Anda di halaman 1dari 6

Tugas 2 pengantar pendidikan

1. Dalam Sejarah Pendidikan di Indonesia, tidak terlepas dari Pendidikan Pada


Zaman Pendudukan Militer Jepang selama hampir 3,5 tahun. Pada awalnya
Jepang mengumandangkan “kemakmuran bersama” tetapi ternyata berubah.
Kebijakan Jepang menjadi penindasan bagi bangsa kita. Jelaskan 2 (dua)
kebijakan pemerintah pendudukan Militer Jepang dan implikasinya pada sistem
Pendidikan di Indonesia.

Jawaban :

Kebijakan pemerintah pendudukan jepang militer jepang meliputi dua hal yaitu :

- Meniadakan pengaruh Barat di indonesia melalui penjepangan


- Memobilisasi segala kekuatan dana dan sumber yang ada untuk mecapai
kemenagan perang Asia Timur Raya.

Adapun kebijakan pemerintah jepang dan implikasinya sistem pendidikan di Indonesia,


diantaranya adalah :

a. Dualisme pendidikan yang ada pada zaman penjajahan Belanda dihapuskan.


Beberapa sekolah diintegrasikan karena dihapuskannya dualisme pendidikan itu.
Dualisme pendidikan dalam ini dipahami sebagai sistem pendidikan berdasarkan
kaum pergerakan Indonesia dan sistem pendidikan untuk anak-anak pegawai
Belanda, priya dan orang-orang kaya. Pada masa pemerintahan Jepang,
pendidikan di sekolah sifatnya terbuka untuk seluruh lapisan rakyat Indonesia.
Salah satu sekolah rendah yang diadakan bagi semua lapisan masyarakat
indonesia adalah Sekolah Rakyat 6 tahun (Kokumin Gakho). Sekolah Desa
masih tetap ada dan namanya diganti menjadi Sekolah Pertama. Susunan
jenjang sekolah menjadi :
- Sekolah rakyat 6 tahun (termasuk sekolah pertama)
- Sekolah menengah 3 tahun
- Sekolah menengah tinggi 3 tahun
- Perguruan tinggi
b. Tujuan dan isis pendidikan yang dibangun oleh Jepang, diarahkan demi
kepentingan kemenangan Jepang pada perang Asia Timur Raya. Tujuannya
untuk menghasilkan buruh kasar gratis dengan prajurit untuk keperluan perang
Jepang. Untuk mencapai kemenangan jepang melatih siswanya dengan cara :
tiap pagi jam pelajaran di sekolah dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan
jepang kimigayo. Upacara pagi dilanjutkan dengan pengibaran bendera
Hinomaru dan membungkuk untuk menghormat Tenno Heika, tiap hari siswa
harus mengucapkan sumpah pelajar dalam bahasa jepang, melakukan senam
dan diwajibkan untuk melakukan kerja bakti, selain itu dibentu PETA sebagai
program pendidikan militer bagi para pemuda. Sistem pendidikan pada zaman
Jepang juga menjadi lebih merakyat dan sekolah menjadi terbuka bagi semua
lapisan masyarakat.

Pada jaman pendudukan Jepang dikenal adanya lembaga pendidikan jenjang


menengah umum yaitu Kotto Chu Gakho, dan jenjang menengah kejuruan
(teknik) yaitu Kogyo Sommon Gakho. Pada zaman jepang juga dikeluarga
peraturan tentang diperbolehkannya sekolah pertikelir/swasta, khususnya
sekolah kejuruan (kecuali sekolah guru), misalnya bidang keterampilan rumah
tangga, pertanian, perindustrian dan lain-lain.

2. Ada dua jenis aliran Pendidikan yang bersifat nonformal yang menjadi aliran
pokok Pendidikan Nasional. Salah satunya adalah Indonesisch Nederlandsche
School (INS) Kayutanam yang didirikan oleh: Mohammad Sjafei. Jelaskan
Riwayat singkat dan Tujuan didirikannya INS Kayutanam.

Jawaban :

Riwayat singkat pendiri Kayu Tanam ( Indonesisch Nederlandsche School ) yaitu


Mohammad Sjafe’i lahir pada 31 Oktober 1893 di Pontianak, Kalimantan Barat.
Ibu kandungnya bernama Sjafiah, dan ia tidak mengenal ayah kandungnya,
karena telah meninggal sewaktu ia bayi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga, ibu kandungnya membuat kue yang kemudian dijualkan oleh Sjafe’i.
Latar belakang keluarga yang tidak mampu membuat Sjafe’i tidak dapat
mengikuti pendidikan sebagaimana anak-anak sebayanya. semangat Sjafe’i
untuk belajar begitu tinggi, setiap hari Sjafe’i mengintip dari jendela kelas untuk
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru Marah Sutan. Menyaksikan
ketekunan Sjafe’i untuk menyimak pelajaran dari luar kelas membuat Marah
Sutan mengizinkannya untuk belajar di dalam kelas. Kemudian pada akhirnya
Sjafe’i diangkat anak oleh Marah Sutan.12Sejak diangkat anak oleh Marah
Sutan, Sjafe’i dididik dengan karakter dan budaya masyarakat Minang.
Mohammad Sjafe’i memang lahir di Pontianak Kalimantan Barat, tetapi ia
merupakan putra Minangkabau, karena ia tumbuh dan besar dalam alam dan
budaya Minangkabau.semangat Sjafe’i untuk belajar begitu tinggi, setiap hari
Sjafe’i mengintip dari jendela kelas untuk mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru Marah Sutan. Menyaksikan ketekunan Sjafe’i untuk menyimak
pelajaran dari luar kelas membuat Marah Sutan mengizinkannya untuk belajar di
dalam kelas. Kemudian pada akhirnya Sjafe’i diangkat anak oleh Marah Sutan.
Sejak diangkat anak oleh Marah Sutan, Sjafe’i dididik dengan karakter dan
budaya masyarakat Minang. Mohammad Sjafe’i memang lahir di Pontianak
Kalimantan Barat, tetapi ia merupakan putra Minangkabau, karena ia tumbuh
dan besar dalam alam dan budaya Minangkabau. Selain latar belakang budaya
dan adat istiadat Minangkabau, Sjafe’i juga diasuh dan dibesarkan dalam
keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. setelah Sjafe’i
duduk di sekolah guru di Bukittinggi yaitu Sekolah Raja, ia sering mendapat
kiriman dari ayahnya, Marah Sutan, berupa karangan Dr. Tjipto Mangunkusumo
dan Douwes Dekker. Marah Sutan kemudian mengirim Sjafe’i belajar ke Negeri
Belanda. Beberapa alasannya yaitu, untuk mengetahui dinamika yang
menyebabkan bangsa Belanda itu maju dan kuat. Pemikiran pendidikan Sjafe’i
juga dipengaruhi oleh pemikiran John Dewey, yang menyatakan bahwa proses
belajar berarti menangkap makna dengan cara sederhana dari sebuah praktek,
benda, proses atau peristiwa. Kemudian pemikir pendidikan yang menjadi
‘rujukan’ Sjafe’i adalah Kerschensteiner. Landasan pemikiran Kerschensteiner
ialah ilmu akademik tak terpisah dari keterampilan. Dengan mengasah
keterampilan, daya intelektual dengan sendirinya akan berkembang. Sewaktu
belajar di Belanda, Sjafe’i juga berkunjung ke negara Eropa lainnya, bahkan
sempat ke Jerman. Di Jerman inilah Sjafe’i berjumpa Kerschensteiner, dan
menyukai metode sekolah Arbeitschule Kerschensteiner. Kepercayaan diri Sjafe’i
yang begitu besar untuk mendirikan sekolah sendiri yang sesuai dengan konsep
dan pemikirannya, mencerminkan sifat orang Minang yang tidak merasa rendah
dari orang lain. Masyarakat Minang tidak mengenal pembedaan kedudukan
manusia berdasarkan garis keturunannya.

Adapun prinsip pendidikan INS Kayutanam yang dirumuskan Sjafe’i diantaranya yaitu;
1) Mengutamakan pendidikan watak (Karakter Opvoeding)

2) Mendidik dan mengajari murid agar aktif dan dinamis

3) ‘sekolah tidak untuk mencari ijazah’atau berani berdiri kari dan percaya pada diri
sendiri (mampu menciptakan lapangan kerja sendiri)

4) Pengembangan daya cipta dan bakat secara aktif

5) ‘Murid diajar agar bisa bekerja dan gandrung bekerja’ atau giat bekerja.

Asas dan tujuan Ruang lingkup pendidik INS Kayu Tanam diantaranya mempunyai asa
sebagai berikut :

- berpikir logis dan rasional


- Keaktifan atau kegiatan
- Pendidikan masyarakat
- Memperhatikan pembawaan anak
- Menentang intelektualisme

Setelah kemerdekaan Indoensia, Moh. Sjafei mengembangkan asas ruang lingkup


pendidikan INS menjadi dasar pendidikan Indonesia. Tujuan ruang pendidikan INS
Kayu Tanam, yaitu :

a. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan


b. Memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
c. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
d. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

Sumber :

ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Volume 16, No 1, Maret 2020

3. Untuk menelusuri dan mencermati kebudayaan diperlukan pendekatan dimensi


wujud dan isi dari dimensi wujud kebudayaan. Terdapat sejumlah ahli yang memberikan
pendapat tentang hal ini. Salah seorang ahli tersebut adalah Koentjaraningrat.

Kemukakan pendapat Koentjaraningrat (2005) tentang kebudayaan yang dibeda-


bedakan sesuai dengan wujudnya.

Jawaban :

Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah seluruh total dari pikiran,


karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya karena itu hanya
bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan dibeda-beda sesuai dengan wujudnya, yaitu :

a. Kebudayaan fisik, kebudayaan sebagai artifacts atau beda fisik, meliputi semua
hasil karya manusia yang bisa di raba, dipoto serta sifatnya konkret.
b. Kebudayaan sistem sosial, kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan
tindakan yang berpola, kebudayaan dalam wujud ini masih bersifat konkret,
dapat dipoto dan difilmkan.
c. Kebudayaan sebagai sisten budaya, wujud kebudayaan adalah gagasan, dan
tempatnya ada apada pikiran tiap orang yang menganut kebudayaan tersebut,
yang dibawanya ke mana ia pergi. Kebudayaan ini bersifat abstrak dan tidak
dapat dipoto namun hanya dapat dipahami.
d. Kebudayaan sebagai sistem ideal, kebudayaan sebagai sistem gagasan yang
ideologis. Gagasan-gagasan yang sejak awal telah dipelajari oleh individu
penganut kebudayaan karena itu sangat sukar diubah. Gagasan ini
menghasilkan bergbagai benda yang diciptakan berdasarkan nilai-nilai dan
tingkah laku.

4. Kebudayaan dapat berfungsi sebagai alat untuk memenuhi keinginan-keinginan dan


kebutuhan hidup manusia, kebudayaan juga sebagai penyelamat kemanusiaan. Dalam
proses pembudayaan harus ada tindakan-tindakan yang menjadikan sesuatu lebih
bermakna untuk kemanusiaan.

Jelaskan 6 (enam) proses pembudayaan dimaksud.

Jawaban :

Proses pembudayaan adalah tindakan yang menimbulkan dan menjadikan sesuatu


lebih bermakna untuk kemnusiaan. Proses tersebut diantaranya :

- Internalisasi, merupakan proses penyerapan relitas obyektif dalam kehidupan


manusia.
- Sosialisasi, proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia
memperoleh identitas diri serta keterampilan-keterampilan sosial.
- Enkulturasi, berbaurnya seseorang ke dalam seatu limgkungan kebudayaan,
dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu yang alamiah
belaka.
- Difusi, meleburnya suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga
menjadi satu kebudayann.
- Akulturasi, percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampuran
itu masing-masing unsurnya masih kelihatan.
- Proses peleburan dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain.

Adapun proses pembudayaan menurut Talcott yang berpendapat bahwa proses


pembudayaan meliputi empat tahap yaitu :

a. Level budaya, yaitu tindakan yang bermakna harus dilembagakan.


b. Level sosial, yaitu gagasan dan tindakan yang sudah dilembagakan itu
harus di sosialisasikan sehingga budaya itu menjadi bagian utama dalam
pola intreaksi masyarakat.
c. Level individu terjadi internalisasi, yaitu terjadi penyerapan realitas
obyektif pada kehidupan individu tersebut.
d. Level perilaku, yaitu pola perilaku dan tindakan masyarakat dalam
aktivitas untuk mengawasi pola dan tindakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai