Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DI

RUANG PERINATOLOGI PADA KASUS ASFIKSIA

DI RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG

Disusun Oleh :

AYUK YULIANTIKA

NIM : 14201.09.17008

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO

2021
Lembar Pengesahan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DI

RUANG PERINATOLOGI PADA KASUS ASFIKSIA

DI RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG

Probolinggo, Oktober 2021

Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA

A. ANATOMI FISIOLOGI

1. ANATOMI PERNAFASAN
1) SALURAN NAFAS ATAS
a. Hidung
Bagian eksternal
Berbentuk pyramid dimana sudut atas atau atapnya berhubungan langsung
dengan dahi. Menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago, Terdapat dua buah lubang hidung (nares) yang dipisahkan oleh
sekat yang berjalan dari depan sampai kebelakang rongga hidung (septum
antero-posterior) Pinggir lubang hidung terdapat rambut (vibrissae),
mengembang kempiskan hidung bagian luar, Permukaan lateral hidung pada
bagian bawah agak membulat disebut ala nasi. Bagian atas permukaan lateral
bersatu pada garis tengah hidung yang disebut dorsum nasi dan ditopang oleh
os nasal (nasal bone). Rangka hidung terdiri dari tulang rawan yang ditutupi
kulit dan dilapisi membran mukosa terdiri dari os nasal dan processus
frontalis maxillae. Terdapat pada septum dan ala nasi dan mempunyai otot
untuk menggerakkan atau mengembang kempiskan hidung.
Rongga hidung berfungsi sebagai berikut :
1. Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
2. Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4. Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan
oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
b. Faring
Digunakan pada sistem respirasi dan pencernaan. Terletak dibelakang rongga
mulut, biasa disebut tenggorokan. Jalan udara dan makanan, berawal dari
dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid, Terdapat epiglotis yang akan terbuka jika udara  akan
masuk, Dindingnya dikelilingi oleh mukosa dan mengandung otot rangka
yang terutama digunakan untuk menelan, Struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring

c. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut sebagai
kotak suara dan terdiri atas:
1. Epiglotis
2. Glotis
3. Kartilago tiroid
4. Kartilago krikoid
5. Kartilago arytenoid
6. Pita suara

Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk mengelilingi jalan


nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Terdapat dua pita suara yang
dapat ditegakan dan dikendurkan, sehinggga lebar sela-sela antara pita-pita
tersebut berubah- ubah sewaktu pernafasan dan bicara. Selama pernafasan
pita suara sedikit terpisah sehingga udara dapat keluar masuk.
d. Trakea

Terdapat dalam rongga dada, Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus
yang disebut karina, Organ berbentuk tabung agak  kaku, fleksibel sering
disebut batang tenggorok, Dinding anterior dan lateral trakea ditunjang
oleh 15-20 tulang rawan berbentuk Cincin tulang rawan memperkuat dan
memberikan kekakuan pada dinding trakhea untuk menjamin trakhea tetap
terbuka setiap saat, Cincin tulang rawan dihubungkan oleh lapisan elastik
yang disebut ligamen anular, Berada pada mediastinum dan anterior
terhadap esofagus, inferior terhadap laring dan superior terhadap bronchi
primer paru-paru, Trakea terbagi menjadi dua cabang atau tabung yang
lebih kecil brokhi primer kiri dan kanan, Tulang rawan trakhea paling
inferior memisahkan brokhi primer sejak awal dan membentuk carina

Trakea bersifat fleksibel, sehingga mampu mengalami kontraksi dan


kembali mengalami relaksasi ke ukuran semula.  Kontraksi otot polos
trakea akan mengurangi ukuran diameter rongga trakea, dan pada keadaan
ini dibutuhkan tenaga yang cukup besar untuk mengeluarkan udara dari
paru-paru. Tulang rawan berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan
menjamin keberlangsungan jalannya udara, walaupun terjadi perubahan
tekanan selama pernafasan.Trakea berfungsi sebagai tempat perlintasan
udara setelah melewati saluran pernafasan bagian atas yang membawa
udara bersih, hangat dan lembab.
2) SALURAN PERNAFASAN BAWAH
a. Bronkus
Merupakan percabangan teratas dari sistem pengkonduksi udara yang
berasal dari bronkus kiri dan kanan. Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus)
dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan
bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental
yangdikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
Secara progresif bercabang menjadi tabung-tabung menyempit, bercabang
melalui paru-paru sebelum berakhir pada bronkhiol akhir. Dinding bronkhi
primer ditunjang oleh cincin tulang rawan menjamin selalu terbuka. Bronkhus
primer kanan lebih pendek, lebih lebar dan berorientasi lebih vertikal
dibanding bronkhus primer kiri.

b. Bronkiolus
Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus yang disebut pohon bronkiolus.
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.
1. BronkiolusTerminalis
Mengandung jaringan otot polos yang mengontrol besar atau diameter
saluran napas
2. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar
dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli
3. Bronkiolus Respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori ,
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas

c. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2, Berbentuk seperti buah
anggur yang dindingnya berupa selaput membran tipis dan elastis yang
diliputi banyak kapiler, Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu
membentuk satu lembar akan seluas 70 m2

d. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis.
Terbagi mejadi dua yaitu:
a. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
b.  Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura
yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru

e. Fisiologi
Pernafasan adalah proses inspirasi udara ke dalam paru-paru dan
ekspirasi udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila
maskulis diafragma telah dapat rangsangan dari nervus pernikus lalu
mengkerut datar. Saat respirasi otot akan kendor lagi dan dengan demikian
rongga dada menjadi kecil kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses
respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antar rongga pleura dan
paru-paru.
1. Ventilasi  adalah proses pergerakan udara ke dan dari dalam paru, terdiri
atas dua tahap, yaitu:
a. Inspirasi
Pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Terjadi inspirasi bila
tekanan intrapulmonal lebih rendah dibanding tekanan udara luar.
Penurunan intrapulmonal saat inspirasi disebabkan oleh
mengembangnya rongga toraks akibat kontraksi otot-otot inspirasi
b. Ekspirasi 
Pergerakan udara dari dalam keluar paru. Terjadi bila tekanan
intrapulmonal lebih tinggi dibanding tekanan udara luar sehingga udara
bergerak keluar paru.Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru karena
volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan karena daya
elastisitas paru. Penguncupan terjadi akibat otot-otot inspirasi mulai
relaksasi.

PROSES INSPIRASI – ESKPIRASI

Inspirasi Ekspirasi

Diafragma kontraksi, menurunkan& Diafragma relaksasi, mendorong kembali tulang

memipihkan dasar tulang rusuk rusuk keposisi semula

Otot interkostalis kontraksi, menarik tl. Otot interkostalis relaksasi, tl. Rusuk bergerak

Rusuk keatas kebawah

Paru-paru membesar, tekanan di Ruang paru-paru mengecil, tekanan didalam

dalam menurun meningkat

Tekanan atmf. Eksternal yang lbh tinggi Udara keluar dari paru-paru

mendorong udara masuk keparu-paru


Kecepatan pernafasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Jika bernafas dengan
normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian ada istirahat sebentar
(inspirasi-ekspirasi-istirahat)
NO JENIS PERNAFASAN                     FREKUENSI

1. Bayi baru lahir                                      30-40

2. 12 bulan                                                  30

3. Dari 2-5 tahun                                         24

4.    Orang dewasa                                   10-20

B. DEFINISI
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan
tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi
selama kehamilan atau persalinan. (Sofian, 2012).
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011). Menurut
Sarwono (2010), Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir
mengalami gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan karbondioksida.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saiffudin,
2009).
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa asfiksia neonates adalah keadaan bayi baru
lahir yang tidak dapat segera bernafas spontan/ kegagalan nafas secara spontan
sehingga dapat menurunkan O2, meningkatkan CO2 dan asidosis.
C. ETIOLOGI
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa factor :
1. Faktor ibu :
a. Hipoksia ibu
b. Gangguan aliran darah fetus
c. Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
d. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
e. Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia, dll
f. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir matim ketuban pecah dini, infeksi
2. Faktor plasenta
Abruptio plasenta, solution plasenta
3. Faktor fetus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas,
persalinan ganda
4. Factor lama persalinan
Persalinan lama, VE, kelainan letak, operasi Caesar
5. Factor neonates
a. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pernafasan pada bayi
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
c. Kelainan congenital seperti hernia diagfragmatika, atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasi paru, dll
Asfiksia dalam kehamilan dpat disebabkan oleh :
- Penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia, toksemia
gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau trauma
Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh
- Partus lama, ruptura uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala anak pada
plasenta, prolapsus, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya, plasenta previa, solusia plasenta, placenta tua (serotinus)
APGAR SCORE
Nilai
Tanda
0 1 2
Tubuh dan
A : Appearance Tubuh kemerahan,
Biru/Pucat ekstremitas
(color) Warna kulit ekstremitas biru
kemerahan
P : Pulse (heart rate)
Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
Denyut nadi
G : Grimance
Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(reflek)
A : Activity (tonus
Lumpuh Fleksi lemah Aktif
otot)
R : Respiration
Tidak ada Lemah, merintih Tangisan kuat
(usaha nafas)
Penilaiain :
7-10 : asfiksia ringan
4-6 : asfiksia sedang
0-3 : asfiksia berat

D. MANIFESTASI KLINIS

Perbedaan Asfiksia Pallida Asfiksia Livida


Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negative Positif
Bunyi jantung Tak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-
tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :

1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan umum
normal denyut janin berkisar antara 120-160 x/menit dan selama his frekuensi ini
bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.
2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O 2
merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun sampai <7,2
karena asidosis menyebabkan turunnya pH.

Klasifikasi klinik berdasarkan nilai APGAR


1. Asfiksia ringan (7-10)
a. Takipnea dengan napas > 60x/menit
b. Bayi tampak sianosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Bayi merintih
e. Adanya pernapasan cuping hidung
f. Bayi kurang aktif
g. Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif
2. Asfiksia sedang (4-6)
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali per menit.
b. Usaha napas lambat
c. Adanya pernapasan cuping hidung
d. Adanya retraksi sela iga
e. Tonus otot dalam keadaan baik/ lemah
f. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun tampak
lemah
g. Bayi tampak sianosis
h. Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan
3. Asfiksia berat (0-3)
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40x /menit
b. Tidak ada usaha
c. Adanya retraksi sela iga
d. Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
e. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberi rangsangan
f. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

E. PATOFISIOLOGI
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan
akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses
adaptasi terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan
berefek pada gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak
yang mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi
lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Maka timbul rangsangan dari nervus sispatikus sehingga DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian banyak air ketuban dan
mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara berangsur-
angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukan pernafasan yang dalam, denyut jantung menurun terus menerus,
tekanan darah bayi juga mulai menurun, dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekuner. Selama
apneu sekunder denyut jantung, tekanan darang dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi
dengan pernafasan buatan tidak di mulai segera (Manuaba, 2008).

F. PATHWAY
Maternal

Plasenta Tali pusat


Uterus Janin
ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan ( misal : aspirasi


& kadar CO2 meningkat mekonium, air ketuban)

Gangguan metabolism &


perubahan asam basa

Napas cepat Suplai O2 dalam darah Suplai O2 ke paru ↓ Asidosis respiratorik


Apneu Hipoksia organ (jantung, Gangguan perfusi-


otak paru) ventilasi
Kerusakan otak

DJJ & TD ↓ siaonosis


Napas cuping hidung,
sianosis, hipoksia
Risiko Cidera
akral dingin
Ketidakefekti Gangguan pertukaran
fan pola gas
napas

Risiko
ketidakseimbang
an suhu tubuh

(Manuaba, 2008).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan diagnostik (Manuaba, 2008):
a) Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung dan
kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
b) USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular.
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a) Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
b) Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
c) Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan
glikogen akibat stress intrauteri yang mengakibatkan bayi mengalami
hipoglikemi.
d) Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram
H. PENALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2005)
adalah sebagai berikut :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh
penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan
sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga
kehangatan suhu BBL dengan :
1. Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
2. Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
3. Bungkus bayi dengan kain kering.
b. Pembersihan jalan nafas
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan
amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya
lender
c. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua
telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin
K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu dengan :
1) Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara langsung
dan berulang atau dengan melakukan intubasi endotracheal dan
O2 dimasukkan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml. Hal ini mencegah
terjadinya iritasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur aveoli.
Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara ke dalam kateter
dari mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa.
2) Memberikan natrikus bikarbonat dengan dosis 2-4 mEQ/kg BB
3) Masase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang
dada secara teratur 80-100 x/mnt. Tindakan ini berselingan dengan nafas
buatan, yaitu setiap 5 x masase diikuti 1x pemberian nafas. Hal ini
bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya komplikasi
pneumotoracks jika  tindakan ini dilakukan bersamaan.
4) Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis 0,5-   1 cc
secara intravena (sebegai obat inotropik) dan kalsium glukonat 50-100
mm/kg BB secara intravena, untuk meningkatkan frekuensi jantung.
b. Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)
Dilakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan :
1) Melakukan rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR   1 menit.
2) Melakukan nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam hidung,
O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter/menit. Bayi diletakkan dengan kepala
dalam dorsofleksi, dilakukan dengan membuka dan menutup lubang hidung
dan mulut disertai dengan menggerakkan dagu ke atas dan kebawah dalam
frekuensi 20 x/ menit.
3) Melakukan pernafasan mulut ke mulut yag seharusnya dalam mulut bayi
dimasukkan pharingeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke
depan, sebelum mulut penolong diisi O2 sebelum peniupan, peniupan
dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 x/menit.
4) Tindakan lain dalam resusitasi
a) Pengisapan cairan lambung dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada
bayi prematur, sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang
mendapatkan anastesia dalam persalinan.
b) Penggunaan obat Nalorphin diberikan pada bayi yang disebabkan oleh
penekanan pernafasan akibat morfin atau petidin yang diberikan selama
proses persalinan.
Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara
lain :
1. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
Caranya:
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
Caranya :
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada
reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc.Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui
vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
Caranya:
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).
d. Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).
e. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Merupakan informasi yang dicatat mencakup Identitas orang tua,
identitas bayi baru lahir, riwayat persalinan, pemeriksaan fisik (Wildan dan
Hidayat, 2008).
2. Data subjektif
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencangkup identitas,
kebutuhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien
(anamnesis) (Wildan dan Hidayat, 2008).
A. Biodata
Pengkajian biodata menurut Romauli (2011) antara lain :
a. Nama bayi : Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
b. Tanggal lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
c. Jenis kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin yang dilahirkan
d. Nama Orang Tua : Untuk mengetahui identitas orang tua bayi
e. Umur : Untuk mengetahui kurun waktu reproduksi sehat,
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun.
f. Pendidikan : Untuk mengetahui, tingkat Pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
g. Pekerjaan : Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial
ekonomi agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk
mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti, bekerja dipabrik
rokok, percetakan.
h. Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan. Alamat juga
diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada perilaku.
B. Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan saat pemeriksaan (romauli,
2011). Pasien dengan asfiksia memiliki frekuensi jantung <100 kali/menit
atau >100 kali/menit, tonus otot kurang baik, sianosis/pucat (Ridha, 2014).
C. Antenatal care (ANC)
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa
minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilannya (Wiknjosastro, 2009).
D. Penyuluhan
Apakah ibu sudah dapat penyuluhan tentang gizi, aktifitas selama hamil dan
tanda-tanda bahaya kehamilan (Saifuddin, 2010).
E. Imunisasi tetanus tosoid (TT)
Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan berapa kali yang
nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus (Wiknjosastro, 2009).
Menurut Muslihatun, (2009) Kebiasaan ibu sewaktu hamil :
1. Pola nutrisi : Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami gangguan
nutrisi atau tidak, pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi frekuensi,
kualitas, keluhan, makanan pantangan.
2. Pola eliminasi : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB,
berkaitan dengan obesitas atau tidak.
3. Pola istirahat : Untuk mengetahui hambatan ibu yang mungkin muncul jika
didapat data yang senjang tentang pemenuhan istirahat.
4. Personal hygiene : Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat
penting agar tidak terkena infeksi.
5. Psikologi budaya : Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang makanan
dan kebiasaan selama hamil yang tidak diperbolehkan dalam adat
masyarakat setempat.
6. Perokok dan pemakaian obat-obatan dan alcohol yang mengaibatkan
abortus dan kerusakan.
f. Data obyektif
Data obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
dan data penunjang (Wildan dan Hidayat, 2008).
1. Pemeriksaan khusus.
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama ke 5 dan 10.
2. Pemeriksaan umum.
Pemeriksa ukuran keseluruhan, kepala, badan, ekstremitas, tonus otot,
tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.
Pemeriksaan tanda-tanda :
 Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas.
 Laju jantung 120-160 kali per menit.
 Suhu normal 36,50C.
3. Pemeriksaan fisik sistematis menurut Indrayani dan Moudy (2013) :
a. Kepala
Pemeriksaan kepala, ubun-ubun (raba adanya cekungan atau cairan
dalam ubun-ubun), sutura (pada perabaan sutura masih terbuka),
molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan kepala. Ukur
lingkar kepala dimulai dari lingkar skdipito sampai frontal.
b. Mata
Buka mata bayi dan lihat apakah ada tanda-tanda infeksi atau pus.
Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan salf mata
kepala.
c. Telinga
Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
d. Hidung dan mulut
Periksa bibir dan langitan sumbing, refleks hisap, dinilai saat bayi
menyusui.
e. Leher
Periksa adanya pembesaran kelenjar thyroid.
f. Dada
Periksa bunyi nafas dan detak jantung. Lihat adakah tarikan dinding
dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).
g. Abdomen
Palpasi perut apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.

h. Genetalia
Untuk laki-laki periksa apakah testis sudah turun kedalam skrotum.
Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor apakah vagina
berlubang dan uretra berlubang.
i. Punggung
Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa reflek di punggung
dengan cara menggoreskan jari kita di punggung bayi, bayi akan
mengikuti gerakan dari doresan jari kita.
j. Anus
Periksa lubang anus bayi.
k. Ekstremitas
Hitung jumlah jari tangan bayi.
l. Kulit
Lihat warna kulit dan bibir setra tanda lahir.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas
2. Pola nafas tidak efektif
3. Risiko termoregulasi tidak efektif
K. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan SIKI SLKI


1. Gangguan pertukaran gas 1. Terapi Oksigen : 1.Pertukaran Gas
Batasan karakteristik : Tujuan : Untuk memberikan - Tingkat kesadaran
- Dispnea tambahan oksigen supaya - Dispnea
- Penurunan karbon mencegah dan mengatasi kondisi - Bunyi nafas tambahan
dioksida kekurangan oksigen. - Napas cuping hidung
- Warna kulit abnormal Tindakan : - Pco2
a. Observasi - Po2
- Monitor kecepatan aliran - sianosis
oksigen
- Monitor posisi alat terapi
oksigen
- Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
b. Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea
- Pertahankan kepatenan jakan
nafas
c. Edukasi
Ajarkan keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
d. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosisi
oksigen
2. Pola Nafas Tidak Efektif 1. Pemantauan respirasi 1. Pola Napas
Batasan karakteristik : Tujuan : untuk memastikan - Dyspnea
- Dispnea kepatenan jalan nafas dan - Frekuensi napas
- Penurunan tekanan keefektifan pertukaran gas - Kedalaman napas
ekspirasi Tindakan: - Pernafasan cuping
- Penurunan tekanan a. Observasi hidung
inspirasi - Monitor frekuensi, irama, - Penggunaan otot bantu
kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
( bradipnea, takipnea, dll)
- Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Auskultasi bunyi napas
b. Terapeutik
Atur pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
c. Edukasi
Jelaskan prosedur dan tujuan
pemantauan.
3. Risiko termoregulasi tidak 1. Pengaturan suhu 1. Termogulasi : baru lahir
efektif - Monitor suhu paling tidak 2 - Berat badan
Batasan karakteristik : jam, sesuai kebutuhan - Suhu tidak stabil
- Gangguan yang - Monitor suhu bayi baru lahir - Perubahan warna kulit
memengaruhi regulasi sampai stabil
suhu - Monitor suhu dan warna kulit
- Peningkatan kebutuhan Tempatkan bayi baru lahir di
oksigen bawah penghangat, jika
- Usia ekstrem diperlukan

DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat, dkk. 2015. Dianosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi
Bahasa Indonesia.Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/16745773/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASFIKSIA_PRI
MA
https://www.academia.edu/16714684/laporan_pendahuluan_asfiksia
https://www.academia.edu/7744313/Lp-asfiksia
http://ghazali802.blogspot.com/2015/12/anatomi-fisiologi-sistem-pernafasan.html

https://hmkuliah.wordpress.com/2017/07/27/sistem-pernafasan/

Anda mungkin juga menyukai