Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA INGUINALIS LATERAL (HIL)


DI RSI MASYITHOH BANGIL DI RUANGAN MARWAH

Di susun oleh :

RIEKE DYAH AYU

(14901.08.21041)

PROGRAM STUDI NERS

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO

2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP HERNIA INGUINALIS LATERAL
DI RUANG MARWAH RSI MASYITHOH BANGIL

BANGIL, ................................

MAHASISWA

(...................................)

PEMBIMBINGA RUANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

(.............................................) (.............................................)

KEPALA RUANGAN

(.............................................)
I. Anatomi Hernia

II. Fisiologi

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus


yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis
muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis
muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali
sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia
inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia
ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis.
(Depkes2008)
III. Definisi Hernia Inguinalis Lateral (HIL)
Hernia adalah kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan
mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah.
Jaringan ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk menahan organ tubuh di
dalamnya agar tetap berada di posisinya masing-masing. Namun beberapa hal
menyebabkan jaringan ikat melemah sehingga tidak dapat menahan organ di
dalamnya dan mengakibatkan hernia. (Black, 2014, p. 631).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau jaringan atau sutruktur mlewati
dinding organ yang secara normal memang berisi bagian – bagian trsebut
(Muttakin, 2011)
Hernia inguinalis adalah kondisi penonjolan organ intestinal yang masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang keluar dari rongga
peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrik inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika
cukup panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, apabila hrnia ini
berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum dan terjadi perlngkatan (Sjamsuhidajar,
2016)
Hernia terdiri atas beberapa jenis yaitu :
a. Hernia Inguinalis terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak di rongga
perut mencuat ke selangkangan.
b. Hernia femoralis, terjadi ketika jaringan lemak atau sebagian usus mencuat ke
paha atas bagian dalam. Risiko wanita menderita jenis hernia ini lebih tinggi,
terutama wanita hamil atau obesitas.
c. Hernia Umbilikus terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak mendorong
dan mencuat di dinding perut, tempatnya di pusar. Jenis hernia ini biasanya di
alami bayi dan anak di bawah usia 6 bulan akibat lubang tali pusat tidak
tertutup sempurna setelah bayi lahir.
d. Hernia ototr terjadi ketika sebagian otot mencuat melalui dinding perut. Jenis
heria ini juga dapat terjadi pada otot kaki akibat cedera saaat olahraga.
IV. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh
kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses penurunan testis ke skrotum.
a. Faktor kongenital
Pada priaterdapat suatu procecus yang berasal dari peritoneum parietalis, yang
dalam masaintra uterin merupakan guide yang di perlukan dalam desenskus
testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke
skrotum, procesus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1-2
hari sebelu, kelahiran, processus ini belum sempat menutup dan pada waktu
lahir masis tetap terbuka.
b. Faktor utama
Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan luka.
c. Faktor umur dan jenis kelamin
Orang tua lebih sering daripada anak muda, pria lebih banyak dari pada wanita.
d. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis
sehingga mudah terjadi hernia.
e. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita
kesulitan defekasi, serta pada orang yang sering mengangkat berat (Nurani,
2015)

V. Manifestasi Klinis
Menurut Natadidjaja (2013), tanda dan gejala hernia adalah :
1. Benjolan di daerah inguinal.
2. Nyeri pada benjolan
3. Obstruksi usus yang di tandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan
distensi abdomen.
4. Terdengar bising usus pada benjolan
5. Kembung
6. Perubahan pola eliminasi BAB
7. Gelisah
8. Dehidrasi
VI. Klasifikasi

Hernia ditinjau dari letaknya dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :


1. Hernia eksterna
Hernia yang menonjol namun tonjolan tersebut tampak dari luar yaitu
hernia inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialis (direk), hernia
femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan
lain – lain.
2. Hernia interna
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia
obturatorika, hernia diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia
ligamen treitz (Oswari, 2005)

VII. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka akan menutup pada usia 2
bulan, bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel, kanalis
terbuka terus karena prosesus tidak berobliterasi, maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis. Keadaan ini menyebabkan tekanan intra abdominal
meninggi sehingga kanal dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateral. Keadaan yang menyebabkan tekanan abdominal naik atau meninggi
adalah hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, defikasi yang
mengejan. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang
tipis atau tidak cukup kuat pada daerah tersebut di mana kondisi itu ada sejak
atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama.
Pertama – tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdomen, kemudian terjadi hernia. Karga organ – organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.
Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan gangren.
VIII. Alur Masalah

Kehamilan, batuk kronis, Kelemahan otot abodmen


obesitas karena usia atau secara congenital

Tekanan intra abdomen

Peregangan rongga dinding

Herniasi

Hernia Inguinalis

Penekanan pembuluh darah Gangguan penyaluran isis usus

Strangulasi makanan tidak di cerna


Penekanan Pembedahan Lama tersimpan

Gangguan rasa nyaman terputusnya kontinuitas jaringan Perubahan Nutrisi


Kurang dari kebutuhan

proses terputusnya destruksi keterbatasan


penyembuhan simpul pertahanan gerak

Nyeri akut Kurang perawatan


Peningkatan metabolisme porte de
diri

Kebutuhan nutrisi Gg Rasa aman masuknya mikroorganisme


nyaman

Perubahan Risiko infeksi


nutrisi kurang
dari kebutuhan
IX. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang di lakukan pada penderita hernia adalah (Henry &
Thompson, 2017) :
1. USG
Ultra sonografi sering di gunakan untuk menilai hernia yag sulit di lihat secara
klinis.
2. CT dan MRI
CT (computerized Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi misalnya.
3. Herniografi
Teknik ini yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal
dan di lakukan X-ray, sekarang jarang di lakukan pada bayi untuk
mengidentifikasi hernia. Mungkin terkadang bergun untuk memastikan adanya
hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.

X. Penatalaksanaan medis
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia : hernia di kembalikan pada tempat semula bisa langsung
dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat di pakai sebagai pengelolahan
sementara, misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah,
hernioplasty sering di lakuakn pada anak-anak.
2) Hernioraphy pada bedah elektif, kanalis di buka, isi hernia di masukkan,
kantong di ikat, dan di lakuakn bainyplasty atau teknik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering di lakuakn
pada orang dewasa.
3) Herniotomy, seluruh hernia di potong dan di angkat lalu di buang. Ini di
lakuakn pada hernia yang sudah nekrosis.
XI. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi
kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis ireponibilis. Pada keadaan ini belum gangguan penyaluran
isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah
omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi
lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
ireponibilis daripada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan
vascular (proses strangulasi). Keadaan ini di sebut hernia inguinalis strangulata
XII. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Secara Teori
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur (Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Untuk
hernia inguinalis lateralis, insiden tertinggi pada anak muda), jenis
kelamin, alamat, pendidikam, agama, pekerjaan, tanggal MRS, No register.
b. Keluhan utama
Merupakan faktor utama yang mendorong pasien berobat ke rumah sakit.
Biasanya pada pasien hernia di dapatkan keluhan berupa nyeri pada
benjolan, dehidrasi dan perut kembung.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan hernia biasanya akan di awali dengan adanya tanda seperti
dehidrasi, gelisah, benjolan di daerah inguinal. Perlu juga di tanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul dan tindakan apa yang telah di lakuakn.
d. Riwayat penyakit dahulu
Menanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita batuk kronis
dan sebagainya. Hal ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu di tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
hernia sebelumnya.
2. Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi
persepsi tentang kesehatan, kemungkinaan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alkohol atau penggunaag obat-obatan bisa menjadi faktor
predisposisi timbulnya penyakit.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien.
Juga perlu di tanyakn kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS.
c. Pola eliminasi
Dalam pengkajian eliminasi perlu di tanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Biasanya pada pasien Hernia akan
mengalami perubahan eliminasi.
d. Pola aktivitas dan latian
Karna adanya nyeri benjolan di abdomen pasien akan mengurangi
aktivitasnya karna merasa nyeri di benjolan.
e. Pola istirahat dan tidur
Pasien menjadi susah tidur karna sesak nafas dan nyeri. Hospitalisasi juga
dapat membuat pasien tidak tenang karna suasana yang berbeda dengan
lingkungan rumah.
f. Pola hubungan dengan peran
Karna sakit pasien akan mengalami perubahan peran, baik peran dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Persepi pasien terhadap dirinya akan berubah, pasien yang tadinya sehat,
tiba-tiba mengalami sakit. Sebagaimorang awam mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya berbahaya dan mematikan. Dalm hal ini
pasien mungkin akan kehilangan gambarn positif terhdap dirinya.
h. Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indra pasien tisak mengalami perubahan, demikian juga
dalam proses berfikirnya.
i. Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini akan terganggu untuk sementara
waktu. Karna pasien berada di rumah sakit
j. Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karna belum mengetahui proses penyakitnya.
Mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat atau orang yang
mungkin di anggap lebih tau mengenai penyakitnya.
k. Pola spiritual
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karna proses penyakitnya.
3. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum, tingkat kesadaran pasien, perlu di kaji
bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien swlama di
lakukan anamnesa. Sikap dan perilaku pasien terhadap petugas. Bagaimana
mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
Perlu juga di lakuakan penhukuran tinngi dan berat badan.
a. Keadaan umum
Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan, dan
periksa status gizinya serta tingkat kesadaran composmentis.

b. Tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan vital sign. Biasanya pada
pasien dengan post herniotomy terjadi penurunan tekanan darah,
peningkatan suhu dan demam, pernapasan cepat dan dangkal.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
d. Kurang perawatan diri b/d kelemahan
e. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif
5. Intervensi

No. Tujuan dan


Kriteria Hasil SIKI Implementasi
1. Setelah dilakukan Observasi Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri,
selama 3x24 jam nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, dan durasi.
dapat berkurang dengan frekuensi, kualitas, dan 2. Mengidentifikasi faktor yang dapat
kriteria hasil : intensitas nyeri. menurunkan nyeri dan memperberat
1. Melaporkan nyeri 2. Identifikasi faktor yang 3. Memantau efek penggunaan
yang dapat dapat menurunkan dan analgesik
terkontrol memperberat nyeri
2. Mampu dalam 3. Monitor efek samping
mengenali penggunaan analgesik
penyebab nyeri
3. Mampu dalam
mnggunakan
teknik non
farmakologis

Nursing Nursing
4. Berikan teknik non 4. Membrikan teknik non
farmakologis untuk farmakologis misal, akupresur,
mengurangi nyari terapi pijat
5. Kontrol lingkungan 5. Mengontrol lingkungan yang dapat
memperberat nyeri
yang dapat memperberat
rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan 6. Menganjurkan untuk istirahat yang
tidur cukup
Edukasi Edukasi
7. Jelaskan penyebab,
7. Menjelaskan penyebab terjadinya
priode, dan pemicu nyeri
nyeri
8. Jelaskan strategi
8. Menjelaskan strategi meredakan
meredakan nyeri
nyeri
9. Anjarkan teknik non
9. Mengajarkan teknik
farmakologisuntuk
nonfsrmakologis, sepertiterapi pijat,
mengurangi rasa nyeri
relaksasi nafas dalam.

2. Setelah dilakukan Observasi Observasi


1. Identifikasi status 1. Mengidentifikasi status nutrisi
tindakan keperawatan
nutrisi 2. Mengidentifikasi alergi dan
selama 3x24 jam defisit
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
nutrisi dapat teratasi
intoleransi 3. Mengidentifikasi makanan yang di
dengan kriteria hasil :
Makanan sukai
1. Adanya peningkatan
4. Mengidentifikasi perlunya
berat badan sesuai
dengan tujuan 3. Identifikasi makanan penggunaan selang nasogastrik
2. Berat badan ideal yang di sukai 5. Melakukan peantauan asupan
sesuai dengan tinggi 4. Identifikasi perlunya makanan
badan penggunaan selang 6. Mamantau berat badan
3. Mampu nasogastrik 7. Memantau hasil pemeriksaan
mengidentifikasi 5. Monitor asupan laboratorium
kebutuhan nutrisi makanan Nursing
8. Melakukan oral hygine sebelum
4. Tidak ada tanda- 6. Monitor berat badan
makan, jika perlu
tanda nutrisi 7. Monitor hasil
9. Menentukan pedoman diet
5. Menunjukkan pemeriksaan
peningkatan fungsi laboratorium 10. Menyajikan makanan secara
dari pengecapan dan menarik dengan suhu yang sesuai
Nursing
menelan 11. Memberikan makanan tinggi kalori
8. Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika dan protein

perlu 12. Memberikan sumplemen makan

9. Menentukan pedoman
diet
10.Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
Edukasi
11.Berikan makanan tinggi 13. Menganjurkan posisi dukuk
kalori dan protein 14. Menganjurkan diet yang di
prograkan
12.Berikan suplemen Kolaborasi
makanan 15. Kolaborasi pemberian medikasi
Edukasi sebelum makan
16. Kolaborasi dengan ahli gizi
13.Anjurkan posisi duduk
14.Anjurkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
15.Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
16.Kolaborasi ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif & Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika

Nurani, F A dan Kusuma, H 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: Mediaction

Sjamsuhidayat R, 2016. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta:Mediaction

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai