Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap masa memiliki ciri khas tersendiri dalam penyusunan sebuah kurikulum.
Kurikulum di indonesia dibagi menjadi beberapa, yaitu pra kemerdekaan ,masa orde
lama, masa reformasi, 1984, 1994, KBK(2004), KTSP(2006), kurikulum 2013. Setiap
masa- masa pengembangan kurikulum memiliki kebijakan tersendiri, namun kurikulum
akan berkembang dari masa ke masa menyesuaikan cara berpikir masyarakat di
Indonesia. Perjalan dari kurikulum satu ke kurikulum yang lain akan memiliki banyak
revisi dan perbaikan untuk lebih meningkatkan kualitas maasyarakat. Kurikulum adalah
seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
pendidikan yang berisi rancangan pendidikan untuk peserta pelajaran dalam suatu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan kurikulum mata pelajaran disesuaikan pada
tingkatan jenjang pendidikan. Lama waktu dalam kurikulum biasanya disesuaikan
dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini
dimaksudkan untuk dapat mengarah pendidikan pada tujuan yang dimaksudkan dalam
kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Kurikulum memiliki banyak fungsi, salah
satunya ialaha sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya
kurikulum memiliki komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu
dengan yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kurikulum Pada masa pra Kemerdekaan ?
2. Bagaimana Kurikulum pada masa orde baru?
3. Bagaimna Kurikulum pada masa reformasi?
4. Bagaimana kurikulum 1984?
5. Bagaimana kurikulum 1994 ?
6. Bagaimana Kurikulum Berbasis Kompetensi(2004)?
7. Bagaimana kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
8. Bagaimana kurikulum 2013?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Kurikulum Pada masa pra Kemerdekaan
2. Untuk mengetahui kurikulum pada masa orde lama
3. Untuk mengetahui kurikulum pada masa reformasi

1
4. Untuk mengetahui kurikulum 1884
5. Untuk mengetahui kurikulum 1994
6. Untuk mengetahui kurikulum Berbasis Kompetensi (2004)
7. Untuk mengetahuin kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006)
8. Untuk mengetahui kurikulum 2013

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulum pada masa pra kemerdekaan


Pendidikan pada pra kemerdekaan dipengaruhi oleh kolonialisme. Hasilnya
bangsa ini dididik untuk mengabdi kepada penjajah, karena pada saat penjajahan
semua bentuk pendidikan dipusatkan untuk membantu dan mendukung
kepentingan penjajah. Pada mulanya mereka tidak pernah terpikirkan untuk
memperhatikan pendidikan namun murni hanya mencari rempah-rempah.1
Bangsa eropa ini juga memiliki misi penyebaran agama karena pda abad ke-16
dan ke-17 mereka mendirikan lembaga pendidikan dalam upaya penyebaran
agama kristen dan nusantara. Pendidikan tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi
mereka tapi juga penduduk pribumi yang beragama kristen.2
Pihak penjajah yang memerlukan adanya pegawai rendahan yang dapat
membaca dan menulis guna membantu membangun usaha khususnya tanam
paksa, maka diperlukannya lembga pendidikan. Kelas ini hanya diperuntukkan
bagi kalangan tertentu, yaitu anak-anak priyai. Konsep ideal pendidikan
kolonialis adalah pendidikan yang menghasilkan para pekerja yang dapat
dipekerjakan oleh penjajah itu sendiri yang bertujuan tidak terarah pada
pembentukan dan pendidikan orang muda untuk mengabdi pada bangsa dan tanah
airnya sendiri. Pendidikan tersebut digunakan untuk menanamkan nilai-nilai dan
norma-norma masyarakat penjajah agar dapat ditransfer dan menggiring
penduduk pribumi menjadi budak pemerintahan kolonial. 3
Pendidikan pada masa pra kemerdekaan terdapt dua macam. Pertama, sekolah
kelas dua untuk anak pribumi dengan lama pendidikan tiga tahun. Sementara
kurikulum yang diajarkan meliputi berhitung, menulis, dan membaca. Kedua,
sekolah kelas satu, yang diperuntukkan untuk anak pegawai pemerintah Hindia-
Belanda. Awalnya, lama pendidikan adalah empat tahun, kemudian lima tahun
dan terakhir tujuh tahun. Kurikulum yang diajarkan meliputi ilmu bumi, sejarah,
ilmu hayat atau menggambar dan ilmu mengukur tanah. Sementara bahasa
pengamatannya menggunakan bahasa melayu dan bahasa belanda.4
1
Nur hamim, mengenal kurikulum, (Sidoarjo:CV Dwi pustaka jaya, 2014), 23-24
2
Hamdani Hamid, pengembangan kurikulum pendidikan, (Bandung:CV PUSTAKA SETIA ,2012), 63-64
3
Ibid,64-65
4
Hamdani Hamid, pengembangan kurikulum pendidikan, (Bandung:CV PUSTAKA SETIA ,2012), 70-71

3
Pada prinsipnya, Undang-undang india belanda membagi jenis penduduk
menjadi 3 golongan, yaitu Eropa, timur asing, dan Bumiputera. Hal ini juga
berpengaruh terhadap sistem pendidikan, yakni:
1. ELS (Eropa Lagere School), yaitu sekolah untuk anak-anak Eropa, Tionghoa,
dan Indonesia yang disamakan haknya dengan bangsa Eropa.
2. HCS (Holand Chinesse School), yaitu sekolah untuk golongan Tionghoa.
3. HIS (Holand Inlandse School), yaitu sekolah untuk rakyt pribumi atau bumi
putera golongan atas.
Hal tersebut merupakan gambaran pendidikan rendah di Indonesia masa
Belanda sampai dengn tahun 1942.
Pendidikan pra kemerdekaan kelas menengah didirikan Gymnasium yang terbatas
siswanya hanya orang-orang barat atau golongan ningrat. Masa pendidikannya
selama 3 tahun yang bertujuan untuk menciptakan pegawai-pegawai menengah
dan tingkat tinggi. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi bahasa belanda, bahasa
inggris, ilmu hitung, aljabar, ilmu ukur, ilmu alam atau kimia, ilmu hayat, ilmu
bumi, sejarah, dan tata buku. Kemudian, model pendidikan gymnasium berubah
menjadi MULO (Meer UIfgebried Order Wijs) yang lama pendidikannya 4
tahun.5
Adapun untuk jenjang atau tingkat atas, Belanda mendirikan AMS (Algemene
Midelbare School). Lama pendidikan ini berlangsung selama 3 tahun yang terbagi
pada bagian A dan B. Bagian A spesifikasinya adalah ilmu kebudayaan yaitu
kesastaraan timur dan kesastraan klasik barat. Adapun bagian B, klasifiksinya
adalah ilmu pengetahuan, kealaman, yang meliputi ilmu pasti dan ilmu alam.6
B. Kurikulum pada masa orde baru
1. Rencana pelajaran 1974
ini adalah kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya
Rencana Pelajaran 1947 atau bahasa populernya disebut leen plan (rencana
pelajaran). Rencana ini menatap dunia pendidikan masih menerapkan
kurikulum belanda yang mana kurikulum ini lebih bersifat politis, yang tidak
melihat pendidikan tercampur baur dengan kurikulum yang ditetapkan oleh
belanda, yang mana di dalam kurikulum Belanda memiliki tujuan yang
terarah pada kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan oleh pancasila.

5
Ibid, 73-74
6
Abdullah idi, PENGEMBANGAN KURIKULUM: Teori & Praktik.,2013, 16 -19

4
Situasi perpolitikan dan gejolaknya masa reformasi pada saat itu maka
kurikulum ini baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu, kurikulum
1974 sering disebut kurikulum 1950.7
Kurikulum 1947 memiliki susunan rencana pelajaran yang sangat
sederhana, hanya memuat dua pokok, yaitu daftar pelajaran dan jam
pengajarannya beserta garis – gari besar pengajarannya. Kurikulum 1947
lebih mengutamakan pendidikan karakter, kesadaran bernegara, dan
bermasyarakat daripada pikiran. Materri pelajaran berhubungan dengan
kejadian sehari – hari, kesenian, dan jasmani atau olahraga tercantum semua
dalam 16 mata pelajaran. Dibeberapa daerah dibedakan satu mata pelajaran
yaitu Bahasa Daerah. Adapun 16 mata pelajaran itu ialah Bahasa Indonesia,
Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah,
Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, pekerjaan kepurtian,
Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Budi Pekerti, dan Pendidikan
Agama. Pada awalnya mata pelajaran Agama hanya diberlakukan unruk
kelas IV namun sejak tahun 1951, pendidikan Agama diajarkan sejak kelas
I.8
Garis garis besar penekanan pengajaran pada saat itu yaitu cara
mengajar guru dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran Bahasa
Indonesia penekananya pada aspek bagaimana berdiskusi, membaca dan
menulis. Ilmu Alam penekanan pada aspe bagaimana proses terjadinya
sesuatu dalam kehidupan sehari hari. Pada perkembangannya, rencana 1947
akan direvisi lagi pada setiap mata pelajarannya yang dikenal dengan istilah
rencana pelajaran 1952. Pada kurikulum tersebut akan lebih jelas sekali
silanus mata pelajaran dan cara seorang guru mengajar pelajaran.9
2. Rencana pelajaran 1952
Pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami pembaharuan yang
disebut dengan rencana pelajaran 1952. Kurikulum ini sudah terarah pada
suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dalam kurikulum ini
adalah dikaitkannya setiap rencana pelajaran dengan kehidupan sehari – hari.
Pada kurikulum ini “silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru
7
Nur hamim, mengenal kurikulum, (Sidoarjo:CV Dwi pustaka jaya, 2014), 23-24
8
Ibid, 24-26
9
Ibid, 26-27

5
mengajar satu mata pelajaran,” kata Dzaujak Ahmad, Direktur Pendidikan
Dasar Depdiknas Periode 1991 – 1995. Pada masa kurikulum ini, dibentuk
kelas masyarakat atau sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rakyat 6 tahun
yang tidak melanjutkan kejenjang yang lebi tinggi (SMP). Pada kelas
masyarakat mengajarkan keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan
perikanan. Tujuannya agar anak – anak yang tidak melanjutkan pendidikan
SMP dapat bekerja.
Mata pelajaran dalam kurikulum ini diklarifikasi menjadi lima
kelompok bidang yaitu, moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, dan
jasmaniah. Untuk pembagian mata pelajarannya mirip dengan kurikulum
1947.10
3. Kurikulum 1964
Pada akhir era kekuasaan Ir. Soekarno, kurikulum diperbarui kembali
menjadi rencana pendidikan 1964. Konsep pembelajarannya bersifat aktif ,
kreatif, dan produktif. Konsep ini juga menekankan pada anak agar mandiri
memecahkan suatu persoalan. Kurikulum ini menitik beratkan pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral yang dikenal dengan
istilah pancawardhana (5 kelompok studi). Pada masa ini pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan fungsi praktis, yang disesuaikan
dengan perkembangan anak. Cara belajar anak menggunakan metode yang
disebut dengan gotong royong terpimpin. Selain itu pememerintah
menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Siswa diberi kebebasan berlatih
kegiatan dibidang kebudayaan, kesenian, olahraga, dan permainan yang
sesuai dengan minat siswa. 11
Penyelenggara pendidikan kurikulum 1964 mengubah penilaian raport
bagi kelas I dan II yang awalnya berupa skor 1 - 100 menjadi huruf A, B, C,
dan D. Sedangkan untuk kelas III sampai VI tetap menggunakan skor 1 – 100.
Kurikulum 1964 bersifat separate subject currculum, yang memisahkan mata
pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi(pancawadhana).
Pengembangan moral terdiri dari mata pelajaran pendidikan kemasyarakatan
dan agama/ budi pekerti. Pengembangan kecerdasan meliputi mata pelajaran

10
Nur hamim, mengenal kurikulum, (Sidoarjo:CV Dwi pustaka jaya, 2014), 28-29
11
Ibid,hal 30

6
Bahasa daerah, Bahasa Indonesia, berhitung, dan pengetahuan alamiah.
Pengembangan emosional meliputi mata pelajaran kesenian. Pengembangan
keprigelan meliputi pendidikan keprigelan. Untuk pengembangan jasmani
meliputi pedidikan jasmani. 12
C. Kurikulum pada masa Reformasi
Perkembangan kurikulum sekolah meliputi beberapa dimensi dasar (falsafah),
tujuan pendidikan nasional, orientasi pelajaran,, kualifikasi lulusan yang
dikehendaki, orientasi dan isi kurikulum, desain kurikulum, pendekatan
metodologis, pembimbing dan fasilitas.13
1. Kurikulum SD
a. Dasar : Kurikulum SD 1968, Falsafah Negara Pancasila (Tap MPRS
XXVII/MPRS/1996, Bab II, Pasal 32).
b. Tujuan Pendidikan Nasional : Membentuk manusia Pancasilais sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan
UUD 1945 dan isinya.
c. Orientasi Pelajaran : Mampu hidup mandiri di masyarakat.
d. Keaktifan Lulusan : Warga Negara yang memiliki mental, moral, budi
pekerti yang baik, keyakinan agama yang baik, kuat, cerdas, terampil, serta
fisik yang kuat dan sehat.
e. Isi Kurikulum : Kelompok pembinaan jiwa Pancasila, kelompok pembinaan
pengetahuan dasar, kelompok pembinaan kecakapan khusus.
f. Desain Kurikulum : Menuju integrasi kurikulum (TK sampai PT), setiap
segi pendidikan terdapat tujuan, pedoman pelaksanaan, dan cara merangsang
agar anak melakukannya secara aktif.
g. Pendekatan Metodologis : Tidak jelas.
h. Penilaiaan : Sistem ujian Negara.
i. Bimbingan : -
2. Kurikulum SMP
a. Dasar : Demokrasi Terpimpin, SMA Gaya Baru 1962 serta Pendidikan
sesuai dengan Haluan Negara

12
Nur hamim, mengenal kurikulum, (Sidoarjo:CV Dwi pustaka jaya, 2014), 23-24
13
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 32-36

7
b. Tujuan Pendidikan : Mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara
yang baik.
c. Orientasi Pelajaran : Bahasa Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia,
Kewarganegaraan, yang mendapat tempat teratas dalam hal jumlah, waktu,
dan ujian-ujian.
d. Kualifikasi Lulusan : Dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan bakat,
belajar di Perguruan Tinggi, dan siap menjadi anggota masyarakat yang baik.
e. Isi Kurikulum ; Penyesuaian dengan pengembangan anak berdasarkan
bakat. Diferensiasi dimulai kelas II, dan terdapat pendidikan Karya dan
Kesenian.
f. Pendekatan Metodologi Mengajar : Ditentukan dengan jelas, penggunaan
persiapan mengajar biasa dan ada pedoman yang ditetapkan P dan K.
g. Penilaian : Sistem Ujian Negara.
h. Bimbingan : Oleh Tim Khusus (Terutama pada awal diferensiasi).
i. Fasilitas : Tidak dibakukan.
3. Kurikulum SPG
a. Dasar : Falsafah Negara Pancasila (Tap MPRS No. XXVII/1966, Bab II,
Pasal 2).
b. Tujuan Pendidikan : Membentuk manusia Pancasilais semata berdasarkan
keinginan Pembukaan UUD 1945 dan isinya.
c. Orientasi Pelajaran : Menekankan pada pembinaan kecakapan khusus, Ilmu
Keguruan, Praktek Pendidikan Ekspresi, Pengetahuan Bahasa , Pengetahuan
Alam, Berhitung, dan Kemasyarakatan.
d. Kualifikasi Lulusan : Guru TK, Guru SD, Guru SLB.
e. Organisasi Kurikulum : Pengelompokan mata pelajaran pembinaan jiwa
Pancasila, pembinaan pengetahuan dasar, dan pembinaan kecakapan khusus
(termasuk ilmu keguruan dan lain-lain).
f. Desain Kurikulum ; Waktu (Kelas I dan II 40% dan III 60%), Asas
(Kemungkinan peralihan demokrasi pendidikan, tahap bakat mata pelajaran,
interaksi pendidikan).
g. Pendekatan Metodologi Mengajar : Pengajaran unit pada tingkat
Broadfield.14

14
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 36 - 37

8
h. Penilaian : Sistem Ujian Negara.
i. Bimbingan : -
4. Kurikulum SD, SMP, SMA, SPG (1975-1985)
a. Dasar : KPTD, MPR-RI No. IV/MPR/1973. Pendidikan Nasional
berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat
kebangsaan agar menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
b. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran : Tujuan Pendidikan Umum, Tujuan
Institusional, Tujuan, Kurikuler, Tujuan Instruksional Umum, Tujuan
Instruksional Khusus.
c. Orientasi Pelajaran : Keseimbangan antara kognitif, keterampilan, sikap,
antara pelajaran teori dan praktik, menunjang akan tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran.
d. Kualifikasi Lulusan : Jelas dan terarah pada lapangan pekerjaan tertentu,
mengandung aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,
e. Organisasi Kurikulum : Pendekatan bidang studi program yang terdiri dari
program umum, akademik atau kejuruan, pendidikan keterampilan.
f. Pendekatan Metodologi Pengajaran : Pendekatan PPSI dan Model Santun
Pelajaran; Menggunakan konsep CBSA; serta Lengkap dengan pedoman
metode, evaluasi, bimbingan, administrasi, dan supervise.
g. Desain Kurikulum : Berorientasi pada tujuan; Efektivitas dan efisiensi;
Relevansi dengan kebutuhan; Keluwesan dan keadaan; Pendidikan Seumur
Hidup.
h. Penilaian : Penilaian Formulatif dan Sumatif TPB, EBTA, EBTANAS.15

D. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 lebih mengedepankan proses skill approach yang selaras dengan
GBHN 1983 bahwwa pendidikan dapat mecetak generasi yang kreatif, bermutu,

15
ibid, hal 36 - 37

9
dan efisien bekerja. Kurikulum 1984 ini sebagai penyempurna kurikulum
sebelumnya yaitu kurikulum 1975. Posisi siwa dalam kurikulum ini ditempatkan
sebagai subyek belajar. Didalam kurikulum ini terdapat Konsep Cara Bleajar
Siswa Aktif (CBSA) yang mana mengandung metode yang bersifat mengamati,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan suatu pelajaran. CBSA ini
didasarkan pada pandangan sikortsky, zone of proximality development. Teori
mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai potensi dan potensi itu dapat
teraktualisasi melalui ketuntasan belajar tertentu. 16
Kebijakan dalam penyusunan kurikulum 1984 adalah sebagai berikut
a. Pada kurikulum 1984 terdapat 16 mata pelajaran inti yaitu; agama, pendidikan
moral pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, bahasa dan
kesusasteraan Indonesia, geografi Indonesia, geografi dunia, ekonomi, kimia,
fisika, biologi, matematika, bahasa inggris, kesenian, keterampilan,
pendidikan jasmani dan olahraga, sejarah dunia dan nasional.
b. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing –
masing
c. Perubahan program jurusan. Jika pada kurikulum tahun 1975 itu memiliki
program jurusan IPA, IPS, AGAMA pada kurikulum 1984 program jurusan
dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari:
a. A1, Penekanan pada mata pelajaran Fisika
b. A2, Penekanan pada mata pelajaran Biologi
c. A3, Penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
d. A4, Penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya

Sedangkan dalam program B adalah program yang mengarah pada


keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa di masyarakat.
Namun tidak maksimalnya sarana yang disediakan sekolah maka program ini
untuk sementara ditiadakan.

d. penahapan kurikulum ini pada tingkat SMA kelas 1 berturut tahun berikutnya
dikelas yang lebih tinggi.17
E. Kurikulum 1994
16
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 36

17
Nur hamim, mengenal kurikulum, (Sidoarjo:CV Dwi pustaka jaya, 2014), 26 - 27

10
1. Kurikulum Pendidikan Dasar (1994)
Tujuannya adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta
didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (PP No. 28 Tahun 1990)

Isi kurikulum pendidikan dasar merupakan susunan bahan kajian dan


pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dasar (Pasal 14:1), dan isi
kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian
dan pelajaran: a) Pendidikan Pancasila, b) Pendidikan Agama, c) Pendidikan
Kewarganegaraan, d) Bahasa Indonesia, e) Membaca dan Menulis, f)
Matematika (termasuk berhitung), g) Pengantar Sains dan Teknologi, h) Ilmu
Bumi, i) Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, j) Kerajinan Tangan dan
Kesenian, k) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, l) Menggambar, m) Bahasa
Inggris (Pasal 14:2).18

Penilaian pendidikan dasar diselenggarakan untuk memperoleh


keterangan mengenai proses belajar mengajar dan upaya pencapaian tujuan
pendidikan dasar dalam rangka pembinaan dan pengembangannya, serta
penentuan akreditasi satuan pendidikan dasar yang bersangkutan (Pasal 18:1).
Penilaian pendidikan dasar yang meliputi kegiatan dan kemajuan belajar
siswa, pelaksanaan kurikulum, guru dan tenaga kependidikan lainnya, serta
satuan pendidikan sebagai satu keseluruhan (Pasal 18:2). Penilaian terhadap
pelaksanaan kurikulum dilakukan untuk mengetahui kesesuaiam kurikulum
pendidikan dasar dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional,
kemampuan siswa, dan kesesuaiannya dengan tuntunan perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat (Pasal 20)

Pada pasal 25 ayat 1 dikemukakan bahwa bimbingan merupakan


bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Dan pada pasal 25 ayat
2 dikemukakan bahwa bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.19

18
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 36-37
19
Ibid; hal 38

11
Pengawasan terhadap satuan pendidikan dasar yang dilaksanakan oleh
pemerintah atau masyarakat dalam rangka pembinaan, pengembangan,
pelayanan, dan peningkatan mutu, serta perlindungan bagi satuan pendidikan
dilaksakan oleh Menteri (Pasal 28:1). Dalam pasal 28 ayat 2 diungkapkan
bahwa pengawasan mencakup segi teknis dan administrasi satuan pendidikan
dasar yang bersangkutan. Pada pasal 28 ayat 3 dinyatakan pula bahwa
pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2 diatur oleh
Menteri dan untuk satuan pendidikan di lingkungan Departemen Agama diatur
oleh Menteri Agama setelah mendengar pertimbangan Menteri20

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan dasar (1994)


mengalami kemajuan yang berarti, terutama dalam hal kurikulumnya yang
berorientasi ke depan dan pengembangan kepribadian peserta didik dan lain-
lain serta secara kelembagaan Departemen Agama mempunyai wewenang
penuh dalam mengelola pendidikan dasar.

2. Kurikulum SMA (1994)


Pada PPP No. 29/1990 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan
menengah adalah meningkatkan pengetahuan siswa untuk melancarkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian
(Pasal 2 ayat 1). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial budaya alam dan sekitarnya (Pasal 2:2).
Pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi (Pasal 3:1). Dan
pendidikan menengah kejuruan memntingkan penyiapan siswa untuk
memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional. Pada pasal
3 ayat 3 dinyatakan pula bahwa pendidikan menengah keagamaan
mengutamakan penyiapan siswa dalam penugasan pengetahuan khusus
mengenai ajaran agama yang bersangkutan.21
Isi kurikulum pendidikan menengah merupakan susunan bahan kajian dan
pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan menengah dalam rangka
20
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 38
21
Ibid; hal 38-39

12
mencapai tujuan pendidikan nasional. Isi kurikulumnya wajib memuat bahan
kajian dan mata pelajaran mengenai Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama,
dan Pendidikan Kewarganegaraan (Pasal 15:2).
Penilaian Sekolah Menengah dilakukan secara bertahap, berkesinambungan,
dan bersifat terbuka dalam memperoleh keterangan mengenai kegiatan dan
kemajuan belajar siswa, pelaksanaan kurikulum, guru dan tenaga pendidik
lainnya, serta sekolah pengembangan, dan penentuan akreditasi Sekolah
Menengah yang bersangkutan (PP No. 29/1990, Pasal 19).
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan,
serta bimbingan tersebut oleh guru pembimbing (Pasal 27:1 dan 2).
Pengawasan terhadap sekolah menengah dalam rangka pengembangan,
perlindungan, peningkatan mutu dan pelayanan sekolah menengah yang
bersangkutan dilakukan oleh pemerintah (Pasal 30:1), dan pengawasan itu
dilakukan terhadap penyelenggara pendidikan dan administrasi sekolah
menengah ini (Pasal 30:2).22
F. Kurikulum berbasis Kompetensi (2004)
1. Kurikulum KBK (2004)
Secara umum, pada era reformasi ini prinsip implementasi Kurikulum 2004
adalah KBK, yang meliputi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), penilaian berbasis
kelas, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Dalam hubungannya dengan
KBM, proses belajar tidak hanya berlangsung di lingkungan sekolah, tetapi di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Kurikulum 2004 merupakan kurikulum
eksperimen yang ditetapkan secara terbatas di sejumlah sekolah atau madrasah untuk
eksperimen Kurikulum Berbasis Komputer (KBK).
Ketentuan tentang kurikulum termasuk kerangka dasar dan struktur
kurikulumnya serta pengembangannya pada dasarnya ditetapkan oleh peraturan
pemerintah. Dalam hal ini PP No. 19/1990 tentang Standar Nasional Pendidikan serta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas pada
Pasal 36, 37, dan 38).23

22
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 39-41
23
Ibid; hal 41-42

13
Ketika KBK diterapkan di beberapa sekolah atau madrasah sejak 2004 dan
bahkan ada sekolah atau madrasah yang telah menerapkannya sejak 2003, kurikulum
itu masih dalam taraf uji coba dan belum diterapkan dalam ebntuk peraturan
pemerintah. Namun, pemerintah tetap menghargai terhadap sekolah atau madrasah
yang telah melaksanakan eksperimen KBK tersebut sehingga didalam peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20/2005 tentang Ujian Nasional Tahun Ajaran
2005/2006 (Pasal 8) dinyatakan bahw: “Bahan Ujian Nasional disusun berdasarkan
Kurikulum 1994 atau Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2004.” Dengan kata
lain, satuan pendidikan dapat memilih diantara kedua kurikulum tersebut.24
G. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006)
Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional No. 22/2006 tentang Standar
Isi (SI) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang selama ini
dipermasalahkan karena lambat disosialisasi, hanya memberi kesempatan peranan
orang tua dalam pelaksanaan kurikulum struktur pendidikan dasar dan menengah,
yaitu 1) Mata pelajaran, 2) Muatan local, 3) Pengembangan diri. Komponen ketiga
bukanlah kompinen mata pelajaran yang harus diampu oleh guru, melainkan
dibimbing oleh konselor, guru, dan tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam
bentuk ekstrakurikuler.
Menurut Muhaimin, pada dasarnya pengembangan KTSP tidak dapat dipisahkan
dengan KBK sebab pendekatan pengembangan KTSP menggunakan pendekatan
KBK. Pada awalnya, pengembangan kurikulum banyak menggunakan konsep lama
yang memandang kurikulum sebatas kumpulan isi mata pelajaran atau daftar materi
pokok yang ditawarkan kepada peserta didik dalam menyelesaikan program belajar
dalam satuan pendidikan tertentu.25
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu pilihan
model kurikulum dalam upaya memenuhi tuntutan perubahan dan perkembangan
saintek, realitas pendidikan nasional, dan respon terhadap otonomi daerah. Atau
rencana pengembangan kurikulum di tingkat satuan pendidikan (sekolah) dimaknai
sebagai upaya penegakan otonomi sekolah atau madrasah. Karena itu, sekolah atau
madrasah perlu didukung oleh pemangku kepentingan seperti Komite Sekolah

24
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 42
25
Ibid; hal 43

14
Akademik dan mereka yang berwawasan dalam memahami substansi dan nilai-nilai
pendidikan.
Bertalian dengan aturan Departemen Pendidikan Nasional, dimana
penyusunan kurikulum didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
Standar Isi (SI) hasil rumusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sekolah
atau madrasah dapat menyusun kurikulum sendiri. Dalam hal ini, otonomi lebih
besar diberikan kepada sekolah atau madrasah yang bertalian dengan pengembangan
kurikulum, yang kemudian disebut KTSP.
Menurut Muhaimin, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan (sekolah atau madrasah). Sedangkan pemerintah pusat,
hanya memberikan rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan
kurikulum, yaitu 1) UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2)
Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, 3)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22/2006 tentang Standar Isi, 4)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusaan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 5) Peraturan
Menteri Nasional No. 24/2006 tentang Kedua Peraturan Menteri Nasional tersebut,
dan 6) Panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).26

H. Kurikulum 2013
Didalam undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional pada bagian umum dijelaskan bahwa pembaharuan pendidikan
memerlukan strategi tertentu, dan salah satu strategi pembangunan pendidikan
nasional ini adalah...”. dalam pasal 35 undang – undang nomor 20 tahun 2003 juga
mengatur bahwa” (2)standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, dan
pembiyaan.” Selanjutnya didalam penjelasan pasal 35 dinyatakan bahwa
“kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.”27
26
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 44-45
27
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta:AR-RUZZ
MEDIA, cetakan II, 2013), hal 40

15
Pada hakikatnya Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pada pasal I ayat (1) menyebutkan bahwa “ pendidikan
adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarkat,
bangsa, dan negara.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas
dalam rincian Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), tapi belum terselesaikan
karena desakan untuk segera mengemplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) 2006. Dan berikut ini adalah beberapa hal baru yang terdapat
dalam kurikulm 2013 diantaranya sebagai berikut:
1. Kurikulum 2013 berbasis sains
2. Kurikulum 2013 untuk pendidikan dasar seperti MI dan SD bersifat tematik
integratif
3. Tujuan kompetensinya yaitu kompetensi yang berimbang antara sikap,
keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang
holistik dan menyenangkan.
4. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik
melalui penilaian berbasis tes dan portofolio yang saling melengkapi.
5. Mata pelajaran SD; Pendidikan agama, PPKn, Bahasa Indonesia,
MatematikaIPA, IPS, seni budaya dan prakarya(muatan lokal), pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan ( muatan lokal).
6. Alokasi waktu perjam mata pelajaran SD 35 menit
7. Banyak jam pelajaran per minggu kelas I – 30 jam, Kelas II – 32 jam, kelas
III – 34 jam, kelas IV, V, VI – 36 jam.
8. Mata pelajaran tingkat satuan pendidikan SMP diantaranya; Pendidikan
agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa inggris, seni
budaya (muatan lokal), pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ( muatan
lokal), dan prakarya ( muatan lokal)
9. Alokasi waktu perjam pelajaran SMP = 40 menit
10. Banyak jam perminggu = 38 jam

16
11. Mata pelajaran SMA – MA kurikulum 2013 diantaranya; pendidikan agama
dan budi pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah Indonesia,
Bahasa Inggris, seni budaya, PJOK, dan Prakarya atau kewirausahaan.
12. Alokasi waktu per jam mata pelajaran = 45 menit
13. Banyak jam pelajaran per minggu = 39 jam28

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

28
Nur hamim, mengenal kurikulum, (Sidoarjo:CV Dwi pustaka jaya, 2014), 45-46

17
Kurikulum dari masa ke masa sudah tak asing lagi di dengar. Pada dasarnya
tujuan dari pembentukan kurikulum pendidikan adalah tujuan setiap program
pendidikan yang diberikan kepada anak didik, karena kurikulum merupakan alat
untuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum
pendidikan. Dalam sistem pendidikan di Indonesia tujuan pendidikan bersumber dari
falsafah bangsa Indonesia. Dan dari masa ke masa dunia pendidikan di Indonesia
sudah mengalami beberapa kurikulum, mulai dari kurikulum pra kemerdekaan hingga
kurikulum saat ini yaitu kurikulum 2013. Mulai dari mata pelajaran, cara pengajaran,
cara siswa dapat memahami hingga alokasi waktunya sudah ditentukan di setiap
kurikulum pada masanya, dan akan mengalami pembaharuan jika terdapat hal – hal
yang kurang dalam kurikulum juga sebagai penunjang perkembangan daya berpikir
siswa.
Bangsa Indonesia sudah mengenal sekolah, yang tentu saja juga ada
kurikulum. Setiap generasi memiliki sejarah kurikulum yang berbeda antara satu
dengan yang lain. kurikulum Indonesia berubah sesuai dengan zamannya bahkan tak
jarang juga terdapat keterkaitan dengan unsur – unsur politis yang mengiringinya.
Dalam pengertian bahwa kurikulum di Indonesia kerapkali mengikuti kehendak
pemimpin yang berkuasa saat itu.
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Saiful. 2009. Pengembangan Kurikulum. Pamekasan:STAIN Pamekasan press

Hamim, Nur. 2014. Mengenal Kurikulum 2013. Sidoarjo: CV Dwi Putra Pustaka Jaya

18
Hamid, Hamdani. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung:CV PUSTAKA
SETIA

Idi, Abdullah. 2013. PENGEMBANGAN KURIKULUM : Teori & Praktik.


Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA

Listiana, Heni. 2016. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: IMTIYAS

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

19

Anda mungkin juga menyukai