Kolonial
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Abdillah (2104040068)
Semester : 1
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wata’ala yang telah
memberikan hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Filsafat Pendidikan Kolonial ini sebagaimana yang diharapkan. Shalawat
berangkaikan salam kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alai Wa Sallam yang
telah membawa risalahnya kepada seluruh umat manusia.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dalam penulisan maupun isi pokok pembahasan. Kami berharap
saran maupun kritikan dari Ibu yang sifatnya membangun, sehingga makalah ini
mencapai kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca,
khususnya bagi kami sendiri. Sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Stabat, 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan zaman Penjajahan Belanda bisa dikatakan adalah salah satu pondasi
berbagai sistem yang berlaku di Indonesia. Dari sekian banyak sistem yang
ditinggalkan Belanda di Indonesia, salah satu adalah pendidikan di Indonesia. Hal ini
disebabkan pendidikan bisa dikatakan salah satu poin penting dalam pembangunan
negara dan peningkatan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Sistem pendidikan yang
baik sedikit banyak akan dapat meningkatkan, apalagi jika dijalankan dengan
semestinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
Pada tahun 1546 di Ambon sudah ada tujuh kampung yang penduduknya beragama
Khatolik, ternyata di sana juga diselenggarakan pengajaran untuk rakyat umum.
Karena sering timbul pemberontakan, maka pada akhir abad-16 habislah kekuasaan
Portugis di Indonesia. Ini berarti habis pula riwayat missi Khatolik di Maluku. Missi
ini adalah missi negara, artinya para missionaris mendapat jaminan hidup dari negara.
Maka jatuhnya negara mengakibatkan hilangnya tenaga missi itu, sehingga usaha -
usaha pendidikan terpaksa harus dihentikan.
Sekolah pertama didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Pelajaran yang diberikan
berupa membaca, menulis, dan sembahyang. Sebagai gurunya maka diangkat orang
Belanda, yang mendapat upah.
Tatkala politik etis dilancarkan timbul dua pendapat tentang cara meningkatkan
sistem pendidikan dasar untuk penduduk. Pendapat pertama menyatakan bahwa
sekolah angka dua tidak tepat dan harus digantikan dengan sekolah desa yang
disesuaikan dengan situasi pedesaan. Pandangan yang lainya menyatakan bahwa
sistem yang sudah ada adalah sudah baik, hanya jumlahnya yang perlu ditambah.
Pada akhirnya pandangan pertamalah yang dilaksanakan karena berasal dari Gubernur
Jenderal Van Heutz.
Sistem sekolah desa tersebut mulai dibangun pada tahun 1907. Sekolah ini
didirikan di daerah pedesaan dan masyarakat desa diberi tanggung jawab dalam
pembinaannya berupa pendirian dan pemeliharaan gedung sekolahnya.
4
Pembinaanya tidak pada departemen pendidikan tetapi pada departemen dalam negeri
(sampai tahun 1918). Lama sekolah dan kurikulum masih sama dengan sekolah angka
dua, tetapi lebih disesuaikan pada lingkungannya. Sekolah angka dua masih
dilaksanakan meskipun berangsur-angsur menghilang sampai dihapuskannya pada
tahun 1929 (karena krisis ekonomi). Sekolah angka satupun belum mengalami
perubahan yang berarti.
Pada tahun 1914 terjadi tiga hal yang sangat penting dalam sistem pendidikan
rendah. Pertama pada tahun itu sekolah angka satu yang sejak tahun 1907
menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya diubah menjadi Hollands
Inlandse School (HIS) yang berbahasa Belanda. Sekolah ini didirikan di ibu kota
daerah dan dipergunakan oleh anak-anak priyayi tetapi tidak tertutup bagi golongan
yang lainya. Kedua, pada tahun itu didirikan sekolah lanjutan yang dinamakan Meer
Uitgebreid Lajer Onderwijs (MULO), untuk lulusan sekolah angka satu. Lama
pendidikanya tiga tahun dan bahasa Belanda dipakai sebagai bahasa pengantar, tatapi
kurikulumnya sama dengan HIS pendidikan tingkat lanjutan atas bagi penduduk
kepulauan Indonesia adalah Algemeen Middelbare School, yang menerima lulusan
MULO. AMS pertama didirikan di Yogyakarta dengan kurikulum B (Pasti Alam),
kemudian di Bandung dengan kurikulum A 1 (satra barat), dan A2 di Surabaya (sastra
timur).
Selain itu pemerintahan Hindia Belanda yang beraliran etis itu pula mendirikan
suatu sekolah kedokteran tingkat menengah pada tahun 1902 dengan nama School Tot
Opleiding van Inlandse Artsen (STOVIA). Sekolah ini sebenarnya bukan ciptaan baru,
tetapi merupakan penyempurnaan dari sistem pendidikan yang dimulai 1851 dengan
nama sekolah dokter Jawa. Tujuanya adalah menciptakan tenaga-tenaga medis di
berbagai daerah, dan melaksanakannya di rumah sakit tentara Batavia. Lama
pendidikanya mula-mula hanya dua tahun, tetapi pada tahun 1875 telah meningkat
sampai lima tahun. Dengan ditingkatkanya sistem pendidikan ini menjadi STOVIA
pada tahun 1902, lulusanya pun di anggap sebagai dokter dengan gelar Indlandse Art.
kursus bahasa selama satu tahun. Dengan demikian lama pendidikannya menjadi
tujuh tahun. Calon-calonnya berasal dari sekolah angka satu, yaitu golongan priyayi,
karena waktu itu HIS belum ada. Murid-murid inilah yang mendirikan Budi Utomo
pada tahun 1908 dan organisasi-organisasi pemuda lainya, seperti Jong Sumateranen
Bond, Jong Ambon dan lain-lain.
Pada tahun 1914 STOVIA ditingkatkan lagi karena calon-calonnya harus diambil
dari lulusan MULO. Pada tahun itu pula di Surabaya didirikan sekolah sejenis dengan
nama Nederlandse Indische Artsen School (NIAS) lulusan STOVIA dan NIAS sejak
itu memakai gelar Indische Art. Baru pada tahun 1927 pemerintah mendidrikan
sekolah tinggi kedokteran (guneeskundige Hogeschool), GH yang mengambil lulusan
HBS dan AMS. Lulusannya memakai gelar Art, dan disamakan dengan universitas
negeri Belanda.
Selain HIK dan HKS terdapat juga EKS (Europeesche Kweek School) yaitu sekolah
guru atas dengan bahasa pengantar Belanda, dan hanya diperuntukkan bagi orang
Belanda, orang Arab/Tionghoa maupun orang pribumi yang mahir sekali berbahasa
Belanda. Itu pun hanya ada di Surabaya.
Untuk Sekolah Pendidikan guru agama Katholik, terdapat Katholieke Kweek School
atau sebangsa seminari yang didirikan pada tahun 1911 dengan nama Kolese Xaverius
Muntilan.
KH Ahmad Dahlan setelah mengunjungi Kolese Xaverius Muntilan, beliau juga
terinspirasi untuk mendirikan sekolah guru bagi orang Islam, yang kemudian
mendirikan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta adalah sekolah kader
Muhammadiyah pada tahun 1918.
Setelah kekuasaan VOC berakhir pada akhir abad ke-18 yang dilanjutkan dengan
kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, pendirian sekolah-sekolah pun diteruskan.
Seperti kita ketahui bahwa pada era jaman kolonial, sekolah-sekolah hanya
diperuntukkan kepada golongan tertentu berdasarkan keturunan, bangsa dan status
sosial. Selain pendirian sekolah-sekolah reguler, pada tahun 1853 pemerintah Hindia
Belanda pertama kali mendirikan sekolah berbasis kejuruan. Sekolah kejuruan
tersebut bernama Ambachts School van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya).
Pada tahun 1856, didirikan sekolah serupa di Jakarta. Sama dengan sekolah-sekolah
jenis lain, sekolah-sekolah kejuruan tersebut juga hanya dikhususkan pada golongan
tertentu yaitu anak-anak keturunan Belanda (Indo).
Pekarangan sekolah ditanami dengan ubi dan sayur-mayur untuk bahan makanan.
Murid disuruh menanam pohon jarak untuk menambah minyak untuk kepentingan
perang. Yang terpenting bagi kita di zaman Jepang ialah dengan kerobohan kekuasaan
Belanda diikuti pula tumbangnya sistem pendidikan kolonial yang pincang.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
D. Pendidikan Guru
E. Pendidikan Kejuruan
8
9
DAFTAR PUSTAKA