Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

PENDIDIKAN ORANG DEWASA

DISUSUN OLEH :

UMRAH

05.01.20.2047

2A / PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

PROGRAM STUDI D-IV PENYULUHAN PERTANIAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
2022
Faktor-faktor yang mempengaruhi orang dewasa belajar!

Jawaban :

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa terdiri dari


faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi: faktor psikis dan
fisik. Faktor-faktor eksternal meliputi: sarana dan prasarana serta lingkungan
sosial dan psikologis. Faktor psikis terdiri dari faktor: kebebasan, tanggung jawab,
pengambilan keputusan sendiri, pengarahan diri, daya ingat, dan motivasi. Faktor
fisik terdiri dari faktor: penglihatan dan pendengaran, artikulasi, serta ketahanan
tubuh dan penyakit.

A. Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang


Dewasa
a. Faktor Psikis
Berdasarkan pendapat Pannen dan Sadjati (2005: 9-15) ada
beberapa faktor psikis yang mempengaruhi belajar mahasiswa sebagai
orang dewasa seperti berikut ini.
1. Faktor Kebebasan
Karakteristik kedewasaan adalah kebebasan atau tidak tergantung
kepada orang lain. Dalam proses belajar, orang dewasa cenderung
berkeinginan untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya serta
membandingkan dan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman-
pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu
pembelajaran bagi orang dewasa lebih bersifat demokratis. Mahasiswa sebagai
orang dewasa juga dapat menilai kebenaran informasi yang mereka terima dari
dosen. Dengan menggunakan kebebasan, mahasiswa dapat mengaplikasikan
sesuatu untuk memecahkan masalah, bukan sekedar pengetahuan dan teori-
teori. Dengan demikian mereka memerlukan contoh dan non contoh aplikasi
pengetahuan dan teori dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar mahasiswa
perlu disesuaikan dengan faktor kebebasan yang dimiliki orang dewasa,
misalnya dengan membebaskan mahasiswa memilih
tugas yang ingin dikerjakan, meminta mahasiswa untuk menulis opini paper
sebagai pemecah masalah atas suatu kasus.
2. Faktor Tanggung Jawab
Orang dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat
berdiri sendiri. Dalam hal kedewasaan, mahasiswa dan dosennya sebenarnya
sama dan sejajar. Perbedaannya bahwa dosen sudah memiliki
pengetahuan/keterampilan tertentu yang belum dimiliki mahasiswa. Karena
kesejajaran tersebut mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai
seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Mereka senang
dianggap sebagai sahabat yang mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan dosen sebagai tempat bertanya jika mereka mengalami masalah
dalam melakukan kegiatannya. Dengan demikian, belajar bagi mahasiswa
adalah proses saling bertukar pendapat, bukan menunggu perintah/petunjuk.
Kegiatan diskusi, tanya jawab, tugas mandiri (penelitian kecil, review
literatur), dan ketentuan waktu yang jelas (deadlines) merupakan cara yang
dapat membantu membina rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap proses
belajar.
3. Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri
Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem
nilai dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh
orang lain. Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak
baik untuk diri mereka. Dikaitkan dengan proses belajar, mahasiswa tidak
dapat dipaksa untuk menerima kebenaran- kebenaran dari luar. Mahasiswa
menentukan arah belajar yang didapatnya, menghubungkan dengan kebutuhan
dirinya dan pengalamannya, dan menilai baik-buruknya. Maka dalam
penyajian bahan pelajaran kepada orang dewasa hendaklah dosen lebih
mengutamakan pemberian informasi relevan dan netral. Peran dosen dalam
hal ini sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa dalam
mengambil keputusan dan menyeleksi informasi yang diterima,
terutama dalam hal-hal baru.
4. Faktor Pengarahan Diri Sendiri
Salah satu karakteristik orang dewasa adalah mampu mengarahkan diri
sendiri, dan mereka mempunyai pandangan sendiri (way of life). Ini berarti
dalam proses belajar-mengajar, mahasiswa mampu untuk berinisiatif dan
berkreasi sendiri sesuai dengan pandangan yang dimilikinya. Walaupun
mereka mampu mengarahkan diri sendiri, bukan berarti mereka tidak
memerlukan orang lain. Interaksi antara mahasiswa dengan dosen dan
mahasiswa dengan mahasiswa dalam proses belajar adalah cukup tinggi,
bahkan mungkin lebih tinggi dari interaksi dalam proses belajar anak-anak.
Dengan mengenal mahasiswa secara mendalam, dosen dapat memberi
kesempatan pada mahasiswanya untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain.
Dengan demikian pengalaman pendidikan/kerja mereka, usia mereka,
keinginan- keinginan mereka, dosen dapat mengarahkan proses belajar
mahasiswa. Melalui cara ini dosen kemudian dapat menyesuaikan program
dan memilih metode yang tepat untuk mereka, misalnya metode diskusi
kelompok, simulasi, atau studi kasus akan dapat mengakomodasi tingkat
interaksi antar mahasiswa dan faktor pengarahan diri dalam kelompok.
5. Faktor Daya Ingat
Daya ingat orang dewasa juga mempengaruhi proses belajar, terutama
dalam hal menangkap/menerima pelajaran baru, mengingat pengalaman dan
pengetahuan yang sudah pernah didapat, menghadirkan kembali yang lama
dan menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat seseorang menurun juga
jika usianya semakin lanjut. Oleh sebab itu, dosen yang baik tidak akan
mengharuskan mahasiswa untuk menghafal bahan pelajaran yang bertumpuk-
tumpuk. Yang diperlukan oleh mahasiswa adalah pengertian dan pemahaman
terhadap materi yang dipelajarinya, bukan cuma sekedar menghafal saja.
6. Faktor Motivasi
Kondisi motivasi orang dewasa untuk mengikuti pembelajaran berbeda-
beda. Menurut Houle (Pannen dan Sadjati, 2005: 14-15), motivasi belajar
orang dewasa dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu mereka yang
mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana
untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya promosi atau naik pangkat,
dan lain-lain.
2. Berorientasi pada kegiatan social (social oriented), yaitu mereka yang
mementingkan interaksi antar sesama mahasiswa dan proses belajar
sebagai tujuan belajar.
3. Berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri (learning oriented)
karena mereka senang belajar.
Dengan mengetahui motivasi belajar mahasiswa, dosen dapat mengarahkan proses
pembelajaran dengan tepat untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan
belajarnya.

 Menurut Rosita (2011: 5-6) ada beberapa faktor psikis yang


mempengaruhi proses pembelajaran orang dewasa seperti berikut ini.
1. Harapan masa depan
Adanya harapan di masa depan dapat mempengaruhi semangat belajar.
Semangat belajar akan muncul apabila materi yang dipelajari berkaitan dengan
pengembangan karier di masa depan.
2. Daya ingat
Daya ingat untuk orang yang sudah beranjak dewasa akan semakin
berkurang. Orang dewasa lebih mudah memahami sesuatu, tetapi mudah
melupakan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran
diperlukan pembuatan ringkasan dan pengulangan materi sangat membantu
untuk mengingat materi pembelajaran.

b. Faktor Fisik

Menurut Rosita (2011: 4-5) ada beberapa faktor fisik yang mempengaruhi proses
belajar pada orang dewasa seperti berikut ini.

1. Faktor penglihatan dan pendengaran


Seiring dengan bertambahnya usia, ketajaman penglihatan dan
pendengaran mulai berkurang. Oleh karena itu sebaiknya mahasiswa peserta
pembelajaran tidak terlalu banyak. Jumlah mahasiswa diusahakan antara 15-
25 orang, sehingga memungkinkan penataan kursi lebih dekat dengan sumber
belajar. Media pembelajaran ditempatkan sedemikian rupa sehingga semua
mahasiswa dapat melihat dan mendengarnya dengan jelas.
2. Faktor artikulasi
Bertambahnya usia juga memungkinkan struktur alat ucap dan sudah
mengalami perubahan, seperti gigi tanggal, perubahan orang pita suara, bibir
menurun dan sebagainya yang mempengaruhi pelafalan seseorang. Pelafalan
ini tentu saja mempengaruhi makna bahasa. Dosen sebaiknya dapat
memahami hal ini dan mengupayakan pelafalan dengan tepat.
3. Faktor ketahanan tubuh dan penyakit
Selain faktor-faktor fisik di atas, fungsi organ pun mulai berkurang,
bahkan muncul beberapa penyakit. Hal ini tentu saja mengurangi ketahanan
fisik maupun psikis. Dengan demikian, hal yang perlu dipertimbangkan adalah
untuk tidak menjadwalkan proses belajar sampai larut malam, latihan fisik
yang berlebihan dan pengaturan menu makan yang bergizi.
2. Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang
Dewasa

a. Sarana dan prasarana

Menurut Pannen dan Sadjati (2005: 13) mahasiswa sebagai orang dewasa
membutuhkan situasi belajar yang lebih bebas. Untuk itu semua tempat dan
perlengkapan perlu diatur agar yaitu Memberikan kenyamanan, Menyenangkan,
Bersifat santai tidak formal bentuk tata kelas klasikal kurang tepat dibandingkan
dengan tata kelas bentuk huruf, Pengaturan udara di ruangan yang baik,
Penempatan alat dan media pembelajaran yang tepat. Kondisi ruangan dan
peralatan juga harus diikuti dengan jumlah mahasiswa yang memberikan
kenyamanan dalam belajar. Jumlah yang ideal adalah antara 15-25 orang, karena
memungkinkan untuk dialog dan diskusi antara dosen dengan semua mahasiswa.
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan praktis, jumlah kelas yang tidak terlalu
besar memungkinkan setiap mahasiswa mendapat kesempatan untuk menjalankan
praktik dengan baik.

Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur yang dapat


mempengaruhi orang dewasa merasa terbiasa, aman, nyaman, dan mudah untuk
belajar. Sujarwo (2007: 5) menjelaskan penataan fisik seperti ruangan yang
nyaman, udara yang segar, cahaya yang cukup, dan sebagainya. Termasuk juga
kemudahan memperoleh sumber-sumber belajar yang baik bersifat materi seperti
buku maupun yang bukan bersifat materi seperti bertemu dengan dosen. Rhohmad
dan Evi (2014) menambahkan bahwa pengaturan lingkungan fisik untuk
pembelajaran orang perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.

1. Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang


dewasa;
2. Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya
disesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa;
3. Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya
hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial.

b. Lingkungan Sosial dan Psikologi


Pannen dan Sadjati (2005: 12-13) menegaskan bahwa lingkungan
psikologis pembelajaran orang dewasa sesuai dengan asas humanistik. Dosen
hendaknya menerima mahasiswa sebagai orang dewasa yang mempunyai
kebebasan berekspresi dan berkreasi dan dihargai sebagai sahabat. Yang
penting dosen adalah dosen dan mahasiswa dapat menumbuhkan rasa saling
membutuhkan, bukan saling menggurui. Sujarwo (2007: 5) menambahkan
bahwa dosen diharapkan dapat menciptakan iklim psikologis yang bersifat
hubungan manusiawi seperti terciptanya suasana dan rasa aman, saling
menghargai, saling bekerja sama. Selain itu diperlukan penataan sistem
organisasional yang dapat menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi
mahasiswa melalui kebijakan pengembangan SDM, penerapan filosofi
manajemen, penataan struktur organisasi, kebijakan finansial, dan insentif.

Anda mungkin juga menyukai