Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PAUD Di INDONESIA

TOKOH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Di INDONESIA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Konsep Dasar PIAUD
Yang dibina oleh Ibu Rina Insani Setyowati M.pd.

Oleh:
 ASMA’UL HUSNA : 2186236029
 SYAWIATUL FUADAH : 2186236032
 NURYATIN : 2186236031

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
Oktober 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " sejarah dan perkembangan PAUD di Indonesia dan
Tokoh pendidikan anak usia dini diIndonesia " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PIAUD. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “sejarah dan perkembangan PAUD di
Indonesia dan Tokoh pendidikan anak usia dini diIndonesia”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rina Insani Setyowati, M.pd. guru Mata
Kuliah Konsep Dasar PIAUD. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Blitar, 9 November 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ……………………………. 1
b. Rumusan Masalah ………………………… 2
c. Tujuan …..…………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN
a. Bagaimana sejarah Perkembangan PAUD di 3
Inonesia….
b. Bagaimana Penyelenggaraan PAUD di
Indonesia…. 7
c. Kebijkan PAUD diIndonesia…. 7
d. Bagaimana biografi KI Hajar Dewantara (1889- 8
1959)….

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan ……………………………… 12

Daftar Pustaka ………………………………………….. 13

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan
seorang manusia. Hal ini dikarenakan dengan adanya pendidikan, seorang
manusia dapat menjadi pribadi yang terarah. Melalui pendidikan juga
manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Pendidikan adalah
kebutuhan pokok seorang manusia. Tanpa adanya pendidikan, seorang
manusia akan menjadi pribadi yang hilang arah tanpa tujuan hidup.
Pendidikan merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan satu
kesatuan komponen-komponen atau unsur-unsur sebagai sumber yang
memiliki hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak yang saling
bekerja sama untuk mencapai suatu hasil ataupun tujuan. Pendidikan
sebagai suatu sistem merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang
saling berkaitan antara komponen satu dengan yang lainnya yang tentunya
mempengaruhi perkembangan peserta didik untuk menuju ke hal yang
lebih baik. Setiap komponen memiliki fungsi masing-masing yang saling
berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan
Di dalam kehidupan sehari hari, pendidikan dipandang sebagai
suatu kebutuhan dasar yang melekat pada setiap masing masing individu.
Pendidikan juga dipandang sebagai suatu fungsi yang melekat pada
kehidupan sehari hari kita. Fungsi pendidikan sebenarnya adalah
menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan suatu proses pendidikan
dapat berjalan dengan baik dan lancar tentunya. Mendapatkan suatu
pendidikan merupakan keharusan dan kebutuhan dalam berbangsa dan
bernegara. Pendidikan telah dipandang sebagai suatu investasi dalam
pembangunan sumber daya manusia yang amat diperlukan dalam
pembangunan sosial dan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Perkembangan PAUD di Inonesia?
2. Bagaimana Penyelenggaraan PAUD di Indonesia?
3. Bagaimana Kebijkan PAUD diIndonesia?
4. Bagaimana biografi KI Hajar Dewantara (1889-1959)?

C. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui sejarah Perkembanagan PAUD di
Indonesia?
2. Untuk Mengetahui Penyelenggaraan PAUD di Indonesia?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Kebijkan PAUD diIndonesia?
4. Untuk Mengetahui biografi KI Hajar Dewantara (1889-1959)?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan PAUD Di Indonesia


Sejarah PAUD di Indonesia dan Perkembangannya. Memahami sejarah
PAUD di Indonesia sama halnya dengan memaharni perjalan panjang
dinamika dan pasang-surut pendidikan di Indonesia.

Kehadiran PAUD di Indonesia sesungguhnya dimulai sejak sebelum


kemerdekaan. Pada masa ini setidaknya dapat ditelusuri melalui dua
periode, yaitu pada masa pergerakan nasional pada penjajahan Belanda
(1908-1941) dan masa penjajahan Jepang (1942-1945). Namun demikian,
keberadaan PAUD di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan PAUD di
dunia internasional.

Pada tahun 1840 Friedrich Wilhelm August Frobel


mendirikan Kindergarten di kota Blankerburg, Jerman, yang merupakan
pelopor pendidikan anak usia dini di dunia. Kinder berarti anak dan garten
berarti taman.

Menurut Frobel, anak usia dini diibaratkan seperti tunas tumbuh-


tumbuhan, masih memerlukan pemeliharaan dan perhatian sepenuhnya dari
si “juru tanam”.

Berdirinya Kindergarten yang juga dikenal sebagai Frobel School


berpengaruh terhadap perkembangan PAUD di seluruh dunia. Konsep
Kindergarten dengan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia. PAUD versi
lain pun muncul. Pada tahun 1907 di pemukiman kumuh San Lorenzo,
Italia, Maria Montessori, seorang yang berlatar belakang dokter,
mendirikan Casa dei Bambini yang ditujukan bagi perawatan anak-anak
dari keluarga miskin dan kaum buruh. Casa dei Bambiniartinya rumah
untuk perawatan anak yang selanjutnya dikenal sebagai Rumah Anak.

Di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membawa konsep ini dan


mendirikan Frobel School bagi anak-anaknya.

Seiring dengan kebangkitan nasional yang diawali berdirinya


pergerakan pemuda Budi Utomo, kesadaran akan pentingaya pendidikan
bagi kaum bumi putera semakin dirasakan. Frobel School yang awalnya
hanya diperuntukkan bagi anak-anak keturunan Belanda, Eropa, dan
Bangsawan, mulai dikenal oleh cendekiawan muda pribumi.

Pada tahun 1919 Persatuan Wanita Aisyiyah mendirikan Bustanul


Athfal yang pertama di Yogyakarta. Kurikulum dan materi pendidikannya
menanamkan sikap nasionalisme dan nilai-nilai ajaran agama. Bustanul
Athfal ditujukan untuk merespon popularitas lembaga PAUD yang
berorientasi Eropa. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantoro, sepulang

3
diasingkan dari Belanda selama dua tahun (1913 – 1915), mendirikan
Taman Lare atau Taman Anak atau Kindertuin yang akhirnya berkembang
menjadi Taman Indria.

Pada masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan sejenis PAUD, terus


berlanjut namun semakin berkurang. Pemerintah Jepang tidak mengawasi
secara formal penyelenggaraan pendidikan setingkat PAUD, namun
melengkapi kegiatan kelasnya dengan nyanyian-nyanyian Jepang.

Periode berikutnya adalah periode setelah kemerdekaan. Periode ini


setidaknya terbagi menjadi 6 periode, yaitu periode 1945-1965; 1965-1998;
1998-2003; 2003-2009; dan periode 2010-sekarang.
Periode 1945-1965 ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan
Lanjutan Wanita. Yayasan tersebut mendirikan Sekolah Pendidikan Guru
TK Nasional di Jakarta dan merupakan gerakan nasionalis dalam melawan
kembalinya Belanda. Di era ini pemerintah dan swasta mulai nnembangun
banyak TK.

Pada tahun 1950, melalui UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar


Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah keberadaan TK resmi diakui sebagai
hagian dari sistem pendidikan nasional. Pada tahun itu pula, tepatnya
tanggal 22 Mei 1950 berdiri IGTKI. Pada tahun 1951 berdiri Yayasan
Bersekolah Pada Ibu yang menyumbang pendirian TK hingga menyebar ke
luar pulau Jawa.

Tahun 1951-1955, pemerintah berupaya mengembangkan kurikulum,


menyediakan fasilitas, dan mengedakan supervisi ke TK-TK. Pada perode
itu pula didirikan SPG-TK Nasional di Jakarta dengan pemberian subsidi,
dan pengembangannya yang terus berlanjut hingga ke luar pulau Jawa.

Pada tahun 1957 berdiri GOPTKI (Gabungan Organisasi Penyelenggara


TK Indonesia) yang melaksanakan kongres pertamanya pada tahun 1959.
Pada awal tahun 1960-an, mulai didirikan TK yang berstatus negeri.

Tahun 1960-1963, pemerintah mulai melakukan pengiriman SDM


untuk belajar ke mar negeri, diantaranya ke Australia, USA, dan New
Zealand. Dampak dari pengiriman SDM tersebut, terjadi modernisasi
pendidikan di tingkat PAUD berskala besar dan merupakan jawaban atas
ketidakpuasan sebelumnya.

Sebagai penghujung, di periode tersebut, yaitu tahun 1963-1964


lahirlah Proyek (Kurikulum) Gaya Baru. Inti kurikulum tersebut berorientasi
pada fasilitasi anak mendekati kecakapan, kebutuhan dan minat individual.
Ciri khasnya tersedia pusat minat (sudut), seperti: sudut rumah tangga, sudut
seni, pusat musik, dan sebagainya.

Periode 1965-1998 ditandai dengan diperkenalkannya silabus


kurikulum baru tahun 1968 yang menggantikan kurikulum versi 1964

4
(Kurikulum Gaya Baru). Pada bulan November 1968, pemerintah Indonesia
bekerjasama dengan UNICEF dalam bentuk penyediaan konsultan dan
pendanaan untuk penataran guru dan administrator pendidikan di tingkat
TK.

Pada tahun 1970, mulai dijalin kerjasama nyata antara Pemerintah


dengan GOPTKI, IGTKI, dan PGRI. Kerjasama tersebut melahirkan
kegiatan workshop bersama, dengan tema “Konsolidasi Gerakan
Prasekolah”. Kegiatan yang sama dilakukan tahun 1973, dengan tema:
“Membakukan Organisasi dan Manajemen Program-Program Prasekolah”.

Pada tahun 1974, diberlakukan kurikulum baru yang merupakan


pembaharuan dari kurikulum 1968. Isi kurikulum meliputi: PMP, kegiatan
bermain bebas, pendidikan bahasa, PLH, ungkapan kreatif, pendidikan olah
raga, pendidikan dan pemeliharaan kesehatan, serta pendidikan skolastik.

Pada tahun 1984, diberlakukan kurikulum baru dengan isi kurikulum


meliputi bidang pengembangan agama, PMP, daya cipta, jasmani dan
kesehatan, daya fikir/pengetahuan, serta perasaan kemasyarakatan dan
lingkungan. Berlakunya UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang diikuti terbitnya PP No. 27 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Prasekolah, semakin mempertegas cksistensl clan kedudukan
pendidikan prasekolah di Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 1993, diberlakukan kurikulum TK 1993. Dalam


kurikulum 1993 tersebut terdapat dua kegiatan utama, yaitu: 1) Program
pembentukan perilaku, dan 2) Program pengembangan kemampuan dasar:
daya cipta, bahasa, daya pikir, keterampilan dan jasmani.

Terkait dengan penyiapan pendidik oleh perguruan tinggi, mulai tahun


1979 di IKIP Jakarta didirikan jurusan Pendidikan Prasekolah dan Dasar
jenjang S-1, yang terselengara hingga tahun 1998 (yang setelah tahun 1998
berubah menjadi Program     S-1 Pendidikan anak usia dini hingga
sekarang).

Upaya lebih luas dalam pengadaan pendidik PAUD oleh perguruan


tinggi ‘terjadi pada tahun 1993/1994-1996/1997 peningkatan kualifikasi
guru prasekolah dari SPG ke D-2 PGTK yang penyelenggaraanya dimulai
dari IKIP Jakarta, IKIP Medan, IKIP Yogyakarta, dan kemudian IKIP
Bandung.

Pada tahun 1998 menguatkan berbagai upaya di bidang pendidikan


anak usia dini, maka diadakan Semiloka Tingkat Nasional tentang
Pendidikan Anak Usia Dini di IKIP Jakarta. Peserta terdiri dari 10 LPTK
dan unsur dinas pendidikan dari seluruh Indonesia.

Periode 1998-2003 ditandai dengan otonomi pendidikan, yang


beipengaruh terhadap tata kelola penanganan PAUD di pusat maupun di

5
daerah-daerah. Pada periode ini pemerintah mulai mendukung
berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis
dalam bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan Posyandu.

Melalui dukungan Bank Dunia pada 1998-2004 pemerintah merintis


program Pengembangan Anak Dini Usia di 4 propinsi, yaitu Jawa Barat,
Banten, Bali, dan Sulawesi Selatan. Program dilanjutkan pada tahun 2008-
2013 dengan nama program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini
(PPAUD) dengan dukungan pembiayaan pinjaman dari Bank Dunia dan
hibah dari pernerintah Belanda.

Pada tahun 2001 dibentuk Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia


(PADU) yang mengemban mandat melakukan pembinaan satuan PAUD
nonformal. Pada tahun 2002 terbentuk konsorsium PAUD yang membantu
pemerintah dalam merumuskan kebijakan.

Pada bulan Februari 2002, terbentuk forum PADU/PAUD tingkat


Nasional yang turut berkontribusi dalam pengembangan dan pembangunan
PAUD di Indonesia. Di periode ini pula terjadi pendirian PGTK/PGPAUD
jenjang S-1 di beberapa perguruan tinggi (PGTK S-I di UPI, PGTK S-1
IKIP Yogyakarta, dll).

Periode 2003-2009, ditandai dengan keluarnya Undang-undang No. 20


tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan jawaban
atas tuntutan reformasi dalarn semua aspek kehidupan. Melalui UU ini
untuk pertama kali PAUD diatur secara khusus dalam sebuah undang-
undang, yaitu pada pasal 1 butir 14 tentang pengertian PAUD; pasal 28 yang
secara khusus mengatur tentang PAUD; dan pasal-pasal terkait lainnya.

Pada tahun 2003 diselenggarakan Seminar dan Lokakarya Nasional


(Semiloknas) di IKIP Bandung yang menghadirkan para akademisi dari
perguruan tinggi, forum PAUD, dan praktisi PAUD dari berbagai daerah.
Semiloknas ini menghasilkan `blue print’ tentang kerangka akadernik dan
rujukan pengembangan PAUD di Indonesia yang mengawali konseptualisasi
pembangunan PAUD Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 2005 berdiri organisasi profesi, himpunan


pendidik dan tenaga kependidikan PAUD Indonesia (HIMPAUDI) yang
menggerakkan seluruh potensi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD
yang tersebar di seluruh Indonesia. Pembentukan HIMPAUDI di tingkat
pusat ini dengan cepat diikuti dengan pembentukan HIMPAUDI tingkat
provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2004-2009 program PAUD menjadi salah satu dari 10


prioritas program Depdiknas sehingga PAUD menjadi salah satu program
pokok dalam pembangunan pendidikan di Indonesia (tertuang dalam RPJM
Tahun 2004-2009 dan Renstra Depdiknas Tahun 2004-2009). Pada

6
penghujung tahun 2009, diterbitkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009
tentang Standar PAUD (formal dan nonformal).

Periode 2010-sekarang, ditandai dengan kebijakan penggabungan


pembinaan PAUD formal dan PAUD nonformal di bawah Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI)
melalui Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana
diubah dengan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2010.

Pada perjalanan sejarah pembinaan PAUD di Indonesia, akhirnya


terjadi kristalisasi bentukbentuk satuan PAUD dengan berbagai
karakteristiknya yang meliputi TK (termasuk Taman Kanak-kanak Bustanul
Athfal/TK-BA), RA, KB, TPA, Satuan PAUD Sejenis, serta PAUD berbasis
keluarga dan/atau lingkungan.

B. Penyelenggaraan PAUD DiIndonesia


Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan
dalam bentuk formal, non-formal dan informal. Setiap bentuk
penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri. Berikut ini akan dipaparkan
bentuk penyelenggaraan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan
informal.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal
adalah Taman Kanak-kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis.
Penyelenggraraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur nonformal
diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat sendiri,
khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak terlayani di
pendidikan formal (TK dan RA). Pendidikan dijalur informal ini dilakukan
oleh keluarga atau lingkungan. Pendidikan informal bertujuan memberikan
keyakinan agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika, dan
kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

C. Kebijakan PAUD Di Indonesia

Berbagai kebijakan yang terkait dengan keberadaan Pendidikan Anak


Usia Dini di Indonesia telah ditetapkan dalam dokumen resmi Negara,
seperti yang di uraikan berikut ini:
1. Pembukaan UUD RI 1945,terdapat kutipan yang berbunyi
Kemudian dari pada itu,untuk membentuk suayu persatuan Negara
Indonesia yang berkedaulatan rakyat , mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2. Amandemen UUD 1945, tertulis pada pasal 28 C Ayat 2

7
Bahwa setiap anak berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,seni dan
budayandemi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.
3. Undang-undang Perlindunga anak,selanjutnya dalam Undang-undang
RI Nomor 20  Tahun   2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4. Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
5. UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak
dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.
6. UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1,
Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia
Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau
informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK,
RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5)
Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6)
Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.”

D. Ki Hajar Dewantoro (1889-1959)

Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di


Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani
(di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah
menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan
memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959
dan dimakamkan di sana.

Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari


lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka,
berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak

8
lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini
dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik
maupun hatinya.
Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian
demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS
(Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah
Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia
bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo,
Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer
dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya
sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan
semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam
organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda
Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran
masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan
dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik
pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember
1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status
badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial
Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi
kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret
1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk
menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische


Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913.
Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan
Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu
melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud
merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis
dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta
perayaan tersebut.
Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat
tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang
Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua,
tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda

9
yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu
antara lain berbunyi.
Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan
pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas
kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil,
tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina
mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan
lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung
perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa
bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia
sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun”.
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur
Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa
hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan
menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat
tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan
seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang
bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu
menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah
kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes
Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau
Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana
mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya
mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari
pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan
dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil
memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun
1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai
bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan
seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak
nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional
Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan
pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai
bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

10
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa.
Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan
Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan
memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia
pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema
tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan
berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui
tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan
nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang
politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang
membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar
duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs.
Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh
dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal
kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga
ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan
Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan
lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas
Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia
meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan
dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman
Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk
melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam
museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai
pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi
museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting
serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis,
pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam
mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan
pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-
bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status
sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai
kemerdekaan yang asasi.

11
BAB III
A. KESIMPULAN

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk


menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran
yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi
anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang
baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini
memfokuskan pada physical, intelligence, emotiona dan  social education.
Berdasarkan pada aspek perkembangan anak, maka pendidikan anak
usia  dini harus berlandaskan pada kebutuhan anak, yang disesuaikan dengan
nilai-nilai  yang  dianut  di lingkungan di sekitarnya, sesuai dengan tahap
perkembangan  fisik dan psikologis anak, dilaksanakan dalam suasana
bermain yang menyenangkan serta dirancang untuk mengoptimalkan potensi
anak.
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan
untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) salah satunya
adalah  mengembangkan semua aspek perkembangan anak,meliputi
perkembangan kognitf,bahasa,fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan
emosional. Komitmen dan kebijakan pemerintah mengenai penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berupa; Undang – undang, peraturan
pemerintah, keputusan presiden, dan masih banyak lagi. Untuk itu, kita
sebagai pendidik harus tetap menjunjung tinggi profesionalisme agar dunia
pendidikan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia
dapat berkembang menjadi lebih maju. Kami selaku penulis makalah
berharap agar para pembaca sekalian dapat memberikan kritik dan saran
untuk kami dan dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik guna kemajuan
untuk kita semua.

12
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran
yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi
anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang
baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini
memfokuskan pada physical, intelligence, emotiona dan  social education.
Berdasarkan pada aspek perkembangan anak, maka pendidikan anak
usia  dini harus berlandaskan pada kebutuhan anak, yang disesuaikan dengan
nilai-nilai  yang  dianut  di lingkungan di sekitarnya, sesuai dengan tahap
perkembangan  fisik dan psikologis anak, dilaksanakan dalam suasana
bermain yang menyenangkan serta dirancang untuk mengoptimalkan potensi
anak.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://sites.google.com/site/penilikpaudnilomboktengah/sejarah-paud-di -
indonesia.
2. http://ihatmajid.blogspot.com/2016/12/makalah-pendidikan-anak-usia-
dini.html
3. Sujiono, Yuliani Nuraini. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks.
4. Halida, M. Pd. 2010. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini. Bahan Ajar.

5. http://melyloelhabox.blogspot.com/2012/10/tujuan-fungsi-
komitmen-dan-kebijakan.html
6. https://endang965.wordpress.com/2007/05/04/ki-hajar-
dewantara-1889-1959/
7. Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

13

Anda mungkin juga menyukai