Ditulis oleh:
ANISYA LESTARI
Dosenpengampu:
AZHARI, M.Pd.I.
Assalamualaikum Wr.Wb
Anisya Lestari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Tentang Paulo Freire...........................................................................
B. Makna Pembebasan Dalam Perspektif Paulo Freire........................
C. Konsep Pendidikan Menurut Driyarkarya........................................
D. Konsep Pendidikan Paulo Freire.........................................................
E. Menggugat Pendidikan Gaya Bank.....................................................
F. Pendidikan Islam Sebagai Proses Pembebasan..................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. RumusanMasalah
Kebebasansecaraumumberartiketiadaanpaksaan.Ada
kebebasanfisikyaitusecarafisikbebasbergerakke mana saja.Kebebasan moral
yaitukebebasandaripaksaan moral, hukum dan kewajiban (termasuk di
dalamnyakebebasanberbicara).Kebebasanpsikologisyaitumemilihberniatatautidak,
sehinggakebebasaniniseringdisebutsebagaikebebasan untukmemilih.Manusia juga
mempunyaikebebasanberpikir, berkreasi dan
berinovasi.Kalaudisimpulkanadaduakebebasan yang
dimilikimanusiayaitukebebasanvertikal yang arahnyakepadaTuhan dan
kebebasanhorisontal yang arahnyakepada sesame makhluk.
Sementarapendidikanadalah media kulturaluntukmembentuk “manusia”.
Kaitanantarapendidikan dan manusiasangateratsekali, tidak bias dipisahkan.
Kata Driyarkara, pendidikanadalah “humanisasi”, yaitusebagai media dan proses
pembimbinganmanusiamudamenjadidewasa, menjadilebihmanusiawi
(“humanior”). Jalan yang ditempuhtentumenggunakanmassifikasijalurkultural.
Tidakbolehada model “kapitalisasipendidikan” atau
“politisasipendidikan”.Karena, pendidikansecaramurniberupayamembentuk
insanakademis yang berwawasan dan berkepribadiankemanusiaan.
Pandanganklasiktentangpendidikan pada
umumnyadikatakansebagaipranata yang dapatdijalankan pada
tigafungsisekaligus ;Pertama, menyiapkangenerasimudauntukmemegangperanan-
peranantertentudalammasyarakatdimasadepan. Kedua,
mentranferataumemindahkanpengetahuan, sesuaidenganperanan yang diharapkan,
dan Ketiga, mentransfernilai-nilaidalamrangkamemeliharakeutuhan dan
kesatuanmasyarakatsebagaiprasyaratbagikelangsunganhidup (survive) masyarakat
dan peradaban.
Dalamperkembanganberikutnya,
ekstensifikasipengertianpendidikantersebut, sejalandengantuntutanmasyarakatatau
“pasar”.Dari sinilalupendidikanmemainkanfungsisebagaisuplementer,
melestarikan tata social dan tata nilai yang adadimasyarakat dan
sekaligussebagaiagenpembaharuan. Proses ini,
kemudianmenimbulkanpersoalandalampendidikan,
yaituketikaterjadinyahubungantimbal-balikantarakepentinganpendidikandisatusisi
dan kepentingankebutuhanmasyarakatdisisilainnya.
Kepentinganpendidikanseringkalimenjaditerabaikan oleh tuntutanmasyarakat.
Artinya, fungsikonservasibudayalebihmenonjoldari pada upayaantisipasi masa
depansecaraakurat dan memadai. Maka, muncullahberbagaikritikterhadap system
pendidikan.Kritikinimunculkarenamelihatpendidikantelahmengalamistagnasi,
yang kemudianmelahirkanberbagaialirandalampendidikan.
Salah satukritikcukuptajammenganaipendidikanini dating dari Paulo
Friere. Menurut Freire, kala itupendidikan di Brazil (dan mungkinmasihterjadi
sampaikini di banyak negeri, termasuk Indonesia)
telahmenjadialatpenindasandarikekuasaanuntukmembiarkanrakyatdalamketerbela
kangannya dan ketidaksadarannyabahwaiatelahmenderita dan tertindas.
"Pendidikan gaya Bank", dimana murid menjadicelengan dan guru adalah orang
yang menabung, ataumemasukkanuangkecelengantersebut, adalahgayapendidikan
yang telahmelahirkankontradiksidalamhubungan guru dengan murid.
Lebihlanjutdikatakan, "konseppendidikangaya bank juga memeliharanya
(kontradiksitersebut) dan mempertajamnya,
sehinggamengakibatkanterjadinyakebekuanberpikir dan
tidakmunculnyakesadarankritis pada murid".Murid hanyamendengarkan,
mencatat, menghapal dan mengulangiungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh
guru, tanpamenyadari dan memahamiarti dan makna yang sesungguhnya. Inilah
yang disebut Freire sebagaikebudayaanbisu (the culture of silence)
KeprihatinanFriereterhadapkaumtertindas (oppressed)
telahmendorongdirinyauntukmengantisipasipersoalantersebut demi masa
depankemanusian. Menurutnya, kaumtertindas yang
menginternalisasicitradirikaumpenindas dan
menyesuaikandiridenganjalanfikiranmereka, akanmembawa rasa takut yang berat.
Padahalkebebasanmenghendakimereka,
untukmenolakcitradiritersebutharusmenggatinyadenganperasaanbebassertatanggu
ngjawab. Kebebasanhanya bias “direbut” bukan “dihadiahkan” kata Friere.
Di dalambukunya yang lain, Frieremenulisdenganmengutippendapat Erich Fromm
sebagaiargumentasiterhadapsituasi yang mengungkungmanusia modern
“(manusia) menjadibebasterhadapikatan-ikatan yang berasaldariluar, yang
mencegahnyabertindak dan berfikirmenurutapa yang merekaanggapcocok.
Iaakanbertindakbebas, jikaiatahutentangmasalahnya. Yang
menjadipersoalanadalahketikamerekatidaktahu. Karena iatidaktahu,
makaiaakanmenyesuaikandiridenganpenguasa yang tidakdikenalnya dan
iaakanmeng-ia-kanhal-hal yang tidakdisetujuinya. Semakiniabertindakdemikian,
makaiasemakintidakberdayauntukmerasa dan iasemakinditekanuntukmenurut.
Manusia modern, kata Friere, telahdikuasai oleh kekuatanmitos-mitos dan
telahdimanipulasi oleh iklan-iklan yang jitu, kampanye ideology, dan
lainnyatanpadisadari oleh manusia modern, yang pada
gilirannyaakanmenghilankankemampuanuntukmemilih dan
mengambilkeputusansecarabebas. Manusia modern,
kemudiantidakterbiasauntukmenangkapsendiritugas-tugas zaman,
melainkanhanyamenerimaapaadanyadarihasilpenafsiranpenguasaataukaum
“elit”.
Jikakitamaumemandangperjalananperadabanmanusiasendiri,
yaituketikagerakan renaissance itumuncul, berangkatdarituntutankebebasan dan
pembebasandariberbagaiikatan dan halangan agar
perkembanganmanusiasertabakatnyadapatterwujud dan teraktualisasi. Sedangkan
pada masa gerakan
Aufklaerung, yang menjadi “cita-cita”-nyaadalah moral rasionalisme,
yaitukeberanianuntukmemakaikemampuanakalbudisecarabebas.Ataujikakitameng
ikutipendapatSoedjatmokobahwa yang kitabutuhkanadalahpembebasandari rasa
tidakberdaya dan dariketergantungan “dari rasa cemas, rasa
keharusanuntukmempertanyakanapakahtindakan-
tindakanmerekadiizinkanatautidak oleh wewenang yang lebihtinggiatau oleh
adatkebiasaan”.
Melaluipembacaannyaterhadapgagasan Antonio Gramsci yang
pernahmenyatakanbahwakesenjangan structural
manusiaperludiperiksasecarakritisdenganmenggunakanteoripenyadaran,
yaitupembacaansecaramendalam dan kritisterhadap “realitasakalsehat”, maka
Paulo Freire
merefleksikangagasantersebutdenganmemformulasikannyadalamsebuah model
“penyadaran
(conscientizacao).
Dampakriildarigagasan Freire iniadalahupaya yang
inginmemperhadapkanpendidikandenganrealitas yang tengahbergumul di
sekitarnya. Kenyataan yang Nampak hinggahariinijustru proses dan
reproduksipendidikansangatjauhdarikeinginanuntukmampumenbacarealitassecara
kritis dan cerdas.
“Pendidikan kritis” (sebuahgagasan yang memangbanyakdipengaruhi oleh Freire)
merupakansuatubentuk “kritisismesosial”; semuapengetahuan pada
dasarnyadimediasi oleh linguistik yang tidak bias dihindarisecarasosial dan
historis; individu-individusecarasyechochicalberhubungandenganmasyarakat yang
lebihluasmelaluitradisimediasi (yaitubagaimanalingkupkeluarga, teman, agama,
sekolah formal, budaya pop, dan sebagainya). Pendidikan
mempunyaihubungandialogisdengankontekssosial yang melingkupinya.Sehingga,
pendidikanharuskritisterhadapberbagaifenomena yang
adadenganmenggunakanpolapembahasaan yang bernuansasosio-historis.
Lebihlanjut, dimaknaibahwapendidikankritis yang
disertaiadanyakedudukan wilayah-wilayah pedagogisdalambentukuniversitas,
sekolah negeri, museum, galeriseni, atautempat-tempat lainnya ,
makaiaharusmemilikivisidengantidakhanyaberisiindividu-individu yang
adaptifterhadap dunia hubungansosial yang menindas, tapi juga
didedikasikanuntukmentransformasikankondisisemacamitu. Artinya,
pendidikantidakberhenti pada bagaimanaproduk yang
akandihasilkannyauntukmencetakindividu-individu yang hanya diam
manakalamerekaharusberhubungandengan system sosial yang messnindas.
Harusadakesadaranuntukmelakukanpembebasan.Pendidikan
adalahmomenkesadarankritiskitaterhadapberbagai problem sosial yang
adadalammasyarakat.
Upayamenggerakkankesadaranini bias
menggeserdinamikadaripendidikankritismenujupendidikan yang revolusioner.
Keduanyaberasaldari Rahim pemikiran Freire juga.Menurutnya,
pendidikanrevolusioneradalah system kesadaranuntukmelawan system
borjuiskarenatugasutamapendidikan (selamaini) adalahmereproduksi ideology
borjuis.Artinya,
pendidikantelahmenjadikekuatankaumborjuisuntukmenjadisalurankepentingannya
. Maka, revolusi yang nantiberkuasaakanmembalikkantugaspendidikan yang pada
awalnyatelahdikuasai oleh kaumborjuiskinimenjadijalanuntukmenciptakan
ideology barudenganterlebihdahulumembentuk “masyarakatbaru”. Masyarakat
baruadalahtatananstruktursosial yang
takberkelasdenganmemberikanruangkebebasanpenuhatasmasyarakatkeseluruhan.
Pendidikan
pembebasanakandicapaidenganmenumbangkanrealitaspenindasan,
yaitudenganmengisikonseppedagogis yang memberikankekuatanpembebasan
yang baru. Di sinilahkitaperlumemperbincangkansoalkurikulumpendidikan yang
membebaskan.Tapi,
terlebihdahulukitaperlumengkritikkonseppengetahuanselamaini. Dan
sebenarnyapengetahuan yang ingindidorong oleh Freire
adalahpengetahuanmelaluitransformasi dan
subversiterhadappengetahuanitusendiri, yaitupengetahuan yang “didepositokan”
dalambukubukutekssehinggaapa yang dihasilkandaripolapendidikan dan
pengetahuaniniakanterpisahdenganrealitaskontekstual.
Kebebasantentuadabatasnya.Kebebasanmemilikibatasan-batasantersendiri,
tergantungpersoalan yang dihadapi oleh “kaumtertindas” tersebut. Karena
jikakebebasantidakdiiringidenganbatasan-batasantertentu,
justruakanberbenturandenganhak-hak orang lain, yang pada
ahirnyaakanmenimbulkananarkhisme.
Oleh sebabitu, kesadarankritismenjadititiktolakpemikiranpembebasan
Freire.Tanpakesadarankritisrakyatbahwamerekasedangditindas oleh kekuasaan,
takmungkinpembebasanitudapatdilakukan.Karena itu, konseppendidikan Freire
ditujukanuntukmembukakesadarankritisrakyatitumelaluipemberantasanbutahuruf
dan
pendampinganlangsungdikalanganrakyattertindas.Upayamembukakesadarankritisr
akyatitu, dimatakekuasaanrupanyalebihdipandangsebagaisuatu "gerakanpolitik"
ketimbangsuatugerakan yang mencerdaskanrakyat.Karena itu, pada tahun 1964
Freire diusir oleh pemerintahuntukmeninggalkan Brazil. Pendidikan pembebasan,
menurut Freire adalahpendidikan yang membawamasyarakatdarikondisi
"masyarakatkerucut" (submerged society) kepadamasyarakatterbuka (open
society).
Dari kutipan di atas pendidikan pembebasan berarti usaha sadar yang di
lakukan manusia dalam mendidik manusia menjadi individu yang sadar terhadap
sekelilingnya.
Pendidikan merupakanusahauntukmembebaskanmanusia,
sedangkanpendidikanmenurut Paulo Freire
merupakanusahauntukmengembalikanfungsipendidikansebagaialat yang
membebaskanmanusiadariberbagaibentukpenindasan dan ketertindasan, atau bias
disebutdenganusahauntuk "memanusiakanmanusia" (humanisasi).
Denganmenggunakanpendekatanhumanis,
iamembangunkonseppendidikannyamulaidarikonsepmanusiasebagaisubyekaktif.
Manusiaadalahmakhlukpraksis, yaknimakhluk yang dapatberaksi dan
berefleksidenganmenggunakanpikirannya.
Pendidikan denganpendekatankemanusiaanseringdiidentikandenganpembebasan,
yaknipembebasandarihal-hal yang tidakmanusiawi.Jadi,
untukmewujudkanpendidikan yang
memanusiakanmanusiadibutuhkansuatupendidikan yang
membebaskandariunsurdehumanisasi.Dehumanisasitersebutbukanhanyamenandai
seseorang yang kemanusiannyatelahdirampas, melainkan (dalamcara yang
berlainan) menandaipihak yang telahmerampaskemanusiaanitu, dan
merupakanpembengkokkancita-citauntukmenjadimanusia yang lebihutuh.
Konseppendidikan Paulo Freire berpijak pada
penghargaanterhadapmanusia.Iamenempatkanpendidik dan
pesertadidiksebagaisubyekdalam proses pendidikan,
karenamerekamemilikikedudukan yang sejajar. Pendidikan
adalahsebuahkegiatanbelajarbersamaantarapendidik dan
pesertadidikdenganperantara dunia, oleh objek-objek yang
dapatdikenal.Pendidikan tidaklagisekedarpengajaran, namun dialog antara para
pesertadidik dan pendidik yang juga belajar.
Keduanyabertanggungjawabbersamaatas proses pencapaian. Hal
inimerupakansebuahpenghargaanterhadappesertadidiksebagaimanusia. Pendidikan
bukanlagi proses transfer ilmupengetahuan, sebabkeduanyasama-
samadalamsuasanadialogismembukacakrawalarealita dunia.
“Tujuanutamamanusiaadalahhumanisasi yang ditempuhmelaluipembebasan.
Proses
untukmenjadimanusiasecarapenuhhanyamungkinapabilamanusiaberintegrasidenga
n dunia. Dalamkedudukannyasebagaisubjek,
manusiasenantiasamenghadapiberbagaiancaman dan tekanan,
namuniatetapmamputerusmenapaki dan
menciptakansejarahberkatrefleksikritisnya.”
Hakekatpendidikan Paulo Freire
diarahkanataspandangannyaterhadapmanusia dan dunia,
pendidikanharusberorientasi pada pengenalanrealitasdirimanusia dan
dirinyasendiri, sertamemilikikesadaran dan berpotensisebagai Man of Action
untukmengubahdunianya.Pendidikan adalah instrument
untukmembebaskanmanusiasupayamampumewujudkanpotensinya.Oleh karenaitu,
pendidikanmemainkanperananstrategisuntukmembawamanusiakepadakehidupan
yang bermartabat dan berkualitas.
Sayangnya, gambaran dunia pendidikansecaraumummasihjauhdari
ideal.Sebagianbesarsekolah (di Indonesia khususnya) hanyaberfokus pada target
kuantitatif yang bisadiukur, sepertimisalnyaharus lulus
matapelajarandengannilaitertentu, mendapatkan trophy, dan lain
sebagainya.Padahal, model pendidikansepertiitujelasmenimbulkanefek yang
burukbagipesertadidik. Menurut Paulo Freire dalambukunya yang berjudul
Pendidikan KaumTertindas (1994), model pendidikan yang
semacamituiasebutsebagai banking education alias pendidikangaya bank.
“Pendidikan karenanyamenjadisebuahkegiatanmenabung, di mana para
murid adalahcelengan dan guru adalahpenabungnya. Yang terjadibukanlah proses
komunikasi, tetapi guru menyampaikanpernyataan-pernyataan dan
“mengisitabungan” yang diterima, dihafal dan diulangidenganpatuh oleh para
murid.”
Dalampendidikangaya bank,
pesertadidikhanyadijejalidenganilmusecarasatuarahdengantujuanmendapatkannila
i-nilaikuantitatif yang
dituju.Praktekpendidikanhanyadipahamisebatassaranapewarisanilmu. Pendidikan
tidakdipahamisebagaitransformasiilmupengetahuan dan nilai-nilai yang
lebihmenekankan pada proses pendewasaanpemikiran dan
mengartikanbelajarsebagai proses memaknai dan mengkritisirealitassosial yang
ada di lingkungansekitar. Bukanhanyamencari ijazah dengannilai yang
tinggimaupunsebagaisaranameningkatkan status sosial.
“Dalamkonseppendidikangaya bank,
pengetahuanmerupakansebuahanugrah yang dihibahkan oleh mereka yang
menganggapdiriberpengetahuankepadamereka yang
dianggaptidakmemilikipengetahuanapa-apa.”
Pendidikan gaya bank inilah yang
telahmenjadialatuntukmenindaskesadaranakanrealitas yang sejati dan
menyebabkanseseorangmenjadipasif dan menerimabegitusajakeberadaannya.
Pendidikan gaya bank
tidakakanmendorongpesertadidikuntuksecarakritismempertimbangkanrealitas.
Pesertadidikhanyaakanmenjadipenerima yang pasifdarirealitas yang diberikan,
tanpapernah bias mempertanyakankebenaranataukebergunaanrealitas yang
diajarkankepadadirinya. Yang
disebutkeberhasilandalammetodeiniadalahketikapesertadidikdapatmenghapalkand
enganbaiksemuapengetahuan yang telahdidepositokankedalamdirinya.
JikaFriere basis
gerakanpembebasanadalahmelakukankesadarankritisuntukmembukakesadaran
“kaumtertindas”, maka Islam mendasarkandiri pada
kesadaranuntukmemahamirealitas yang terjadidisekitarmanusiaitusendiri.
Frieremenginginkanadanyakesadaranakanbahayabudayaindustri,
sekalipunmanusiatelahberhasilmeningkatkanstandarhidupnya, tetapidalamwaktu
yang samabudayaitucenderunguntukmenempatkanmanusia pada
posisitercerabutdariakarkemanusiaannya.
Disiniada “titiktemu” antarapembebasan yang diusungFrieredengan yang
adadalam Islam.Karena pesansubstansialdalam Islam
adalahpesanpembebasan.Sementarapembebasanitusendiriharuslahdijalankansecara
dialogis dan
demokratis.Pembebasandilakukandenganmenjadikanrakyatsebagaisubyekpembeb
asan, dan bukanobyek.Sepertidituliskan oleh James Y.C. Yen yang telahmenjadi
motto gerakan-gerakanpembebasan,
"...Datanglahkepadarakat.Hidupbersamarakyat.Berencanabersamarakyat.Bekerjab
ersamarakyat. Mulailahdenganapa yang dimilikirakyat. Ajarlahdengancontoh,
belajarlahdenganbekerja.Bukanpameran, melainkansuatusistem,
bukanpendekatancerai-berai, melainkanmengubah. Bukanpertolongan,
melainkanpembebasan...".
Oleh sebabitulah, Frieremengusulkan system dan orientasipendidikan yang
membebaskandaribudaya yang serba verbal, mekanistik, dan dangkal.
Budayasepertiini, menurutFriere,
tidakmungkinakanmenghantarkanmanusiakepadakehidupan yang lebihotentik dan
lebihmanusiawi.
Kelebihan pemikiran Friere ini, terletak pada kemampuannya untuk
merangkai gagasan-gagasan pendidikan dalam sebuah teori yang cukup mapan.
Dialog spritual in, akan memberikan makna yang sangat mendasar bagi
pendidikan, karena pada hakikat nya manusia berada dibawah “kuasa”-Nya. Dan
“dalam pandangan al-Qur’an, eksistensi manusia dimuka bum iini akan bermakna
manakala setiap aktifitas yang merekalakukan,
berorientasisecarasadarkeRealitasYang Tertinggi. Tanpaorientasisepertiini,
sebaikapapunsebuahpraktikpendidikan, tidakakanmempunyainilai di sisi-Nya.
Dengandemikianmanusiaakanmenyadaridengansendirinyatentangkehariran
alamsemestasebagairealitasfisika dan kehadiran Allah SWT
sebagairealitasmetafisika. Alamfisikasebagairealitasterbuka,
sedangkanalammetafisikasebagairealitastertutup.Makadalam Islam,
Alamsemestaadalahsumberilmu yang kedua yang merupakanciptaan Allah SWT
karenasebelumadanyaalamsemesta, Allah lebihdahuluada yang tidakberpermulaan
dan takberakhir.Sedangkanalammemilikipermulaan dan masa akhir.Oleh
karenaituilmudari Allah yang bersifatlangsungbersifatabsolut,
sedangkanilmulewatalamsemestabersifatrelatif.
DAFTAR PUSTAKA