuk membuka kembali
sekolah-sekalah mereka.

Anda mungkin juga menyukai