Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada setiap
tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa maupun usia lanjut.
Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti dan memahami sesuatu serta
mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan dalam
rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak
kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada
sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana mereka akan
berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia sekolah agar dapat memberikan
tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.

B.       Rumusan Masalah
1. Apa yang  dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan individu?
2. Apa ciri-ciri khas peserta didik  usia sekolah?
3. Bagaimana kriteria anak matang sekolah?
4. Apa tugas perkembangan pada masa anak sekolah?
5. Apa implikasi tugas perkembangan pada pendidikan?

C.      Tujuan
1. Memahami pertumbuhan dan perkembangan individu.
2. Memahami ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah.
3. Memahami kriteria anak matang sekolah.
4. Memahami tugas perkembangan pada masa anak sekolah.
5. Memahami implikasi tugas perkembangan pada pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
1.         Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu.
[1]
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan
tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
[2] Hereditas merupakan totalitas karakteristik individu yang  diwariskan orangtua kepada anak, atau
segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai
pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen. [3]
Pertumbuhan juga diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan
ukuran fisik yang bersifat kuantitatif, seperti ukuran berat dan tinggi badan, ukuran dimensi sel
tubuh, dan umur tulang.
2.         Perkembangan
Menurut Nagel dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan merupakan
pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu,
oleh karna itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan
mengakibatkan perubahan fungsi.[4]
Menurut Schneirla dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan adalah
perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem
fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan progresif meliputi:
a.        Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan
seterusnya sampai dewasa.
b.        Filogenetik, yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai sekarang ini. [5]
Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-
organ jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani tersebut, sehingga penekanan arti perkembangan
terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanisfestasi pada kemampuan organ
fisiologis.
Perkembangan juga diberi makna dan digunakan untuk menyatakan terjadinya perubahan-
perubahan aspek psikologis dan aspek social. [6]
3.         Aspek-aspek Perkembangan
a.      Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang
pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai
kemampuan akademik.
Menurut seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan
dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan
berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam
menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual),
serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan
sebagainya).[7]
Bagi anak kegiatan fisik diperlukan untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan kestabilan
gerak serta melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan. Kebutuhan untuk
selalu bergerak perlu bagi anak karena energy yang terumpuk pada anak perlu penyaluran. Di
samping itu kegiatan jasmani diperlukan untuk lebih menyempurnakan berbagai keterampilan
menuju keseimbangan tubuh,seperti  bagaimana menendang bola dengan tepat sasaran,
mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting bagi anak.
b.      Perkembangan Intelektual
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang
dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir
anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir
(usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan
kognitif anak, diantaranya:[8]
1)      Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan dengar
secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara
aktif  berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas
tentang dunia yang mereka hadapi.
2)      Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang
terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan
menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
3)      Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan
yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi
ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan
lingkungannya.
4)      Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih
komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang berkembang dari satu
tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan
seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
c.       Perkembangan bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da menginterpretasikan komunikasi
lisan dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata
dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan
satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya
untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu.
Area utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa
untuk komunikasi.
         Perkembangan bicara[9]
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar
bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak menggunakan
kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-mata sebagai bentuk latihan verbal.
         Minat membaca[10]
Sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang ceritera-ceritera khayal
seperti misalnya karya Anderson dan Grimm. Sedangkan, pada usia 10-12 tahun perhatian membaca
mencapai puncaknya. Materi bacaan semakin luas. Dari kegiatan membaca inilah anak memperkaya
perbendaharaan kata dan tata bahasa sebagai bekal untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang
lain.
B.       Masa Perkembangan Usia Sekolah
Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas perkembangan manusia mengikuti pola
umum, meskipun terdapat perbedaan yang menyangkut irama dan tempo perkembangan. Secara
umum tahapan perkembangan manusia akan melalui beberapa tahap, salah satunya pada usia
sekolah.
1.      Ciri-ciri khas anak usia sekolah dasar[11]
a) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b) Suka memuji diri sendiri
c) Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap tidak
penting
d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya
e) Suka meremehkan orang lain
f) Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
g) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
h) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusu
i) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah
j) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka
membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
2.         Kematangan sekolah
Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu
dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi,
kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan
ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa
tertentu. Kematangan merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian
struktur pada diri individu seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-
kelenjar yang disebut kematangan biologis. Kematangan pada aspek meliputi keadaan berfikir, rasa,
kemauan, dan lain-lain.[12]
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah. Usia
anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7 tahun. Kriteria / kategori kematangan sekolah
adalah :
a) Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak seperti matematika dan
angka-angka.[19]
b) Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.
c) Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir rambut sendiri, mengikat tali
sepatu serta menyisir rambut dengan benar.
d) Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan mendengarkan pelajaran
daripada masa sebelumnya, walaupun mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik [13]
3.         Tugas perkembangan
Pada masa ini anak sudah semakin luas lingkungan pergaulannya. Anak sudah banyak
bergaul dengan orang-orang di luar rumah. Masyarakat mengharapkan agar anak menguasai dan
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya agar diterima dengan baik oleh lingkungannya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa anak sekolah adalah [14]
a) Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
b) Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri
c) Belajar bergaul dengan teman sebaya
d) Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita
e) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
g) Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai
h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok social dan lembaga
i) Mencapai kebebasan pribadi
Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan ditentukan oleh lingkungan
keluarga, orang tua, orang-orang terdekat dalam keluarga dan guru di sekolah.
Tugas-tugas perkembangan yang dipaparkan diatas, merupakan gambaran perwujudan
kematangan biologis dan psikologis individu, ekspektasi masyarakat dan tuntutan budaya dan agama.
Penuntasan tugas-tugas perkembangan tersebut tidak selalu berjalan dengan mulus. Untuk mencapai
tugas-tugas perkembangan tersebut, beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu:
[15]
a.       Menciptakan iklim religious yang dapat memfasilitasi perkembangan kesadaran beragama, akhlak
mulia, etika atau karakter peserta didik. Pihak sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana
peribadatan, memberikan contoh atau suri tauladan dalam melaksanakan ibadah, dan berakhlak
mulia, seperti menyangkut aspek kedisiplinan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kejujuran, dan
tanggung jawab.
b.      Membangun suasana sosio-emosional yang kondusif bagi perkembangan keterampilan social dan
kematangan emosi peserta didik, seperti memelihara hubungan yang harmonis antara kepala sekolah
dengan guru-guru, guru dengan guru, siswa dengan siswa. Guru bersikap ramah dan respek terhadap
peserta didik, begitupun peserta didik kepada guru.
c.       Membangun iklim intelektual yang memfasilitasi perkembangan berpikir, nalar, dan kemampuan
mengambil keputusan yang baik. Penciptaan ilkim intelektual ini bias berlangsung dalam proses
pembelajaran di kelas (seperti guru menerapkan metode pembelajaran yang variatif; menjelaskan
materi pelajaran dengan menggunakan multimedia atau memanfaatkan laboratorium secara efektif;
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan mengemukakan pendapat atau gagasan);
dan kegiatan kelompok-kelompok belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
d.      Mengoptimalkan program bimbingan dan konselling untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar/ akademik, maupun karier (sekolah lanjutan
atau dunia kerja).
4.         Implikasi tugas perkembangan pada pendidikan
Pada masa ini anak mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih
terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami. Meskipun sudah
mampu berpikir logis, tetapi cara berpikir mereka masih berorientasi pada kekinian. Baru pada masa
remajalah anak dapat benar-benar berpikir abstrak, membuktikan hipotesisnya dan melihat berbagai
kemungkinan dimana anak sudah mencapai tahapan berpikir operasi formal. Anak telah mampu
menggunakan simbol-simbol untuk melakukan suatu kegiatan mental, mulailah digunakan logika.
Pada masa ini umumnya egosentrisme mulai berkurang. Anak mulai memperhatikan dan
menerima pandangan orang lain. Berkurang rasa egonya dan mulai bersikap social. Materi
pembicaraan mulai lebih ditunjukkan kepada lingkungan social, tidak pada dirinya saja. Mampu
mengelompokkan benda-benda yang sama ke dalam dua atau lebih kelompok yang berbeda. Anak
mampu mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan mampu menyusunnya dalam suatu
seri berdasarkan suatu dimensi.
Mulai timbul pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar. Anak dapat berpikir dari
banyak arah atau dimensi pada satu objek. Mengalami kemajuan dalam pengembangan konsep.
Pengalaman langsung sangat membantu dalam berpikir. Oleh sebab itu, guru perlu mengamati dan
mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berpikir.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik yang bersifat kuantitatif. Perkembangan adalah
perubahan psikologi yang bersifat kualitatif.
Aspek-aspek perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif,
perkembangan bahasa, perkembangan moral, perkembangan emosi dan perkembangan sosial
1. Ciri-ciri khas anak usia sekolah, yaitu
         Emosi masih labil
         Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
         Suka membandingkan dirinya dengan orang lain
         Menganggap sesuatu tidak penting
2.      Kematangan sekolah
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah.
Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
         Anak dapat menangkap masalah
         Anak dapat menggambar dengan rapi
         Anak sudah dapat melakukan kegiatan sehari-hari
3.      Tugas perkembangan meliputi,
         Adanya kematangan fisik tertentu pada periode perkembangan tertentu
         Adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang mengalami perkembangan itu sendiri,
         Adanya tuntutan kultural dari masyarakat sekitar
4.      Implikasi tugas perkembangan pada pendidikan
Anak mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-
hal yang sifatnya konkret. Mulai timbul pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar. Anak
dapat berpikir dari banyak arah atau dimensi pada satu objek. Sehingga guru perlu mengamati dan
mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berpikir.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya


Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press
Purwanti, Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Press
Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Yusuf , Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta

[1] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta,


2008), hlm.35
[2] Ibid, hlm.35
[3] Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm.21
[4] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), hlm.38
[5] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), hlm.38
[6] Ibid, hlm.18
[7] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), hlm.73
[8] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.98-
101
[9] Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: UNY Press,
2008), hlm.108
[10] Ibid, hlm.109
[11] Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: UNY Press,
2008), hlm.116
[12] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya), hlm.12
[13] Sri Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan Anak & Remaja, (Jakarta:PT Rineka Cipta,
2004), hlm.41-42
[14] Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: UNY Press,
2008), hlm.103
[15] Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm.19

Anda mungkin juga menyukai