Anda di halaman 1dari 13

Perkembangan Sekolah Meer Uitgebreid...

(Indah Pusparini) 1

PERKEMBANGAN SEKOLAH MEER UITGEBREID LAGER ONDERWIJS


(MULO) DI YOGYAKARTA TAHUN 1918-1942

MEER UITGEBREID LAGER OENDERWIJS (MULO) SCHOOL DEVELOPMENT


IN YOGYAKARTA 1918-1942

Oleh : Indah Pusparini, Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, indah.rini2811@gmail.com

Abstrak

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.


Pendidikan di Indonesia (Hindia-Belanda) sudah ada sejak masa penyebaran agama dan
mengalami perkembangan yang pesat sejak ikut campurnya Pemerintah Kolonial dalam
pendidikan di Indonesia (Hindia-Belanda). Pemerintah Kolonial banyak mendirikan
sekolah di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah sekolah MULO di Yogyakarta yang
merupakan sekolah lanjutan. Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui kondisi
pendidikan di Yogyakarta pada abad dua puluh, perkembangan sekolah MULO di
Yogyakarta tahun 1918-1942, dan dampak dari adanya sekolah MULO di Yogyakarta.
Pada tanggal 15-21 April 1918 pemerintah mencanangkan dibukanya sekolah lanjutan
yang bernama MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Sekolah MULO dibuka untuk
masyarakat Eropa, Pribumi dan lainnya. Adanya sekolah MULO menimbulkan dampak di
dalam kehidupan masyarakat, yaitu: sosial, ekonomi, politik dan budaya. Adanya sekolah
yang didirikan menimbulkan perubahan sosial di dalam masyarakat, yaitu masyarakat
mampu membaca dan menulis. Selain itu, cara pandang masyarakat juga mengalami
perubahan dalam kehidupan dan mendorong masyarakat menciptakan golongan elite
modern serta terpelajar.
Kata Kunci: Sekolah MULO, Yogyakarta, 1918-1942

Abstract

Education is a very important thing in human life. Education in Indonesia (Dutch East
Indies) has existed since the spread of religion and has experienced rapid development
since the intervention of the Colonial Government in education in Indonesia (Dutch East
Indies). The Colonial Government established many schools in Indonesia (Dutch East
Indies). One of them is the MULO school in Yogyakarta which is a secondary school or
Junior High School. The purpose of this paper is to determine the condition of education
in Yogyakarta in the Twentieth Century, the development of MULO schools in Yogyakarta
in 1918-1942 and the impact of the existence of MULO schools in Yogyakarta. On 15-21
April 1918 the government announced the opening of a secondary school called MULO
(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). MULO School is opened for European, Indigenous
citizen and other communities. The existence of MULO schools has an impact on people's
lives, namely: Social, Economic, Political and Cultural. The existence of established
school open up the cause of social change in the community, the community is able
to read and write. In addition, the community perspective is also experiencing a
change in life and encourage people to create a class of elite and erudite.

Keyword: MULO School, Yogyakarta, 1918-1942


2 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah

PENDAHULUAN yang dicetuskan oleh Van Deventer

Pendidikan merupakan hal yang diterapkan dengan slogan pendidikan,

fundamental dalam kehidupan manusia. irigasi dan imigrasi. Di bidang

Di Hindia-Belanda pendidikan sudah ada pendidikan Pemerintah Belanda banyak

sejak masa penyebaran agama seperti, mendirikan sekolah untuk menunjang

agama Islam dan Hindu- kemajuan pendidikan yang ada. Pada

Budha.Kedatangan bangsa Barat ke akhir abad ke-19 terdapat 721 sekolah

Hindia-Belanda membawa perubahan rendah dengan 131.00 orang murid.2

pada sistem pendidikan di Hindia- Masyarakat pribumi mulai memasuki

Belanda. Pada masa Hindia-Belanda sekolah-sekolah yang didirikan oleh

dalam kekuasaan VOC (Vereenidge Belanda. Sekolah pertama untuk pribumi

Oostindische Compagnie) keadaan didirikan oleh Pemerintah Belanda

pendidikan diarahkan perhatiannya dengan tujuan mendidik anak-anak

kepada orang Hindia-Belanda yang aristrokrasi di Jawa untuk dijadikan

beragama Kristen-Protestan, pendidikan pegawai yang cakap di perkebunan

didasarkan pada prinsip bisnis untung pemerintah.

rugi dan hukum ekonomi perdagangan.1 Pemerintah Belanda mendirikan

Adanya kekacauan politik di dalam VOC sekolah-sekolah untuk pribumi

membuat VOC diubarkan dan Hindia berdasarkan Indisch Staatblablad 1893

Belanda berpindah ke tangan Pemerintah Nomor 125 yang membagi sekolah

Belanda. Sejak masuknya Belanda di pribumi menjadi dua bagian seperti,

Hindia Belanda, pendidikan di Hindia sekolah kelas 1 (eerste Klasse) dan

Belanda mengalami perkembangan yang sekolah kelas II (tweede klase).3 Bahasa

sangat pesat, hal tersebut didasari dengan pengantar yang digunakan dalam sekolah

adanya kebijakan balas budi atau sering ini adalah bahasa Melayu dan daerah.

disebut dengan politik etis. Politik etis Sekolah yang didirikan Pemerintah

Leo Agung dan Suparman,


1

Sejarah Pendidikan, (Yogyakarta: 3


Abu Ahmadi, Sejarah
Ombak, 2012), hlm. 21. Pendidikan, (Semarang: CV Toha
Putra, 1975), hlm. 25.
2
Sartono Kartodiharjo, dkk.,
Sejarah Nasional Indonesia V, (T.k.:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1975), hlm. 61.
Perkembangan Sekolah Meer Uitgebreid...(Indah Pusparini) 3

Belanda di Hindia-Belanda belum bisa yaitu, sekolah pemerintah dan swasta.


menampung peserta didik secara baik, Sekolah MULO di Yogyakarta didirikan
hal ini ditandai dengan jumlah anak- anak oleh pihak swasta dengan kebijakan
pribumi yang dapat baca tulis tidak mendirikan sekolah Christelijke MULO
sebanding dengan yang buta huruf. Hal dengan tujuan mampu menampung siswa
tersebut membuat para politisi memaksa yang lebih banyak.
pemerintah Belanda mengupayakan
perbaikan dalam berbagai segi kehidupan Metode Penelitian
bagi rakyat Hindia-Belanda, termasuk Metode sejarah merupakan
dalam pendidikan. Di Yogyakarta seperangkat aturan dan prinsip sistematis
sebelum tahun 1900 sudah berdiri dalam mengumpulkan sumber sejarah
sekolah asli yang disebut Sekolah secara efektif dan mampu menilainya
Tamanan dan dan Sekolah secara kritis serta mengajukan sistesis
Madyopenganti, yang kemudian dua dari data-data yang dicapai dalam bentuk
sekolah partekelir di dalam wilayah tulisan. Menurut Nugroho Notosusanto
Pakualaman dan enam sekolah partekelir terdapat empat tahapan yang digunakan
di wilayah Kasultanan. Di Yogyakarta dalam penelitian sejarah , yaitu: Heuristik
juga terdapat sekolah Barat seperti HIS kegiatan mencari sumber-sumber unuk
(Hollands Inlands School), Schakel mendapatkan data-data sejarah.5 Kedua
School, Normaal School, MULO (Meer kritik sumber, yaitu tahap yang dilakukan
Uitgebreid Lager Onderwijs), ELS dengan mengkritik sumber atau
(Europesche Lagere School), melakukan pengujian terhadap sumber
Kweekschool, Sekolah Pertukangan.4 yang sudah diperoleh. Kritik sumber
Salah satu sekolah yang didirikan oleh dilakukan dengan tujuan untuk
Pemerintah Belanda di Yogyakarta mengetahui keotentikan dan
adalah Sekolah MULO yang didirikan keterpercayaan dari sumber-sumber yang
pada tahun 1918. Sekolah MULO di Kota diperoleh. Di dalam kritik sumber
Yogyakarta diklasifikasikan menjadi dua terdapat dua macam kritik, yaitu kritik

Sri
4
Sutjiantiningsih dan dan Dokumentasi Kebudayaan,
Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan 1980/1981), hlm. 9.
Daerah Istimewa Yogyakarta,
(Yogyakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi Helius Syamsudin, Metodologi
5

Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007),


hlm. 67.
4 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah

eksternal dan internal. Ketiga, yaitu Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan


interpretasi merupakan penafsiran hidup sehari-hari masih bergantung
terhadap fakta-fakta sejarah yang dalam bidang agraris sebagai sumber
diperoleh melalui sumber sejarah. utama mata pencarian. Hal tersebut
Interpretasi terbagi dalam dua macam didukung dengan adanya tanah yang
bagian yaitu, analisis dan sintesis. subur dan pengairan yang mudah oleh
Keempat atau tahap terakhir, yaitu karena itu, masyarakat dan pemerintah
historiografi adalah penulisan dan Kota Yogyakarta memanfaatkan lahan
penyampaian hasil fakta sejarah yang dengan menanami tanaman komoditi
diperoleh yang ditulis dalam bentuk seperti, tebu, tembakau dan rempah-
karya sejarah.. rempah. Kegiatan pertanian di Kota
Yogyakarta biasa dilakukan dengan cara
HASIL PENELITIAN DAN gotong-royong. Adanya kegiatan gotong-
PEMBAHASAN
royong di Kota Yogyakarta terlihat
A. Kondisi Pendidikan di Kota
Yogyakarta Awal Abad XX dalam kehidupan perekonomian, ditandai
Kota Yogyakarta secara
dengan apabila terdapat seorang petani
astronomi terletak kurang lebih diantara
membutuhkan bantuan maka akan
110̊ 23̛ 79‫ ״‬- 110̊ 28̛ 53‫ ״‬BT dan terletak
mendapat bantuan dari petani yang lain.
lebih kurang 7̊ 49̛ 26‫ ״‬- 7̊ 50̛ 84‫ ״‬LS.6 Kota
Kegiatan gotong-royong yang dilakukan
Yogyakarta memiliki luas 32,50 km2 atau
oleh masyarakat Kota Yogyakarta sudah
1,03% dari seluruh wilayah Daerah
terjadi secara turun temurun. Hal tersebut
istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta
dipimpin oleh kepala desa setempat.7
memiliki batas-matas wilayah, yaitu
Selanjutnya, adanya sewa tanah yang
terdiri atas sebelah utara kampung Jetis
diterapkan di Yogyakarta para petani
sampai Sagan dan Samirono, sebelah
mulai gelisah dengan jumlah pendapatan
tmur dari kampung Samirono sampai
yang semakin menurun, karena tanah
kampung Lowano sampai ke kampung
lungguh yang di garap oleh para petani
Bugisan. Pada abad ke-20 penduduk
mulai disewakan kepada para penguasa

Riyadi Goenawan da Darto


6
Sutrisno Kuntoyo & Mardanas
7

Harnoko, Sejarah Sosial Daerah Safwan, Sejarah Daerah Istimewa


Istimewa Yogyakarta: Mobilitas Yogyakarta, (Jakarta: Depdikbud,
Sosial DI. Yogyakarta Periode Abad 1978),hlm.32-33.
Duapuluhan, (Jakarta: Proyek
Inventarisasi dan dokumentasi
Sejarah Nasional, 1993), hlm. 15.
Perkembangan Sekolah Meer Uitgebreid...(Indah Pusparini) 5

perkebunan. Oleh karena itu, tenaga kerja cukup dan murah.11


perekonomian petani menurun dengan Berdirinya perusahaan-perusahaan asing
berpindah fungsi lahan pertanian ke di Kota Yogyakarta di atas tanah sewa
lahan perkebunan. Hal tersebut juga membuat masyarakat Kota Yogyakarta
memicu munculnya adanya berbagai sengsara karena banyak penduduk lokal
profesi pekerjaan lain seperti, tukang beralih profesi menjadi buruh
kebun, tukang bangunan dan pegawai perkebunan yang kehidupannya
rendah.8 bergantung dari upah pemilik
Para penguasa swasta menyewa perkebunan. Hal tersebut juga membuat
tanah dari para abdi dalem, sentana pola struktur kemasyarakatan berubah.
dalem dan raja untuk ditanami berbagai Adanya perubahan tersebut terlihat dari
macam tanaman komersial, seperti kopi, para pejabat desa beralih fungsi menjadi
9
nila dan gula. Adanya perkebunan tebu mandor-mandor di perkebunan. Adanya
di Yogyakarta mendorong para pemilik hal tersebut mendorong Van Deventer
modal berbondong-bondong membuka mengeluarkan kebijakan Politik Etis
pabrik gula di Yogyakarta. Banyak untuk masyarakat pribumi tanpa
pabrik gula yang didirikan di terkecuali warga masyarakat Kota
Yogyakarta, seperti: Padokan, Pleret, Yogyakarta. Salah satu isi di dalam
Pundong, Gesikan, Brongan, Cebongan, kebijakan politik etis, yaitu pendidikan,
10
Sewugalur dan sebagainya. Para maka dari itu pada awal abad ke-20
penyewa tanah dalam mendapatkan jumlah sekolah yang didirikan oleh
tenaga kerja murah memanfaatkan elite Pemerintah Belanda mengalami
pribumi dan struktur birokrasi lokal peningkatan.12 Hal tersebut didasari
untuk memudahkan dalam mendapatkan dengan meningkatnya jumlah murid pada

Abdurrachman
8
Sumihardjo, Ari Setyastuti, dkk., Mosaik
10

Kota Yogyakarta Tempo Doeloe: Pusaka Budya Yogyakarta,


Sejarah Sosial 1880-1930, (Jakarta: (Yogyakarta: Balai Pelestarian
Komunitas Bambu, 2008), hlm. 33. Peninggalan Purbakala Yogyakarta,
2003), hlm. 13.
Vincent
9
J.H. Houben,
Keraton dan Kompeni: Surakarta dan Vincent J.H. Houben, op.cit.,
11

Yogyakarta, 1830-1870, (Jogjakarta: hlm.xii.


Bentang Budaya, 2002), hlm. xi.
Abdurrachman
12

Surjomihardjo, Kota Yogyakarta


Tempo Doloe: Sejarah Sosial 1880-
6 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah

sekolah Pagelaran yang mendorong dibahas mengenai didirikan sekolah


perlunya dibangun sekolah-sekolah baru MULO di kota Yogyakarta dan
seperti, sekolah lanjutan dan pendidikan Magelang.13 Sistem pendidikan yang ada
kejuruan. Sekolah-sekolah yang di di Sekolah MULO Kota Yogyakarta
dirikan oleh Belanda di Kota Yogyakarta terdiri dari beberapa sistem pendidikan
pada abad ke-20 tergolong sudah banyak diantaranya seperti, guru, kurikulum,
yaitu:Europeesche Lagre School (ELS), buku pelajaran dan biaya sekolah. Peran
Hollands Inlands School (HIS), Meer guru sangat penting dalam memberikan
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), gagasan, baik dasar-dasar pengetahuan
Sekolah Pertukangan, dsb. umum atau perhitungan yang
B. Perkembangan Sekolah disampaikan kepada para siswa. Guru
MULO di Yogyakarta Tahun
juga dapat digolongkan sebagai
1918-1942
Salah satu sekolah yang ada di ‘komunikator profesional’. Pada tahun
Kota Yogyakarta adalah sekolah MULO. 1924 berdasarkan data di atas jumlah
Di Kota Yogyakarta sekolah MULO guru yang mengajar di sekolah MULO
dikelola oleh Pemerintah dan Swasta. Swasta (RK. MULO dan Critist MULO)
Berdirinya sekolah MULO di berjumlah 10 guru dengan jumlah murid
Yogyakarta banyak yang 219 orang. Gaji yang diterima para guru
memperdebatkan, ada beberapa sumber tidak secara langsung akan tetapi, gaji
yang menyebutkan bahwa sekolah para guru diberikan di kantor s’Lands
MULO di Yogyakarta didirikan Kas Yogyakarta yang ditanggungkan
bersamaan dengan berdirinya HIS yaitu oleh pemerintah Hindia-Belanda. Jumlah
pada tahun 1914 dan 1917. Akan tetapi, uang sekolah yang diberikan oleh
berdasarkan pada keputusan tanggal 18 pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu,
Februari 1917 No. 628 menyatakan, yang terendah sejumlah f 0,25 dan yang
bahwa pada tanggal 15-21 April 1918 terbesar f 1,25 per bulan.14Selanjutnya,

1930, (Jakarta:Komunitas Bambu, Kota Magelang Tahun 1917-1942”.


2008), hlm. 22. Skripsi, (Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta, 2017), hlm. 49.
Boekhandel Visser N.V &
13
14
Co, Veslagen van De MULO – Tjokrosiswojo, Sejarah
Eidexames in Nederlandschindie in Pendidikan di Yogyakarta, (Tkt: Ttt),
1920, (tk) Weltevreden, 1920), hlm. hlm.71.
7. Lihat juga, Diah Sari Nastiti
“Perkembangan Sekolah MULO di
Perkembangan Sekolah Meer Uitgebreid...(Indah Pusparini) 7

yaitu kurikulum merupakan mata di setiap sekolah, karena setiap sekolah


pelajaran yang harus ditempuh dan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda
dipelajari oleh siswa yang bertujuan harus meggunakan Bahasa Belanda
untuk memperoleh pengetahuan.15 sebagai bahasa pengantarnya termasuk
Sekolah MULO di Kota Yogyakarta Sekolah MULO di Kota Yogyakarta.
terbagi menjadi dua, yaitu Sekolah Buku-buku bahasa Belanda tersebut,
Pemerintah dan Sekolah Swasta. Pada seperti: De Nederlandsch Tall; valledige
dasarnya kurikulum yang ada di Sekolah taal-cursus ten behoeve van der Inlander,
Pemerintah dan Swasta memiliki yaitu buku Bahasa Belanda untuk kursus
kurikulum yang sama, yaitu: membaca, bahasa yang dilengkapi bagi keperluan
bahasa Belanda, menulis, matematika, anak-anak bumiputera. Kedua,
sejarah dan lainnya. Di sekolah MULO Nederlandsch Taalboek, yaitu buku
terdapat mata pelajaran wajib yang harus pelajaran yang menggunakan Bahasa
dikuti oleh seluruh siswa, yaitu pelajaran Belanda. Buku tersebut merupakan
bahasa yang terdiri dari: Bahasa Belanda, karangan dari G.J. Nieuwenhuis dan H.P.
Bahasa Perancis, Bahasa Inggris dan van der Laak. Ketiga, We Tot het Westen
Bahasa Jepang. Walaupun sekolah (Djalan Barat) karangan dari H.P. Van
MULO dianggap sebagai sekolah bawah, der Laak, yaitu buku yang diterbitkan
akan tetapi di sekolah MULO tidak untuk yang berbahasa Jawa dan Sunda.
diberikan pelajaran vakasional yang Biaya sekolah di MULO ditetapkan
meliputi, tata buku, etnografi, mengetik dengan jumlah sebesar f213 dengan
dan lainnya.16 Buku-buku pelajaran yang menggunakan Bahasa Belanda sebagai
dibuat oleh Pemerintah Belanda bahasa pengantarnya dan f65 untuk
merupakan buku wajib yang harus ada di Bumiputera dengan bahasa pengantar
setiap sekolah yaitu, buku Bahasa bahasa Bumiputera.17
Belanda. Buku Bahasa Belanda wajib ada

Muhammad Joko Susilo,


15
S.
16
Nasution, Sejarah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT
Pendidikan: Manajemen Bumi Aksara, 2015), hlm. 124.
Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah
Menyongsongnya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 2007), Van Der Wal, Pendidikan di
17

Indonesia 1900-1940 Buku II,


hlm.78.
(Jakarta: Depdikbud), hlm. 282.
8 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah

Sekolah MULO di Kota diterima terlebih dahulu, karena orang-


Yogyakarta dibuka pada tahun 1918 yang orang Jawa mengalami keterbelakangan
merupakan sekolah lanjutan dari dalam pendidikan dibandingkan dengan
berbagai jenis sekolah rendah yang ada orang orang-orang Belanda di Hindia-
yang berorientasi Barat. Di Kota Belanda. Pemerintah Belanda lebih
Yogyakarta terdapat dua sekolah MULO mementingkan ambisinya dengan
yaitu, MULO Pemerintah dan MULO bertingkah sebagai pemiliki wilayah
Swasta. Sekolah MULO Pemerintah sendiri.
berada di Ngupasan yang sekarang Sekolah MULO Kanisius
digunakan sebagai Kantor Polisi 09 dan dikelola oleh beberapa bruder FIC yang
MULO Swasta yang didirikan oleh terdiri dari; Br. Bertinus, Br.
Yayasan Kanisius berada di Kidul Loji.18 Clementinus, Br. Nazarius dan Br.
Pada dasarnya sekolah MULO di Kota Victorius. Di Kota Yogyakarta sekolah
Yogyakarta mengalami perkembangan MULO mengalami perkembangan
yang pesat, hal tersebut terlihat setelah dengan semakin bertambahnya jumlah
Pemerintah Belanda mendirikan MULO murid. Jumlah murid yang bersekolah di
yang memiliki orientasi sama dengan MULO Katolik dari tahun 1925-1930
MULO berikutnya yaitu, MULO Swasta juga mengalami perkembangan yang
(Protestan dan Kanisius). Pada tanggal 1 pesat, meskipun pada tahun 1927 sempat
Juli 1923 di Kota Yogyakarta didirikan mengalami penurunan, akan tetapi tahun
Sekolah MULO Kanisius yang terletak di selanjutnya mengalami perkembangan
Kidul Loji, dengan tujuan agar lulusan lagi, dengan jumlah murid dari tahun
dari sekolah HIS Kanisius melanjutkan 1925-1930 sebanyak 616. Hal tersebut
ke MULO Kanisius yang sebelumnya membuktikan, bahwa sekolah MULO
para siswa banyak melanjutkan ke banyak yang meminati. Sekolah MULO
MULO Pemerintah. Di sekolah MULO dibangun dengan apik yang memiliki
Kanisisus memiliki peraturan sendiri pondasi soliter dari beton dengan tujuan
berbeda dengan MULO Pemerintah, agar tidak runtuh ketika ada gempa bumi.
yaitu sekolah MULO Kanisius Selain itu, pada dasar lantai juga
mengutamakan anak-anak Jawa untuk menggunakan lantai yang kuat yaitu

Sri
18
Sutjianingsih dan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi
Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan dan Dokumentasi Kebudayaan,
Daerah Istimewa Yogyakarta, 1980/1981), hlm. 67.
(Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Perkembangan Sekolah Meer Uitgebreid...(Indah Pusparini) 9

lantai pegas dengan tujuan yang sama. bersekolah di MULO paling banyak
Bangunan MULO yang baru ini memiliki berusia 15 tahun. Murid yang bersekolah
8 ruang kelas dengan ukuran 8×8 dengan dengan umur 13 sebanyak 7 orang, umur
dilengakapi ruang Fisika yang memiliki 14 tahun berjumlah 16 orang, umur 15
ukuran sama. Selain itu, terdapat ruangan tahun berjumlah 31 orang, umur 16 tahun
kerja dan klinik yang dilengkapi dengan berjumlah 21 orang, umur 17 tahun
obat luka dan tetes. Arsitek Bolsius juga sebnayak 15 orang, umur 18 tahun
mendirikan tempat untuk membersikan berjumlah 2 orang.21
kaki yang memiliki 4 keran, dengan Pada tahun 1942 bersamaan
tujuan untuk membersihkan kaki para dengan bergantinya kekuasaan di Hindia-
murid Jawa yang tidak beralaskan kaki Belanda yang awalnya Hindia-Belanda
sebelum masuk ke dalam kelas.19 Pada dikuasai oleh Pemerintah Belanda
tahun 1940 MULO berada dibawah berpindah ke tangan Jepang yang bisa
pimpinan bruder Ov. Theodoricus, yang mengalahkan Belanda pada saat itu. Oleh
sekarang sekolah MULO dijadikan karena itu, dengan bergantinya
sebagai SMP Pangudi Luhur di Kota kekuasaan di Hindia-Belanda dari tangan
20
Yogyakarta. Belanda ke Jepang maka, sekolah MULO
Pada awal pembangunan sekolah diubah menjadi SMP sesuai dengan
MULO jumlah siswa yang bersekolah kebijakan Pemerintah Jepang yang
yaitu, 92 siswa yang terdiri dari 54 menduduki Hindia-Belanda
keturunan Eropa, 33 Pribumi dan 5 Timur menggantikan Pemerintah Belanda.
Asing dengan jumlah tenaga pengajar C. Dampak Sekolah MULO di
Yogyakarta
sebanyak 4 orang. Rata-rata murid yang
Adanya perkembangan dalam
bersekolah berumur 13 tahun sampai 18
sistem pendidikan yang diterapkan oleh
tahun. Akan tetapi murid yang
Pemerintah Belanda di seluruh wilayah

Door Broeder Ferdinand


19
Departement Van Onderwijs
21

B.D.O.O “De R.K. Muloschool Van En Eeredienst, Algemeen Verslag Van


Het Onderwijs In Nederlandsch –
Djocjakarta”, (djocjakarta: N.V. Indie Staten en tabelle, 1917, hlm.
Centerale Drukkerij Nijmegen, 1928), 164-165. Lihat juga, Diah Sari
hlm. 104-105. Nastiti, “Perkembangan Sekolah
Mulo di Kota Magelang Tahun 1917-
20
Ibid., hlm. 106-107. 1942”, Skripsi, (Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta,
2017), hlm. 53-54.
10 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah

Hindia-Belanda termasuk di Kota yang ditimbulkan menjadi salah satu


Yogyakarta dengan mendirikan sekolah- rintangan dalam pendidikan golongan
sekolah baik pemerintah atau swasta bumiputera pada khususnya dan
membawa pengaruh dalam bidang sosial perintang bagi kebutuhan-kebutuhan
di kehidupan masyarakat.Sekolah yang mereka pada umumnya.23 Pendidikan
didirikan oleh Pemeritah Belanda di Kota yang berkembang di Kota Yogyakarta
Yogyakarta banyak meluluskan para juga membawa perubahan, yaitu adanya
siswa dengan hal tersebut taraf rasa untuk mengubah nasib dari
kehidupan di lingkungan masyarakat penjajahan ke masyarakat sadar dengan
mereka berubah. Banyaknya masyarakat memperoleh pendidikan menambah
yang mengenyam pendidikan di sekolah wawasan dan menginginkan keadaan
mampu membuka peluang bagi yang dinamis bukan, keadaan konstan
masyarakat untuk menaikan taraf seperti penjajahan yang selama ini
hidupnya yaitu, dengan menjadi pejabat, mereka rasakan.
pegawai atau guru sesuai keahlian yang Salah satu lulusan sekolah
dimiliki. Hal tersebut menyatakan bahwa MULO, yaitu Faridan Muridan Noto
sekolah membawa pelebaran mobilitas yang lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus
sosial dengan pengaruh yang tidak 1924 yang merupakan anak dari H.
terbatas.22 Muridan Noto dan Alfiah. Ayah Faridan
Pengaruh pendidikan di Hindia- M. Noto merupakan seorang Jenderal
Belanda dari tangan Pemerintah Belanda, PETA yang memiliki pangkat
pendidikan semakin memunculkan Daidanchou, sedangkan ibunya
adanya keharusan bagi status yang tinggi. merupakan anggotan karawitan di
Pendidikan memiliki arti yang sangat Keraton. Pendidikan yang pernah di
penting salah satunya yaitu tempuh oleh Faridan M. Noto, yaitu
mempersiapkan seseorang yang lebih Neutrale MULO School yang kemudian
baik untuk memeroleh kemajuan yang melanjutkan ke AMS B. Setelah
lebih modern di dalam masyarakat. Akan mengeyam pendidikan, Faridan
tetapi, dengan adanya diksriminasi ras memutuskan untuk bergabung ke dalam

22 23
Riyadi Gunawan, Sejarah Esa Susanti,
Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, “Perkembangan Sekolah AMS di
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Yogyakarta Tahun 1919-1942”,
Kebudayaan, 1993) hlm. 85. Skripsi, (Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2018), hlm. 86.
Perkembangan Sekolah Meer Uitgebreid...(Indah Pusparini) 11

PETA.24 Segi lingkungan pergaulan 1918 oleh pemerintah. Selanjutnya,


dengan adanya pendidikan yang semakin selain pemerintah yang mendirikan
berkembang dan banyak masyarakat sekolah, pihak swasta juga
yang sekolah masyarakat mulai
mendirikan sekolah MULO di
mengalami perubahan dalam pergaulan
Yogyakarta yang difokuskan untuk
yang awalnya hanya mau melakukan
masyarakat Jawa. Pihak swasta yang
sosialisasi dengan orang-orang yang
ikut mendirikan sekolah MULO,
tinggal di daerah yang sama dengan
yaitu Yayasan Kanisius. Sekolah
mereka mulai megalami perubahan
dengan mengenal orang-orang di luar MULO Swasta yang didirikan oleh
daerah tempat mereka tinggal. Yayasan Kanisius pada tahun 1923,
dengan alasan karena sekolah
KESIMPULAN pemerintah tidak mampu menampung
jumlah murid yang semakin banyak.
Pada awal abad ke-20 jumlah
Adanya sekolah MULO di
sekolah yang didirikan oleh
Yogyakarta membawa pengaruh
Pemerintah Belanda mengalami
dalam kehidupan masyarakat.
peningkatan. Sekolah-sekolah yang di
Pengaruh adanya sekolah MULO di
dirikan oleh Belanda di Kota
Yogyakarta mencakup berbagai
Yogyakarta pada abad ke-20
bidang kehidupan masyarakat seperti,
tergolong sudah banyak, seperti :
bidang sosial, bidang ekonomi,
pendidikan sekolah dasar (ELS, HIS,
bidang budaya dan bidang politik.
HCS), pendidikan menengah umum
(MULO dan AMS) dan lainnya. Salah DAFTAR PUSTAKA
satu sekolah yang ada di Yogyakarta, Arsip
ANRI “Het treffen van voorzieniergen
yaitu sekolah MULO. Sekolah aan de gouverments Muloschool
MULO di Yogyakarta ada dua, yaitu lino.P o ter hoofdplaats Jogjakarta
No..a23/2/6.955”, tahun 1941.
sekolah MULO pemerintah dan
BPAD Jawa Tengah “Tweede
swasta. Sekolah MULO di Waterstaats-Afdelling
Yogyakarta didirikan pada tahun

Ibid., hlm. 69-70.


24
12 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah

Huurwaarde R.K. Muloschool Te Sri Sutjiantiningsih dan Sutrisno


Djokja”, tahun 1926. Kuntoyo, Sejarah Pendidikan
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Door Broeder Ferdinand B.D.O.O., “De Yogyakarta: Departemen
R.K. Muloschool Van Pendidikan dan Kebudayaan
Djocjakarta”, (djocjakarta: N.V. Proyek Inventarisasi dan
Centerale Drukkerij Nijmegen, Dokumentasi Kebudayaan,
1928), hlm. 102-107. 1980/1981.
Buku
Abdurrachman Surjomihardjo, Kota Suratmin, Sejarah Perlawanan
Yogyakarta Tempo Doloe: terhadap Imperialisme dan
Sejarah Sosial 1880-1930, Kolonialisme di Daerah
Jakarta: Komunitas Bambu, Istimewa Yogyakarta, Jakarta:
2008. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1990.
Nasution S., Sejarah Pendidikan
Indonesia, Jakarta: PT Bumi Sutrisno Kuntoyo & Mardanas
Aksara, 2014. Safwan, Sejarah Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jakarta:
Ricklefs, M. C., Sejarah Indonesia Depdikbud, 1978.
Modern, Yogyakarta: Gajah
Mada University Pers, 1991. Tjokrosiswojo, Sejarah Pendidikan di
Yogyakarta, tanpa tahun terbit,
Riyadi Goenawan dan Darto Harnoko,
tanpa kota terbit.
Sejarah Sosial Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta: Mobilitas Van Der Wal, Pendidikan di
Sosial DI. Yogyakarta Periode Indonesia 1900-1940 Buku II,
Awal Abad Duapuluhan, (Jakarta: Jakarta: Depdikbud, 1977.
Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional, Vincent J.H. Houben, Keraton dan
1993. Kompeni: Surakarta dan
Yogyakarta, 1830-1870,
Selo Soermadjan, Perubahan Sosial (Jogjakarta: Bentang Budaya,
di Yogyakarta, Gadjah Mada 2002.
University Press, 1981.
Wardiman Djojonegoro, Lima Puluh
Soermarsono Moestoko, Pendidikan Tahun Perkembangan
Indonesia dari Jaman ke Pendidikan Indonesia,
Jaman, Jakarta: Depdikbud, _______: Badan Penelitian dan
1979. Pengembangan Pendidikan dan
Suhartono, Sejarah Pergerakan Kebudayaan Depdikbud, 1996.
Nasional dari Budi Utomo Skripsi dan Tesis
sampai Proklamasi, Diah Sari Nastiti “Perkembangan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Sekolah Mulo di Kota Magelang
1994. tahun 1917-1942”.Skripsi,
Yogyakarta : Universitas Negeri
Sutedjo Bradjanagara, Sedjarah Yogyakarta, 2017.
Pendidikan Indonesia,
Esa Susanti, “Perkembangan Sekolah
Jogjakarta: t.p., 1956.
AMS di Yogyakarta Tahun
Perkembangan Sekolah Meer Uitgebreid...(Indah Pusparini) 13

1919-1942”, Skripsi,
Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta,
2018.

Internet
Agus Susilo dan Sarkowi, Peran
Guru Sejarah Abad 21 dalam
Menghadapi Tantangan Arus
Globalisasi, pada
ejournal.upi.edu>index.php>h
istoria>article> (Diakses pada
23 Oktober 2019 pukul
14.55).
eprints.uny.ac.id./8404/3/BAB%202-
07201241005.pdf. (Diakses pada
15 Mei 2019 pukul 10. 44 WIB).
Penduduk dan Perkembangan Kota
Yogyakarta 1900-1990, hlm.
5-6.
https://pbcahyono.files.woord
press.com/2012/01/joko-
suryo.pdf (Diakses pada 17
Februari 2019 pukul 09.00
WIB).

Yogyakarta, 22 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai