Anda di halaman 1dari 8

Kelompok : B1

Prodi : S1 Keperawatan Semester 4

Modul C1-8 Keperawatan Gawat Darurat

SKENARIO
Seorang laki-laki, 35 tahun, dibawa anaknya ke IGD dengan keluhan sulit diajak komunikasi. Hasil
pemeriksaan Primary survey: airway: terdapat suara ronchi tetapi masih napas spontan, sputum kental
warna jernih kekuningan. Breathing: terdapat penggunaan otot bantu napas, tampak sesak
napas/dispnea, tachipnea dengan respirasi rate 36 kali/menit, saturasi oksigen 88 %, dan terdengar
ronchi di kedua lapang paru basal. Circulation: TD 60/40 mmHg, MAP: 47 mmHg, frekuensi nadi 116
kali/menit dengan pulsasi lemah dan reguler, CRT > 2 detik, kulit kering, turgor kurang dan akral dingin.
Disability: GCS E2V2M3 dengan kesadaran soporokoma. Pada secondary survey: pasien sulit diajak
komunikasi, semalam sempat dicek GDS : 731 mg/dl oleh perawat di rumah, serta dipasang kateter dan
urine hanya 50 ml sejak tadi malam. Hasil pemeriksaan laboratorium di IGD: GDS 878 mg/dl, AGD: pH
7.23, PCO2 48 mmHg, PO2 250 mmHg, Bicarbonat 20.5 mmol/L, BE -7.5 mmol/L, total CO 2 22.0 mmol/L,
PO2/FIO2 255 mmHg, Lactat 3.6 mmol/L. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan perawat
tersebut?

SESI PERTAMA :

STEP 1
1. Soporokoma (Ririn) : soporokoma yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri. (Novisa)
2. Tachipnea (Tita) : Tachipnea adalah kondisi ketika seseorang bernapas dengan sangat cepat (Sri
Widiyana)
3. Disability (Ira) :
Disability adalah suatu keterbatasan atau kehilangan kemampuan (sebagai akibat dari
suatu impairment) untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara atau dalam batas-batas yang
dipandang normal bagi seorang manusia (Azizah)
Disability adalah evaluasi tingkat kesadaran berupa metode AVPU, pada bagian primary survey
( Melia)
4. Pulsasi (Dewi mur) : pulsasi adalah perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik
(mudahnya, sistolik minus diastolik) (Ira Krisna)
5. Lapang paru (Ririn) : Basal paru bagian bawah (Tita)
6. BE -7.5 mmol/L (Anna) : Base excess (BE) Adalah jumlah asam atau basa yang ditambahkan ke
dalam 1 liter darah/cairan ekstraseluler (Melia, Tita)
7. PO2/FIO2 255 mmHg (Vivani) : Fio2 : fraksi oksigen yang dihirup Po2 : tekanan oksigen (Melia)

STEP II

1. Apa yang menyebabkan ps sesak nafas? (Ririn)


2. Apa yang menyebabkan ps mengalami suara ronchi? (Ira)
3. Tindakan apa yang dapat dilakukan perawat pada kasus tersebut? (Tita)
4. Apa yang menyebabkan kesadaran ps soporokoma? (David)

STEP III

1. - Terjadi karena sistem pernapasan dan sirkulasi darah tidak mampu mengedarkan cukup oksigen
untuk tubuh (Fetti)
- Terjdi karena adanya cidera atau inflamasi pada otot,tulang,dan sendi rongga dada (Ira)
- Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada seseorang dengan diabetes dapat membuat
tubuhnya bereaksi memproduksi keton. Keton bersifat asam. Bila produksinya cukup banyak,
maka dapat terjadi asidosis. (Tita)

2. - Pasien terdengar ronchi karena adanya sumbatan sputum yang kental (Anna)
- Karena terdapat cairan atau lendir pada paru paru (Ririn)

3. - Dilakukan suction lendir (Erlikhe)


- Airway : melihat jalan napas, diakrenakan ada yang mengganggu bisa dilakukan suction.
Breathing : diberikan oksigenasi, karena pasien tampak sesak napas. Dan agd : pH 7.23
menandakan mengalami asidosis respiratorik sehingga kekurangan c02. Sehingga maskernya
diberikan RM (rebreathinh mask). (Melia)
- Diberikan terapi insulin dikarenakan gula darah pasien melebihi batas normal (Diah)
- Dilakukan manajemen oksigenasi (Novisa)
- Longgarkan pakaian pada ps (Ira)
4. - Kesadaran pasien dapat menurun menjadi soporocoma karena berhubungan dengan hasil GDS
pasien yang tinggi tidak terkendali yang berhubungan dengan kondisi pasien ketoasidosis
diabetikum (Anggun)
- Karena pasien mengalami asidosis (kadar asam dalam tubuh tinggi) terjadi saat pH kurang dari
batas normal (Sri Widiyana)

STEP IV

1. Karena terjadi adanya implamasi pada otot, tulang dan sendi rongga dada sehingga pernapasan dan
silkulasi darah tidak mampu mengedarkan cukup oksigen untuk tubuh dan menyebabkan kadar
gula darah yang tidak terkontrol pada seseorang dengan diabetes dapat membuat tubuhnya
bereaksi memproduksi keton. Keton bersifat asam, bila produksinya banyak dapat terjadinya
osidosis (Ira)
2. Suara ronchi pada pasien disebabkan karena adanya sumbatan sputum atau lendir yang kental
pada paru paru (Ririn)
3. Perawat dapat melakukan suction karena terdapat lendir, lalu manajemen oksigenasi dengan
memberikan rebreathing mask karena pasien tampak sesak napas dan agd pH : 7,23 menandakan
pasien mengalami asidosis resporatorik, dan dapat melonggarkan pakaian pasien agar tidak sesak
napas. Perawat juga dapat memberikan terapi insulin karena gula darah pasien melebihi batas
normal (Novisa)
4. Pasien mengalami soporokoma karena GDS yang tidak terkendali dan asidosis dalam tubuh tinggi
(Dewi Muryani)

STEP V

1. Mengapa kondisi ketoasidosis diabetikum masuk kedalam kondisi kegawatdaruratan? (Anggun)


2. Bagaimana cara penanganan syok pada kasus di atas? (Ira)
3. Indikasi dan kontraindikasi dalam tindakan suction apasaja? (Anna)
4. Apa saja gejala yang muncul saat pasien mengalami penyakit asidosis diabetikum? (Tita)
5. Apa yang menyebabkan pasien asidosis diabetikum mengalami pengeluaran urine yang sedikit?
(Melia)
6. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran? (Ririn)
7. Sebutkan klasifikasi dari ketoasidosis diabetikum?
8. Bagaimanakah intrepretasi hasil AGD pada pemeriksaan tsb?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan yang tepat pada kegawatdaruratan ketoasidosis diabetikum?
10. Diagnosa keperawatan apakah yang bisa muncul pada kasus tersebut?
STEP VI

1. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa gambaran pre klinis KAD meliputi
meningkatan buang air kecil (BAK), banyak minum dan penurunan berat badan. Sedangkan
gambaran pada waktu serangan KAD adalah penurunan kesadaran dan gangguan pernafasan
berupa sesak nafas. Mengingat tanda dan gejala KAD yang mengancam nyawa.
Keterlambatan dan kesalahan penanganan dasar dapat menyebabkan kondisi penderita yang
lebih buruk.

Sumber : Reynaldo, G. (2022). Penanganan Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak dengan
Komplikasi Ketoasidosis Diabetikum: Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran Meditek, 28(1), 52-56.

2. * Memberikan terapi cairan melalui pemasangan infus untuk mengatasi dehidrasi dan mengencerkan
glukosa dalam darah.

* Memberikan insulin melalui infus intravena (melalui pembuluh darah vena) yang dilanjutkan
dengan pemberian insulin melalui suntikan subkutan (melalui bawah kulit), untuk menurunkan kadar
gula darah.

* Memberikan elektrolit, seperti kalium, natrium, dan klorida untuk menyeimbangkan kadar
elektrolit tubuh.

Sumber : Miarta, A., & Zulfariansyah, A. (2019). Tatalaksana Pasien Ketoasidosis Diabetikum yang
Disertai Syok Sepsis. Majalah Anestesia & Critical Care, 37(3), 90-96.

3. Indikasi tindakan suction adalah untuk menjaga jalan nafas tetap bersih (airway maintenance), apabila
pasien tidak mampu batuk efektif dan diduga terjadinya aspirasi serta membersihkan jalan nafas.

Kontraindikasi dilakukannya suction adalah pada klien dengan peningkatan tekanan intrakranial karena akan
mempengaruhi/ meningkatkan tekanan intrakranial, tekanan darah, dan denyut jantung secara signifikan.

Sumber : Sari, R. P., & Ikbal, R. N. (2019). PENGARUH TINDAKAN SUCTION TERHADAP PERUBAHAN SATURASI
OKSIGEN PADA PASIEN PENURUNAN KESADARAN DIRUANGAN ICU RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH
PADANG TAHUN 2019. Prosiding SainsTeKes, 1, 50-57.

4. Gejala dari ketoasidosis diabetik adalah sebagai berikut :


 Tingkat gula darah tinggi

 Sering buang air kecil


 Merasa haus yang berlebihan
 Tingkat keton dalam urine tinggi
 Mual atau muntah
 Nafas cepat dan dalam
 Nyeri perut
 Linglung
 Mulut dan kulit kering
 Lelah
 Bau nafas yang khas, seperti bau buah yang manis

Sumber : Puri, I. A. D. R. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosa Ketoasidosis
Diabetikum Di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.

5. Ketoasidosis diabetik terjadi ketika kandungan keton yang bersifat asam meningkat dalam darah
akibat tubuh kekurangan insulin. Kondisi ini lebih sering terjadi pada pasien diabetes tipe 1 yang
tidak terkontrol. Ketoasidosis diabetik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam atau
saat ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine.

Sumber : Wiryansyah, M., Retnaningrum, Y. R., & Mu'ti, A. (2021). KARAKTERISTIK PASIEN
KETOASIDOSIS DIABETIK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE
2018. Verdure: Health Science Journal, 3(2), 1-12.

6. * Pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS)

* Pemeriksaan nadi, tekanan darah, suhu tubuh

* Pemeriksaan laboratorium

Sumber : Huang, I. (2018). Patofisiologi dan diagnosis penurunan kesadaran pada penderita diabetes
mellitus. Medicinus, 5(2).

7. KAD diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya asidosis dan dibagi menjadi:


• KAD ringan : pH < 7,3 atau HCO 3 < 15 mEq/L
• KAD sedang : pH < 7,2 atau HCO 3 < 10 mEq/L
• KAD berat : pH < 7,1 atau HCO 3 < 5 mEq/L

Sumber : Ridwan, Z., & Bahrun, U. (2018). Ketoasidosis Diabetik Di Diabetes Melitus Tipe
1. Indonesian Journal Of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 22(2), 200-203.

8. 1. Lihat pH

Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah antara 7,35 – 7,45. Jika pH darah di bawah 7,35
berarti asidosis, dan jika di atas 7,45 berarti alkalosis.

2. Lihat CO2

Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2. Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg. Di bawah 35 adalah
alkalosis, di atas 45 asidosis.

3. Lihat HCO3

Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3. Kadar normal HCO3 adalah 22-26 mEq/L. Di bawah 22 adalah
asidosis, dan di atas 26 alkalosis.
4. Bandingkan CO2 atau HCO3 dengan pH

Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar pCO2 atau HCO3 dengan pH untuk menentukan jenis
kelainan asam basanya. Contohnya, jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya disebabkan oleh
sistem pernapasan, sehingga disebut asidosis respiratorik. Contoh lain jika pH alkalosis dan HCO3 alkalosis,
maka kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik sehingga disebut metabolik alkalosis.

5. Apakah CO2 atau HCO3 berlawanan dengan pH

Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau HCO3 berlawanan arah dengan pH. Apabila ada
yang berlawanan, maka terdapat kompensasi dari salah satu sistem pernapasan atau metabolik. Contohnya
jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok dengan pH sehingga kelainan primernya
asidosis respiratorik. Sedangkan HCO3 berlawanan dengan pH menunjukkan adanya kompensasi dari sistem
metabolik.

6. Lihat pO2 dan saturasi O2

Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 dan O2 sat. Jika di bawah normal maka menunjukkan terjadinya
hipoksemia. Untuk memudahkan mengingat mana yang searah dengan pH dan mana yang berlawanan, maka
kita bisa menggunakan akronim ROME.

Sumber : Fathana, P. B., Rahmadona, D., & Affarah, W. S. (2021). PELATIHAN TEKHNIK
PENGAMBILAN, PENANGANAN DAN TRANSPORTASI SAMPEL DARAH ARTERI UNTUK
PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH PADA TENAGA KESEHATAN DI RS UNIVERSITAS
MATARAM. Prosiding PEPADU, 3, 27-33.

9. Pemberian cairan, kalium, serta insulin merupakan trias utama penatalaksanaan ketoasidosis
diabetik.

Penatalaksanaan Awal 

Penilaian dilakukan terhadap tingkat dehidrasi, kesadaran (Glasgow Coma Scale), pemeriksaan
sampel darah dan urin. Lakukan pemasangan intravenous line bersama dengan pengambilan darah.

Sumber : Pradana, R. V. M. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Ketoasidosis Diabetik Di
Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara

10. 1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan bernapas

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan (diuresisosmotic)


akibat hiperglikemia

3. Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas b/d peningkatan keasaman ( pHmenurun) akibat
hiperglikemia, glukoneogenesis, lipolisis

Sumber : Alamsyah, M. N., Suyoso, Y. P., & Mertha, I. W. (2021). KEGAWATDARURATAN


HIPERGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETIC FOOT, DAN NEFROPATI DIABETIKUM; TANTANGAN
DIAGNOSIS DAN TERAPI. Proceeding Book National Symposium and Workshop Continuing Medical
Education XIV.
DAFTAR PUSTAKA

Reynaldo, G. (2022). Penanganan Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak dengan Komplikasi Ketoasidosis
Diabetikum: Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran Meditek, 28(1), 52-56.

Miarta, A., & Zulfariansyah, A. (2019). Tatalaksana Pasien Ketoasidosis Diabetikum yang Disertai Syok
Sepsis. Majalah Anestesia & Critical Care, 37(3), 90-96.

Sari, R. P., & Ikbal, R. N. (2019). PENGARUH TINDAKAN SUCTION TERHADAP PERUBAHAN
SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN PENURUNAN KESADARAN DIRUANGAN ICU
RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG TAHUN 2019. Prosiding SainsTeKes, 1, 50-
57.

Puri, I. A. D. R. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosa Ketoasidosis Diabetikum Di
Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.

Wiryansyah, M., Retnaningrum, Y. R., & Mu'ti, A. (2021). KARAKTERISTIK PASIEN KETOASIDOSIS
DIABETIK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE 2018. Verdure:
Health Science Journal, 3(2), 1-12.

Huang, I. (2018). Patofisiologi dan diagnosis penurunan kesadaran pada penderita diabetes mellitus.
Medicinus, 5(2).

Ridwan, Z., & Bahrun, U. (2018). Ketoasidosis Diabetik Di Diabetes Melitus Tipe 1. Indonesian Journal Of
Clinical Pathology and Medical Laboratory, 22(2), 200-203.

Fathana, P. B., Rahmadona, D., & Affarah, W. S. (2021). PELATIHAN TEKHNIK PENGAMBILAN,
PENANGANAN DAN TRANSPORTASI SAMPEL DARAH ARTERI UNTUK PEMERIKSAAN
ANALISA GAS DARAH PADA TENAGA KESEHATAN DI RS UNIVERSITAS MATARAM.
Prosiding PEPADU, 3, 27-33.

Pradana, R. V. M. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Ketoasidosis Diabetik Di Ruang
Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara
Alamsyah, M. N., Suyoso, Y. P., & Mertha, I. W. (2021). KEGAWATDARURATAN HIPERGLIKEMIA
PADA PASIEN DIABETIC FOOT, DAN NEFROPATI DIABETIKUM; TANTANGAN
DIAGNOSIS DAN TERAPI. Proceeding Book National Symposium and Workshop Continuing
Medical Education XIV.

Anda mungkin juga menyukai