Anda di halaman 1dari 21

0

ANALISIS KURIKULUM
DARI SEBELUM KEMERDEKAAN HINGGA SAAT INI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Analisis Kebijakan Pendidikan


Pada Semester Enam Khusus

DOSEN PEMBIMBING

ANWAR SAZALI, M.Pd

Disusun Oleh :

RANI RAMADANI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA


TEBING TINGGI DELI
2019
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere
(tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat
itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari
mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian,
pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata
pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai
akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Berbicara tentang sejarah perjalanan kurikulum pendidikan di Indonesia,
maka hal itu tidak terlepas dari sejarah perkembangan pendidikan bangsa
Indonesia itu sendiri. Sejak zaman kolonialisme, bangsa Indonesia sudah
mengenal sekolah, yang tentu saja juga ada kurikulum. Setiap generasi memiliki
sejarah kurikulum yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kurikulum
pendidikan di Indonesia senantiasa berubah sesuai dengan zamannya. Bahkan tak
jarang juga terdapat keterkaitan dengan unsur-unsur politis yang mengiringinya.
Dalam pengertian bahwa kurikulum di Indonesia kerapkali mengikuti kehendak
pemimpin yang berkuasa ketika itu. Ketika masa kolonialisme, maka kurikulum
yang berkembang disesuaikan dengan tujuan melanggengkan imprialisme.
Begitupula dengan beberapa masa setelahnya.
Dalam perjalanan sejarah sejak Indonesia merdeka atau tahun 1945,
kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006, ( bahkan rencananya
akan kembali terjadi perubahan kurikulum di 2013 ini ). Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
2

Atas dasar inilah penulis akan membuat makalah sederhana yang mengupas
tentang perkembangan sejarah kurikulum di Indonesia dari sebelum kemerdekaan
hingga orde reformasi saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan kurikulum prakemerdekaan?
2. Bagaimana perkembangan kurikulum orde lama?
3. Bagaimana perkembangan kurikulum orde baru?
4. Bagaimana perkembangan kurikulum orde reformasi?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum prakemerdekaan?
2. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum orde lama?
3. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum orde baru?
4. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum orde reformasi?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum Pendidikan Pra Kemerdekaan


Pendidikan pada prakemerdekaan dipengaruhi oleh kolonialisme. Hasilnya
bangsa ini dididik untuk mengabdi kepada penjajah. Karena, pada saat penjajahan
semua bentuk pendidikan dipusatkan untuk membantu dan mendukung
kepentingan penjajah. Pada mulanya, mereka tidak pernah terpikirkan untuk
memperhatikan pendidikan namun murni hanya mencari rempah-rempah. Meski
demikian, bangsa Eropa ini juga memiliki misi penyebaran agama. Karena itu
pada abad ke-16 dan 17, mereka mendirikan lembaga pendidikan dalam upaya
penyebaran agama Kristen di Nusantara. Pendidikan tersebut tidak hanya
diperuntukkan bagi mereka tapi juga penduduk pribumi yang beragama Kristen.
Selanjutnya, pihak penjajah yang merasakan perlu adanya pegawai
rendahan yang dapat membaca dan menulis guna membantu pengembangan
usaha, khususnya tanam paksa, maka dibentuklah lembaga-lembaga pendidikan.
Namun kelas ini masih hanya diperuntukkan untuk kalangan terbatas, yaitu anak-
anak priyai. Konsep ideal pendidikan kolonialis adalah pendidikan yang mampu
mencetak para pekerja yang dapat dipekerjakan oleh penjajah pula. Tujuan
pendidikan kolonial tidak terarah pada pembentukan dan pendidikan orang muda
untuk mengabdi pada bangsa dan tanah airnya sendiri, akan tetapi dipakai untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat penjajah agar dapat
ditransfer oleh penduduk pribumi dan menggiring penduduk pribumi menjadi
budak dari pemerintahan kolonial. Pendidikan model bentukan Belanda pada
masa ini terdapat dua macam. Pertama, Sekolah Kelas Dua untuk anak pribumi
dengan lama pendidikan 3 tahun. Sementara kurikulum yang diajarkan meliputi
berhitung, menulis dan membaca. Kedua, Sekolah Kelas Satu yang diperuntukkan
untuk anak pegawai pemerintah Hindia Belanda. Lama pendidikan ini awalnya 4
tahun, kemudian 5 tahun dan terakhir 7 tahun. Kurikulum yang diajarkan meliputi
ilmu bumi, sejarah, ilmu hayat/ menggambar dan ilmu mengukur tanah.
4

Sementara bahasa pengantarnya menggunakan Bahasa Melayu dan Bahasa


Belanda.
Diberlakukannya politik etis pada awal-awal abad ke-20 berpengaruh pula
terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Pada masa ini, di Jawa
khususnya, Sekolah Kelas Dua yang mulanya hanya 3 tahun berubah menjadi 5
tahun. Kemudian pada tahun 1914 didirikan sekolah sambungan yang lamanya 2
tahun.
Pada prinsipnya Undang-Undang Hindia Belanda membagi jenis
penduduk menjadi 3 golongan, yaitu Eropa, Timur Asing, dan Bumiputera.
Klasifikasi ini berpengaruh pula terhadap sistem pendidikan ketika itu, yaitu:
1. ELS (Europe Lagere School) yaitu sekolah untuk anak-anak Eropa, Tionghoa,
dan Indonesia yang menurut undang-undang disamakan haknya dengan
bangsa Eropa.
2. HCS (Holand Chinese School) yaitu sekolah untuk golongan Tionghoa.
3. HIS (Holand Inlandse School) yaitu sekolah untuk rakyat pribumi atau
bumiputra golongan atas.
Ini merupakan gambaran pendidikan rendah di Indonesia masa Belanda
yang berlangsung sampai dengan tahun 1942.Sementara untuk kelas menengah
didirikan Gymnasium yang terbatas siswanya hanya orang-orang Barat atau
golongan ningrat. Masa belajar pendidikan ini berlangsung selama 3 tahun.
Pendidikan ini bertujuan untuk menciptakan pegawai-pegawai menengah dan
tingkat tinggi. Sedang mata pelajaran yang diajarkan meliputi Bahasa Belanda,
bahasa Inggris, Ilmu Hitung, Aljabar, ilmu ukur, ilmu alam atau kimia, ilmu
hayat, ilmu bumi, sejarah dan tatabuku. Perkembangan selanjutnya, Gymnasium
berubah menjadi OSVIA dan HBS. OSVIA sebagian diperuntukkan golongan
ningrat bumiputera, sedang HBS (Hogore Burgere School) untuk orang Belanda
dari golongan tinggi. Dari model pendidikan ini kemudian menjelma menjadi
MULO (Meer Uifgebried Order Wijs) yang lama pendidikannya ditambahkan 1
tahun dengan dasar bahwa anak-anak pribumi dianggap kesulitan memahami
pelajaran. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Melayu.
5

Sementara untuk tingkatan atas, Belanda mendirikan AMS (Algemene


Midelbare School). Sekolah ini didirikan pada 1919, sebagai lanjutan dari
sekolah lanjutan pertama atau MULO. Lama pendidikan ini berlangsung selama 3
tahun yang terbagi pada bagian A dan bagian B. Bagian A spesifikasinya adalah
ilmu kebudayaan yaitu kesusatraan timur dan kesusatraan klasik barat.
Kesusastraan timur meliputi bahasa Jawa, Melayu, Sejarah Indonesia dan ilmu
bangsa-bangsa. Sedang kesusatraan klasik barat lebih kepada bahasa latin. Sedang
bagian B spesifikasi pelajarannya adalah Ilmu Pengetahuan Kealaman yang
meliputi ilmu pasti dan ilmu alam. Sementara ketika kependudukan beralih dari
Belanda ke Jepang, maka pendidikan yang berbau Belanda disingkirkan dengan
diganti pendidikan berciri khas Jepang dan sesuai dengan tujuan mereka. Pada
pendidikan tingkat rendahan Jepang menggantinya dengan sebutan Kokumin
Gako dengan lama pendidikan 6 tahun. Kurikulum pendidikan ini lebih menitik
beratkan pada olahraga kemiliteran yang memang bertujuan untuk membantu
pertahanan Jepang. Anak-anak masa ini diajarkan untuk mengumpulkan kerikil
dan pasir untuk pertahanan, serta menanam pohon jarak untuk membuat minyak
sebagai kepentingan perang. Namun masa ini, bahasa pengantar yang digunakan
adalah bahasa Indonesia. Dengan demikian penggunaan bahasa Indonesia hampir
merata di semua sekolah. Materi yang dipelajari sebenarnya tidak jauh beda
dengan masa pendudukan Belanda, namun hanya saja yang awalnya semua hal
yang berbau Belanda tergantikan dengan model-model Jepang.

B. Kurikulum Pendidikan Masa Orde Lama


Sebagaimana yang disebutkan pada pendahuluan, bahwa kurikulum
pendidikan nasional telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan
kurikulum disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh para penguasa.
Tentu saja ada beberapa hal yang memang tujuannya disesuaikan dengan tuntutan
kondisi zaman.
Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita
membicarakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
6

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum


pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum di antaranya:

1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
dalam bahasa Belanda “leer plan”artinya rencana pelajaran. Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Sedangkan, asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang
berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rencana Pelajaran 1947”, yang baru
dilaksanakan pada tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak
menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan
watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Pada masa tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi
dengan masyarakat. Proses pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-
hari. Aspek afektif dan psikomotorik lebih ditekankan dengan pengadaan
pelajaran kesenian dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, yang lebih penting
adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela negara. Kemungkinan model ini
masih terkontamninasi dengan model pendidikan yang diterapkan oleh Jepang
sebelumnya.
Kelemahan dan kelebihan kurikulum 1947
Kelebihan :
Lebih menekan kan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan
sejajar dengan bangsa lain

Kelemahan :
a. Yang diutamakan pendidikan watak
b. Materi pelajaran Cuma sedikit

2) Kurikulum 1952-1964
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana
Pelajaran Terurai 1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru
7

mengajar satu mata pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik
akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih
dirincikan. Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek
karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru
yang menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang
menentukan standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.
Sistem pendidikan masa ini dikenal dengan Sistem Panca Wardana atau
sistem lima aspek perkembangan yaitu perkembangan moral, perkembangan
intelegensia, perkembangan emosional/artistik, perkembangan keprigelan dan
perkembangan jasmaniah. Sistem panca wardana ini dapat diuraikan menjadi
beberapa mata pelajaran.
1. Perkembangan moral; pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan
agama/budi pekerti.
2. Perkembangan intelegensia; bahasa Indonesia, bahasa daerah, berhitung dan
pengetahuan alamiah.
3. Perkembangan emosional/artistik; seni sastra/musik, seni lukis/rupa, seni tari,
seni drama.
4. Perkembangan keprigelan; pertanian/peternakan, industry kecil/pekerjaan
tangan, koperasi/tabungan dan keprigelan-keprigelan lain.

Perkembangan jasmaniah; pendidikan jasmaniah dan pendidikan kesehatan.


Fokus kurikulum 1964 ini lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan mulai
merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang
diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa
dalam masyarakat. Kurikulum masa ini dapat pula dikategorikan sebagai
Correlated Curriculum.
Kelebihan dan Kelemahan kurikulum 1952-1964
Kelebihan :
Kurikulum ini sudah mengaruh pada suatu sistem pendidikan nasional
Kelemahan :
8

a. Masih kurang nya tenaga pengajar


b. Tidak di dukung dengan fasilitas yang memadai

C. Kurikulum Pendidikan Masa Orde Baru


1) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan masa orde baru.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk
tujuan pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Dasar pendidikan masa ini adalah Falsafah Negara Pancasila sesuai
dengan Ketetapan MPRS No. XXVI/MPRS/1966. Sedang Tujuan pendidikan
nasional adalah membentuk manusia pancasila sejati berdasarkan ketentuan
ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dan isi Undang-Undang Dasar 1945 ( Tap. MPRS No. XXVII/MPRS/1966).
Sementara isi pendidikan nasionalnya adalah; memperingati mental budi
pekerti dan memperkuat keyakinan agama, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, membina dan mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat ( Tap.
MPRS No. XXVII/MPRS/1966).
Kurikulum pada tingkatan SD 1968 dibagi menjadi tiga kelompok besar.
Pertama, kelompok pembinaan Pancasila; pendidikan agama, pendidikan
kwarganegaraan, pendidikan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan olahraga.
Kedua, Kelompok pembinaan pengetahuan dasar; berhitung, ilmu pengetahuan
alam, pendidikan kesenian, pendidikan kesejahteraan keluarga (termasuk ilmu
kesehatan). Ketiga, Kelompok kecakapan khusus; kejuruan agragia (pertanian,
peternakan, perikanan), kejuruan teknik (pekerjaan tangan/perbekalan), kejuruan
ketatalaksanaan/jasa (koperasi, tabungan).
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan
hanya menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori
tersebut. Aspek afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini.
Praktis, kurikulum ini hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari
segi intelektualnya saja.
9

Kelebihan dan kekurangan kurikulum 1968


Kelebihan :
a. Bersifat politis
b. Tujuan nya pada pembentukan manusia pancasila sejati

Kelemahan :
Hanya membuat pelajaran pokok-pokok saja

2) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif
dan efisien berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
yang dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional
umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru
wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-
mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan
program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah diatur dan dijadwalkan sedari
awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi sistematis
dan bertahap.
Dasar pendidikan masa ini adalah KTPD, MPR-RI No. IV/MPR/1973,
yaitu; pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.
10

Sementara tujuan pendidikan dan pengajaran terbagi pada tujuan


pendidikan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional
umum dan tujuan instruksional khusus.
Kelebihan dan kekurangan kurikulum 1975
Kelebihan :
a. Menekan kan pada pada pendidikan yang lebih efektifdan efisien dalam hal
daya dan waktu
b. Menganut sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang
spesifik,dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

Kekurangan :
a. Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA
b. Yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah
c. Penolakan CBSA bermunculan

3) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Proses menjadi
lebih penting dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini
menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator, sehingga
bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini. Pada
kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar mengajar.
Siswa juga diperankan dalam pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan mendiskusikan
sesuatu. Sementara dasar dan tujuan pendidikan sama dengan kurikulum 1975

4) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Dalam ranah
pendidikan dasar, isi kurikulum sekurang-kurangnya wajib memuat bahan kajian
11

dan pelajaran: pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan


kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika,
pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum,
kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar,
bahasa Inggris.(PP. No. 28 tahun 1990. Pasal 14:2). Sementara materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Dalam kurikulum pendidikan kelas dasar (SD/MI/SMP/MTS) ini,
pengantar Sains dan Tekhnologi menempati peran penting untuk dipelajari anak
didik meskipun tidak mengabaikan aspek yang lain. Hal ini dimungkinkan sebagai
upaya mempersiapkan anak didik memasuki era industrialisasi abad ke-21 dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Sementara berkaitan dengan isi kurikulum tingkat pendidikan menengah,
maka setidaknya wajib memuat tiga aspek kajian dan pelajaran yaitu; Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan. Disamping itu,
kurikulum sekolah menengah dapat menjabarkan dan menambahkan mata
pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas sekolah menengah yang
bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional
(Pasal 15:5)
Atas dasar inilah berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat
mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum
1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan
banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak memiliki
pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban belajar yang harus
mereka hadapi.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut:
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
12

3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem


kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat
sekitar.
4. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
5. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman.Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul
beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada
pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai
berikut:
6. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
7. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait
dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

Kelebihan dan kekurangan kurikulum 1984


Kelebihan :
Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik ,mental,intelektual,dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal,baik dalam ranah kognitif
,afektif,maupun psikomotor.

Kelemahan :
a. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar
b. Banyak sekolah kurang mampumenfsirkan,yang terlihat adalah suara
gaduh diruang kelas lantaran siswa berdiskusi,disana sini ada tempelan
gambar,dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model ceramah
13

D. Pendidikan pada Masa Reformasi


Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner.
Bentuk kurikulum menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula bentuk pelaksanaan
pendidikan berubah dari sentralistik (orde lama) menjadi desentralistik. Pada masa
ini pemerintah menjalankan amanat UUD 1945 dengan memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja negara.
Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah,
yang diperkuat dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah, maka pendidikan digiring pada pengembangan lokalitas, di
mana keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan satuan pendidikan.
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah sistem pendidikan
Indonesia melalui UU No 22 tahun 1999, dengan ini pendidikan menjadi sektor
pembangunan yang didesentralisasikan. Pemerintah memperkenalkan model
“Manajemen Berbasis Sekolah”. Sementara untuk mengimbangi kebutuhan akan
sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibuat sistem “Kurikulum Berbasis
Kompetensi” atau yang kerap disebut kurikulum KBK.
Memasuki tahun 2003 pemerintah membuat UU No.20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional menggantikan UU No 2 tahun 1989, dan sejak saat itu
pendidikan dipahami sebagai: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

1) Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004)


Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa kembali ditempatkan sebagai
subjek dalam proses pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi untuk
memperoleh suatu pengetahuan. Siswa justru dituntut untuk aktif dalam
memperoleh informasi. Peran guru diposisikan kembali sebagai fasilitator dalam
14

perolehan suatu informasi. KBK berupaya untuk menekankan pada ketercapaian


kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif. Hal ini mutlak diperlukan mengingat KBK juga
memiliki visi untuk memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik siswa sebagai
subjek pendidikan.
KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi
dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar,
dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan
terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar
dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan
dengan penuh tanggungjawab.

Diantara karakteristik utama KBK, yaitu:


1. Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi.
2. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi
siswa (normal, sedang, dan tinggi).
3. Berpusat pada siswa.
4. Orientasi pada proses dan hasil.
5. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.
6. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
7. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.
8. Belajar sepanjang hayat;
9. Belajar mengetahui (learning how to know),
10. Belajar melakukan (learning how to do),
15

11. Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be),


12. Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to live together).

Meski demikian, kurikulum 2004 merupakan kurikulum eksperimen yang


diterapkan secara terbatas di beberapa sekolah/madrasah. Ketentuan ini belum
mendapatkan payung hukum dari peraturan pemerintah. Namun demikian,
pemerintah tetap menghargai terhadap sekolah/madrasah yang menerapkan
kurikulum KBK tersebut. Setidaknya ini tercermin dari Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI No. 20/2005 tentang ujian nasional tahun ajaran
2005/2006 yang menyatakan bahwa bahan ujian nasional disusun berdasarkan
kurikulum 1994 atau standar kompetensi lulusan kurikulum 2004.

Kelemahan dan kelebihan kurikulum 2004


Kelemahan :
a. Mengembangkan kompetensi-kompetensisiswa pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu
sendiri.
b. Mengembangkan pembelajaran yang bepusat pada siswa (student oriented)
c. Guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi do sekolah.
d. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajaran memudah kan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta
didik.

Kelemahan :
a. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru karena karna yang paling mengetahui tentang
kondisi pesrta didik
b. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan SK
sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.
16

2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006


Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan
yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu
pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan (sekolah/madrasah). Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi
rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum. Jadi pada
kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk menyusun dan
membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa dan kepentingan
lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas pendidikan. Karena KTSP
berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga diberikan kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan secara terbuka berdasarkan sistem ataupun silabus yang
telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah.
Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan dikembalikan kepada tempatnya
semula yaitu unsur teoritis dan praksis. Namun, dalam kurikulum ini unsur praksis
lebih ditekankan daripada unsur teoritis. Setiap kebijakan yang dibuat oleh satuan
terkecil pendidikan dalam menentukan metode pembelajaran dan jenis mata ajar
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar.

Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2006 (KTSP)


Kelebihan :
a. Mendorong terwujud nya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan
b. Mendorong para guru,kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah semakin
meningkatkan kreativitas nya dalam menyelenggarakan program-program
pendidikan .
17

c. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitik beratkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.

Kelemahan :
a. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
b. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dan pelaksanaan KTSP
c. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsepnya,penyusunan nya maupun prakteknya di lapangan.
d. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurang pendapatan guru.

3. Kurikulum 2013
Sedangkan kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia yaitu
Kurikulum Tahun 2013, di mana kurikulum ini lebih mirip dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ini ditandai oleh
pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
Walaupun hampir mirip dengan model Kurikulum Berbasis Kompetensi, akan
tetapi masih ada juga perbedaan-perbedaannya. Kurikulum dikembangkan dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan yang mereka miliki. Di dalam kurikulum ini memandang bahwa
setiap peserta didik itu memiliki potensinya masing-masing yang perlu digali dan
dikembangkan, sehingga kelak potensinya tersebut dapat bermanfaat di dalam
kehidupan si peserta didik nantinya dalam bermasyarakat. Kurikulum ini
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa setiap peserta didik berada pada posisi
sentral dan aktif dalam belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa guru hanya
sebagai fasilitator saja. Peran peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran itu
lebih diutamakan, sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta didik
menjadi lebih tersalurkan dan dapat berkembang. Penyelenggaraan pendidikan
18

seperti yang disampaikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di
masa depan.

Kelemahan kurikulum 2013


Walaupun kurikulum belum sepenuhnya terlaksana tetapi mempunyai beberapa
kelemahan yaitu sebagai berikut.
1. Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang
sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung
dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
2. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional
(UN) masih diberlakukan.
3. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu
pelajaran-pelajaran tersebut berbeda

Persamaan kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya


1. Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama menampilkan teks
sebagai butir-butir KD.
2. Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013 sama-sama
dibuat atau dirancang oleh pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.
3. Beberapa mata pelajaran masih ada yang sama seperti KTSP.
4. Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan ilmiah yang
pada hakekatnya berpusat pada siswa. Dimana siswa yang mencari
pengetahuan bukan menerima pengetahuan.
Jadi, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perjalanan kurikulum pendidikan di Indonesia sejalan dengan sejarah
perkembangan bangsa Indonesia itu sendiri. Ketika Indonesia dalam cengkeraman
kolonial, maka kurikulum pendidikan yang dikembangkan adalah demi
kepentingan penjajah itu sendiri, baik penjajahan Belanda maupun Jepang. Masa
kolonialisme yang panjang dan begitu mengakar dalam kebudayaan Indonesia,
disadari ataupun tidak, turut pula memberikan pengaruh terhadap pola pendidikan
Indonesia ketika merdeka meskipun dalam hal ini nuansanya lebih
keindonesiaannya.
Pendidikan di Indonesia juga tidak jarang masuk dalam bidikan politisi.
Ketika orde lama berkuasa, pertentangan ideologi juga menyusupi dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia. Sekolah sempat dijadikan wahana
ideologisasi atau proses internalisasi sosial komunis. Begitu pula ketika orde baru
memimpin, maka pelanggengan kekuasaan juga dikoarkan dalam dunia
pendidikan dengan pendidikan Pancasilanya, dan menghilangkan hal-hal yang
berbau orde lama.
Meski demikian, sejarah kurikulum pendidikan nasional senantiasa
mencari formula sesuai dengan perkembangan zaman. Ketika posisi sentralisasi
pendidikan dianggap sudah usang dan kurang relevan dengan otonomi daerah,
maka pendidikan juga turut mengalami desentralisasi dengan memberikan daerah
otonomi sendiri. Bahkan terakhir, pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada
masing-masing satuan pendidik untuk menentukan silabus yang sesuai dengan
kondisi peserta didik. Pemerintah pusat dalam hal ini hanya menentukan standar
kompetensi dan kompetensi dasarnya.

B. Saran
Penulis sangat menyadari jika dalam makalah sederhana ini masih banyak
kekurangan. Karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik yang
membangun guna tersempurnanya makalah ini.
20

DAFTAR PUSTAKA

http://malikabdulkarim.blogspot.com/2011/05/sejarah-perkembangan
kurikulum.html

http://filsufgaul.wordpress.com/2009/08/30/sejarah-pendidikan-indonesia/
http://ebookbrowse.com/sejarah-pendidikan-dari-zaman-kolonial-belanda-
sampai-kurikulum-ktsp-pdf-d339796568

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik. Yogyakarta: Arruz


Media. 2011

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.1997.

Anda mungkin juga menyukai