Dosen Pengampu:
Wilda Isna Kartika, M.Pd.
Dibuat Oleh:
Fiktriyaning Dian Silfia (202049480073)
Melisa Okta Vella (202049480077)
Segala puja dan puji kita persembahkan hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat. Salawat dan salam kita hadapkan kepada nabi kita dan junjungan kita Muhammad
SAW. Yang selalu menuntun kita dalam berfikir dan berbuat untuk kebaikan, serta salam Ta’zim
untuk segala dosen kita yang telah melimpahkan ilmu pengetahuannya kepada kita, khususnya
kepada saya dan rekan saya yang telah berhasil menyusun dan menulis makalah ini.
Atas jasa semua pihak kami mengucapkan terima kasih. Sebagai orang yang bertanggung
jawab atas makalah ini, mengharapkan masukan dan pembetulan dari pembaca yang budiman.
Atas segala perhatian dari semua pihak kami mengucapkan terima kasih. Penulis berdoa
kehadirat Illahi semoga makalah ini ada manfaatnya bagi agama, bangsa dan ilmu pengetahuan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun awal-awal kehidupan merupakan suatu masa yang tepat bagi seorang anak
untuk pembentukan dan perkembangan (perkembangan fisik, mental maupun spiritual). Oleh
karena itu, orang tua dan pendidik sangat tepat untuk terlibat, mengetahui, memahami, dan
mengerti perkembangan anak usia dini.
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi
motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi, yang tercangkup dalam
kecerdasan intelektual, emosional, spiritual yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Menurut Slamet Suyanto (dalam Mansur, 2005) menyatakan bahwa aspek perkembangan anak
usia dini meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, bahasa, dan kreativitas.
Dalam membantu anak agar dapat berkembang secara optimal, maka dapat dilakukan stimulasi
intelektual, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Menurut MONTESSORI, pendidikan dimulai sejak bayi lahir, Oleh karena itu, bayi pun
harus dikenalkan pada benda-benda, orang-orang, suara yang ada di sekitarnya. Bahkan, bayi
juga harus diajak untuk bercakap-cakap dan bercanda agar bayi dapat- berkembang secara sehat
dan normal. Menurut MONTESSORI, ada beberapa tahap perkembangan, yaitu:
Lahir - 3 tahun
Anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang telah mampu menyerap pengalaman-
pengalaman melalui sensorisnya.
a. 1½ - 3 tahun
Memiliki kepekaan bahasa sehingga sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara-
bercakap-cakap)
b. 2 - 4 tahun
Gerakan otot dapat dikoordinasi dengan baik (untuk hal yang rutin maupun semi rutin), berminat
pada benda-benda kecil, menyadari urutan waktu (pagi, siang, dan malam).
c. 3 - 6 tahun
Peka untuk meneguhkan sensorisnya, memiliki kepekaan indrawi. Khusus pada usia 3-4 tahun
lebih peka untuk menulis dan usia 4-6 tahun memiliki kepekaan untuk membaca.
Sedangkan menurut, LAVENGEVELD menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak
meliputi:
d. 3½ - 5 tahun
Masa pendidikan pendahuluan (menuruti dan meniru orang tua).
e. 3 - 6 tahun
1. Tahap Taman Kanak-kanak, yang hendaknya dicapai adalah
Berbahasa lisan (berbicara, bercerita) Mengenal pola hidup keluarga (saya, keluarga, dan
sekolah) Menguasai keterampilan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, menggosok gigi, berganti
pakaian, makan, dll). Mengenal diri, keinginannya dan kehendaknya.
2. Kelas I dan II SD
Membaca buku cerita yang ada ekspresi seninya. Mengumpulkan benda-benda kecil, dan
bermain dengan teman sebaya.
B. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan Fisik – Motorik Anak
Perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan
ototjialus (fifleuguscle), yang selanjutnya disebut motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan badan, seperti telah dijelaskan di muka maliputi empat unsur yaitu:
1. Kekuatan
2. Ketahanan
3. Kecekatan
4. Keseimbangan
Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak,
seperti berjalan, berlari, melompat, menendang melempar, memukul, mendorong, dan menarik.
Oleh karena itu, gerakan tersebut di kenal dengan istilah gerakan dasar Perkembangan motorik
halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan
gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis melipat, merangkai,
mengancing baju, mengikat tali sepatu dan menggunting.
Menurut Gesell dan Ames (1940) serta Illingsworth (1983), perkembangan motorik pada
anak mengikuti delapan pola umum sebagai berikut,
a. Continuity (bersifat kontinu), di mulai dari gerakan yang sederhana menuju ke yang
kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak
b. Uniform sequence (memiliki pola tahapan yang sama), semua anak memiliki pola tahapan
yang sama meskipun kecepatan tiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda.
c. maturity (kematangan) di penganihi oleh perkembangan sel saraf. Sel saraf telah terbentuk
saat anak lahir, tetapi proses mielinasinya terus berlangsung sampai beberapa tahun
kemudian. Demikian pula otot dan tulang sebagai alat gerak. Anak tidak dapat melakukan
suatu gerak motorik tertentu yang terkoordinasi sebelum proses mielinasi tercapai,
Umum ke khusus, yaitu, di mulai dari gerak yang bersifat umum ke gerak yang bersifat
khusus. Gerakan secara menyeluruh dari badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian-
bagianya. Hal ini di sebabkah karena otot-otot besar berkembang lebih dahulu di bandingkan
otot-otot halus, di mulai dari gerak refleks bawaan ke arah gerak yang terkoordinasi. Sejak anak
lahir ke dunia telah memiliki refleks, seperti menangis bila lapar, haus, sakit atau merasa tidak
enak. Refleks tersebut akan berubah menjadi gerakan terkoordinasi dan bertujuan. Misalnya
orang dewasa tidak lagi menangis hanya karena menahan haus
a. Bersifat chepalo caudal direction, bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu
dibanding bagian yang mendekati ekor. Otot pada leher berkembang lebih dahulu dari pada
otot kaki.
b. Bersifaf proximo-distal, artinya bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh (tulang belakang)
berkembang lebih dulu dari yang lebih jauh. Oleh karena itu anak TK menangkap bola dengan
lengan bukan dengan jari.
c. Koordinasi bilateral menuju crosslateral, bahwa koordinasi organ yang sama berkembang
lebih dulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan.
Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif Menurut Piaget, otak manusia tidak
berkembang sepenuhnya hingga masa adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang
sepenuhnya hingga masa dewasa awal. Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah
suatu bentuk keseimbangan yang menjedi kecenderungan semua struktur kognitif. Piaget
meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan kejadian dalam lingkungan,
memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya dapat menyelesaikan
pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian menghasilkan keseimbangan kognitif.
Pada usia 18-12 bulan terdapat peniruan yang tertunda, yaitu kemampuan melakukan
kembali perilaku yang telah lama dicontohkan karena mereka sedang membangun mental
simbolis, atau imajinasi dari perilaku contoh yang tersimpan dan dimunculkan di lain waktu.
Perkembangan Ketetapan Benda
Pada tahap ini merupakan suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda tersebut tidak
lagi dapat terlihat oleh indera lainnya,
a. pada bayi usia 4-8 bulan sangat tergantung pada panca indera dan kemampuan motorik untuk
memahami suatu benda,
b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun) Pada saat anak memasuki tahap ini, anak mengalami
peningkatan drastis dalam perkembangan intelektualnya pada penggunaan simbol (kata dan
imajinasi) untuk menggambarkan benda, situasi, dan kejadian.
Pada tahap ini terdapat periode prakonseptual yang ditandai dengan munculnya fungi simbolis,
yaitu kemampuan membuat suatu hal mewakili suatu yang lain. Pada periode ini terjadi
pergeseran dari keingintahuan segala sesuatu melalui tangan menuju kepada perenungan.
1. Teori nativis
Bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa seseorang yaitu bawaan sejak lahir dan
faktor biologis, bukan bentukan. Bahasa yang dipelajari anak-anak, berkembang melalui urutan
yang sama, mengoceh, mengucapkan kata pertama pada usia satu tahun, menggunakan
kombinasi dua kata pada pertengahan tahun kedua dan menguasai peraturan tata bahasa pada
usia empat atau lima tahun.
2. Teori kognitif
Perkembangan bahasa tergantung pada kemampuan kognitif tertentu, kemampuan pengolahan
informasi dan motivasi, berpendapat bahwa anak-anak berpembawaan aktif dan konstruktif,
bahwa kekuatan internal lebih berpengaruh untuk kreativitas, kemampuan memecahkan masalah
dan usaha anak untuk menemukan peraturan ucapan-ucapan yang mereka denganr.
3. Teori empirisme atau behaviorisme
Kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir
melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya.
A. Kesimpulan
1. Tahap-Tahap Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut MONTESSORI, tahap perkembangan meliputi :
Lahir – 3 tahun ditandai dengan kepekaan sensoris yang dimiliki nak.
1½ - 3 tahun memiliki kepekaan bahasa (sehingga tepat untuk mengembangkan bahasanya).
2 – 4 tahun gerakan otot dapat dikoordinasi dengan baik, menyadari urutan waktu.
3 – 6 tahun memiliki kepekaan indrawi. Khusus pada usia 3-4 tahun lebih peka untuk menulis
dan usia 4-6 tahun memiliki kepekaan untuk membaca.
Akbar, R, & Hawadi. (2001). Psikologi perkembangan anak – mengenal sifat, bakat dan
kemampuan anak. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.
Christiana, Esther, dkk. 2013. Pemetaan Perkembangan Moral Mahasiswa Binus Ditinjau dari
Perspektif Kohlberg. Humaniora. Vol. 4 No. 2 Oktober 2013.