Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK SEHAT

I. Definisi Anak Sehat


Sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan baik segenap badan serta bagian –
bagiannya atau suatu hal ini yang mendatangkan kebaikan. Kesehatan sendiri dapat
diartikan sebagai keadaan sehat (terbebas dari penyakit) dan kebaikan keadaan (badan
atau yang lainnya). Kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik,
mental dan social yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (WHO,2019).
Anak yang sehat adalah anak yang keadaan fisik, mental, intelektual, social dan
kesejahteraan emosional terbebas dari sakit dan kelemahan. Anak- anak yang hidup
sehat dalam keluarga, lingkungan dan komunitas akan berkesempatan mencapai potensi
perkembangan yang maksimal.
Secara sederhana, ciri anak sehat dilihat dari segi fisik, psikis dan sosialisasi
adalah:
a. Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani
yang normal.
b. Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar, pikiran bertambah
cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan bersosialisasi baik.
c. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Selain itu, tanda anak yang sehat adalah perkembanganya sesuai dengan KMS
(Kartu Menuju Sehat) atau agenda tumbuh kembang balita dari dokter jadikanlah alat
untuk memantau perkembangan balita. Bila ada penyimpangan, jangan tunda
konsultasikan dengan dokter agar segera ditangani.

II. Tanda dan Gejala Anak Sehat


Menurut Depkes RI ciri anak sehat ada 9, yaitu:
a. Ciri anak sehat ia akan tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat
dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tampak aktif atau gesit dan gembira.
c. Mata bersih dan bersinar.
d. Anak sehat nafsu makannya baik.
e. Bibir dan lidah tampak segar.
f. Pernapasan tidak berbau.
g. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering.
h. Ciri anak sehat lainnya, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
i. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya.

III. Definisi Tumbuh Kembang


Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah
peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang
mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi
tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 2012). Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik
dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel
hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat
dilihat dari mampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain,
berhitung, membaca, dan lain-lain.
Tumbuh kembang anak memiliki prinsip umum. Adapun prinsip umum tumbuh
kembang, yaitu:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Perkembangan secara umum terdiri dari empat sektor perkembangan, yaitu:
a. Perkembangan kemampuan gerak kasar
Semua gerakan yang dilakukan oleh tubuh disebut kemampuan motorik.
Perkembangan motorik adalah tercapainya kematangan pengendalian gerak tubuh
yang berkaitan erat dengan perkembangan pusat motorik di otak. Gerakan motorik
pada anak dapat lebih jelas dibedakan menjadi gerakan motorik kasar dan gerakan
motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah gerakan yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot
besar seperti berjalan, gerakan duduk, berdiri, membalik dari telungkup menjadi
telentang atau sebaliknya dan lain-lain.
b. Perkembangan kemampuan gerak halus
Gerakan motorik halus adalah gerakan berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otototot kecil serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
gerakan mengambil suatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk
tangan, menulis, menari, dan lain-lain.
c. Perkembangan kemampuan bicara, bahasa, dan kecerdasan
Anak sebagai makhluk sosial akan selalu berada bersama orang lain.
Kemampuan berkomunikasi diperlukan anak untuk saling mengerti satu sama lain.
Kemampuan berkata-kata atau komunikasi aktif pada bayi belum dapat dilakukan, ia
hanya menyatakan perasaan dan keinginannya hanya melalui tangisan dan gerakan.
Dalam berkomunikasi terdapat dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi pasif dan
komunikasi aktif. Komunikasi pasif adalah kesanggupan mengerti dan melakukan
perintah orang lain sedangkan komunikasi aktif adalah kesanggupan untuk
merespon atau memberi tanggapan kepada orang lain. Komunikasi aktif dan
komunikasi pasif perlu dikembangkan secara bertahap. Anak dilatih untuk mau dan
mampu berkomunikasi aktif (berbicara, mengucapkan kalimat-kalimat, menyanyi
dan bentuk ungkapan lisan lainnya) dan berkomunikasi pasif (anak mampu mengerti
orang lain).
d. Perkembangan kemampuan personal sosial
Seorang anak pada awal kehidupan masih bergantung pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya (misal: makanan, pakaian, kesehatan, kasih sayang,
pengertian, rasa aman, dan kebutuhan akan perangsangan mental, sosial, dan
emosional). Kebutuhan anak berubah seiring bertambahnya usia dalam segi jumlah
maupun derajat kualitasnya. Anak terdorong untuk melakukan sendiri berbagai hal
dan bergaul dengan orang lain selain anggota keluarga.

IV. . Tahap –Tahap Tumbuh Kembang Bayi dan Balita

a. Usia 1 bulan
1) Di hari-hari pertama setelah kelahiran, bayi belum bisa membuka matanya.
Namun setelah berjalan beberapa hari kemudian, ia akan bisa melihat pada
jarak 20 cm.
2) Bulan pertama ini bayi akan memulai adaptasinya dengan lingkungan baru
3) Memiliki gerakan refleks alami.
4) Memiliki kepekaan terhadap sentuhan.
5) Secara refleks kepalanya akan bergerak ke bagian tubuh yang disentuh.
6) Sedikit demi sedikit sudah bisa tersenyum.
7) Komunikasi yang digunakan adalah menangis. Arti dari tangisan itu sendiri
akan Anda ketahui setelah mengenal tangisannya, apakah ia lapar, haus,
gerah, atau hal lainnya.
8) Peka terhadap sentuhan jari yang disentuh ke tangannya hingga ia memegang
jari tersebut
9) Tiada hari tanpa menghabiskan waktunya dengan tidur.
b. Usia 2 bulan
1) Sudah bisa melihat dengan jelas dan bisa membedakan muka dengan suara.
2) Bisa menggerakkan kepala ke kiri atau ke kanan, dan ke tengah.
3) Bereaksi kaget atau terkejut saat mendengar suara keras.
c. Usia 3 bulan
1) Sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
2) Memberikan reaksi ocehan ataupun menyahut dengan ocehan.
3) Tertawanya sudah mulai keras.
4) Bisa membalas senyum di saat Anda mengajaknya bicara atau tersenyum.
5) Mulai mengenal ibu dengan penglihatannya, penciuman, pendengaran, serta
kontak.
d. Usia 4 bulan
1) Bisa berbalik dari mulai telungkup ke terlentang.
2) Sudah bisa mengangkat kepala setinggi 90 derajat.
3) Sudah bisa menggenggam benda yang ada di jari jemarinya.
4) Mulai memperluas jarak pandangannya.
e. Usia 5 bulan
1) Dapat mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
2) Mulai memainkan dan memegang tangannya sendiri.
3) Matanya sudah bisa tertuju pada benda-benda kecil.
f. Usia 6 bulan
1) Bisa meraih benda yang terdapat dalam jangkauannya.
2) Saat tertawa terkadang memperlihatkan kegembiraan dengan suara tawa yang
ceria.
3) Sudah bisa bermain sendiri.
4) Akan tersenyum saat melihat gambar atau saat sedang bermain.
g. Usia 7 bulan
1) Sudah bisa duduk sendiri dengan sikap bersila.
2) Mulai belajar merangkak.
3) Bisa bermain tepuk tangan dan cilukba.
h. Usia 8 bulan
1) Merangkak untuk mendekati seseorang atau mengambil mainannya.
2) Bisa memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya.
3) Sudah bisa mengeluarkan suara-suara seperti, mamama, bababa, dadada,
tatata.
4) Bisa memegang dan makan kue sendiri.
5) Dapat mengambil benda-benda yang tidak terlalu besar.
i. Usia 9 bulan
1) Sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kaki yang juga ikut menyangga
berat badannya.
2) Mengambil benda-benda yang dipegang di kedua tangannya.
3) Mulai bisa mencari mainan atau benda yang jatuh di sekitarnya.
4) Senang melempar-lemparkan benda atau mainan.
j. Usia 10 bulan
1) Mulai belajar mengangkat badannya pada posisi berdiri.
2) Bisa menggenggam benda yang dipegang dengan erat.
3) Dapat mengulurkan badan atau lengannya untuk meraih mainan.
k. Usia 11 bulan
1) Setelah bisa mengangkat badannya, mulai belajar berdiri dan berpegangan
dengan kursi atau meja selama 30 detik.
2) Mulai senang memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
3) Bisa mengulang untuk menirukan bunyi yang didengar.
4) Senang diajak bermain cilukba.
l. Usia 12 bulan
1) Mulai berjalan dengan dituntun.
2) Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, suka memegang apa saja.
4) Mulai mengenal dan berkembang dengan lingkungan sekitarnya.
5) Reaksi cepat terhadap suara berbisik.
6) Sudah bisa mengenal anggota keluarga.
7) Tidak cepat mengenal orang baru serta takut dengan orang yang tidak
dikenal/asing.

V. Pertumbuhan Bayi Dan Balita


Tentu saja untuk memastikannya dengan jelas, konsultasikan kesehatan bayi Ibu
dengan DSA yang terpercaya. Karena setiap sentimeter dan kilogram pada tubuh bayi
sangat berpengaruh pada grafik bayi Ibu, jadi pengukuran harus dilakukan secara medis
dan sangat teliti. Sangatlah sulit untuk mempercayai angka dan jumlah yang akurat jika
Ibu sendiri yang melakukan pengukurannya. Pengukuran dasarnya dilakukan pada lima
hal berikut:

a. Berat Badan
Setelah melepaskan pakaian pada bayi, dokter atau perawat akan meletakkan
bayi pada timbangan khusus untuk diukur beratnya. Pengukuran biasanya akan
tercatat dalam satuan kilogram, dan Ibu dapat segera mengetahui berat badan yang
akurat dari bayi.
b. Tinggi/Panjang Badan
Dalam posisi berbaring, dokter atau perawat akan mengukur bayi Ibu dari
atas kepala hingga tumit. Beberapa rumah sakit menggunakan alat khusus dengan
bagian kepala dan kaki dari ranjang pengukur untuk mendapatkan hasil yang
akurat.
c. Lingkar Kepala
Untuk mengukur lingkar kepala bayi Ibu, dokter atau perawat akan
melingkarkan alat pengukur khusus yang fleksibel tepat di atas alis dan telinga.
Pentingnya mengukur lingkar kepala bayi adalah untuk mengetahui apakah
ukuran tengkorak dan otak bayi sudah sesuai dan pertumbuhannya dalam batas
wajar. Melalui pengukuran lingkar kepala, dokter anak dapat langsung mendeteksi
bila ada penyakit atau ketidakwajaran dalam pertumbuhan bayi.
d. Gizi
Hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua jika ingin tumbuh
kembang putra putrinya maksimal. Pemenuhan gizi pada setiap balita merupakan
suatu keharusan karena hal ini sangat berpengaruh pada masa depan si buah hati,
terutama pada 5 tahun pertama, karena apa yang terjadi selama 5 tahun pertama
tersebut sangat menentukan tahun demi tahun pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal inilah yang seharusnya mendasari setiap orang tua untuk
berusaha agar gizi balitanya terpenuhi semaksimal mungkin.

VI. Perkembangan
Berdasarkan panduan yang digunakan di Indonesia, terdapat tahapan
perkembangan anak menurut usia dikelompokkan menjadi beberapa tahapan usia,
berikut merupakan tahapan perkembangan anak usia 9 – 12 bulan

Usia Tahap Perkembangan yang dicapai

9 – 12 bulan Mengangkat badannya ke posisi tegak

Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan dengan kursi

Dapat berjalan dengan dituntun

Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang


diinginkan

Menggenggam erat pensil

Memasukkan benda ke mulut

Mengulang menirukan bunyi yang didengar

Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti

Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh


apa saja

Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan

Senang diajak bermain "CILUK BA"

Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang

belum dikenal

VII. Pemantauan Perkembangan Anak


DDST (Denver Development Screnning Test) adalah salah satu metode skrinning
terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnostik atau tes IQ
(Soetjiningsih, 1995). DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.Aspek
yang dinilai terdapat 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining
hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai meliputi:
a. Personal Social (perilaku sosial). aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus). Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian- bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.
c. Language (bahasa). Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d. Gross motor (gerakan motorik kasar). Aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh.
VIII. Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST
Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya
berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 15-
20 menit saja. Alat yang Digunakan adalah : Alat peraga : benang wol merah,
kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru, permainan anak, botol
kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil. Lembar formulir DDST, Buku petunjuk
sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.
Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 – 6
bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
2) Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik
yang lengkap.

Skoring DDST:

1) Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu / pengasuh
anak memberi laporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya).
2) Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu /
pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya
dengan baik
3) Refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan
dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus dilakukan”, jika
tidak menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (uji coba yang
dilaporkan oleh ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan).
IX. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunukan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit
seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomyelitis, dan campak dapat
dicegah. Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari banyaknya belita yang
meninggal akibat penyakit yangdapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Hal itu
sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit-penyakit tesebut bias dicegah dengan
imunisasi. Oleh karena itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang
berbahaya, imunisasi pada bayi dari balita harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal.
(Vivian 2010)
Penatalaksanaan medis untuk anak usia 12 bulan : Pemberian imunisasi dasar
lengkap sesuai dengan waktu pemberian dan imunisasi tambahn seperti MMR,
Influenza, HPV dll

No. Jenis Jadwal

1. BCG DPT diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan) diberikan 3 kali


(pada usia 2,3,dan 4 bulan)

diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)


2. Polio
diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
3. Campak
diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)
4. Hepatitis B

5. MMR
diberikan Ketika usia 12 bulan asal belum
melakukan vaksin campak.

MMR (imunisasi yang diberikan saat usia 12 bulan jika di usia 9 bulan belum
mendapatkan vaksin campak)
Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun
seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh
antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan oleh
virus Morbili.
Imunisasi MMR memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(tampek), Rubella, mumps. Imunisasi MMR diberikan sebanyak 1 dosis pada saat
anak berumur 12 bulan.
I. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Identitas Anak dan/atau Orang Tua
Nama, Alamat, Telepon, Tempat dan tanggal lahir, Ras/kelompok entries, Jenis
kelamin, Agama, Tanggal wawancara.
2. Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan
rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu
fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak
infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal
imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah
anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang
tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan
indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak
diberikan sama sekali.
3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika
saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu
menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat
dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain
untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus
mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti
dalam pemberian imunisasi. Riwayat penyakit dahulu mencangkup :
5. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya, Alergi, Pengobatan terbaru, Imunisasi
yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang
pernah didapat sebelumnya, Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum
melakukan imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak
sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan
yang sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada
anak ataupun keluarganya). Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
6. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki
kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit
menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi
kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia, serta tingkat
kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
7. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada
riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan
kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini
diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya
bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta
diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada
anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
8. Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai
anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana
keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis
imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan
sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai
langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk
beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan
patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap
imunisasi.
9. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-
data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada,
dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan
juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan
pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus
diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan
lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan
dan dapat diterapkan di lapangan adalah :
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan
warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang
menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak
menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama,
tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan
pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan
mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak
mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri
kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak
yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui
nasehat petugas.
Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga
memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan kecemasan
pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah melakukan
pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji adalah yaitu
a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil,
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-
lain, serta apakah kehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi
yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang
anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat
diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara
normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam
kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara
kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka
gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam
pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di
lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar
kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila
dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji
pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan
lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan,
berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran
antropometri:
1) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah
sebagai berikut :
a) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah
ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang
digunakan dapat berupa dacin atau timbangan injak.
b) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal
tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia
1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan
dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat
badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:


a) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran.
Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
b) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan
gendongan ke timbangan.
c) Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas
timbangan injak tanpa dipegangi.
d) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas
tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat
ditimbang.
e) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang
berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan
ditimbang. Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat
badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat rumus berikut. BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
f) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada
timbangan
g) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar
yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau
buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan
dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan anak berada
pada kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.
2) Tinggi Badan (TB)
a) Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan
menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih.
Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah
sebagai berikut :
b) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita
pengukur (meteran).
c) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut
sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).Luruskan bagian puncak
kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja
pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
d) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa
garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi.
Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
e) Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau
lebih adalah sebagai berikut :
f) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,
sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada
dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
g) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah
papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai
dengan skala yang tertera.
3) Lingkar Kepala
a) Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi
dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di
atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar (macrocephali),
sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran
kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara
laki- laki dan perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
b) Siapkan pita pengukur (meteran)
c) Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior
kemudian tentukan hasilnya
d) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
4) Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya
perlu diketahui :
a) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada
lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan siku.
Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas
lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga ukurannya
lebih stabil.
b) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan
pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat
pengukuran.
c) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada
pita pengukur.
d) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status
anak.
5) Lingkar Dada
a) Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang
dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas.
b) biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada
anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :
c) Siapkan pita pengukur
d) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
e) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.

d. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas
sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca
pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
e. Data Kebutuhan Bio-Psiko-Sosio dalam sehari-hari
1) Bernafas
Pada pola ini, kaji anak mengenai : Apakah anak mengalami kesulitan
bernafas ? Jika iya apa kesulitan yang dirasakan ? Bagaimana suara napas
anak ?
2) Makan dan Minum
Pada pola ini kaji anak mengenai : Pada bayi : Berapa kali sehari anak
diberikan ASI ? Sampai umur berapa anak diberikan ASI ? Apakah ada
makanan pendamping ASI ? Jika ada makanan apa yang diberikan ? Umur
berapa mulai diberikan makanan cair (air buah/sari buah) ? Umur berapa
diberikan bubur susu ? Umur berapa anak mulai diberi nasi tim saring ?
Umur berapa anak diberi nasi tim ? Berapa kali sehari anak diberi makan ?
Pada anak-anak : Bagaimana nafsu makan anak sehari-hari ? Apa jenis
makanan pokok, lauk, sayuran, dan jenis buah anak ? Apakah anak
memiliki kebiasaan jajan ?
3) Eliminasi (BAB/BAK)
Pada pola ini kaji anak mengenai : Apakah anak bisa memberitahu jika
ingin BAB/BAK ? Apakah anak melakukan BAB/BAK sendiri/ditolong ?
Berapakali anak BAB/BAK dalam sehari ? Bagaimana bau, warna, dan
konsistensi feses dan urine anak ?
4) Aktifitas
Pada pola ini kaji anak mengenai : Apakah anak suka bermain ? Apa
permainan yang disukai anak ? Apakah anak memiliki teman bermain ?
Apa mainan yang dimiliki anak ?
5) Rekreasi
Pada pola ini kaji anak mengenai : Apakah anak pernah/jarang/sering
melakukan rekreasi ? Jenis rekreasi apa yang disukai anak ?
6) Istirahat dan Tidur
Pada pola ini kaji anak mengenai : Bagaimana kebiasaan istirahat anak ?
Bagaimana kebiasaan tidur anak (mencuci kaki sebelum tidur,
mengompol, mengorok, mengigau, sering terjaga atau kebiasaan tidur
lain)? Jam berapa anak mulai tidur malam dan bangun pagi ?Apakah anak
tidur sendiri atau ditemani? Apakah anak biasa tidur siang ? berapa jam ?
7) Kebersihan Diri
Pada pola ini kaji anak mengenai: Apakah anak mandi sendiri atau dibantu
? Dimana anak mandi ? Dikeringkan dengan handuk atau tidak ? Apakah
anak gosok gigi sendiri atau ditolong ? Kapan anak menggosok gigi ?
apakah menggunakan pasta gigi ?
8) Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pola ini kaji anak mengenai pengaturan suhu tubuhnya
9) Rasa Nyaman
Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami nyeri atau tidak
10) Rasa Aman
Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami ketakutan atau kecemasan
11) Belajar (anak dan orang tua)
Pada pola ini kaji anak dan orangtua mengenai pengetahuan tentang
mkanan, kesehatan lingkungan, personal hygiene, tumbuh kembang anak
12) Prestasi
Pada pola ini kaji anak mengenai apa kepandaiannya sekarang dan apa
prestasi yang dimiliki anak
13) Hubungan Sosial Anak
Pada pola ini kaji anak mengenai hubungan anak dengan inter keluarga
(hubungan paling dekat, orang yang dominan, orang yang disegani,
hubungan, komunikasi anak dan orang tua, serta anggota keluarga lain)
14) Melaksanakan Ibadah
Pada pola ini kaji anak mengenai bagaimana kebiasaan sembahyang anak
dan bantuan yang diperlukan Selama anak sakit
II. Diagnosis Keperawatan
1. Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016), diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada anak sehat adalah :
2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan (D.0112)
3. Kesiapan peningkatan pengetahuan (D.0113
28

III. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. Kesiapan peningkatan (L. 12104) Manajemen Kesehatan Setelah (I.14508) Manajemen imunisasi atau vaksinasi Observasi
manajemen kesehatan (D.0112) dilakukan tindakan keperawatan selama .... Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
ditandai dengan x ..... diharapkan kesiapan peningkatan Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (misalnya, reaksi
Gejala dan tanda mayor Subjektif manajemen kesehatan tercapai anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit parah
a. Mengekspresikan keinginan dengan kriteria hasil : dengan atau tanpa demam)
untuk mengelola masalah Meningkatkan tindakan untuk Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan kepelayanan
kesehatan dan mengurangi faktor risiko kesehatan
pencegahannya Objektif Menerapkan program perawatan Terapeutik
a. Pilihan hidup sehari-hari tepat Aktivitas hidup sehari-hari efektif Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
untuk memenuhi tujuan program memenuhi tujuan kesehatan Dokumentasikan informasi vaksinasi (misalnya, nama produen,
kesehatan tanggal kedaluwarsa)
Gejala dan tanda minor Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat Edukasi
Subjektif Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan
Mengekspresikan tidak adanya efek samping
hambatan yang berartidalam
Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (misalnya,
mengintegrasikan program yang hepatitis B, BCG, difteri, tetanus, pertussis, h. influenza, polio,
ditetapkan untuk megatasi campak, measles, rubella)
masalah kesehatan
Informasikan imunisasi yang meindungi terhadap penyakit
Menggambarkan berkurangnya namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah (misalya, influenza,
faktor risiko terjadinya pneumokokus)
masalah kesehatan
Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (misalnya, rabies,
Objektif tetanus)

a. Tidak ditemukan adanya gejala Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
masalah kesehatan atau penyakit mengulang jadwal imunisasi kembali
yang tidak terduga
Informasikan penyedia layanan pecan imuisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis

(I. 12396) Edukasi Nutrisi Anak

Jelaskan kebutuhan gizi seimbang pada anak

Anjurkan menghindari makanan jajanan yag tidak sehat


(misalnya, mengandung pemanis buatan, pewarna buatan,
pengawet, penyedap)
c. Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (misalnya,
cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci tangan dengan
sabun setelah ke toilet)

(I.12472) Promosi Perilaku Upaya Kesehatan

Anjurkan memberi bayi ASI eksklusif

Anjurkan menimbang balita setiap bulan

2 Kesiapan peningkatan (L. 12111) Tingkat Pengetahuan (I.12470) Promosi kesiapan penerimaan informasi
pengetahuan (D.0113)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Gejala dan Tanda Mayor selama …x.... diharapkan tingkat
Observasi
pengetahuan meningkat dengan kriteria
hasil : Identifikasi informasi yang akan disampaikan
Subjektif :
Perilaku sesuai anjuran meningkat Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat ini

Perilaku sesuai pengetahuan meningkat Identifikasi kesiapan penerimaan informasi Terapeutik


Mengungkapkan minat dalam
Persepsi yang keliru terhadap masalah Lakukan penguatan potensi dan keluarga untuk menerima
belajar
menurun informasi
Menjelaskan pengetahuan tentang
suatu topik Libatkan pengambilan keputusan dalam keluarga untuk

Menggambarkan
pengalaman sebelum yang sesuai menerima informasi
dengan topik
Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yangyang membutuhkan
Objektif : layanan keperawatan

Dahulukan menyampaikan informasi baik (positif) sebelum


menyampaikan informasi kurang baik ( negative) terkait kondisi
a. Perilaku sesuai dengan
pasien
pengetahuan
Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi jika pasien
membutuhkan bantuan

Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk meningkatkan


atau follow up kondisi pasien

Fasilitasi askes pelayanan pada saat dibutuhkan Edukasi

Berikan informasi berupa alur, leaflet atau gambar untuk


memudahkan pasien mendapatkan informasi kesehatan

Anjurkan keluarga mendapingi pasien selama fase akut, progresif


atau terminal, jika memungkinkan
(I.12383) Edukasi Kesehatan Observasi

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan


menurunkan motivasi prilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi

Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat

Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan


prilaku hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A.2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta :


Salemba Medika

Riyadi, S. Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta :


Graha Ilmu

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

WHO. 2019. What is the WHO definition of


Health.
https://www.who.int/about/who-we-are/frequently-asked-
questions. Diperoleh pada 20 Agustus 2019.

WHO. (2007). Child Health - Definition.

Anda mungkin juga menyukai