Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAHAPAN PERKEMBANGAN (AUD)

Dosen Pengampu:
Wilda Isna Kartika, M.Pd.

Dibuat Oleh:
Fiktriyaning Dian Silfia (202049480073)
Melisa Okta Vella (202049480077)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


MUHAMMADIYAH BOJONEGORO
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji kita persembahkan hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat. Salawat dan salam kita hadapkan kepada nabi kita dan junjungan kita Muhammad
SAW. Yang selalu menuntun kita dalam berfikir dan berbuat untuk kebaikan, serta salam Ta’zim
untuk segala dosen kita yang telah melimpahkan ilmu pengetahuannya kepada kita, khususnya
kepada saya dan rekan saya yang telah berhasil menyusun dan menulis makalah ini.
Atas jasa semua pihak kami mengucapkan terima kasih. Sebagai orang yang bertanggung
jawab atas makalah ini, mengharapkan masukan dan pembetulan dari pembaca yang budiman.
Atas segala perhatian dari semua pihak kami mengucapkan terima kasih. Penulis berdoa
kehadirat Illahi semoga makalah ini ada manfaatnya bagi agama, bangsa dan ilmu pengetahuan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun awal-awal kehidupan merupakan suatu masa yang tepat bagi seorang anak
untuk pembentukan dan perkembangan (perkembangan fisik, mental maupun spiritual). Oleh
karena itu, orang tua dan pendidik sangat tepat untuk terlibat, mengetahui, memahami, dan
mengerti perkembangan anak usia dini.
Anak usia  dini  adalah kelompok anak yang berada  dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi
motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi, yang tercangkup dalam
kecerdasan intelektual, emosional, spiritual yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Menurut Slamet Suyanto (dalam Mansur, 2005) menyatakan bahwa aspek perkembangan anak
usia dini meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, bahasa, dan kreativitas.
Dalam membantu anak agar dapat berkembang secara optimal, maka dapat dilakukan stimulasi
intelektual, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan anak usia dini menurut tokoh? 


Apa saja aspek perkembangan anak usia dini?

C. Tujuan

Mengetahui tahap-tahap perkembangan anak usia dini. 


Mengetahui berbagai aspek perkembangan anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap-Tahap Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut MONTESSORI, pendidikan dimulai sejak bayi lahir, Oleh karena itu, bayi pun
harus dikenalkan pada benda-benda, orang-orang, suara yang ada di sekitarnya. Bahkan, bayi
juga harus diajak untuk bercakap-cakap dan bercanda agar bayi dapat- berkembang secara sehat
dan normal. Menurut MONTESSORI, ada beberapa tahap perkembangan, yaitu: 
Lahir - 3 tahun
Anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang telah mampu menyerap pengalaman-
pengalaman melalui sensorisnya.
a. 1½ - 3 tahun
Memiliki kepekaan bahasa sehingga sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara-
bercakap-cakap)
b. 2 - 4 tahun
Gerakan otot dapat dikoordinasi dengan baik (untuk hal yang rutin maupun semi rutin), berminat
pada benda-benda kecil, menyadari urutan waktu (pagi, siang, dan malam).
c. 3 - 6 tahun
Peka untuk meneguhkan sensorisnya, memiliki kepekaan indrawi. Khusus pada usia 3-4 tahun
lebih peka untuk menulis dan usia 4-6 tahun memiliki kepekaan untuk membaca.
Sedangkan menurut, LAVENGEVELD menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak
meliputi:
d. 3½ - 5 tahun
Masa pendidikan pendahuluan (menuruti dan meniru orang tua).
e. 3 - 6 tahun
 
1. Tahap Taman Kanak-kanak, yang hendaknya dicapai adalah 
Berbahasa lisan (berbicara, bercerita)  Mengenal pola hidup keluarga (saya, keluarga, dan
sekolah) Menguasai keterampilan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, menggosok gigi, berganti
pakaian, makan, dll). Mengenal diri, keinginannya dan kehendaknya.

2. Kelas I dan II SD
Membaca buku cerita yang ada ekspresi seninya. Mengumpulkan benda-benda kecil, dan
bermain dengan teman sebaya.
B. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan Fisik – Motorik Anak 

Perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan
ototjialus (fifleuguscle), yang selanjutnya disebut motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan badan, seperti telah dijelaskan di muka maliputi empat unsur yaitu:
1. Kekuatan
2. Ketahanan
3. Kecekatan
4. Keseimbangan
Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak,
seperti berjalan, berlari, melompat, menendang melempar, memukul, mendorong, dan menarik.
Oleh karena itu, gerakan tersebut di kenal dengan istilah gerakan dasar Perkembangan motorik
halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan
gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis melipat, merangkai,
mengancing baju, mengikat tali sepatu dan menggunting.

Menurut Gesell dan Ames (1940) serta Illingsworth (1983), perkembangan motorik pada
anak mengikuti delapan pola umum sebagai berikut,
a. Continuity (bersifat kontinu), di mulai dari gerakan yang sederhana menuju ke yang
kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak
b. Uniform sequence (memiliki pola tahapan yang sama), semua anak memiliki pola tahapan
yang sama meskipun kecepatan tiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda.
c. maturity (kematangan) di penganihi oleh perkembangan sel saraf. Sel saraf telah terbentuk
saat anak lahir, tetapi proses mielinasinya terus berlangsung sampai beberapa tahun
kemudian. Demikian pula otot dan tulang sebagai alat gerak. Anak tidak dapat melakukan
suatu gerak motorik tertentu yang terkoordinasi sebelum proses mielinasi tercapai,
 
Umum ke khusus, yaitu, di mulai dari gerak yang bersifat umum ke gerak yang bersifat
khusus. Gerakan secara menyeluruh dari badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian-
bagianya. Hal ini di sebabkah karena otot-otot besar berkembang lebih dahulu di bandingkan
otot-otot halus, di mulai dari gerak refleks bawaan ke arah gerak yang terkoordinasi. Sejak anak
lahir ke dunia telah memiliki refleks, seperti menangis bila lapar, haus, sakit atau merasa tidak
enak. Refleks tersebut akan berubah menjadi gerakan terkoordinasi dan bertujuan. Misalnya
orang dewasa tidak lagi menangis hanya karena menahan haus

a. Bersifat chepalo caudal direction, bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu
dibanding bagian yang mendekati ekor. Otot pada leher berkembang lebih dahulu dari pada
otot kaki.
b. Bersifaf proximo-distal, artinya bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh (tulang belakang)
berkembang lebih dulu dari yang lebih jauh. Oleh karena itu anak TK menangkap bola dengan
lengan bukan dengan jari. 
c. Koordinasi bilateral menuju crosslateral, bahwa koordinasi organ yang sama berkembang
lebih dulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan.

C. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif Menurut Piaget, otak manusia tidak
berkembang sepenuhnya hingga masa adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang
sepenuhnya hingga masa dewasa awal. Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah
suatu bentuk keseimbangan yang menjedi kecenderungan semua struktur kognitif. Piaget
meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan kejadian dalam lingkungan,
memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya dapat menyelesaikan
pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian menghasilkan keseimbangan kognitif.

Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget


Piaget mengidentifikasi empat periode utama dalam perkembangan kognitif, yaitu tahap
sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun),
dan tahap operasi formal menurut Piaget, tahap-tahap intelektual adalah tetap, dia menemukan
bahwa ada perbedaan individual yang besar pada tahun dimana anak masuk  dari  suatu  tahap
tertentu.  Dipengaruhi oleh faktor budaya dan pengaruh lingkungan. Tahap perkembangan anak
usia dini menurut Piaget berada pada tahap Sensorimotor dan Praoperasional.
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini merupakan periode dimana bayi dapat mengkoordinasikan input sensor
kemampuan geraknya untuk membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak
dalam lingkungan dan mengetahui lingkungannya
2. Perkembangan Ketrampilan Memecahkan Masalah
Piaget memberi ciri pertama dalam hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflek, yaitu dimana
perilaku terbatas pada latihan reflek yang alami, menambahkan obyek baru ke dalam skema
refleksif, dan menghantarkan reflek kepada benda nyata, merupakan permulaan dari
perkembangan kognitif.

D. Perkembangan Imitasi (Peniruan)

Pada usia 18-12 bulan terdapat peniruan yang tertunda, yaitu kemampuan melakukan
kembali perilaku yang telah lama dicontohkan karena mereka sedang membangun mental
simbolis, atau imajinasi dari perilaku contoh yang tersimpan dan dimunculkan di lain waktu.
Perkembangan Ketetapan Benda 
Pada tahap ini merupakan suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda tersebut tidak
lagi dapat terlihat oleh indera lainnya,
a. pada bayi usia 4-8 bulan sangat tergantung pada panca indera dan kemampuan motorik untuk
memahami suatu benda,
b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun) Pada saat anak memasuki tahap ini, anak mengalami
peningkatan drastis dalam perkembangan intelektualnya pada penggunaan simbol (kata dan
imajinasi) untuk menggambarkan benda, situasi, dan kejadian.
Pada tahap ini terdapat periode prakonseptual yang ditandai dengan munculnya fungi simbolis,
yaitu kemampuan membuat suatu hal mewakili suatu yang lain. Pada periode ini terjadi
pergeseran dari keingintahuan segala sesuatu melalui tangan menuju kepada perenungan.

E. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

1. Tahapan perkembangan bahasa


Tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap meraban (praliguistik) pertama Pada tahap meraban pertama, bulan-bulan awal
kehidupan, bayi menangis, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis
yang mungkin dibuat. Menandai ini segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala
bahasa dunia. Tahap meraban (praliguistik) kedua Tahap kata omong kosong atau kata tanpa
makna. Tahap maraban kedua ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama.
Anak-anak tidak menghasilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi seolah-olah mengatur
ucapan-ucapan sesuai dengan pola suku kata.
b. Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama) Usia 1 tahun anak mulai mengucakan kata-kata.
Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, karena terkadang muncul
kedwimaknaan dalam ujarannya, maka perlu diamati benar yang dilakukan anak itu, barulah
dapat menentukan apa yang dia maksudkan.
c. Ucapan-ucapan dua kata Pada tahap ini pertama sekali diucapkan dalam rangkaian yang
cepat. Anak-anak akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti “baju mama”, “baju
pendek”, “saya mandi”, dan sebagainya.
d. Pengembangan tata bahasa  Pada tahap ini mulai mengembangkan tata bahasa, panjang
kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai
menggunakan kata jamak. Meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan
perkembangan anak.
e. Tata bahasa menjelang dewasa (tahap pengembangan tata bahasa lengkap) Pada tahap ini
anak mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu
melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan
kongjungsi.
f. Kompetensi lengkap Mengalami perubahan dan samakin lancer serta fasih dalam
berkomunikasi. Tata bahasa terus berkembang kea rah tercapainya kompetensi berbahasa
secara lengkap.

F. Teori Pemerolehan Bahasa Anak

1. Teori nativis 
Bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa seseorang yaitu bawaan sejak lahir dan
faktor biologis, bukan bentukan. Bahasa yang dipelajari anak-anak, berkembang melalui urutan
yang sama, mengoceh, mengucapkan kata pertama pada usia satu tahun, menggunakan
kombinasi dua kata pada pertengahan tahun kedua dan menguasai peraturan tata bahasa pada
usia empat atau lima tahun.
2. Teori kognitif 
Perkembangan bahasa tergantung pada kemampuan kognitif tertentu, kemampuan pengolahan
informasi dan motivasi, berpendapat bahwa anak-anak berpembawaan aktif dan konstruktif,
bahwa kekuatan internal lebih berpengaruh untuk kreativitas, kemampuan memecahkan masalah
dan usaha anak untuk menemukan peraturan ucapan-ucapan yang mereka denganr.
3. Teori empirisme atau behaviorisme 
Kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir
melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya.

G. Pengaruh Lingkungan Terhadap Bahasa

Lingkungan seseorang tinggal sangat berpengaruh dalam perilaku seseorang, misalnya


bahasa.  Sebuah pepetah mengatakan, “anak bodoh jika dididik di lingkungan pandai, anak
tersebut akan menjadi pandai”.
Untuk mengantisipasi menghadapi lingkungan dalam ere globalisasi, hendaknya pondasi anak itu
dikuatkan di lingkungan keluarga dulu, dengan bahasa yang baik dan agamis, sehingga begitu
anak keluar bergaul di lingkungan sebagai kelompok, budaya dan sebagainya, maka anak itu
akan siap mengontrol diri.

H. Perkembangan Moral Anak Usia Dini


Pengertian Moral 
Moral berasal dari kata latin “mos” (Moris), yang adat istiadat, kebiasaan, peraturan/
nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang
tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Moral
Perkembangan moral seseorang anak dipengaruhi oleh lingkungannya, terutama dari orang
tuanya, peranan orang tua sangatlah penting, terutama beberapa sikap orang tua yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, diantaranya :
1. Konsisten dalam mendidik anak
Memiliki sikap dan perlakukan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku
tertentu kepada anak.
2. Sikap orang tua dalam keluarga 
Sikap orang tua terhadap anak, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui
proses peniruan (imitasi).
3. Penghayatan dan pengalaman agama yang dianut
Orang tua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan
ajaran agama. Dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama
kepada anak maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
4. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma 
Orang tua tidak menghendaki anaknya berbohong, berlaku jujur, maka mereka menjauhkan
dirinya dari perilaku berbohong, tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka
anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidak konsisten orang tua.
Proses perkembangan moral dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu :
a. Pendidikan langsung, yaitu penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan
salah, yang paling penting dalam pendidikan moral adalah keteladanan dari orang tua,
guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
b. Identifikasi, yaitu cara meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang menjadi
idolanya.
c. Proses coba-coba (trial dan error), yaitu cara mengembangkan tingkah laku moral secara
coba-coba.
d. Penalaran Moral Penalaran moral merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku
moral. Oleh karena itu, untuk menemukan perilaku moral kita dapat mempelajarinya
melalui peranan moral. Dengan penalaran moral menekankan pada alasan mengapa suatu
tindakan dilakukan, dari pada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dinilai apakah
tindakan tersebut baik atau buruk.

Perkembangan Sosio-Emosional Anak Usia Dini


Perkembangan social anak dimulai dari sifat egosentrik, individual, ke arah interaktif komunal.
Anak bersifat egosentrik, hanya dapat memandang diri satu sisi, yaitu dirinya sendiri.
Perkembangan social meliputi dua aspek penting, yaitu kopetensi social dan tanggung jawab
social. Kopetensi social secara efektif. Adapun tanggung jawab social antara lain ditunjukan oleh
komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, dan memperhatikan lingkungannya.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, perkembangan sosio-emosional dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dimana anak melakukan sosialisasi. Perkembangan emosional bagi anak
merupakan sesuatu yang penting, bahkan lebih penting dari sekedar perkembangan kognitif.
Orang-orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan memiliki kemampuan social
secara mantap, mudah bergaul, ramah, tidak mudah takut atau gelisah dan bersikap tegas dalam
mengungkapkan perasaan mereka.
Ada beberapa aspek perkembangan sosio-emosional yang perlu dikembangan pada anak usia
dini. Belajar bersosialis diri, yaitu usaha mengembangkan rasa percaya diri dan rasa kepuasan
bahwa dirinya diterima dikelompoknya. Belajar bereksprasi diri, belajar mengekspresikan bakat,
pikiran dan kemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh keberadaan orang dewasa. belajar
bermasyarakat, menyesuaikan diri dengan kelompok dan mengembangkan keterbukaan. Belajar
mengembangkan daya kepemimpinan anak.
Kemampuan yang ingin dicapai dalam aspek pengembangan sosio-emosional adalah
kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan masyarakat, menghargai
keragaman social dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap
belajar, control diri, dan rasa memiliki.

I. Perkembangan Seni Anak Usia Dini


Tahap Perkembangan Seni Anak
a. Mencoret 
Anak-anak membuat coretan acak dan menjelajah peralatan dengan cara bermain yang
menyenangkan, penggambar menemukan dan menunjukan objek-objek yang telah
dikenalkannya dalam coretan acaknya.
b. Tahap Pra-Skematik 
Anak mulai memahami simbol yang dibuatnya untuk menggambar sesuatu biasanya tidak sesuai
dengan maksudnya. Terjadi pada usia 4-7 tahun, anak-anak cenderung menggunakan warna
kesukaannya. 
c. Tahap Skematik 
Anak dapat menggunakan garis, warna, dan ruang, anak-anak mempunyai skema tentang cara
menggambar dan menggunakan warna dengan realistik.
Sering menggunakan warna pilihan sebagai dasar peniruan pikiran dengan warna yang tepat.
Ketika menggambar orang sudah lebih proposional.
J. Musik dan Gerakan 
Kegiatan musik dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori, yaitu :
a. Menyanyi 
Anak-anak bereksperimen dengan suara mereka dan bunyi-bunyi yang mereka buat.
b. Mendengar  
Mendengar musik secara hati-hati akan membantu anak memahami mendengarkan dan dapat
memahami lagu tersebut.
c. Irama 
Irama memberikan anak-anak kesempatan untuk menjelajahi bunyi yang teratur dan alunan suara
musik.
d. Memainkan alat-alat musik 
Anak-anak mendengarkan bunyi setiap alat dan bagaimana alat tersebut menghasilkan bunyi
sehingga anak-anak dapat mengidentifikasi bunyi dari setiap alat musik tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
1. Tahap-Tahap Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut MONTESSORI, tahap perkembangan meliputi :
Lahir – 3 tahun ditandai dengan kepekaan sensoris yang dimiliki nak.
1½ - 3 tahun memiliki kepekaan bahasa (sehingga tepat untuk mengembangkan bahasanya).
2 – 4 tahun gerakan otot dapat dikoordinasi dengan baik, menyadari urutan waktu.
3 – 6 tahun memiliki kepekaan indrawi. Khusus pada usia 3-4 tahun lebih peka untuk menulis
dan usia 4-6 tahun memiliki kepekaan untuk membaca.

2. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini


Perkembangan fisik – motorik anak usia dini 
Perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan otot
halus (fine muscle). Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot kasar dan otot halus.
Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak, seperti
berjalan, berlari, melompat, dsb. Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus
dan fungsinya seperti menulis, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan menggunting yang
dapat melatih motorikhalus anak.
a. Perkembangan kognitif anak usia dini 
b. Teori piaget tentang perkembangan kognitif 
c. Piaget menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu
ingin tahu. Mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget 
Yaitu tahap sensorimotor, tehap praoperasional, tahap operasi konkrit, dan tahap operasi formal.
Perkembangan bahasa anak usia dini
Yaitu :
1. Tahap meraban (pralinguistik) pertama 
2. Tahap meraban (pralinguistik) kedua 
3. Tahap holofrastik (tahap linguistik pertama)
4. Ucapan-ucapan dua kata
5. Pengembangan tata bahasa 
6. Tata bahasa menjelang dewasa (tahap pengembangan tata bahasa lengkap)
7. Kompetensi lengkap
8. Perkembangan moral anak usia dini
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Moral
Dipengaruhi oleh lingkungannya, terutama dari orang tuanya.
Proses perkembangan 
Pendidikan langsung 
Identifikasi 
Proses coba-coba (trial dan error)
Perkembangan sosio-emosional anak usia dini
Beberapa aspek yang perlu dikembangkan pada anak usia dini, yaitu belajar bersosialis diri,
belajar berekspresi diri, belajar mengekspresikan bakat, pikiran dan kemampuannya tanpa harus
dipengaruhi oleh keberadaan orang dewasa.
Perkembangan seni anak usia dini 
Tahapan perkembangan seni anak:
a. Mencoret 
b. Tahap pra-skematik 
c. Tahap skematik 
d. Musik 
e. Menyanyi 
f. Mendengar 
g. Irama 
h. Memainkan alat-alat music
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R, & Hawadi. (2001). Psikologi perkembangan anak – mengenal sifat, bakat dan
kemampuan anak. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.

Christiana, Esther, dkk. 2013. Pemetaan Perkembangan Moral Mahasiswa Binus Ditinjau dari
Perspektif Kohlberg. Humaniora. Vol. 4 No. 2 Oktober 2013.

Santrock, John.W. 2007 Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sunarto. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka cipta.

Anda mungkin juga menyukai