Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Keterampilan berbicara sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.


Bidang pendidikan, misalnya, dalam bentuk keterampilan berbicara yang
melibatkan komunikasi antara guru dan siswa, baik yang sifatnya satu arah
maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, akan memiliki kemampuan yang baik pula
dalam berkomunikasi. Dengan keterampilannya, segala pesan yang
disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar
dengan siapa saja. Pembelajaran berbicara merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi dibandingkan dengan
keterampilan berbahasa lainnya. Pressley dan Stahl (dalam Junita, 2009:1)
mengatakan bahwa ketika keterampilan berbahasa ini tercapai maka anak sudah
memiliki modal yang kuat untuk mencapai perkembangan kognitif dan psikososial
yang optimal. Pembelajaran berbicara yang dilakukan khususnya ditingkat sekolah
dasar, yakni berbicara memberitahukan, melaporkan dan menginformasikan;
berbicara menghibur, dan berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan atau
menggerakkan. Ketiga kegiatan berbicara tersebut tentunya masih dalam
jangkauan dasar yang sifatnya sederhana. Terampil berbicara tidaklah semudah
yang dibayangkan. Kenyataan menunjukkan bahwa taraf kemampuan berbicara
siswa bervariasi mulai taraf yang baik atau lancar, sedang, gagap, atau kurang.
Ada siswa yang lancar menyatakan keinginan, rasa senang, sedih, sakit atau letih.
Ada juga siswa yang tidak dapat meyatakan pendapatnya mengenai sesuatu
walaupun dalam taraf yang sederhana. Tidak sedikit juga siswa yang masih takut-
takut berdiri dihadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang terlihat beberapa
siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa segalanya bila ia berhadapan dengan
sejumlah siswa lainnya. Terlebih lagi tingkat sekolah dasar yang merupakan
jenjang menantang bagi seorang guru dalam mengajarkan pembelajaran berbicara.
Siswa kelas II jenjang sekolah dasar masih ingin belajar dalam kondisi bermain-
main dan selalu mencari perhatian guru. Mengingat kondisi tersebut, guru harus
menanamkan keterampilan berbicara dalam suasana bermain dan menyenangkan,
sehingga siswa merasa bahwa belajar Bahasa Indonesia, khususnya berbicara tidak
sulit

Page 1
B. Rumusan masalah :

1. Apa pengertian Pembelajaran berbicara berbasis Karakter?

2. Metode apa yang digunakan dalam Pembelajaran berbicara berbasis karakter?

3. Apa model Pembelajaran Berbicara berbasis Karakter?

Page 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Bahasa berbasis Pengembangan Sikap,


Keterampilan, Pengetahuan dan Karakter

Untuk lebih mudah memahami pegertian pembelajaran berbicara berbasis


karakter sebelumnya kita ketahui terlebih dahulu pengertian sikap, keterampilan,
pengetahuan, pembelajaran, berbicara dan karakter.

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut (Azwar, 2002). Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi (Sudjiono, 2001). Menurut Azwar (2002), struktur sikap
terdiri atas 3 komponen, yaitu :
a) Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b) Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap, secara umum komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
c) Komponen konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku yang ada pada diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapi.

Interaksi antara ketiga komponen sikap yang telah tersebut di atas, adalah
selaras dan konsisten dikarenakan apabila dihadapkan dengan satu objek sikap
yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan arah sikap yang
seragam. Apabila salah satu diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten
dengan yang lain maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan
timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsisten itu
terjadi kembali.

Prinsip inilah yang banyak dimanfaatkan dalam manipulasi sikap yang


mengalihkan bentuk sikap tertentu menjadi bentuk yang lain yakni dengan
memberikan informasi berbeda, mengenai objek sikap yang dapat menimbulkan

Page 3
inkonsistensi diantara komponen-komponen sikap seseorang. Dalam hal ini
yang semula negatif berangsur-angsur menjadi netral dan kemudian sangat
mungkin menjadi positif (Azwar, 2002).

Dalam interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu


terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Diantaranya berbagai
faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan, dan
lembaga agama serta factor emosi dalam diri individu (Azwar, 2002).

2. Pengertian Keterampilan

Ketrampilan (skill) adalah kemampuan seseorang untuk bertindak setelah


menerima pengalaman belajar tertentu. Ketrampilan sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar
efektif yang menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu dengan makna yang
terkandung dalam aktivitas mental (Sudjiono, 2001).
Menurut Notoatmojo (2003), untuk terwujudnya tindakan dalam bentuk
ketrampilan diperlukan faktor pendukung yaitu :
a) Fasilitas
b) Sikap yang positif, dan
c) Dukungan (support) dari pihak lain.

Theron (1998), mengemukakan bahwa para bidan yang mempelajari kartu


antenatal dan partograf secara signifikan memiliki peningkatan bukan hanya
pada pengetahuan kognitif, tapi juga kemampuan mereka untuk
menginterpretasikan informasi klinik. Jika pengetahuan dan kemampuannya
diaplikasikan dalam praktek klinik, maka akan terjadi pengurangan kematian
maternal dan perinatal.

3. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, dan rasa.
Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan

Page 4
lebih langgeng daripada perilaku ynag tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan seorang remaja di peroleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagi media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, orang
tua, internet, media poster, teman dekat, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).

Pengetahuan merupakan proses kognitif dari seseorang atau individu untuk


memberi arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu akan
memberi arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang diterimanya meskipun
stimuli itu sama. Pengetahuan mempunyai aspek pokok untuk mengubah
perilaku seseorang yang disengaja (Nurhidayati, 2005).
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang tentang suatu hal melalui
proses pembelajaran baik disengaja ataupun tidak disengaja.

Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan mencakup domain kognitif yang mempunyai 6 arah atau tingkat


yaitu :

1. Tahu (Know). Mengingat suatu materi atau objek yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain : menyebutkan, menguikan, mendefinisikan, menyatakan.
2. Memahami (Comprehension). Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut.
3. Aplikasi (Aplication). Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi yang riil.
4. Analisis (Analysis). Suatu kemampuan menyebarkan materi ke dalm suatu
komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi yang ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang lama.
6. Evaluasi (Evaluation). Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek penelitian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pendidikan

Page 5
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan dirinya untuk memiliki karakter spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian kecerdaasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
dirinya, masyarakat dan Negara (Depkes, 2003).

Pengukuran pengetahan secara umum


1) Pertanyaan subyektif digunakan untuk penilaian yang melibatkan faktor
subyektif yang dinilai.
2) Pertanyaan obyektif digunakan untuk penilaian tanpa melibatkan faktor
subjektif dari penilai.

Berdasarkan kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya


pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena
lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan
penilainnya akan lebih cepat (Arikunto, 2002).

4. Pengertian Pembelajaran

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pembelajaran adalah


proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkaran belajar. Menurut Wikipedia, Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukkan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik.”sedangkan menurut Sudjana (2004:24), pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan
agar terjadi kegiatan edukatif antara peserta didik dan pendidik yang melakukan
kegiatan belajar[1]

5. Pengertian Berbicara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 114), berbicara adalah


suatu kegiatan berkata, bercakap-cakap, berbahasa, atau mengungkapkan suatu
pendapat secara lisan. Dengan berbicara manusia dapat menuangkan ide,
gagasan, perasaan kepada orang lain sehingga dapat menghasilkan suatu
interaksi di dalam sebuah komunitas di masyarakat.

Menurut Tarigan (1990 :15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan


bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dapat dikatakan bahwa

Page 6
berbicara merupakan suatu system tanda-tanda yang dapat didengar dan yang
kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia untuk
maksud dan tujuan gagasan atau ide yan dikombinasi.

Berbicara adalah kemampuan berbahasa yang sering digunakan


seseorang sebagai alat komunikasi sehari-hari. Dalam proses belajar-
mengajar, siswa dituntut mampu mengemukakan pendapat secara lisan.
Misalnya bertanya dalam kelas, atau berdiskusi memecahkan masalah yang
berhubungan dengan disiplin ilmu yang sedang dipelajarinya.

6. Pengertian Karakter

Menurut Doni Kusuma, karakter adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat
diri dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungannya.

Menurut Gulo. W, Karakter adalah keperibadian ditinjau dari titik tolak etis
atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan
sifat-sifat yang relatiif tetap.[2]

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, Karakter adalah sifat-sifat


kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Karakter adalah watak atau sifat, fitrah yang ada pada diri manusia yang
perlu kita bentuk, kita tumbuh kembangkan dan kita bangun. Pendidikan
karakter yang diberikan kepada siswa dapat membentuk prilaku positif,
interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi, percaya
diri, kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk kemampuan
akademik.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa pembelajaran


berbicara berbasis karakter adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru untuk melihat kesanggupan siswa dalam
menyampaikan gagasan-gagasan yang ada dalam pikirannya kepada orang lain
sekaligus penanaman nilai karakter kepada siswa agar terbentuk prilaku
positif, interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi,
percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk
kemampuan akademik.

Page 7
B. Metode Pembelajaran Berbicara Berbasis Karakter

Pembelajaran berbicara berbasis karakter perlu ditingkatkan, karena pada


kenyataannya masih banyak siswa yang sulit berbicara ketika didaulat beribicara
ke depan kelas dan sulit menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara.
Banyak yang masih malu-malu atau tersendat-sendat serta berkeringat dingin bila
disuruh berbicara ke depan kelas. Apabila keadaannya seperti di atas, maka guru
harus berupaya keras untuk memberikan kesempatan kepada siswa berbicara
secara bergiliran menggunakan tata bahasa yang sopan dalam setiap proses
pembelajaran. Agar siswa terampil berbicara, guru harus memandu siswa dan
mengetahui metode pembelajaran yang tepat. Jika metode dikaitkan dengan
pengalaman belajar, maka maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan
pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pembelajaran
pokok bahasan tertentu. Guru harus menciptakan berbagai pengalaman belajar
berbicara agar siswa dapat berlatih berbicara. Berbicara sebagai sebuah
keterampilan memerlukan banyak latihan.

Metode pembelajaran berbicara yang baik harus memenuhi berbagai kriteria.


Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan
pengalaman belajar. Kriteria yang harus dipenuhi oleh metode pembelajaran
berbicara, antara lain:

1. Relevan dengan tujuan,

2. Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran,

3. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses,

4. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang,

5. Merangsang siswa untuk belajar,

6. Mengembangkan penampilan siswa,

7. Mengembangkan keterampilan siswa dalam bebricara,

8. Tidak menuntut peralatan yang rumit,

9. Mudah dilaksanakan, dan

10. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.

Adapun syarat minimal yang harus dipenuhi guru berbicara adalah:

1. penguasaan materi,

2. cara mengajarkan berbicara,

Page 8
3. mempunyai pengalaman dengan berbagai ragam metode atau teknik
pembelajaran,

4. mahir berbicara.

Pembelajaran berbicara mempunyai sejumlah komponen yang pembahasanya


diarahkan pada segi metode pengajaran. Guru harus dapat mengajarkan
keterampilan berbicara dengan menarik dan bervariasi.

Berikut ini dipaparkan sejumlah metode berbicara, antara lain:

1. Memerikan

Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau


mendeskripsikan sesuatu. Siswa disuruh memperlihatkan sesuatu berupa benda
atau gambar, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan atau gambar secara
teliti. Kemudian siswa diminta memerikan sesuatu yang telah dilihatnya.

Guru : (memperlihatkan gambar seorang anak pergi ke sekolah bersama


temantemannya dalam beberapa menit).

Siswa : (setelah memperhatikan gambar tersebut, ia berbicara) serombongan


anak pergi ke sekolah. Mereka berpakaian bersih dan sopan. Seragam sekolah
mereka berwarna putih dan merah dipadu dengan ropi merah puti kotak-kotak.
Mereka tampak sehat dan ceria.....dst.

2. Menjawab Pertanyaan

Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicara
dengan menjawab pertanyaan mengenai dirinya, misalnya mengenai nama,
usia, tempat tinggal, pekerjaaan orang tua, dan sebagainya.

Guru : Apa pekerjaan orang tuamu? Siswa : Berjualan makanan. Guru :


Makanan apa? Siswa : Lauk pauk sebagi teman nasi ketika makan...dst.

3. Bertanya

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya merupakan salah satu


cara agar siswa berlatih berbicara. Melalui pertanyaan siswa dapat menyatakan
keingintahuannya terhadap sesuatu hal. Tingkat atau jenjang pertanyaan yang
diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan siswa. Melalui pertanyaan-

Page 9
pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan sesuatu yang
diinginkannya.

4. Melanjutkan Cerita

Dalam pembelajaran ini guru menyiapkan cerita yang belum selesai. Para siswa
disuruh melanjutkan cerita yang tidak selesai seorang demi seorang paling
banyak lima orang. Pada bagian akhir kegiatan memeriksa jalan cerita apakah
sistematis, logis, atau padu.

5. Menceritakan Kembali

Pembelajaran berbicara dengan teknik menceritakan kembali dilakukan


dengan cara siswa membaca bahan itu dengan seksama. Kemudian guru
meminta siswa menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri secara
singkat.

6. Percakapan

Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik


antardua orang atau lebih. Dalam percakapan ada dua kegiatan yaitu menyimak
dan berbicara silih berganti. Suasana dalam percakapan biasanya akrab,
spontan, dan wajar. Topik pembicaraan adalah hal yang diminati bersama.
Percakapan merupakan suasana pengembangan keterampilan berbicara.

7. Parafrase

Parafrase artinya beralih bentuk, misalnya memprosakan isi puisi menjadi


prosa. Dalam pararfase, guru menyiapkan sebuah puisi yang cocok bagi kelas
itu. Guru membacakan puisi itu dengan suara jelas, intonasi yang tepat dan
normal. Siswa menyimak pembacaan dan kemudian menceritakannya dengan
kata-kata sendiri.

8. Bertelepon

Menurut Tarigan (1987: 124) telepon sebagai alat komunikasi yang sudah
meluas sekali pemakaianya. Keterampilan menggunakan telepon bisnis,
menyampaikan berita atau pesan. Penggunaan telepon menuntut syarat-syarat

Page
10
tertentu antara lain: berbicara dengan bahasa yang jelas, singkat dan lugas.
Metode bertelepon dapat digunakan sebagai metode pengajaran berbicara.
Melalui metode bertelepon diharapkan siswa didik berbicara jelas, singkat dan
lugas. Siswa harus dapat menggunakan waktu seefisien mungkin.

9. Wawancara

Menurut Tarigan (1987: 126) wawancara atau interview sering digunakan


dalam kehidupan sehari-hari, misalnya wartawan mewawancarai para menteri,
pejabat atau tokoh-tokoh masyarakat mengenai isyu penting. Wawancara dapat
digunakan sebagai metode pengajaran berbicara, pada hakekatnya wawancara
adalah bentuk kelanjutan dari percakapan atau tanya jawab. Percakapan dan
tanya jawab sudah biasa digunakan sebagai metode pengajaran berbicara.

10. Diskusi

Diskusi sering digunakan sebagai kegiatan dalam kelas. Metode diskusi


sangat berguna bagi siswa dalam melatih dan mengembangkan keterampilan
berbicara dan siswa juga turut memikirkan masalah yang didiskusikan. Menurut
Kim Hoa Nio dalam Tarigan (1987: 128) diskusi ialah proses pelibatan dua atau
lebih individu yang berintraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan
yang sudah tentu melalui cara tukar menukar informasi untuk memecahkan
masalah.

Kelebihan berbicara :

a)Diskusi lebih banyak melatih siswa berpikir secara logis karena dalam diskusi
ada roses adu argumentasi

b)Argumentasi yang dikemukakan mendapat penilaian dari siswa yang lain,


sehingga hal ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam
memecahkan suatu masalah

c)Peserta yang pasif dapat dirangsang supaya alktif berbicara oleh moderator
atau peserta yang lain.

d)Umpan balik dapat diterima secara langsung sehingga dapat memperbaiki


cara berbicara si pembicara.

11. Metode Dramatisasi

Page
11
Metode ini adalah kelanjutan dari kegiatan bermain peran yang dilengkapi
dengan tema, seting, perwatakan, seting dan naskah drama yang ditampilkan
secara utuh. Kegiatan ini penuh dengan kegiatan berbicara sesuai
dengantuntunan naskah yang runtut.

C. Sikap Mental dalam Berbicara

Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai macam


pengetahuan dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya adalah sikap
mental. Sikap mental yang harus dibina oleh seorang pembicara pada saat
berbicara dijelaskan berikut ini.

1. Rasa Komunikasi Dalam berbicara harus terdapat keakraban antara pembicara


dan pendengar. Jika rasa keakraban itu tumbuh. Dapat dipastikan tidak akan
terjadi proses komunikasi yang timpang. Pembicara yang baik akan berusaha
untuk menumbuhkan suasana komunikasi yang erat, seperti dalam
pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan dari pendengar adalah
komunikasi yang aktif.

2. Rasa Percaya Diri Seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang
tinggi. Rasa percaya ini akan menghilangkan keraguan, sehingga pembicara
akan merasa yakin dengan apa yang disampaikannya.

3. Rasa Kepemimpinan Aminudin (1983: 12) mengemukakan bahwa rasa


kepemimpinan yang berhubungan dengan kegiatan berbicara adalah rasa
percaya diri dari pembicara bahwa dirinya mampu mengatur, menguasai, dan
menjalin suasana akrab dengan pendengarnya, serta mampu menyampaikan
gagasan-gagasannya dengan baik. Pembicara yang memiliki kemampuan dan
mental pemimpin akan mampu mengatur dan mengarahkan pendengar agar
berkonsentrasi terhadap pokok pembicaraan yang sedang dibahas.

D. Model pembelajaran berbicara berbasis karakter

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi belajar mengajar yang


menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri atas dua orang atau lebih.

Page
12
Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu
sistem kerja sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Cooperative learning ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar


bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan juga bisa juga dari pihak
lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.

Jadi, keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh
kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik jika dilakukan
secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.

Beberapa karakteristik pendekatan Cooperative Learning, antara lain:

a) individual accountability, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok


mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh kelompok sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan
oleh tanggung jawab setiap anggota;

b) social skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial, dan mendidik
siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi
kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar
memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab,
menghormati hak orang lain, dan membentuk kesadaran sosial;

c) positive interdependence adalah sifat yang menunjukkan saling


ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif.
Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota
kelompok karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki kontribusi.
Jadi, siswa berkolaborasi bukan berkompetisi;

d) group processing, proses jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok


secara bersama-sama. Perancangan dan pelaksanaan model pembelajaran
Cooperative Learning didasari oleh pemikiran filosofis “Greeting Better
Together”, yang berarti untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam
belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Untuk menciptakan
“kebersamaan” dalam belajar, guru harus merancang program
pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan siswa
sehingga mampu mengondisikan dan memformulasikan kegiatan belajar siswa
dalam interaksi yang aktif interaktif dalam suasana kebersamaan bukan saja di
dalam kelas melainkan juga di luar lingkungan sekolah.

Page
13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan


sumber belajar pada suatu lingkaran belajar.

Berbicara adalah kemampuan berbahasa yang sering digunakan seseorang


sebagai alat komunikasi sehari-hari. Dalam proses belajar-mengajar, siswa
dituntut mampu mengemukakan pendapat secara lisan. Misalnya bertanya
dalam kelas, atau berdiskusi memecahkan masalah yang berhubungan dengan
disiplin ilmu yang sedang dipelajarinya.

Pembelajaran berbicara berbasis karakter adalah suatu kegiatan


pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk melihat kesanggupan siswa
dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang ada dalam pikirannya kepada orang
lain sekaligus penanaman nilai karakter kepada siswa agar terbentuk prilaku
positif, interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi,
percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk
kemampuan akademik.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran berbicara berbasis karakter


adalah wawancara, diskusi, memerikan, menjawab pertanyaan dan lain lain.

B. Saran
Sebagai calon pendidik, hendaknya kita harus memahami pengajaran
keterampilan berbahasa berbasis karakter termasuk di dalamnya yaitu sikap dan
mental dalam berbicara, berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, model
dan metode pembelajaran yang digunakan

Page
14
DAFTAR PUSTAKA

Made Pidarta,1997. Landasan kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan


Bercorak indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah

Page
15

Anda mungkin juga menyukai