DIABETIKUM KETOACIDOSIS
Dosen Pembimbing : Widya Sepalanita, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.KMB
Disusun oleh :
C. Penyebab/Etiologi
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) atau diabetes melitus
tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans
akibat proses autoimun. Sedangkan non insulin dependen diabetik melitus
(NIDDM) atau diabetes melitus tidak tergantung insulin disebabkan
kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Sel B tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya.
Artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada perangsangan sekresi insulin, berarti
sel B pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
akibat hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh
faktor-faktor : 1. Infeksi 2. Stress fisik dan emosional; respons hormonal
terhadap stress mendorong peningkatan proses katabolik . Menolak terapi
insulin.
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM
untuk pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya,
80% dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini
penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang.
D. Pathway
E. Penatalaksanaan
Manajemen penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan
pemberian tiga agen berikut:
1. Cairan.
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat.
NaCl 0,9 % diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian
cairan normal salin hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-
pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang
beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan
sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk
beberapa jam selanjutnya.
2. Insulin.
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular
adalah alterantif bila pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena
mengalami kesulitan, misalnya pada anak anak kecil. Asidosis yang
terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akn menghambat
pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-
senyawa yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infus dengan
kecaptan lambat tapi kontinu ( misal 5 unti /jam). Kadar glukosa harus
diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila
kadar glukosa darah mencpai 250 – 300 mg/dl untuk menghindari
penurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
3. Potassium.
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien
penderita KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi
secara hebat. Input saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan
pulih kembali selama defisit cairan dan elektrolite pasien semakin
baik. Insulin intravena diberikan melalui infusi kontinu dengan
menggunakan pompa otomatis, dan suplemen potasium ditambahkan
kedalam regimen cairan. Bentuk penanganan yang baik atas seorang
pasien penderita KAD (ketoasidosis diabetikum) adalah melalui
monitoring klinis dan biokimia yang cermat.
F. Konsep Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Ketoasidosis
Diabetikum
1) Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identifikasi klien.
b. Keluhan utama klien :
Mual muntah dan sesak napas, hipotensi, serta sakit kepala
c. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas, kelemahan, tekanan
darah menurun (hipotensi ortostatik). terkadang disertai muntah
dan mual, pasien juga adapat mengeluhkan cemas atas apa yang
sedang dialaminya.
d. Riwayat penyakit dahulu :
Menderita Diabetes Militus, penggunaan insulin yang tidak
teratur.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga memiliki riwayat diabetes melitus.
f. Riwayat psikososial
Pasien dengan KAD memiliki hubungan yang terhambat dengan
sosial sebab terkadang pasien disertai dengan sesak napas.
Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breath) : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulent (tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda : batuk
dengan/tanpa sputum purulen Frekuensi pernapasan meningkat.
Napas berbau aseton atau buah, pernapasan menunjukkan
pernapasan cepat (kusmaul)/hiperventilasi.
b. B2 (Blood): Tachicardi, Disritmia
c. B3 (Bladder) : Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri
d. B4 (Brain) Gejala : Pusing/pening, sakit kepala Kesemutan,
kebas, kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan.
Kesadaran CM / Letargi / Koma. Tanda : Disorientasi,
mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori
(baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang (tahap lanjut dari
DKA).
e. B5 (Bowel) : Distensi abdomen, Bising usus menurun
f. B6 (Bone) : Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istrahat/tidur. Gejala : Lemah, letih, sulit
bergerak/berjalan
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas
2) Diagnosis Keperawatan
a. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan (D.0005)
b. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulasi (Dibetes militus) (D.0037)
c. Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi (D.0076)
d. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes
militus) (D.0142)
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
3) Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan dan
(5) benar
Penanggung jawab
Initial : Ny. D
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub dg pasien : Istri
Tanda (Objektif)
Respon terhadap aktivitas yang teramati : pasien tampak lemas dan tidak
bersemangat serta geraknya terbatas kareba terdapat luka pada kaki bagian
sinistra
Kardiovaskuler : irama nadi cepat dan teratur, frekuensi : 133x/menit
Pernapasan : inspirasi dan ekspirasi pergerakan dada pasien kussmaul
(Cepat dan dalam), frekuensi napas : 28x/menit
Status mental : pasien merasa lemas dan sedih dengan kondisinya
Pengkajian Neuromuskular : kelemahan kekuatan otot
Massa/tonus otot lemah, tremor tidak ada,
Rentang gerak : terbatas, kelemahan fisik akibat metabolisme terganggu
Deformitas : tidak ada
Sirkulasi : kurang baik karena pasien tampak pucat
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Riwayat tentang hipertensi : tidak ada
Masalah Jantung : tidak ada kelainan
Demam Rematik : tidak ada
Edema mata kaki : tidak ada
Radang urat darah : tidak ada
Penyembuhan lambat : pasien mengatakan kaki kirinya terkena
paku sejak 2 bulan yang lalu namun tidak kunjung sembuh
Ekstermitas : edema tidak ada
Kesemutan : pasien kadang merasa kesemutan
Kebas : tidak ada
Batuk hemoptisis : tidak ada
Perubahan frekuensi/jumlah urine : normal
Tanda (Objektif)
TD : 122/91 mmHg Posisi : Berbaring
Pasien tampak pucat
Nadi (palpasi) : Radialis : 133x/menit
Jantung (palpasi) : tidak teraba adanya massa
Getaran : tidak terlihat adanya getaran
Dorongan : tidak teraba adanya dorongan jantung yang terlalu kuat
Bunyi jantung : BJ 1 BJ 2 normal, irama teratur namun cepat
Friksi gesek : tidak terdengar
Murmur : tidak ada
Desiran vaskuler : tidak ada
Distensi vena : tidak ada
Bunyi nafas : vesikuler
Ekstermitas : akral dingin, terdapat ulkus DM pedis sinistra ukuran 5x8
cm, eksudat seropurulenta, kedalaman luka kehilangan ketebalan parsial,
jaringan nekrotik berwarna kuning, jaringan granulasi tidak ada, ada kallus
Pengisian kapiler : CRT <3 detik
Tanda hoffman : tidak ada
Variasi : tidak ada
Abnormalitas kuku : tidak ada
Penyebaran/kualitas rambut : ratadi seluruh bagian kepala
Warna : hitam namun tampak sudah muncul banyak uban
Membran mukosa : kering
Punggung kuku : tidak ada kelainan
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : putih
INTEGRITAS EGO
Gejala (Subjektif)
Faktor stress : pasien mengatakan stress dengan kondisinya yang lemah dan
lukanya yang tak kunjung sembuh, serta harus meminum obat
secara terus-menerus sehingga keluarga pasien mengatakan
kadang pasien tidak mau meminum obatnya
Masalah finansial : pasien menggunakan kartu JKN dalm pengobatannya
Status hubungan : interaksi sosial dengan setiap anggota keluarga dan orang di
sekitarnya baik
Faktor budaya : tidak ada ritual khusus untuk merawat penyakit pasien
Agama : Islam, kegiatan keagamaan sebelum sakit 2 bulan terakhir
pasien rajin melaksanakan sholat ke masjid, setelah sakit pasien
hanya melaksanakan sholat di rumah
Gaya hidup : normal
Perasaan : ketidakberdayaan : lemas sehingga semangat hidup menurun
Keputusasaan : tanda-tanda sudah ada rasa kecewa, marah akan penyakitnya
yang tak kunjung sembuh dan penyembuhan kakinya yang lama
Tanda (Obyektif)
Pasien tampak mudah marah
ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB : Pasien BAB 1x sehari
Penggunaan Laksatif : tidak menggunakan laksatif
Karakter feses : normal
BAB Terakhir : satu hari yang lalu
Riwayat Perdarahan : tidak ada
Haemoroid : tidak ada
Konstipasi : tidak ada
Diare : tidak ada
Pola BAK : poliuri, pasien mengatakan sering buang air kecil
Inkontunensia urine : tidak ada
Dorongan : biasa
Frekuensi : sering
Retensi urine : tidak ada
Karakter urine : warna kuning
Nyeri/kesulitan BAK : tidak
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak
Tanda (Objektif)
Abdomen : Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen
Massa : Tidak terdapat massa pada kandung kemih
Bising usus : 15x/menit
Haemoroid : Tidak terdapat hemoroid
Bak terlalu sering : pasien nampak sering BAK, hasil lab menunjukan
terdapat keton pada urine
MAKANAN/ CAIRAN
Gejala (Subjektif)
Sehari hari pasien makan dengan nasi yang cukup banyak, karena sudah terbiasa
dengan makan banyak nasi sehingga jika nasinya dikurangi pasien tidak akan puas
dan kehilangan selera makan, sebelum di diagnosa sakit pada tahun 2007 berat
badan pasien yaitu 80 kg namun berat badan pasien kini 50 kg dan selalu
mengalami penurunan setiap bulannya
Tanda (Objektif)
Saat ini berat badan pasien yaitu : 50kg, tinggi badan : 169 cm, turgor kulit kering,
tidak terdapat edema, tidak terdapat asites, tidak terdapat distensi vena jugularis,
tidakterdapat distensi vena jugularis, hernia/massa, nafas berbau aseton, kondisi
gigi/gusi baik, penampilan lidah baik, membran mukosa kering, bising usus
15x/menit
HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari : selama lemas dibantu
Mobilitas : selama lemas dibantu
Makanan : selama lemas dibantu
Hygiene : selama lemas dibantu
Berpakaian : selama lemas dibantu
Toileting : selama lemas dibantu
Waktu mandi yang diinginkan : 2x sehari
Pemakaian alat bantu/ prostetik : selama lemas dibantu
Bantu diberikan oleh : keluarga
Tanda (Objektif)
Penampilan umum : kurang rapi, rambut agak kusut
Cara berpakaian : sedikit kurang rapi rapi
Bau badan : pasien tidak bau
Kondisi kulit kepala : bersih
Adanya kutu : tidak ditemukan
NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/ pusing : tidak ada
Sakit kepala : tidak
Lokasi nyeri : tidak ada
Frekuensi : -
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : tidak ada
Stroke (gejala sisa) : tidak ada
Kejang Tipe : tidak ada
Frekuensi :-
Status postikal : tidak ada kelainan
Mata : Kehilangan penglihatan : tidak ada
Pemeriksaan terakhir : tidak pernah
Glaukoma : tidak ada
Katarak : tidak ada
Telinga : Kehilangan pendengaran : tidak ada
Pemeriksaan terakhir :-
Epistaksis : tidak ada
Tanda (Objektif)
Status mental : tidak ada kelainan
Terorientasi/ disorientasi : terorientasi dengan baik
Kesadaran : Mengantuk : iya
Letargi : iya
Stupor : tidak
Koma : tidak
Kooperatif : iya
Menyerang : tidak
Delusi : iya
Halusinasi : tidak
Afek (gambarkan) : tidak ada kelainan
Memori : saat ini :baik Yang lalu : baik
Kaca mata : tidak Kontak lensa : tidak Alat bantu dengar : tidak
Ukuran/ rekasi pupil : Ka/ Ki : isokor
Facial drop : tidak ada Menelan : baik
Genggaman tangan/ lepas : Ka/ Ki : pasien lemah
Postur : seimbang
Refleks tendom dalam : normal
Paralisis : tidak ada
PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan nafasnya sesak, pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat
merokok.
Tanda (Objektif)
Pola nafas kussmaul ( cepat, dalam ), Rr : 28 x/menit, bunyi nafas vesikuler, tidak
ada sputum, terdapat pernafasan cuping hidung
KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Tidak terdapat alergi atau reaksi sensitivitas, 2 bulan lalu pasien mengalami luka
karena terkena paku namun belum sembuh sampai sekarang, saat ini pasien untk
ambulasi menggunakan kruk
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh : 36oC, terdapat diaforesis, terdapat ulkus DM pedis sinistra ukuran
5x8 cm, eksudat seropurulenta, kedalaman luka kehilangan ketebalan parsial,
jaringan nekrotik berwarna kuning, jaringan granulasi tidak ada, ada kallus,
INTERAKSI SOSIAL
Gejala (Subjektif)
status perkawinan pasien menikah, lama 20 tahun, pasien hidup dengan anak dan
istrinya, pasien mengatakan awal dirinya terkena diabetes adalah karena stress
terhadap pekerjaannya serta meminum minuman manis seperti extra joss untuk
menambah kekuatannya sehingga akhirnya Tn. J akhirnya terdiagnosa diabetes
mellitus
Tanda (Objektif)
Pasien tampak berbicara dengan jelas, dan dapt dimengerti, pola interaksi pasien
dengan keluarga baik namun sedikit acuh karena tubuhnya lemas
PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN
Gejala (Subjektif)
Bahasa dominan (khusus) : indonesia Melek huruf :-
Tingkat pendidikan : SLTA
Ketidakmampuan belajar (khusus) : tidak ada
Keterbatasan kognitif : tidak ada
Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : pasien kadang meminum obatnya kaang
tidak, dan pasien tidak dapat mengurangi konsumsi nasinya
Orientasi spesifik terhadap perawatan kesehatan (spt, dampak dari agama/ kultural
yang di anut) : tidak ada
Faktor resiko keluarga (tandai hubungan) : diabetes
Obat yang diresepkan (lingkari dosis terakhir) :
Obat : glibencamide
Dosis : 2 x 5 mg
Waktu : sebelum makan
Diminum secara teratur : iya
Tujuan : menurunkan gula
Penggunaan alkohol (jumlah/ rekuensi) : tidak
Diagnosa saat masuk perdokter : diabetes ketoacidosis
B. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
Ketoacidosis diabetikum
Breath
Sesak
Diuresis osmotik
Poliuria
Defisit cairan
Bladder
Pk. Hiperglikemi
Diuresis osmotik
Kehilangan cairan
Poliuri
Hipovolemia
3. DS: Sel ß tidak mampu Resiko infeksi
- Pasien mengatakan menghasilkan insulin
luka terkena paku di
kaki kiri sejak 2 bulan Defisiensi insulin
lalu namun tidak
kunjung sembuh Transport glukosa ke jaringan
menurun
DO:
- Terdapat ulkus DM Glukosa meningkat
pedis sinistra ukuran
5x8 cm, Metabolisme meningkat
- Eksudat seropurulenta,
kedalaman luka Kelemahan
kehilangan ketebalan
parsial Ketoacidosis diabetikum
- Jaringan nekrotik
berwarna kuning, Blood
jaringan granulasi tidak
ada Insulin menurun
- luka bersih dan tidak
bau, Sel lapar
- leukositosis (leukosit
39,4 mm3) Ulkus
- Trombosit 572 ribu/ul
Invasi mikroorganisme
Resiko infeksi
Ketidakseimbangan kadar
glukosa darah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.0005 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
2. D.0027 Ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah berhubungan
dengan gangguan toleransi glukosa darah
3. D.0003 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. D.0142 Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (Diabetes
Mellitus)
5. D.0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
2. D.0027 S: Umi
Ketidakseimbangan - Pasien mengatakan sudah tidak sering Kulsum
kadar glukosa mengantuk
dalam darah - Pasien sudah tidak lemah
berhubungan O:
dengan gangguan - Mengantuk menurun (5)
toleransi glukosa - Lelah menurun (5)
darah - Berkeringat menurun (5)
- Kadar glukosa dalam darah membaik (5)
- Keton menurun
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
3. D.0003 S: Umi
Hipovolemia - Pasien sudah tidak lemah Kulsum
berhubungan O:
dengan kehilangan - Turgor kulit meningkat (5)
cairan aktif - Perasaan lemah menurun (5)
- Membrane mukosa membaik (5)
- Intake cairan membaik (5)
- Trombosit membaik (5)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
4. D.0142 S: Umi
Risiko infeksi - Pasien mengatakan luka berangsur sembuh Kulsum
berhubungan O:
dengan penyakit - Letargi menurun (5)
kronis (Diabetes - Gangguan kognitif menurun (5)
mellitus) - Kadar sel darah putih membaik (5)
- Trombosit membaik (5)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.
Santoso, et al. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketoasidosiss Diabetik
Berulang: Laporan Kasus Berbasis Bukti. Jurnal Penelitian. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sheehan L, Calfas D. 2016. Cardiovaskular Complications of Ketoacidosis.
Wingate Unversity School of Pharmacy. North Carolina.
Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit , EGC, Jakarta