Beberapa karya intelektual yang sempat lahir pada zaman ini antara lain: Arjuna
Wiwaha karya Mpu Kanwa (Kediri, 1019), Bharata Yudha karya Mpu Sedah (Kediri,
1157), Hariwangsa karya Mpu Panuluh (Kediri, 1125), Gatotkacasraya karya Mpu
Panuluh, Smaradhahana karya Mpu Dharmaja (Kediri, 1125), Negara Kertagama
karya Mpu Prapanca (Majapahit, 1331-1389).
Pendidikan selama masa kolonialisme belanda terjadi dalam dua periode besar,
yaitu masa VOC dan masa pemerintahan hindia belanda (Nederlands indie).
Pendidikan dinusantara pada fase VOC , tidak lepas dari kepentingan komersialisasi
VOC sebagai kongsi dagang. Pembangunan pendidikanpun hanya diarahkan pada
penciptaan tenaga kerja terampil dikalangan kaum bumi putra dengan upah yang
sangat rendah, untuk dipekerjakan pada perusahaan-perusahaan dagang VOC.
Secara beriringan, penjajahan kolonialisme semakin menyengsarakan kaum bumi
putra. Sehingga, perkembangan pendidikan dimasa ini tidak mengalami
perkembangan yang signifikan. Kecuali usaha menyebarkan agama mereka
(Kolonialisme) dibeberapa pulau dibagian timur Indonesia.
Setelah VOC mengalami keruntuhan pada tahun 1816, pendidikan masa VOC tidak
mengalami perkembangan dan berkecenderungan gagal, maka dimasa pemerintan
yang baru dengan ide-idenya yang beraliran Aufklarung yang berkeyakinan bahwa
pendidikan dapat dijadikan alat untuk mencapai ekonomi sosial. Pada 1808,
Deandels memerintahkan kepada bupati-bupati dijawa mendirikan sekolah atas
usaha dan biaya sendiri. Sekolah pertama di Indonesia dididirikan pada tahun 1818
(ELS; Europeesche Lagere School), yang peruntukan pendiriannya untuk anak-
anak Belanda.
Pada tahun 1819-1823, Gubernur Jendral Belanda Van der Capellen menganjurkan
pendidikan rakyat untuk menyediakan sekolah bagi penduduk untuk membaca dan
menulis, tetapi usaha ini tidak berhasil akibat terjadinya penghematan karena
adanya kesulitan keuangan yang dihadapi Belanda sebagai akibat perang
dipenegoro (1825-1830) serta peperangan Belanda-Belgia (1830-1839) yang mahal
dan memakan banyak korban.
Kesulitan keuangan ini menyebabkan raja belanda untuk meninggalkan prinsip-
prinsip liberal dan menerima rencana yang dianjurkan Van den Bosch, bekas
Gubernur di Guyana, jajahan Belanda di Amerika selatan, memanfaatkan pekerjaan
budak menjadi dasar eksploitasi Kolonial. Ia membawa ide penggunaan kerja
paksa(rodi) sebagai cara yang ampuh untuk memperoleh cara usaha maksimal,
yang kemudian terkenal dengan cultuur stelsel atau tanam paksa yang memaksa
penduduk untuk menghasilkan tanaman yang diperlukan dipasaran Eropa.
Van den Bosch mengerti, bahwa untuk memperbaiki stesel pembangunan ekonomi
bagi belanda dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang banyak. Setelah tahun 1848
dikeluarkan peraturan-peraturan yang menunjukan pemerintah lambat laun
menerima tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak Indonesia
sebagai hasil perdebatan diparlemen Belanda dan mencerminkan sikap Liberal yang
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
c. Pendidikan Tinggi
1. Sekolah Tinggi Kedokteran (GHS-1927) menerima lulusan HBS (Hogere
Burger School) dan AMS (Algemeene Middelbare School), STOVIA
(Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) dan lulusan NIAS
(Nederlandsch- Indische Artisen School).
2. Sekolah Tinggi Hukum (Rechts Hoge School – 1924), berawal dari
Sekolah Hukum (Rechts Hoge School – 1924)
3. Sekalah Tinggi Teknik (Technisch Hoge School - 1920)
Diperlukannya suatu pijakan yang kuat bagi kolonialisme Belanda dalam
mengorganisasikan keuntungan dari negara jajahan, berimbas pada politik
pendidikan kolonial yang sesuaikan dengan watak politik Belanda pada masa itu.
Berhubungan dengan ini, watak dan praktek pendidikan kolonial dapat dilihat dalam
beberapa cirri seperti:
1. Sistem Dualisme; Dalam system dualisme diadakan garis pemisahan antara
system pendidikan untuk golongan Eropa dan system pendidikan unutk golongan
bumi putra. Jadi disini diadakan garis pemisah sesuai dengan politik Kolonial
yang membedakan antara bumi putra dan pihak penjajah.
2. System Korkondasi; Sistem ini berarti bahwa pendidikan didaerah penjajahan
disesuaikan dengan pendidikan yang terdapat di Belanda. System ini
diasumsikan bahwa dengan System yang berkondasi dengan system yang ada
di negeri Belanda, maka mutu pendidikan terjamin setingkat pendidikan di
Negara Belanda.
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
2. Pendidikan lanjutan terdiri dari Shoto Chu Gakko (sekolah menengah pertama)
dan Koto Chu Gakko (sekolah menengah tinngi)
3. Pendidikan kejuruan. Mencakup seklah lanjutan bersifat vokasional antara lain
dalam bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan,teknik dan pertanian.
Selain mencocokan kurikulum pendidikan yang bermuatan lokal, materi pokok
seperti Indoktrinasi ideology Hakko Ichiu, Nippon Seisyin (latihan kemiliteran dan
semangat Jepang), bahasa dan adat istiadat Jepang merupakan bagian dari proses
pendidikan dan pelatihan terhadap guru-guru dalam sekolah-sekolah yang didirikan
Jepang.
3. Pendidikan Dimasa Orde Lama; Soekarno
Tentara jepang yang semakin terdesak didalam perang Asia Raya, menyebabkan
jatuhnya kabinet Tojo pada tanggal 17 Juli 1944, kemudian digantikan oleh kabinet
PM. Koiso. Dalam kondisi keterdesakan Jepan inilah, PM. Koiso mengeluarkan janji
kemerdekaan bagi Indonesia. Terjadinya Kekosongan kekuasaan setelah Jepang
takluk kalah kapada sekutu dimanfaatkan untuk memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia pada tangaal 17 Agustus 1945.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 hasil proklamasi, menjelaskan bahwa
salah satu tujuan dan tugas mendirikan Republik Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Sistem pemerintahan berganti, berganti pula ideologi/cita-cita negaranya. Pada
masa pemerintahan Soekarno, skenario yang pertama kali dilakukan oleh Soekarno
dan kabinetnya adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Semenjak proklamasi 17 agustus 1945, sekolah-sekolah yang telah dibangun pada
masa pendudukan Jepang dilanjutkan dengan serba kekurangan. Namun demikian,
dasar-dasar pendidikan nasional telah disempurnakan dan disesuaikan dengan
kebutuhan bangsa Indonesia. Masa revolusi pendidikan nasional mulai meletakkan
dasar-dasarnya.
Pada masa revolusi sangat terasa serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat
melaksanakan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD
1945. Kita dapat merumuskan Undang-Undang Pendidikan No. 4/1950 junto no. 12/
1954. Kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya.
Pendidikan memang tidak bisa terlepas dari tujuan negara atau pemerintah. Pada
masa kepemimpinan bung Karno, pemerintahannya menginginkan pembentukan
masyarakat sosialis Indonesia. Untuk itu, tujuan pendidikan disesuaikan dengan
tujuan negara. Walau bagaimanapun, hal ini dianggap penting karena dengan
adanya penyesuaian tujuan pendidikan dengan tujuan pemerintah atau negara,
maka menjadi jelaslah arah pelaksanaan pendidikan pada suatu negara.
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia, yang sesuai dengan tujuan negara, yaitu
pendidikan sosialisme Indonesia oleh pemerintahan Ir. Soekarno (1961-1966).
Menteri pendidikan pertama Ki Hajar Dewantara beberapa bulan sesudah
proklamasi kemerdekaan mengeluarkan Instruksi Umum, yang isinya : menyerukan
kepada para guru supaya membuang sistem pendidikan kolonial dan
mengutamakan patriotisme. Selain itu,anak yang berumur 8 tahun diwajibkan
memperoleh pendidikan Sekolah Dasar.
Pelaksanaan wajib belajar menghadapi berbagai masalah, Jumlah sekolah dan guru
belum memadai apalagi wajib belajar itu akan dilaksanakan. Jumlah guru yang
dididik masih sangat terbatas, selain lulusan sekolah-sekolah guru Zaman kolonial.
Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan
system yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas. Hal ini
didukung karena jumlah sekolah belum begitu banyak dan guru-guru yang ditempa
pada zaman kolonial.
Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Guru belum berorientasi
kepada yang material tetapi kepada yang ideal. Citra guru sebagai pahlawan tanpa
tanda jasa yang diciptakaan era Orde Baru sebenarnya telah dikembangkan pada
Orde Lama. Kebijakan yang diambil pada Orde Lama dalam bidang pendidikan
tinggi yaitu mendirikan universitas di setiap provinsi.
Indonesia pada era tersebut sangat mendukung pendidikan sebagai satu alat
akselarasi masyarakat menuju masyarakat adil dan makmur sesuai cita-cita UUD
1945. Indonesia bahkan mampu mengekspor guru ke Negara tetangga,
menyekolahkan ribuan mahasiswa ke luar negeri, dan menyebarkan mahasiswa-
mahasiswa ke seluruh penjuru negeri untuk mengatasi buta huruf. Tahun 1960-an
terjadi peningkatan luar biasa perguruan-perguruan tinggi yang sekaligus berarti
peningkatan jumlah mahasiswa dan pelajar di seluruh negeri. Tenaga-tenaga
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
pengajar diupah dengan layak, bahkan menjadi primadona pekerjaan bagi rakyat.
Jargon “study, work, rifle” atau “belajar, berkarya, dan senjata” merupakan satu
jargon yang juga dipakai oleh beberapa organisasi mahasiswa dan pelajar pada era
tersebut.
Masa soekarno adalah orde di mana semua orang merasa sejajar, tanpa dibedakan
warna kulit, keturunan, agama, dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia
pendidikan. Orde Lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang
berdiri di atas demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesame warga
negara termasuk dalam bidang pendidikan. Inilah amanat UUD 1945 yang
menyebutkan salah satu cita-cita pembangunan nasional adalah mencerdaskan
bangsa. Di dalam kampus muncul kebebasan akademis yang luar biasa, ditandai
dengan fragmentasi politik yang begitu hebat di kalangan mahasiswa. Mahasiswa
bebas beroroganisasi sesuai dengan pilihan atau keinginannya. Inilah salah satu era
keemasan bagi gagasan dan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Pada era Soekarno terjadi kemajuan sumber daya manusia, yang mana dapat kita
lihat dari banyaknya tenaga terdidik Indonesia yang digunakan sebagai tenaga
pendidik di negara lain. Selain itu juga semakin banyaknya para siswa dari negara
lain yang datang bersekolah diIndonesia.
Secara yuridis, pemikiran tentang pendidikan nasional dapat dilacak dalam undang-
undang nomor 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
disekolah (lembaran Negara tahun 1950 nomor 550), yang pelaksanaannya
ditegaskandalam UU no.12 th.1954, tentang pernyataan berlakunya UU no.4 th.1950
tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia
(lembaran Negaratahun 1954 nomor 38. Tambahan lembaran Negara nomor
550).Tujuan dan dasar pendidikan pada orde Lama dapat dilihat pada pasal 3 dan
4.Pasal 3: “Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk manusia
susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta
Materi Pendidikan Dasar
Didistribusikan oleh Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
Pada tahun 1965, Pendidikan Nasional telah memiliki pondasi atau identitasnya,
yaitu Pancasila, ketika terkait dengan fungsinya sebagai transformasi sosial. Namun
jauh sebelum penegasannya, pendidikan sebagai transformasi sosial sendiri
sebenarnya dimulai pada tahun 1959, ketika Soekarno memberikan penegasan
mengenai ideologi bangsa yang berdasarkan budaya dan pengalaman sejarah
bangsa Indonesia, dan kemudian menempatkan pendidikan untuk mewujudkan
ideologi bangsa.
Kemudian setelah Indonesia merdeka, terjadi dua kali perubahan kurikulum, yang
pertama dilakukan dengan dikeluarkannya rencana pelajaran tahun 1947 yang
menggantikan seluruh sistem pendidikan kolonial, kemudian pada tahun 1952
kurikulum ini mengalami penyempurnaan. Perubahan kedua terjadi dengan
dikeluarkannya rencana pendidikan tahun 1964.
Sebagaimana sistim politik pada era itu, maka menajeman pendidikan dilakukan
secara sentralistik. Sekolah-sekolah sebagai pelaksana pendidikan tidak memiliki
kewenangan yang memadai untuk ikut serta menyusun rumusan pendidikan
nasional. Semua kebijakan pendidikan ditentukan oleh pemerintan pusat. Sejalan
dengan pemerintahan Orde Baru yang otoriter, masalah pendidikan digunakan
sebagai kendaraan politik bagi pemerintahan soerharto untuk melakukan
indoktrinisasi kepada rakyat.
produktif. Berbagai layanan publik tidak mempunyai akuntabilitas sosial oleh karena
masyarakat tidak diikut sertakan di dalam manajemennya. Bentuk pembangunan
pada saat itu mengingkari kebhinekaan serta semakin mempertajam bentuk
primordialisme.
Gaji guru tidak lagi mampu mendukung kebutuhan minimal untuk mengajar dengan
tekun dan baik. Ekstensifikasi pendidikan berjalan lambat karena keterbatasan
anggaran. Para penguasa terlalu banyak mencampuri dan “mengarahkan“ sistem
pendidikan ini, sehingga apa yang disebut filsafat pendidikan nyaris tidak
terefleksikan dalam setiap tindakan pendidikan maupun pembelajaran. Sistem
pendidikan, ataupun mungkin lebih sempit dari itu : sistem persekolahan terlalu
banyak digunakan sebagai transmisi sosial membangun kehidupan bersama dan
menomor duakan kebhinekaan. Konvergensi dan kesamaan tujuan pembangunan.
Dengan demikian membangun manusia Indonesia seutuhnya sebenarnya telah
direduksikan dalam tindak pendidikan. Demikian pula tujuan pendidikan juga
mengacu pada tujuan pembangunan bangsa dan negara yang menuntut
konvergensi perilaku, bahkan hal-hal yang original,lateral dan baru dianggap
mengganggu keselarasan dan kesesuaian corak kehidupan hari ini. Ini berarti,
bahwa sistem pendidikan bersifat status quo karena kemungkinan mengadakan
inovasi dan bertindak kreatif, menuntut divergensi berfikir dan originalitas yang
kurang diperhatikan karena suasana belajar sifatnya uniform.
Rezim Orde Baru yang otoriter telah melahirkan sistem pendidikan yang tidak
mampu melakukan pemberdayaan masyarakat secara efektif. Walaupun secara
kuantitatif rezim ini memang telah mampu menunjukkan prestasi yang cukup baik di
bidang pendidikan. Namun keberhasilan kuantitatif ini, belum terlihat pemberdayaan
masyarakat secara luas, sebagai cermin dari keberhasilan suatu sistem pendidikan,
dan tidak pernah terjadi. "Mengapa demikian? Karena Orde Baru, setelah lima tahun
pertama berkuasa, secara sistematis telah menyiapkan skenario pemerintahan yang
memiliki visi dan misi utama untuk melestarikan kekuasaan dengan berbagai cara
dan metode. Akibatnya, sistem pendidikan kemudian dijadikan sebagai salah satu
instrumen untuk menciptakan safety net (jaring pengaman) bagi pelestarian
kekuasaan.
Pendidikan produk Orde Baru belum bisa diharapkan untuk membangun dan
memberdayakan masyarakat, karena pendidikan yang berjalan pada masa Orde
Baru dan produknya dapat dirasakan sekarang ini, sebatas pada sosialisasi nilai
dengan pola hafalan, dan kreativitas dipasung.
Sistem pendidikan nasional sangat erat kaitannya dengan kehidupan politik bangsa
pada saat itu. Maka selama Orde Baru telah tercipta suatu kehidupan bangsa yang
tidak sesuai dengan cita-cita UUD 1945. Pemerintah Orde Baru yang represif telah
menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang tertekan, tidak kritis, bertindak dan
berpikir dalam acuan suatu struktur kekuasaan yang hanya mengabdi kepada
kepentingan sekelompok kecil rakyat Indonesia.
Pada tahun 1998, terjadi perubahan status Peguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi
Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Upaya pengalihan ini dilakukan untuk
mengurangi beban Finansial negara dan menyerahkan sektor pendidikan dalam
arena pasar. Sebagai konsekwensi dari liberalisasi pendidikan, negara melepaskan
tanggung jawabnya dalam membiayai pendidikan. hal ini, mendorong lembaga-
lembaga pendidikan melakukan pengalangan biaya operasional pendidikan. Lepas
tangan pemerintah dalam dunia pendidikan mengkibatkan biaya pendidikan drastis
melonjak naik.
Kebijakan pendidikan yang mahal ini memang sangat merisaukan karena akan
mengubur impian mobilitas kelas sosial bawah untuk memperbaiki kelas sosialnya.
Melalui sistem ini, maka yang bisa diserap dalam lingkungan pendidikan adalah
mereka yang memiliki kemampuan financial yang cukup. Lembaga-lembaga
pendidikan kian menjadi lembaga elit bahkan menjadi kekuatan yang menghadang
arus mobilitas kelas bawah untuk mengakses pendidikan.
Tingkat keberhasilan dan kualitas pendidikan diukur pada tingkat peneriman lulusan
tiap tahun dipasar tenaga kerja. Ketika ini menjadi ukuran keberhasilan pendidikan
maka kurikulum pendidikan juga akan turut disesuaikan dengan kebutuhan pasar
tenaga kerja.