MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Konsep Dasar PIAUD
Yang dibina oleh Ibu Rina Insani Setyowati M.pd.
Oleh:
ASMA’UL HUSNA : 2186236029
SYAWIATUL FUADAH : 2186236032
NURYATIN : 2186236031
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " sejarah dan perkembangan PAUD di Indonesia dan
Tokoh pendidikan anak usia dini diIndonesia " dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PIAUD. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “sejarah dan perkembangan PAUD di
Indonesia dan Tokoh pendidikan anak usia dini diIndonesia”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rina Insani Setyowati, M.pd. guru Mata
Kuliah Konsep Dasar PIAUD. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
II
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ……………………………. 1
b. Rumusan Masalah ………………………… 2
c. Tujuan …..…………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
a. Bagaimana sejarah Perkembangan PAUD di 3
Inonesia….
b. Bagaimana Penyelenggaraan PAUD di
Indonesia…. 7
c. Kebijkan PAUD diIndonesia…. 7
d. Bagaimana biografi KI Hajar Dewantara (1889- 8
1959)….
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan
seorang manusia. Hal ini dikarenakan dengan adanya pendidikan, seorang
manusia dapat menjadi pribadi yang terarah. Melalui pendidikan juga
manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Pendidikan adalah
kebutuhan pokok seorang manusia. Tanpa adanya pendidikan, seorang
manusia akan menjadi pribadi yang hilang arah tanpa tujuan hidup.
Pendidikan merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan satu
kesatuan komponen-komponen atau unsur-unsur sebagai sumber yang
memiliki hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak yang saling
bekerja sama untuk mencapai suatu hasil ataupun tujuan. Pendidikan
sebagai suatu sistem merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang
saling berkaitan antara komponen satu dengan yang lainnya yang tentunya
mempengaruhi perkembangan peserta didik untuk menuju ke hal yang
lebih baik. Setiap komponen memiliki fungsi masing-masing yang saling
berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan
Di dalam kehidupan sehari hari, pendidikan dipandang sebagai
suatu kebutuhan dasar yang melekat pada setiap masing masing individu.
Pendidikan juga dipandang sebagai suatu fungsi yang melekat pada
kehidupan sehari hari kita. Fungsi pendidikan sebenarnya adalah
menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan suatu proses pendidikan
dapat berjalan dengan baik dan lancar tentunya. Mendapatkan suatu
pendidikan merupakan keharusan dan kebutuhan dalam berbangsa dan
bernegara. Pendidikan telah dipandang sebagai suatu investasi dalam
pembangunan sumber daya manusia yang amat diperlukan dalam
pembangunan sosial dan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Perkembangan PAUD di Inonesia?
2. Bagaimana Penyelenggaraan PAUD di Indonesia?
3. Bagaimana Kebijkan PAUD diIndonesia?
4. Bagaimana biografi KI Hajar Dewantara (1889-1959)?
C. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui sejarah Perkembanagan PAUD di
Indonesia?
2. Untuk Mengetahui Penyelenggaraan PAUD di Indonesia?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Kebijkan PAUD diIndonesia?
4. Untuk Mengetahui biografi KI Hajar Dewantara (1889-1959)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
diasingkan dari Belanda selama dua tahun (1913 – 1915), mendirikan
Taman Lare atau Taman Anak atau Kindertuin yang akhirnya berkembang
menjadi Taman Indria.
4
(Kurikulum Gaya Baru). Pada bulan November 1968, pemerintah Indonesia
bekerjasama dengan UNICEF dalam bentuk penyediaan konsultan dan
pendanaan untuk penataran guru dan administrator pendidikan di tingkat
TK.
5
daerah-daerah. Pada periode ini pemerintah mulai mendukung
berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis
dalam bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan Posyandu.
6
penghujung tahun 2009, diterbitkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009
tentang Standar PAUD (formal dan nonformal).
7
Bahwa setiap anak berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,seni dan
budayandemi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.
3. Undang-undang Perlindunga anak,selanjutnya dalam Undang-undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4. Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
5. UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak
dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.
6. UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1,
Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia
Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau
informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK,
RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5)
Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6)
Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.”
8
lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini
dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik
maupun hatinya.
Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian
demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS
(Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah
Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia
bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo,
Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer
dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya
sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan
semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam
organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda
Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran
masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan
dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik
pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember
1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status
badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial
Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi
kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret
1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk
menentang pemerintah kolonial Belanda.
9
yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu
antara lain berbunyi.
Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan
pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas
kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil,
tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina
mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan
lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung
perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa
bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia
sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun”.
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur
Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa
hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan
menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat
tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan
seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang
bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu
menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah
kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes
Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau
Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana
mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya
mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari
pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan
dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil
memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun
1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai
bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan
seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak
nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional
Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan
pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai
bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
10
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa.
Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan
Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan
memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia
pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema
tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan
berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui
tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan
nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang
politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang
membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar
duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs.
Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh
dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal
kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga
ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan
Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan
lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas
Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia
meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan
dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman
Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk
melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam
museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai
pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi
museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting
serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis,
pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam
mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan
pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-
bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status
sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai
kemerdekaan yang asasi.
11
BAB III
A. KESIMPULAN
12
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran
yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi
anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang
baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini
memfokuskan pada physical, intelligence, emotiona dan social education.
Berdasarkan pada aspek perkembangan anak, maka pendidikan anak
usia dini harus berlandaskan pada kebutuhan anak, yang disesuaikan dengan
nilai-nilai yang dianut di lingkungan di sekitarnya, sesuai dengan tahap
perkembangan fisik dan psikologis anak, dilaksanakan dalam suasana
bermain yang menyenangkan serta dirancang untuk mengoptimalkan potensi
anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://sites.google.com/site/penilikpaudnilomboktengah/sejarah-paud-di -
indonesia.
2. http://ihatmajid.blogspot.com/2016/12/makalah-pendidikan-anak-usia-
dini.html
3. Sujiono, Yuliani Nuraini. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks.
4. Halida, M. Pd. 2010. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini. Bahan Ajar.
5. http://melyloelhabox.blogspot.com/2012/10/tujuan-fungsi-
komitmen-dan-kebijakan.html
6. https://endang965.wordpress.com/2007/05/04/ki-hajar-
dewantara-1889-1959/
7. Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
13