Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI
A. KETERAMPILAN MEMBACA
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang dipelajari pada usia sekolah.
Membaca merupakan satu dari empat keterampilan bahasa pokok, serta merupakan
komunikasi tulis. Abidin (2012) menyatakan, membaca merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang ada pada sebuah bahan bacaan. Dengan
membaca akan mendapatkan pemahaman atas isi bacaan. Saddhono dan Slamet (2014)
menjelaskan membaca merupakan suatu kegiatan untuk memahami sebuah isi baik yang
tersurat maupun yang tersirat dalam suatu bacaan.
Membaca merupakan suatu aktivitas yang kompleks karena mengikutsertakan
kemampuan mengingat symbol grafis yang terdapat pada kata dan kalimat yang
didalamnya terselip sebuah makna. Oleh karena itu, keterampilan membaca perlu
dilandasi dengan kemampuan kognitif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesulitan
membaca dapat disebabkan karena ketidakmapuan dalam operasi kognitif. Di samping itu,
membaca juga membutuhkan pemusatan perhatian seseorang ketika membaca.
Kemampuan membaca juga berkaitan dengan kemampuan dalam proses sensomotor.
Kemampuan membaca menulis permulaan bertujuan untuk membantu anak
mengomunikasikan ide serta perasaan kepada orang lain (Christianti, 2013).
Membaca memiliki banyak manfaatnya dengan membaca seseorang akan
mendapatkan pengetahuan yang luas, dengan lancar membaca akan berpengaruh terhadap
pembelajaran yang lainnya. Apabila anak kesulitan membaca akan menghambat
penguasaan ilmunya. Hal itu karena keterampilan tersebut merupakan dasar pelajaran bagi
kelas, Selain itu, membaca juga memiliki banyak manfaat lainnya seperti pendapat
Saddhono dan Slamet (2014) menyatakan bahwa manfaat membaca yaitu mendapatkan
pengalaman yang berguna bagi kehidupann; memperoleh pengetahuan dan informasi;
mengetahui banyak peristiwa tentang peradaban dan kebudayaan suatu bangsa;
mengetahui perkembangan iptek; memperluas cara pandang dan pola pikir; mengantarkan
pembaca menjadi seseorang yang cerdik serta pandai; menambah pembendaharaan
kosakata, ungkapan, istilah, sehingga dapat digunakan untuk menunjang keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis; menjadikan potensialitas seseorang lebih
tinggi, dan eksistensi menjadi lebih mantap.
Banyak sebab yang menjadikan siswa kurang lancar membaca, sebab tersebut dapat
berasal yaitu faktor intern (dalam) dan faktor ekstern (luar). Faktor intern yang dimaksud
yaitu semua faktor yang berasal seseorang (siswa) itu sendiri, sedangkan yang dimaksud
faktor ekstern yaitu faktor yang asalnya dari luar atau selain dari diri siswa. Faktor ekstern
ini dapat berupa situasi dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung terutama dalam
aktivitas belajar siswa. Hal itu hampir sama dengan pendapat Slamet (2008) yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar ada dua faktor yaitu internal dan
eksternal. Faktor internal dapat berupa kemungkinan adanya disfungsi neurologis.
Sedangkan faktor eksternal merupakan penyebab utama problem anak. Faktor eksternal
yang dimaksud adalah strategi belajar yang salah, pengelolaan kegiatan belajar yang
belum meningkatkan motivasi belajar anak. Menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim
2011) faktor yang dapat berpengaruh pada keterampilan membaca permulaan yaitu faktor
fisiologis, faktor intelektual, faktor lingkungan, dan faktor psikologis. Yang termasuk
dalam faktor fisiologis yaitu kesehatan yang berhubungan dengan fisik, pertimbangan
neurologis, dan jenis kelamin. Gangguan intelegensi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman esensial tentang situasi yang diberikan dan
dapat merespon secara tepat. Faktor lingkungan yaitu latar belakang dan pengalaman anak
serta faktor sosial ekonomi. Faktor psikologis meliputi minat, motivasi, kematangan sosio
dan emosi anak.
B. KETERAMPILAN BERTANYA
Bertanya atau mengajukan pertanyaanmerupakan salah satu fungsi pokok bahasaselain
fungsi lain seperti menyatakan pendapat,perasaan, mengajukan alasan,
mempertegaspendapat dan sebagainya. Bertanya merupakanucapan verbal yang meminta
respon ataujawaban dari seseorang (guru atau antar siswa),(Asril, 2010:81). Banyak siswa
mengalamikesulitan untuk bertanya. Banyak siswa lebihsenang menunggu untuk
menjawab pertanyaan daripada mempertanyakan sesuatu.Suatu ungkapan yang
menyatakan bahwa it is better to ask some question than to know all the answers (Thurber)
menunjukkanbetapa pentingnya orang bertanya. Kita jugamengenal pepatah yang
mengatakan malubertanya sesat dijalan. Dengan demikianketerampilan bertanya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkankualitas proses dan
hasil pembelajaran, yang
sekaligus merupakan bagian dari keberhasilandalam pengelolaan instruksional dan
pengelolaankelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan
proses berpikir dikalangan siswa dan sekaligus dapatmemperbaiki dan meningkatkan
proses belajar dikalangan siswa.Pentingnya bertanya (Gulo, 2004: 102) dalam kegiatan
belajar mengajar dapat kita pahami dengan memperhatikan perannya yakni,melengkapi
dan mengubah kemampuan berceramah, meningkatkan kadar CBSA, sikap inkuiri bertitik
tolak pada bertanya, dan mengubah persepsi yang keliru terhadap bertanya. Dalam
peranan yang demikian itu, kegiatan bertanya berfungsi untukmengembangkan minat dan
keingintahuan,
memusatkan perhatian pada pokok masalah,mendiagnosis kesulitan belajar, meningkatkan
kadar CBSA, kemampuan memahami informasi dan mengemukakan pendapat, mengukur
hasil belajar, dan mengembangkan SCL (Student CenterLearning). Untuk
mengembangkan pertanyaan yang efektif sesuai dengan fungsi tersebut, beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:
 Kehangatan dan antusias. Bertanya dan menjawab dilakukan dalam situasi yang
cukup hangat dan antusias.
 Beberapa kebiasaan yang perlu dihindari dalam mengajukan pertanyaan adalah
mengulang pertanyaan, mengulang jawaban siswa, menjawab pertanyaan sendiri,
memancing jawaban serentak, pertanyaanganda, dan menentukan siswa tertentu

Sardinian dalam bukunya “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar” mengatakan bahwa
pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri yakni kalimatnya singkat dan jelas, tujuannya
jelas,setiap pertanyaan hanya satu masalah, pertanyaan dapat membuat siswa berfikir kritis,
jawaban yang diharapkan bukan sekedar ya atau tidak, bahasa dalam pertanyaan dikenal baik
oleh siswa yang lain, dan tidak menimbulkan tafsiran ganda.taksonomi bertanya dapat
dikategorikan yakni mengingat/menghafal, menterjemahkan, interpretasi, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Senada dengan Parera, Sanders (dalam Rusman: 248) menggunakan
taksonomi Bloom tentang tujuan Pendidikan mengembangkan taksonomi pertanyaan menjadi
pertanyaan ingatan, translasi, interpretasi, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Sementara
menurut Gulo (2004: 104), bertanya sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu:

 Bertanya dasar, bertanya untuk mengembangkan kemampuan berfikir dasar.


Dihubunkan dengan taksonomi Bloom,kemampuan dasar ini terdiri atas pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension) dan aplikasi.
 Bertanya lanjut, bertanya untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif-
inovatif. Kemampuan ini meliputi analisis, sintesis dan evaluasi. Dengan kategori
taksonomi bertanya tersebut kita dapat dengan mudah menggolongkan kategori atau
kriteria pertanyaan yang dapat diajukan oleh siswa atau guru dalam proses
pembelajaran
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan bertanya siswa. Faktor tersebut
terdiri atas faktor dari dalam diri siswa dan factor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam
diri siswa meliputi minat siswa dalam bertanya, adanya perasaan tidak/ kurang berani
dalam bertanya,motif keingintahuan siswa. Sedangkan faktor dari luar diri siswa meliputi
faktor guru (motivasi dariguru), dan faktor lingkungan, seperti suasana
belajar Menurut zaini dkk (2008: xiv)” strategi pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif. Ketika peserta didik untuk
belajar secara aktif,berarti mereka yang mendominasi aktifitaspembelajaran. Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi
pembelajaran,memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang buru mereka pelajari
kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini,
peserta didik diajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, yang tidak hanya mental
akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan
suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Pratiwi, C. P. (2020). Analisis keterampilan membaca permulaan siswa Sekolah Dasar:


studi kasus pada siswa kelas 2 sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Edutama, 7(1), 1-8.
Astuti, M. S. (2015). Peningkatan keterampilan bertanya dan hasil belajar siswa kelas 2
SDN Slungkep 03 menggunakan model Discovery Learning. Scholaria: Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(1), 10-23.

Anda mungkin juga menyukai